PENAKLUKKAN YANG TERJADI
DI BULAN RAMADHAN
Segala puji bagi Allah, shalawat dan salam tercurah kepada baginda Rasulullah, kerabatnya, para sahabatnya dan semua yang mengikutinya, amma ba’du:
Sesungguhnya bulan Ramadhan mempunyai keistimewaan dibanding
bulan-bulan lainnya; yaitu bulan berpuasa, menegakkan sholat, membaca Al-Quran,
sedekah dan seluruh ibadah lainnya. Dalam bulan ini kesungguhan kaum muslimin
dalam beribadah lebih dari bulan-bulan lainnya. Adapun berperang di jalan
Allah pada bulan ini, maka para mujahidin memberikan sambutan yang teramat
hangat dan perhatian yang lebih besar. Karena dalam bulan Ramadhan, Allah
menaklukkan banyak tempat untuk muslimin dan menurunkan kepada mereka
rahmat-Nya. Ia adalah bulan yang diberkati, pintu-pintu surga dibuka dan
pintu-pintu neraka ditutup, serta setan-setan terbelenggu. Bulan yang mulia,
dimana kebaikan dilipatgandakan dan syahwat-syahwat terkekang. Suatu bulan,
dimana orang yang berpuasa dan menghidupkan malam-malamnya dengan
sungguh-sungguh, akan diampuni dosanya yang telah lalu, lalu bagaimana halnya
dengan yang dia berpuasa, mendirikan malamnya, dan berjihad didalamnya dengan
jiwa, harta dan lisannya!
Oleh sebab itu, sepanjang sejarah, hari-hari di bulan Ramadhan
adalah hari-hari jihad dan pertempuran. Dalam bulan ini banyak terjadi
pengiriman sariyyah (detasemen tempur), penyerbuan, dan penaklukan-penaklukan
Islam yang merubah wajah sejarah. Kami akan menyebutkan beberapa saja, karena
tidaklah cukup jika peristiwa-peristiwa bersejarah tersebut dirinci satu demi
satu:
Sariyyah-sariyyah yang diutus oleh Nabi Shalallahu’alaihi wasallam
ketika Ramadhan:
Ghazwah yaitu: pertempuran yang
dihadiri atau dipimpin sendiri oleh Rasul (Shallallahu’alaihi wasallam).
Adapun Sariyyah yaitu: detasemen tempur yang dikirim
oleh Rosul (Shallallahu’alaihi wasallam), namun Beliau tidak menghadiri atau
memimpin pasukan ini. Jumlah sariyyah yang diutus oleh Nabi (Shalallahu’alaihi wa
sallam) adalah 73 sariyyah,
11 diantaranya dikirim di bulan Ramadhan, yaitu:
1. Sariyyah Sahil Al bahr (pesisir laut) –Ramadhan, tahun pertama
Hijrah
Bendera perang yang
pertama kali diangkat dalam sejarah Islam, dan langkah pertama dalam perjalanan
panjang jihad. Rasulullah memberikannya pada Hamzah dan mengutusnya memimpin 30
laki-laki muhajirin. Mereka berangkat untuk menghadang kafilah dagang Quraisy
yang datang dari Syam. Ketika mereka sampai di Siif Al-Bahr (suatu daerah di
pesisir Laut Merah), 3
kedua belah pihak
bertemu dan berbaris untuk bertempur. Akan tetapi kedua kelompok ini
dihalang-halangi oleh Majdi ibn ‘Amr Al Juhaniy, dan ia adalah sekutu dari
kedua belah pihak, sehingga pertempuran tidak terjadi.
2. Sariyyah ‘Umair Ibn ‘Adiy Al Khathamiy – Ramadhan, tahun
kedua Hijrah
Rasulullah (Shalallahu’alaihi
wasallam) mengutus sariyyah ini untuk membunuh ‘Ashmaa Binti Marwan yang
telah mengejek Islam dan menghasut orang-orang untuk membunuh Rasulullah (Shalallahu ‘Alaihi wa
sallam). Pada tengah
malam, Umair bin ‘Adiy mendatanginya di rumahnya, kemudian menghunus pedangnya
dan berhasil menusuk dadanya sampai tembus punggungnya.
