10/09/2019

MEWASPADAI PARA PENGKHIANAT PERJUANGAN ISLAM


MEWASPADAI PARA PENGKHIANAT PERJUANGAN ISLAM
Oleh : Abu Usamah JR

Salah satu persoalan yang sering menjadi penghambat keberhasilan perjuangan adalah adanya para pengkhianat. Dalam setiap kancah perjuangan baik yang haq maupun yang bathil, sosok para pengkhianat selalu ada. Tidak terkecuali dalam perjuangan menegakkan dienullah. Dan terjadinya pengkhianatan sudah pasti dilakukan oleh orang yang berada di dalam barisan perjuangan.

Pengkhianatan bisa dilakukan dalam skala besar maupun kecil, secara sengaja maupun tidak, dengan diniatkan oleh pelakunya ataupun tidak diniatkan. Di antara contoh kecil dalam hal ini adalah pembocoran rahasia kaum muslimin kepada pihak musuh. Pelaku dalam hal ini bisa siapa saja, dan bisa dilakukan dengan sengaja atau tidak, dengan niat berkhianat ataupun tidak. Sehingga ini menjadi pelajaran bagi setiap orang untuk tidak menyampaikan tentang setiap yang didengar kepada orang lain. Ia harus mempertimbangkan antara manfaat dan madharatnya dalam berbicara.

Contoh dalam persoalan ini seperti yang Allah sebutkan dalam firmanNya:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَا تَتَّخِذُواْ عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمۡ أَوۡلِيَآءَ تُلۡقُونَ إِلَيۡهِم بِٱلۡمَوَدَّةِ وَقَدۡ كَفَرُواْ بِمَا جَآءَكُم مِّنَ ٱلۡحَقِّ يُخۡرِجُونَ ٱلرَّسُولَ وَإِيَّاكُمۡ أَن تُؤۡمِنُواْ بِٱللَّهِ رَبِّكُمۡ إِن كُنتُمۡ خَرَجۡتُمۡ جِهَٰدٗا فِي سَبِيلِي وَٱبۡتِغَآءَ مَرۡضَاتِيۚ تُسِرُّونَ إِلَيۡهِم بِٱلۡمَوَدَّةِ وَأَنَا۠ أَعۡلَمُ بِمَآ أَخۡفَيۡتُمۡ وَمَآ أَعۡلَنتُمۡۚ وَمَن يَفۡعَلۡهُ مِنكُمۡ فَقَدۡ ضَلَّ سَوَآءَ ٱلسَّبِيلِ ١

“Hai orangorang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuhKu dan musuhmu menjadi temanteman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (beritaberita Muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir Rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada Allah, Tuhanmu. Jika kamu benarbenar keluar untuk berjihad di jalanKu dan mencari keridhaanKu (janganlah kamu berbuat demikian). Kamu memberitahukan secara rahasia (beritaberita Muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. Aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. Dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus.” (QS Al-Mumtahanah: 1).

Ayat diatas turun berkenaan dengan peristiwa pembocoran rahasia rencana penaklukan kota Makkah yang akan dilakukan oleh kaum muslimin. Pelaku pembocoran rahasia adalah salah seorang sahabat Nabi bernama Hathib bin Abi Balta’ah. Ia menulis surat yang hendak dikirim kepada kaum qurays melalui perantara seorang wanita yang dijadikan kurir. Dan pada akhirnya upaya untuk membocorkan rahasia ini bisa digagalkan oleh Rasulullah setelah beliau menerima wahyu.

Hathib ibnu Abi Baltha’ah melakukan hal tersebut bukan dengan berniat berkhianat atau karena seorang munafiq. Sebab ia adalah salah seorang sahabat Nabi yang turut serta dalam perang Badar dan baik keislamannya. Hathib melakukan hal tersebut dengan niat untuk melindungi keluarganya yang ada di Makkah. Akan tetapi tindakan Hathib tetap tidak dibenarkan sehingga Allah menurunkan ayat al qur’an untuk menegurnya.

Membocorkan rahasia kaum muslimin kepada pihak musuh hanyalah satu contoh bentuk pengkhianatan yang bisa dilakukan oleh siapa saja yang berada di tengahtengah kaum muslimin. Dan salah satu upaya musuh untuk mengalahkan para pejuang islam adalah dengan memberikan bayaran bagi siapa yang bersedia menjadi spion yang bekerja untuk mencari informasi rahasia kaum muslimin. Meskipun sepertinya pekerjaan ini mudah namun madharat yang ditimbulkan bisa sangat buruk bagi kaum muslimin.

