10/10/2019

ANTARA YANG JUJUR DAN YANG DUSTA DALAM MENCINTAI ALLAH


ANTARA YANG JUJUR
DAN YANG DUSTA
DALAM MENCINTAI ALLAH
Oleh :Abu Usamah JR


Ada banyak orang yang mengaku mencintai Allah namun tidak sedikit diantara mereka yang tidak benar dalam mengekspresikan kecintaannya. Tidak jarang juga diantara mereka yang dusta dalam pengakuannya tersebut. Mereka mengaku mencintai Allah namun dalam hidup kesehariannya menyelisihi apa yang disyariatkan oleh Allah. Ada lagi yang mengaku mencintai Allah namun justru berteman dengan musuh Allah dan mengikuti jalan hidupnya.

Allah ‘azza wa jalla membenci orangorang yang hanya sekedar mengatakan sesuatu tapi tidak membuktikannya dengan perbuatan. Contoh dalam hal ini seperti orangorang yang mengaku mencintai Allah namun tidak membuktikannya dengan perbuatan. Allah ‘azza wa jalla berfirman :

“Wahai orangorang yang beriman! Mengapa kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? (Itu) sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apaapa yang tidak kamu kerjakan.” (Q.S. ashShaff (61): 23)

Maka agar tidak menjadi orangorang yang dibenci oleh Allah, seseorang yang mengaku mencintai Allah harus tahu bagaimana cara mencintaiNya. Sehingga ia bisa dengan benar membuktikan kecintaannya kepada Allah. Dan ia tidak termasuk orangorang yang dusta dalam pengakuan cintanya kepada Allah.

Allah ‘azza wa jalla telah memberikan bimbingan tentang jalan untuk mencintaiNya. Allah azza wa jalla berfirman :

قُلۡ إِن كُنتُمۡ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ ٣١

“Katakanlah: “Jika kamu (benarbenar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosadosamu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS Ali Imran :31).

Ayat di atas memberikan bimbingan tentang jalan untuk mencintai Allah adalah dengan mengikuti petunjuk atau ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Maka siapa yang mengaku mencintai Allah namun tidak mengikuti petunjuk yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam maka ia telah dusta dalam pengakuan cintanya. Ayat di atas mengandung beberapa pengertian tentang indikasi seseorang yang jujur dalam mencintai Allah.

Jika jalan untuk membuktikan kecintaan kepada Allah seorang hamba harus mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, maka inilah sebagian dari indikasi seseorang jujur dalam mencintai Allah :


1. Menerima dan mengikuti secara menyeluruh ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Salah satu bukti dari sikap ittiba’ (mengikuti) Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam adalah dengan menerima dan mengikuti semua ajaran yang dibawa oleh Rasulullah. Seseorang yang jujur dalam mencintai Allah maka ia akan tunduk dan patuh dengan petunjuk yang dibawa oleh beliau.

Ketundukan dan kepatuhan kepada petunjuk yang dibawa oleh Rasulullah pada hakikatnya adalah ketundukan dan kepatuhan kepada Allah ‘azza wa jalla. Sebab tidak ada satupun perkara yang disampaikan oleh Rasulullah kepada manusia melainkan bersumber dari wahyu Allah.

Allah ‘azza wa jalla berfirman :

وَمَآ أَرۡسَلۡنَا مِن رَّسُولٍ إِلَّا لِيُطَاعَ بِإِذۡنِ ٱللَّهِۚ وَلَوۡ أَنَّهُمۡ إِذ ظَّلَمُوٓاْ أَنفُسَهُمۡ جَآءُوكَ فَٱسۡتَغۡفَرُواْ ٱللَّهَ وَٱسۡتَغۡفَرَ لَهُمُ ٱلرَّسُولُ لَوَجَدُواْ ٱللَّهَ تَوَّابٗا رَّحِيمٗا ٦٤

“Dan Kami tidak mengutus seseorang rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.” (QS. An Nisa :64).

Pada ayat di atas Allah menyebutkan bahwa para Rasul diutus oleh Allah adalah untuk ditaati dengan seizinNya. Maka tidaklah mungkin para Rasul akan mengajak umatnya kepada sesuatu yang menyelisihi perintah Allah.

Allah ‘azza wa jalla berfirman :

مَا كَانَ لِبَشَرٍ أَن يُؤۡتِيَهُ ٱللَّهُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡحُكۡمَ وَٱلنُّبُوَّةَ ثُمَّ يَقُولَ لِلنَّاسِ كُونُواْ عِبَادٗا لِّي مِن دُونِ ٱللَّهِ وَلَٰكِن كُونُواْ رَبَّٰنِيِّ‍ۧنَ بِمَا كُنتُمۡ تُعَلِّمُونَ ٱلۡكِتَٰبَ وَبِمَا كُنتُمۡ تَدۡرُسُونَ ٧٩

“Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: “Hendaklah kamu menjadi penyembahpenyembahku bukan penyembah Allah”. Akan tetapi (dia berkata): “Hendaklah kamu menjadi orangorang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya.” (QS Ali Imran :79).

Maka untuk mencapai derajat sebagai orangorang Rabbani (tunduk dan patuh kepada Allah) tidak ada lain jalannya kecuali dengan mengikuti petunjuk yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Dan dengan cara ini pula seorang hamba membuktikan kecintaannya kepada Allah. Hanya dengan jalan ini pula seorang hamba akan mendapatkan kecintaan Allah.