3. Sariyyah Zaid Ibn Haritsah – Ramadhan, tahun keenam
Hijrah
Rasulullah (Shalallahu ‘alaihi wa
sallam) mengirimnya ke Bani
Fazarah, yang bertempat di salah satu sisi Wadil Qura, lantaran ada beberapa
orang Bani Fazarah yang menghadang dagangan kaum muslimin dan merampoknya. Zaid
ibn Haritsah kemudian berangkat mengepalai beberapa orang sahabat, mereka
berhasil menyergap orang-orang itu secara tiba-tiba, mengepung mereka, dan
berhasil menawan Ummu Qirfah Fathimah Binti Rabi’ah Al Fazariyyah, dia seorang
wanita yang sudah tua, ditaati dan dimuliakan oleh kaumnya, sebelumnya dia
telah menyiapkan 40 penunggang kuda dari anak-anak dan cucu-cucunya untuk
membunuh Nabi (Shalallahu’alaihi wasallam). Maka Zaid Ibn Haritsah membunuh mereka
semua juga membunuh Ummu Qirfah.
4. Sariyyah ‘Abdullah Ibn ‘Atiq –Ramadhan, tahun keenam
Hijrah
Adalah suku Aus dan
Khazraj selalu berlomba dalam membela Rasulullah (Shalallahu’alaihi wasallam). Tatkala suku Aus
membunuh Ka’ab Ibn Asyraf, yang telah menyakiti Rasulullah (Shalallahu’alaihi
wasallam), suku Khazraj mencari-cari siapa yang permusuhannya atas
Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam menyerupai Ibn Asyraf . Merekapun
menemukan Abu Rafi’ Salam Ibn Abi Al-Haqiq An Nadhariy. Dialah yang
mengumpulkan pasukan Ahzab pada perang Khandaq, mendanai kabilah Ghathafan
untuk ikut serta dalam koalisi itu, dan selalu mencaci Rasulullah dalam setiap
kesempatan. Maka para sahabat dari kalangan Khazraj meminta izin kepada
Rasulullah (Shalallahu’alaihi wasallam) untuh membunuh Abu Rafi’. Rasulullah
memberi izin kepada mereka, lalu mengutus 5 orang dari mereka dan menunjuk
Abdullah ibn ‘Atiq untuk memimpin mereka. Sariyyah itupun kemudian menyerbu kediaman
Abu Rafi’, menghabisinya, dan kemudian kembali ke Madinah dengan selamat.
5. Sariyyah Ghalib Al-Laitsiy – Ramadhan, tahun keenam
Hijrah4
Rasulullah (Shalallahu’alaihi
wasallam) mengutusnya kepada Bani ‘Awal dan Bani ‘Abd ibn Tsa’labah yang
keduanya itu adalah kabilah Arab Badui di Nejd. Sebelumnya, orang-orang dari
kedua kabilah itu menyerbu pinggiran Madinah ketika kaum muslimin sibuk
bertempur melawan kafir Quraisy dan Yahudi. Maka kaum muslimin bergerak dengan
berkekuatan 130 prajurit yang dikomandoi oleh Ghalib ibn ‘Abdullah Al Laitsiy.
Mereka menyerbu pada waktu fajar, dan membunuh siapapun yang melawan, sedangkan
sisanya melarikan diri. Mereka berhasil mendapatkan ghanimah berupa unta dan
kambing dalam jumlah banyak, lalu menggiringnya ke Madinah.
6. Sariyyah Abu Qatadah As-Sulami – Ramadhan, tahun
kedelapan Hijrah
Ketika Rasulullah (Shalallahu’alaihi
wasallam) berencana untuk menginvasi Makkah, diutuslah Abu Qatadah Al Harits
Ibn Rib’iy dalam satu sariyyah berkekuatan 8 orang menuju Batn Idhom (suatu
lembah di utara Makkah) untuk menipu Quraisy dan meng-kamuflasekan tujuan kaum
muslimin yang sebenarnya. Sehingga mereka mengira kaum muslimin sedang bergerak
menuju arah tersebut. Sariyyah ini berhasil sampai ke tujuannya tanpa menemui
hambatan. Kemudian mereka pergi dan bergabung dengan pasukan induk kaum
muslimin.
