10/03/2019

MASUK NERAKA PADA MASA FATRAH


MASUK NERAKA SEKALIPUN HIDUP SEBELUM MUHAMMAD SAW DIUTUS. MENGAPA?

Status manusia di sisi Allah dan bulughul hujjah.

Semua Rasul diberi tugas menyeru manusia agar manusia hanya mengabdikan diri kepada Allah semata, tidak mengabdi kepada sesama makhluk/ thoghut. Karena sesungguhnya manusia diciptakan agar di dunia ini hanya mengabdi kepada Allah, tidak kepada selainNya.

Allah SWT berfirman:

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
agar mereka mengabdi kepada-Ku."
(QS. Az-Zariyat 51: 56)

Ketika sudah datang risalah tauhid ini kepada seseorang, maka saat itu dia statusnya hanya dua kemungkinan, mukmin atau kafir. Mereka yang menerimanya (yakni hatinya membenarkan, lisan mengikrarkan dan badan melaksanakan kandungan kalimat la Ilaha illalloh), maka dia telah mendapat hidayah iman dan disebut mukmin.

Dan mereka yang menolaknya (baik karena mendustakan, membangkang, atau mengabaikan seruan itu) maka dia telah tersesat, dan disebut kafir.
Jadi sebutan kafir atau mukmin bagi seseorang manakala sudah sampai risalah tauhid.
Dalilnya Allah SWT berfirman:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ وَاجْتَنِبُوا الطّٰغُوتَ ۖ فَمِنْهُمْ مَّنْ هَدَى اللَّهُ وَمِنْهُمْ مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ الضَّلٰلَةُ ۚ

"Dan sungguh, Kami telah mengutus seorang Rasul untuk setiap umat (untuk menyerukan), ibadahilah Allah saja, dan jauhilah Thaghut, kemudian di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan." (QS. An-Nahl 16: 36)

Perhatikan lafadz "kemudian di antara mereka ada yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula yang tetap dalam kesesatan" maksudnya manusia terbagi menjadi dua kelompok saja (yang mendapat hidayah dan yang sesat). Tidak ada alternatif ketiganya.

Allah SWT berfirman:

فَذٰلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمُ الْحَقُّ ۖ فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلَّا الضَّلٰلُ ۖ فَأَنّٰى تُصْرَفُونَ

"Maka itulah Allah, Rabbmu yang sebenarnya; maka tidak ada setelah kebenaran itu melainkan kesesatan. Maka mengapa kamu berpaling (dari kebenaran)?" (QS. Yunus 10: 32)

Karenanya, Alloh ta'ala menyebut manusia (setelah datang risalah ini) hanya sebutan kafir atau mukmin. Allah SWT berfirman:

هُوَ الَّذِى خَلَقَكُمْ فَمِنْكُمْ كَافِرٌ وَمِنْكُمْ مُّؤْمِنٌ ۚ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

"Dialah yang menciptakan kamu, lalu di antara kamu ada yang kafir dan di antara kamu (juga) ada yang mukmin. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (QS. At-Taghabun 64: 2)

Jika sampai mati tetap pada keimanannya atau kekafirannya, maka posisi itulah yang akan menentukan di akhirat akan masuk surga atau neraka. Allah SWT berfirman:

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُۥ يُدْخِلْهُ جَنّٰتٍ تَجْرِى مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهٰرُ خٰلِدِينَ فِيهَا ۚ وَذٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَيَتَعَدَّ حُدُودَهُۥ يُدْخِلْهُ نَارًا خٰلِدًا فِيهَا وَلَهُۥ عَذَابٌ مُّهِينٌ


"Barang siapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia akan memasukkannya ke dalam surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Dan itulah kemenangan yang agung. Dan barang siapa mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar batas-batas hukum-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka, dia kekal di dalamnya dan dia akan mendapat azab yang menghinakan." (QS. An-Nisa' 4: 13-14)

Jadi tidak akan ada alasan yang diterima oleh Allah setelah sampainya risalah tauhid (setelah diutusnya Rasul) untuk tidak di adzab.