Melakukan pengkhianatan perjuangan islam besar maupun kecil tetaplah tidak dibenarkan. Sehingga pelakunya bisa dikafirkan dan dihukum mati karena telah membantu kaum kafir untuk memerangi kaum muslimin. Diantara hal penting yang harus dilakukan oleh para mujahidin adalah menjaga pembicaraan dan menyaring setiap informasi yang didapat. Agar ia tidak menyampaikan rahasia kaum muslimin kepada yang tidak berhak, kemudian informasi itu sampai kepada pihak musuh. Sehingga dengan perbuatannya tersebut ia telah merugikan kaum muslimin dan menjadikan ia menyesal karenanya.

Untuk seseorang menjadi pengkhianat perjuangan dengan kemauan sendiri tanpa paksaan, ada beberapa sebab. Namun semua sebab diluar dari sebab karena dipaksa tidaklah diudzur. Contoh orang yang dipaksa, seperti orang yang ditangkap oleh aparat thoghut kemudian disiksa dengan cara sadis dan dipaksa menyebutkan rahasia kaum muslimin. Orang yang dalam keadaan demikian diudzur, namun sebisa mungkin tidak menyebutkan semua rahasia. Dan sebisa mungkin menyebutkan sedikit informasi dan memilih informasi yang madharatnya lebih ringan sekalipun jatuh ke tangan musuh.

Ada beberapa kelompok orang yang berpotensi menjadi pengkhianat perjuangan. Dikatakan berpotensi ini artinya memungkinkan untuk itu tapi tidak pasti. Maka bisa jadi dengan rahmat Allah orang tersebut justru diberikan keistiqomahan dalam perjuangan. Maka penyebutan berpotensi sebagai pengkhianat perjuangan ini sebagai pengingat bagi kita semua termasuk anda dan saya untuk menutup celah dalam diri kita agar tidak menjadi pengkhianat perjuangan. Dan untuk bersamasama mengantisipasi munculnya para pengkhianat dalam barisan perjuangan kita.

Diantara kelompok manusia yang berpotensi bisa menjadi pengkhianat perjuangan kaum muslimin adalah:

1. Orangorang yang masuk dalam kategori barisan sakit hati.

Mereka menjadi demikian diantaranya karena merasa tersisihkan secara politik dari jama’ah kaum muslimin. Diantara mereka ada orangorang yang memiliki ambisi kepemimpinan tapi ambisinya tidak bisa diraih. Maka kemudian ia merasa tersisih bukan disisihkan dari jamaah kaum muslimin. Dan ia tidak bisa menerima keadaan yang demikian sehingga ada perasaan sakit hati.

Atau orangorang yang sebelumnya menjadi tokoh dalam perjuangan namun tersingkirkan akibat kesalahan yang diperbuat. Kesalahan tersebut seperti tidak amanah, menyalah gunakan wewenang atau karena pelanggaran syariat yang berat. Orang yang mengalami hal ini jika tidak berjiwa besar, tidak sadar diri dan tidak ikhlas, bisa terjangkit penyakit dendam dan sakit hati.

Contoh orang yang masuk kategori barisan sakit hati adalah gembong munafiq si Abdullah bin Ubay bin Salul. Dia adalah tokoh yang secara lihai memainkan peran sebagai pengkhianat perjuangan islam dengan totalitas. Abdullah bin Ubay ibarat duri dalam daging yang menimbulkan kangker ganas dalam tubuh barisan perjuangan islam yang dipimpin oleh Rasulullah sholallahu ‘alaihissalam.

Abdullah bin Ubay bin Salul sebenarnya tidak pernah bersimpati kepada Rasulullah dan kepada islam. Adapun ia purapura masuk islam adalah dengan misi untuk melampiaskan dendamnya kepada Rasulullah dan kaum muslimin. Yang sebenarnya Rasulullah dan kaum muslimin tidak pernah menyakiti Abdullah bin Ubay. Sehingga tidak pantas jika Abdullah bin Ubay merasa sakit hati dan menyimpan dendam terhadap Rasulullah dan kaum Muslimin.

Abdullah bin Ubay merasa sakit hati karena dengan kedatangan Rasulullah dan kaum muslimin dari makkah ke madinah ia merasa tersisihkan secara politik dari jama’ah kaum muslimin. Sebab Abdullah bin Ubay sebelum Rasulullah dan kaum muslimin hijrah ke Madinah, ia adalah seorang tokoh yang telah dipersiapkan oleh kaumnya untuk menjadi raja. Namun mahkota raja yang sudah dipersiapkan oleh kaumnya batal dikenakannya dengan kedatangan Rasulullah ke Madinah yang kemudian menjadi pemimpin atas masyarakat Madinah. Abdullah bin Ubay menganggap Rasulullah sebagai orang yang telah menggagalkan ambisinya untuk menjadi pemimpin.