Maka sebuah kedustaan yang besar jika ada seseorang yang mengaku mencintai Allah namun ia tidak sepenuhnya menerima petunjuk yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Sebab bagaimana mungkin ia mengaku mencintai Allah namun mendustakan ajaran yang dibawa oleh utusanNya?.

Maka dustalah orangorang yang mengaku mencintai Allah namun ia menerima ajaran demokrasi dan berhukum dengan hukum buatan manusia. Telah nampak kedustaan orangorang yang mengaku mencintai Allah namun ia menolak sebagian ajaran yang dibawa oleh Rasulullah dan menerima sebagian yang lainnya. Bagaimana mungkin seseorang mengaku mencintai Allah namun ia mengikuti ajaran musuh Allah dan musuh RasulNya?.

Ketahuilah, bahwa setiap ajaran atau petunjuk yang bukan dari Allah dan RasulNya adalah petunjuk dan ajaran musuh Allah dan musuh RasulNya. Seseorang tidak akan pernah mencintai Allah dengan benar kecuali harus dengan cara mengikuti petunjuk yang dibawa oleh Rasulullah secara totalitas. Tidaklah mungkin seseorang jujur dalam mencintai Allah jika ia masih menerima ajaran demokrasi, pancasila, sosialis dan liberal disamping ia menerima ajaran islam. Bahkan ia dituntut untuk berlepas diri dari semua ajaran tersebut jika ia telah menerima islam dan mengklaim sebagai orang yang mencintai Allah.


2. Dalam berjuang mengikuti manhaj yang dibawa dan dipraktekkan oleh Rasulullah.

Jika seseorang memiliki kecintaan yang jujur kepada Allah, maka pasti ia menginginkan tegaknya dienullah. Dan untuk itu ia akan berjuang untuk kemenangan dan kejayaan Islam. Maka jika jujur dalam cintanya kepada Allah maka ia akan menempuh jalan perjuangan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Sebab ia adalah sosok yang harus dijadikan teladan dalam kehidupan.

Allah ‘azza wa jalla berfirman :

لَّقَدۡ كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا ٢١

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS Al Ahzab : 21).

Hanya dengan mengikuti manhaj perjuangan yang telah ditempuh oleh Rasulullah seorang mukmin akan memperoleh kemenangan. Siapapun yang menempuh jalan perjuangan yang menyelisihi manhaj Rasulullah pasti akan menunai kegagalan dan kekalahan. Bahkan sekalipun ia melakukan perjuangan itu karena kecintaannya kepada islam namun tetap saja menjadi siasia amal perbuatannya di sisi Allah.

Mereka yang mengaku mencintai Allah dan mencintai islam namun menempuh jalan demokrasi untuk memperjuangkan islam, pada hakikatnya adalah para pendusta. Sebab bagaimana mungkin ia memperjuangkan dienullah tapi menempuh jalan musuh Allah?. Para mujahidin itulah orang-orang yang jujur dalam mencintai Allah . Mereka memperjuangkan tegaknya dienullah dengan cara yang telah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

Dakwah tauhid dan jihad, itulah jalan perjuangan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah untuk menegakkan dienullah. Orangorang yang jujur dalam mencintai Allah akan menempuh jalan tersebut. Sedangkan para pendusta akan menempuh jalan lain yang menyelisihi manhaj yang dibawa oleh Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.


3. Menghidupkan sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam ibadah dan prilaku hidup.

Mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam perilaku kehidupan dan ibadah, itu adalah salah satu cara dan bukti seorang hamba mencintai Allah. Menegakkan sunnah dalam cara hidup seharihari, dari urusan yang kecil maupun yang besar itulah cara seorang hamba mencintai Allah. Jika ada orang yang mengaku mencintai Allah namun ia mengikuti gaya hidup orangorang kafir dalam kehidupan, maka dustalah pengakuan cintanya.

Hal tersebut seperti orangorang yang mengaku islam namun mengikuti gaya hidup orangorang kafir dalam pakaian, pendidikan, berumah tangga, dalam pergaulan dan pola fikir. Sebab jalan untuk mencintai Allah tidak bisa ditempuh kecuali dengan mengikuti dan mencontoh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam dalam kehidupan.

Sikap ridho dengan ajaran Rasulullah yang dibuktikan dengan pengikutan kepada beliau dalam ibadah, adalah salah satu cara untuk mencintai Allah. Sebab Allah tidak akan menerima suatu ibadah yang dilakukan dengan cara bukan cara yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Maka mencintai dan mendekatkan diri kepada Allah tidak bisa ditempuh dengan melakukan perbuatan atau ibadah yang bid’ah (menyelisihi sunnah). Sehingga dustalah orang-orang yang membuatbuat bidah dalam ibadah dengan alasan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Sebab membuat dan melakukan bid’ah adalah termasuk perbuatan yang menunjukkan ketidak ridhoan kepada sunnah. Dan bentuk perbuatan merasa tidak cukup dengan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka mencintai Allah hanya bisa dibuktikan dengan melakukan ibadah sesuai dengan sunnah dan bukan dengan perbuatan bid’ah.

Dengan demikian kita bisa bermuhasabah tentang jujur atau dustanya kita dalam mencintai Allah.

Wallahu musta’an

21 Syawal 1438H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...