Allah SWT berfirman:

رُّسُلًا مُّبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ لِئَلَّا يَكُونَ لِلنَّاسِ عَلَى اللَّهِ حُجَّةٌۢ بَعْدَ الرُّسُلِ ۚ وَكَانَ اللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمًا

"Rasul-rasul itu adalah sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan agar tidak ada alasan bagi manusia untuk membantah Allah setelah Rasul-rasul itu diutus. Allah Maha Perkasa, Maha Bijaksana." (QS. An-Nisa' 4: 165)

Ini berlaku kepada siapapun, termasuk keluarga, bapak atau ibunya Rasulullah Shalallahu alaihi wassalam.

Ketika ibunya Rasulullah meninggal dunia, Muhammad SAW belum diutus sebagai Rasul (baru umur 6 th). Tetapi di Mekkah masih ada ajaran tauhid dari Nabi Ibrahim dan Ismail as. Buktinya, saat masa hidup bapak ibunya Nabi, ketika itu masih ada orang yang Hanif. Artinya risalah tauhid masih ada yang mendengar.

Jika demikian, (bagi yang sudah mendengar/ sudah sampai risalah tauhid / bulughul hujjah) maka dia termasuk orang yang terkena beban risalah (seperti ibunya Rasulullah, Siti Aminah) Dan ketika itu ibunya Rasulullah termasuk yang tidak merespon risalah ini. Beliau larut dengan keyakinan kebanyakan orang saat itu, kesyirikan. Maka status beliau termasuk orang musyrik yang sudah sampai kepadanya risalah.

Tempatnya di akhirat dimana?
Inilah yang melatarbelakangi saya mengangkat tafsir QS At Taubah 113 sebagai dasar tulisan kali ini. Semoga bermanfaat.

Saudaraku, mari kita kaji firman Allah Qs. At-Taubah 113.

مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِ

"Tiadalah sepatutnya bagi Nabi dan orang-orang yang beriman memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka bahwasanya orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahim".

Ibnu Katsir dalam tafsirnya mengutip riwayat, diantaranya:

Imam Ahmad meriwayatkan, dari Ibnu Buraidah, dari ayahnya yang menceritakan,

كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَنَزَلَ بِنَا وَنَحْنُ مَعَهُ قَرِيبٌ مِنْ أَلْفِ رَاكِبٍ، فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ، ثُمَّ أَقْبَلَ عَلَيْنَا بِوَجْهِهِ وَعَيْنَاهُ تَذْرِفان، فَقَامَ إِلَيْهِ عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ وفَداه بِالْأَبِ وَالْأُمِّ، وَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا لَكَ؟ قَالَ: "إِنِّي سَأَلْتُ رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، فِي الِاسْتِغْفَارِ لِأُمِّي، فَلَمْ يَأْذَنْ لِي، فَدَمِعَتْ عَيْنَايَ رَحْمَةً لَهَا مِنَ النَّارِ، وَإِنِّي كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ ثَلَاثٍ: نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا، لِتُذَكِّرَكُمْ زيارتُها خَيْرًا، وَنَهَيْتُكُمْ عَنْ لُحُومِ الْأَضَاحِيِّ بَعْدَ ثَلَاثٍ، فَكُلُوا وَأَمْسِكُوا مَا شِئْتُمْ، وَنَهَيْتُكُمْ عَنِ الْأَشْرِبَةِ فِي الْأَوْعِيَةِ، فَاشْرَبُوا فِي أَيِّ وِعَاءٍ وَلَا تَشْرَبُوا مُسْكِرًا".

"Ketika kami bersama Nabi SAW. dalam suatu perjalanan, lalu Nabi SAW. membawa kami turun istirahat. Saat itu jumlah kami kurang lebih seribu orang, semuanya berkendaraan. Lalu Nabi SAW. melakukan salat dua rakaat, sesudah itu Nabi SAW. menghadapkan wajahnya ke arah kami, sedangkan air mata mengalir dari kedua matanya. Umar ibnul Khattab bangkit mendekatinya dan mengucapkan kesetiaannya, lalu bertanya, 'Wahai Rasulullah, apakah gerangan yang telah menimpamu?' Rasulullah SAW. menjawab: Sesungguhnya aku telah meminta kepada Rabb-ku untuk memohonkan ampun buat ibuku, tetapi Dia tidak mengizinkanku, maka kedua mataku mengalirkan air mataku karena kasihan kepadanya di neraka. Dan sesungguhnya aku telah melarang kalian dari tiga perkara; aku telah melarang kalian ziarah kubur, maka sekarang ziarahilah kubur, semoga ziarah kubur mengingatkan kebaikan bagi kalian. Dan aku telah melarang kalian memakan daging kurban sesudah tiga hari, maka sekarang makanlah dan simpanlah sesuka kalian. Dan aku telah melarang kalian meminum minuman dengan memakai wadah, maka sekarang minumlah kalian dengan memakai wadah apa pun, tetapi janganlah kalian meminum minuman yang memabukkan.”