Atas latar belakang peristiwa tersebut Abdullah bin Ubay menyimpan dendam kepada Rasulullah dan kaum muslimin.Maka kemudian ia purapura masuk islam demi memuluskan rencana jahatnya untuk menghancurkan kaum muslimin. Maka nampaklah di mata manusia bahwa Abdullah bin Ubay bagian dari barisan kaum muslimin. Namun pada hakikatnya hatinya tidak pernah memiliki niat baik kepada islam dan kaum muslimin.

Maka kemudian semua peristiwa kegaduhan yang terjadi pada barisan kaum muslimin biang keroknya adalah Abdullah bin Ubay. Membelotnya 300 orang lebih pasukan kaum muslimin dalam perang uhud adalah atas hasutan Abdullah bin Ubay. Desasdesus yang meresahkan kaum muslimin dalam perang ahzab juga Abdullah bin Ubay trouble makernya. Bahkan ia dan gerombolannya berencana ingin mengusir Rasulullah dari Madinah.

Untuk menghindari celah seorang muslim akan digelincirkan setan sehingga berpotensi jadi pengkhianat, adalah dengan cara mengikhlaskan setiap amal. Jika dirinya tidak memiliki posisi penting dalam jama’ah kaum muslimin bukan berarti ia tidak bisa memberikan peran dalam perjuangan. Karena setiap orang memiliki potensi yang berbeda yang bisa disumbangkan untuk perjuangan.

Berjiwa besar tatkala harus melepaskan jabatan juga harus tertanam dalam jiwa para pejuang. Sehingga ia tidak menjadi lemah apalagi sakit hati ketika dicopot dari jabatannya. Sebab pada posisi apapun seorang hamba beramal dengan ikhlas maka Allah tidak akan menyianyiakan amal perbuatannya. Bahkan sekalipun amalnya tidak diketahui manusia, tapi Allah pasti mengetahuinya.

Contohlah Khalid bin Walid dalam sikap berjiwa besar.Ia seorang panglima perang islam paling gemilang, paling legendaris dan tidak pernah terkalahkan. Namun ia ikhlas tatkala jabatan panglima dicopot dari dirinya. Dan ia pun tetap bersemangat dalam berjihad meskipun ia hanya seorang prajurit biasa. Sebab ia berjihad karena Allah, bukan karena orang yang telah mengangkatnya menjadi panglima.

2. Orang yang memiliki sifat rakus terhadap kemewahan dunia.

Salah satu hal yang dilakukan oleh orangorang kafir untuk menaklukkan para pejuang islam adalah dengan kucuran harta. Dengan imingiming harta dunia kaum kafir mencoba merubah para mujahidin dari lawan menjadi kawan. Dan cara ini cukup efektif untuk menaklukkan orang-orang yang rakus terhadap dunia. Cara seperti ini sudah dilakukan oleh kaum kafir sejak zaman dahulu kala.

Memang terkadang ada orangorang beriman yang silau dengan kemewahan dunia dan terkagumkagum dengan orang yang memiliki kekayaan berlimpah. Hal tersebut sebagaimana yang Allah contohkan dalam firmanNya:

فَخَرَجَ عَلَىٰ قَوۡمِهِۦ فِي زِينَتِهِۦۖ قَالَ ٱلَّذِينَ يُرِيدُونَ ٱلۡحَيَوٰةَ ٱلدُّنۡيَا يَٰلَيۡتَ لَنَا مِثۡلَ مَآ أُوتِيَ قَٰرُونُ إِنَّهُۥ لَذُو حَظٍّ عَظِيمٖ ٧٩

“Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orangorang yang menghendaki kehidupan dunia, “Mogamoga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benarbenar mempunyai keberuntungan yang besar.” (QS Al Qashash: 79).

Akan tetapi orang yang memiliki ilmu dan sempurna imannya akan berpandang tidak demikian.

وَقَالَ ٱلَّذِينَ أُوتُواْ ٱلۡعِلۡمَ وَيۡلَكُمۡ ثَوَابُ ٱللَّهِ خَيۡرٞ لِّمَنۡ ءَامَنَ وَعَمِلَ صَٰلِحٗاۚ وَلَا يُلَقَّىٰهَآ إِلَّا ٱلصَّٰبِرُونَ

“Berkatalah orangorang yang dianugerahi ilmu, Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orangorang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orangorang yang sabar. (QS Al-Qashash: 80).

Ada banyak kisah dari umat terdahulu bagaimana sifat rakus terhadap harta bisa menggelincirkan seseorang dari kebenaran. Akibat kecenderungan kepada dunia menjadikan seseorang berbalik arah dalam perjuangan. Sehingga ia menjadikan kawan sebagai musuh yang diperangi dan menjadikan lawan sebagai sahabat yang dibela. Salah satu contoh dalam hal ini adalah Bul’am bin Baurah yang hidup pada zaman Nabi Musa ‘alaihissalam. Ia adalah seorang ulama yang mengetahui isi alkitab dan mengetahui asma Allah yang paling agung.

Sifat kecenderungan kepada dunia menjadikan Bul’am bin Baurah membela kaum kafir yang diperangi Nabi Musa ‘alaihissalam. Ia pun menjadi sesat dan diperumpamakan seperti anjing oleh Allah. Dimana salah satu sifat anjing adalah membela tuan yang telah memberinya makan. Anjing tidak peduli apakah tuannya berada di pihak yang salah ataukah benar. Bul’am membela kaum kafir padahal ia mengetahui bahwa kebenaran ada pada pihak Nabi Musa dan pengikutnya.

Allah Azza wa jalla berfirman tentang Bul’am bin Baurah:

وَٱتۡلُ عَلَيۡهِمۡ نَبَأَ ٱلَّذِيٓ ءَاتَيۡنَٰهُ ءَايَٰتِنَا فَٱنسَلَخَ مِنۡهَا فَأَتۡبَعَهُ ٱلشَّيۡطَٰنُ فَكَانَ مِنَ ٱلۡغَاوِينَ ١٧٥ وَلَوۡ شِئۡنَالَرَفَعۡنَٰهُ بِهَا وَلَٰكِنَّهُۥٓ أَخۡلَدَ إِلَى ٱلۡأَرۡضِ وَٱتَّبَعَ هَوَىٰهُۚ فَمَثَلُهُۥ كَمَثَلِ ٱلۡكَلۡبِ إِن تَحۡمِلۡ عَلَيۡهِ يَلۡهَثۡ أَوۡ تَتۡرُكۡهُ يَلۡهَثۚ ذَّٰلِكَ مَثَلُ ٱلۡقَوۡمِ ٱلَّذِينَ كَذَّبُواْ بِ‍َٔايَٰتِنَاۚ فَٱقۡصُصِ ٱلۡقَصَصَ لَعَلَّهُمۡ يَتَفَكَّرُونَ ١٧٦

“Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayatayat Kami (pengetahuan tentang isi AlKitab), kemudian dia melepaskan diri dari ayatayat itu, lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda), maka jadilah dia termasuk orangorang yang sesat. Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayatayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu meng halaunya diulurkannya lidahnya, dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orangorang yang mendustakan ayatayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisahkisah itu agar mereka berpikir. Amat buruklah perumpamaan orangorang yang mendustakan ayatayat Kami, dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim.” (QS Al A’raf: 175177).

Contoh lain adalah Ar-Rajal bin al-Unfuwah seseorang yang pernah menjadi muridnya Rasulullah shalallahu ‘alaihiwassalam namun menjadi pengikut dan pembela Musailamah al-Kadzab. Ar-Rajal tahu akan kedustaan Musailamah yang mengaku sebagai nabi. Namun harta dunia yang ditawarkan Musailamah membuat Ar-Rajal membenarkan kenabian Musailamah dan menjadi pembelanya. Dan ia pun rela memerangi kaum muslimin demi membela Musailamah. Akhirnya Ar-Rajal mati dalam keadaan kafir ketika perang Yamamah.

Karena itu hendaknya para mujahidin berusaha menjadi pribadi yang mandiri dan tidak bergantung kepada pihak lain. Sehingga ia tidak bisa ditekan oleh siapapun dalam menentukan sikap. Yang kedua tentunya juga memiliki sikap qonaah dan tidak rakus dengan dunia. Sebab sebanyak apapun harta dikumpulkan ia tidak akan dibawa ketika pemiliknya mati.

3. Orang yang lemah dalam keimanan.

Ia adalah orang yang keimanannya mengalami pasang surut. Jika ia mendapatkan keamanan dan kehidupan yang baik ia akan teguh dalam keimanan. Namun jika ujian dan kesulitan mendatanginya ia pun menjadi lemah dan berpaling kebelakang.