Ibnu Jarir meriwayatkan melalui hadis Alqamah ibnu Marsad, dari Sulaiman ibnu Buraidah, dari ayahnya, bahwa ketika Nabi SAW. tiba di Mekah, beliau mendatangi suatu kuburan, lalu duduk di dekatnya dan kelihatan seperti orang yang sedang berbicara, lalu bangkit seraya menangis. Maka kami bertanya, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami melihat semua yang engkau perbuat." Rasulullah SAW. bersabda: 

إِنِّي اسْتَأْذَنْتُ رَبِّي فِي زِيَارَةِ قَبْرِ أُمِّي، فَأَذِنَ لِي، وَاسْتَأْذَنْتُهُ فِي الِاسْتِغْفَارِ لَهَا فَلَمْ يَأْذَنْ لِي


Sesungguhnya aku meminta izin kepada Rabb-ku untuk menziarahi kuburan ibuku, maka Dia memberikan izin kepadaku. Dan aku meminta izin kepada-Nya untuk memohonkan ampun buat ibuku, tetapi Dia tidak mengizinkannya". 

Maka belum pernah kelihatan Rasulullah SAW menangis lebih banyak daripada hari itu.

Ibnu Abu Hatim telah mengatakan dalam kitab Tafsir-nya bahwa telah meriwayatkan, dari Abdullah ibnu Mas'ud yang mengatakan, "Di suatu hari Rasulullah SAW keluar menuju pekuburan, lalu kami mengikutinya. Rasulullah SAW. sampai di pekuburan itu dan duduk di salah satunya, lalu melakukan munajat cukup lama. Setelah itu beliau menangis, dan kami pun ikut menangis karena tangisannya. Kemudian bangkitlah Umar Ibnul Khattab menuju ke arahnya, maka Rasul SAW. memanggilnya dan memanggil kami, lalu bersabda, 'Apakah yang membuat kalian menangis?' Kami menjawab, 'Kami menangis karena tangisanmu.' Rasul SAW . bersabda: 

"إِنَّ الْقَبْرَ الَّذِي جلستُ عِنْدَهُ قَبْرَ آمِنَةَ، وَإِنِّي استأذنتُ رَبِّي فِي زِيَارَتِهَا فَأَذِنَ لِي"

Sesungguhnya kuburan yang tadi aku duduk di dekatnya adalah kuburan Aminah (ibunda Nabi SAW.). Dan sesungguhnya aku meminta izin kepada Rabb-ku untuk menziarahinya, maka Dia memberikan izin kepadaku'.”

Kemudian Ibnu Abu Hatim mengetengahkan hadis ini pula melalui jalur lain bersumberkan dari riwayat Ibnu Mas'ud yang isinya hampir sama. Di dalam riwayatnya ini disebutkan bahwa Nabi SAW. bersabda,

"وَإِنِّي اسْتَأْذَنْتُ رَبِّي فِي الدُّعَاءِ لَهَا فَلَمْ يَأْذَنْ لِي، وَأَنْزَلَ عَلِيَّ: {مَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى} فَأَخَذَنِي مَا يَأْخُذُ الْوَلَدُ لِلْوَالِدَةِ، وَكُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا، فَإِنَّهَا تُذَكِّرُ الْآخِرَةَ"

"Sesungguhnya aku meminta izin kepada Rabb-ku untuk mendoakan ibuku, tetapi Dia tidak mengizinkan aku melakukannya, dan diturunkanlah kepadaku firman Allah SWT. yang mengatakan: 'Tiada-lah sepatutnya bagi nabi dan orang-orang yang beriman.' (QS. At-Taubah: 113), hingga akhir ayat. Maka aku pun merasa sedih sebagaimana sedihnya seorang anak terhadap orang tuanya. Dan aku telah melarang kalian menziarahi kuburan, maka sekarang berziarahlah, karena sesungguhnya ziarah kubur itu mengingat­kan akhirat."

Hadis lain yang semakna yaitu, Imam Tabrani mengatakan: dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah SAW ketika kembali dari medan Tabuk melakukan ibadah Umrah. Ketika turun dari Lereng Asfan, beliau memerintahkan para sahabatnya untuk beristirahat di Aqabah menunggunya yang akan pergi hingga beliau bergabung kembali dengan mereka. Nabi SAW. pergi, lalu turun di kuburan ibunya dan bermunajat kepada Rabb-nya cukup lama. Setelah itu beliau menangis dengan tangisan yang berat, maka mereka yang menemaninya ikut menangis pula karena tangisannya. Mereka mengatakan bahwa tidak sekali-kali Nabi Allah menangis di tempat seperti ini melainkan Allah telah menurunkan sesuatu buat umatnya yang tidak akan mampu mereka melakukannya. Ketika mereka menangis, maka Nabi SAW bangkit dan kembali kepada mereka, lalu bertanya, "Apakah yang menyebabkan kalian menangis?" Mereka menjawab, "Wahai Nabi Allah, kami menangis karena tangisanmu." Mereka mengatakan kepadanya, "Barangkali Allah telah memerintahkan sesuatu kepada umatmu yang tidak mampu mereka sanggah." Nabi SAW bersabda:

"Tidak, memang sebagiannya. Tetapi aku turun di atas kubur ibuku, lalu aku memohon kepada Allah agar Dia memberiku izin untuk memberikan syafaat buat ibuku di hari kiamat nanti, tetapi Allah menolak dan tidak memberiku izin, sehingga aku menangis karena dia adalah ibuku sendiri, aku kasihan kepadanya. Lalu datanglah Jibril kepadaku dan membawakan firman-Nya: Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya tidak lain hanyalah karena suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahwa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri darinya". (QS. At-Taubah: 114); Jibril berkata, 'Maka berlepas dirilah kamu dari ibumu sebagaimana Ibrahim berlepas diri dari ayahnya,.' Maka aku merasa kasihan kepadanya karena dia adalah ibuku sendiri. Dan aku berdoa kepada Rabb-ku semoga Dia melenyapkan dari umatku empat perkara. Maka Allah melenyapkan dari mereka dua perkara dan menolak / tidak mau melenyapkan yang duanya lagi. Aku berdoa kepada Rabb-ku, semoga Dia melenyapkan dari mereka rajam dari langit dan banjir dari bumi yang menenggelam­kan, dan hendaklah Dia tidak memecah belah mereka menjadi berbagai golongan, serta hendaklah Dia tidak merasakan kepada sebagian dari mereka dengan keganasan sebagian yang lainnya. Maka ternyata Allah melenyapkan dari mereka azab rajam dari langit dan banjir yang menenggelamkan dari tanah, tetapi Allah menolak, tidak mau melenyap­kan dari mereka pembunuhan dan perpecahan."

Saudaraku, lalu bagaimana dengan kita yang sudah datang risalah tauhid?? Sudah sampai kepada kita bahwa Allah melarang kita mengabdi kepada thoghut? Dilarang mengabdi kepada sesama manusia? Tetapi ajaran barat (demokrasi) telah lama diterapkan dan kebanyakan manusia tidak merespon kesyirikan besar ini?

Jika ibunda Rasul saja yang meninggal sebelum Muhammad SAW diutus, tetapi dia termasuk ada tamakkun /peluang untuk mendapatkan tauhid walaupun sedikit, lalu apa gerangan dengan kita yang sudah jelas ada tamakkun/ peluang untuk menjadi orang bertauhid???

Terakhir, saya kutip firman Allah SWT :

يٰٓأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لَّا يَجْزِى وَالِدٌ عَنْ وَلَدِهِۦ وَلَا مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَالِدِهِۦ شَيْئًا ۚ إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ ۖ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيٰوةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ

"Wahai manusia! Bertakwalah kepada Rabb-mu dan takutlah pada hari yang (ketika itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya, dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikit pun. Sungguh, janji Allah pasti benar, maka janganlah sekali-kali kamu teperdaya oleh kehidupan dunia, dan jangan sampai kamu teperdaya oleh penipu dalam (menaati) Allah." (QS. Luqman 31: 33)


Nasehat ini terkhusus untuk anak-cucuku. Semoga bermanfaat.

Ya Allah, saksikanlah, saya telah mengingatkan.
Wa shalallahu 'ala Muhammad wa'ala Alihi wa ashabihi ajma'in. Walhamdulillah
channel_ISLAMIC INSTITUTE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...