Allah azza wa jalla berfirman:

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَعۡبُدُ ٱللَّهَ عَلَىٰ حَرۡفٖۖ فَإِنۡ أَصَابَهُۥ خَيۡرٌ ٱطۡمَأَنَّ بِهِۦۖ وَإِنۡ أَصَابَتۡهُ فِتۡنَةٌ ٱنقَلَبَ عَلَىٰ وَجۡهِهِۦ خَسِرَ ٱلدُّنۡيَا وَٱلۡأٓخِرَةَۚ ذَٰلِكَ هُوَ ٱلۡخُسۡرَانُ ٱلۡمُبِينُ ١١

“Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah dengan berada di tepi. Maka jika ia memperoleh kebajikan, tetaplah ia dalam keadaan itu; dan jika ia ditimpa oleh suatu bencana, berbaliklah ia ke belakang. Rugilah ia di dunia dan di akhirat. Yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (QS Al Hajj: 11).

Maka orangorang yang lemah keimanannya memiliki potensi untuk menjadi pengkhianat perjuangan tatkala kesulitan dan musibah menghampirinya. Bisa jadi orangorang yang lemah keimanannya hanya akan mengambil posisi yang menguntungkan dirinya. Tatkala kemenangan berpihak kepada orangorang beriman maka ia akan tetap memposisikan dirinya bersama orang-orang beriman. Namun jika kekalahan atau bencana menimpa orangorang beriman maka ia menampakkan diri bukan bagian dari mereka. Atau yang lebih parah adalah segera berbelok arah bergabung dengan pihak musuh.

Orangorang yang memiliki karakter seperti itu dari kalangan mereka yang mengaku beriman memang ada. Hal tersebut sebagaimana yang Allah katakan dalam firmanNya :

وَمِنَ ٱلنَّاسِ مَن يَقُولُ ءَامَنَّا بِٱللَّهِ فَإِذَآ أُوذِيَ فِي ٱللَّهِ جَعَلَ فِتۡنَةَ ٱلنَّاسِ كَعَذَابِ ٱللَّهِۖ وَلَئِن جَآءَ نَصۡرٞ مِّن رَّبِّكَ لَيَقُولُنَّ إِنَّا كُنَّا مَعَكُمۡۚ أَوَ لَيۡسَ ٱللَّهُ بِأَعۡلَمَ بِمَا فِي صُدُورِ ٱلۡعَٰلَمِينَ ١٠

Dan di antara manusia ada orang yang berkata: “Kami beriman kepada Allah”, maka apabila ia disakiti (karena ia beriman) kepada Allah, ia menganggap fitnah manusia itu sebagai azab Allah. Dan sungguh jika datang pertolongan dari Tuhanmu, mereka pasti akan berkata: “Sesungguhnya kami adalah besertamu”. Bukankah Allah lebih mengetahui apa yang ada dalam dada semua manusia?.” (QS Al Ankkabut :10).

Karena itu untuk membekali diri dengan keimanan yang kokoh adalah kebutuhan bagi setiap mujahid. Hendaknya para mujahidin berupaya melakukan halhal yang bisa memperkuat keimanannya. Diantaranya adalah dengan cara menuntut ilmu, melaksanakan ketaatan, menjauhi maksiat dan bergaul dengan orangorang yang teguh dalam keimanan.

Jika ia belum mampu mendzahirkan tauhid dan ada orang lain yang mampu mendzahirkan Jika ia belum mampu mendzahirkan tauhid dan ada orang lain yang mampu mendzahirkan tauhid, hendaklah ia mendukung dan membantunya. Dan janganlah ia mencela orang yang mempu untuk mendzahirkan tauhid, ketika dirinya tidak mampu. Namun seharusnya dia berdo’a kepada Allah agar diberi kemampuan dan kekuatan untuk mendzahirkan tauhid seperti orang lain.

Dan hal yang perlu diketahui oleh setiap mujahid adalah bahwa dalam perjuangan pasti ada ujian. Karena itu persiapkan bekal dan mental untuk menghadapi kerasnya ujian. Agar ia tidak berbalik kebelakang menjadi musuh perjuangan islam. Dan sebaikbaik bekal itu adalah taqwa. Semoga Allah menjaga para mujahidin untuk tetap teguh di atas millah tauhid dan di dalam jalan jihad fie sabilillah.


Wallahu musta’an

21 Sya’ban 1438H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...