7. Sariyyah Khalid ibn Walid – Ramadhan, tahun kedelapan
Hijrah
Setelah Rasulullah (Shalallahu’alaihi
wasallam) menghancurkan seluruh berhala yang berada di dalam Ka’bah ketika
penaklukan kota Makkah, Rasulullah mengutus beberapa sariyyah untuk
menghancurkan berhala-berhala di daerah-daerah tetangga. Maka diutuslah Kholid
dengan 30 pasukan berkuda menuju berhala Al ‘Uzza di Nakhlah (lembah diantara
Makkah dan Thaif) dan dihancurkanlah berhala itu.
8. Sariyyah ‘Amru Ibn Al-‘Ash – Ramadhan, tahun kedelapan
Hijrah
Pada waktu yang
sama, Nabi (Shalallahu’alaihi wasallam) mengirim Amru ibn Al-‘Ash memimpin
sariyyah menuju berhala Suwaa’ di Ruhath (jauhnya sekitar 3 mil dari Makkah),
mereka lalu menghancurkan berhala itu beserta rumah penyimpanannya.
9. Sariyyah Sa’ad Ibn Zaid Al Asyahiliy – Ramadhan, tahun
kedelapan Hijrah
Nabi (Shalallahu’alaihi
wasallam) juga mengutus Sa’ad Ibn Zaid dengan 20 pasukan berkuda menuju
berhala Manat di wilayah yang dikenal dengan nama Musyallal (di pesisir Laut
Merah). Tatkala mereka sampai di tempat itu, dari 5
dalam bangunan
berhala itu muncul seorang perempuan berkulit hitam yang telanjang, dengan
rambut acak-acakan, sembari berteriak-teriak akan kecelakaan dan kebinasaan,
sambil memukul-mukul dadanya, maka Sa’ad membunuhnya dan menghancurkan
berhalanya.
10. Sariyyah ‘Ali Ibn Abi Tholib – Ramadhan, tahun
kesepuluh Hijrah
Rasulullah (Shalallahu’alaihi
wasallam) mengutus ‘Ali menuju Yaman, menetapkan untuknya sebuah panji
khusus dan menyerahkannya dengan tangan beliau sendiri. Maka berangkatlah ‘Ali
dengan 300 pasukan berkuda. Ketika tiba, ia mengutus prajuritnya, dan mereka
kembali dengan membawa rampasan berupa wanita, anak-anak, binatang ternak dan
ghanimah lainnya. Kemudian kaum muslimin bertemu dengan pasukan mereka.
Diserulah mereka kepada Islam, namun mereka menolak, malah memanahi serta
melempari kaum muslimin dengan batu. Maka Ali membariskan pasukannya, kemudian
menyerbu mereka, dan berhasil membunuh 20 orang. Maka mereka mundur tercerai
berai. Ali lalu menghentikan pengejaran, kemudian menyeru mereka kepada Islam
dan mereka menyambutnya.
11. Sariyyah Jarir Ibn ‘Abdullah Al Bajaliy – Ramadhan,
tahun kesepuluh Hijrah
Rasulullah (Shalallahu’alaihi
wasallam)mengutus Jarir Ibn ‘Abdullah bersama 150 pasukan berkuda menuju
berhala Dzil Khalashah, sebuah rumah sesembahan di wilayah Tabaalah (antara
Makkah dan Yaman). Rumah ini dinamakan Ka’bah Yamaniyah, karena orang-orang
jahiliyah berhaji menuju rumah itu. Tatkala mereka sampai di rumah itu, mereka
membakarnya, lalu kemudian menghancurkannya.
Ghazwah yang dipimpin oleh Rasulullah Shalallahu’alaihi wa sallam
ketika Ramadhan:
Ghazwah yang
dipersiapkan dan dipimpin sendiri oleh Nabi (Shalallahu’alaihi wasallam) berjumlah 28
ghazwah, dua ghazwah yang paling penting terjadi di bulan Ramadhan, yaitu:
Ghazwah Badar Al-Kubra dan Fathu Makkah.
12. Perang Badar – Ramadhan, tahun kedua Hijrah
Adalah Perang Badr
Al-Kubra, perang yang digambarkan oleh Allah Ta’ala dalam firmannya: “Di hari
Furqan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan.”[Al Anfal : 41], dan Allah Yang Maha
Suci menggambarkan pertolongan-Nya kepada kaum muslimin setelah kondisi lemah
mereka dengan kalam-Nya: “Sungguh Allah telah menolong kamu dalam peperangan
Badar, padahal kamu adalah (ketika itu) orang-orang yang lemah. Karena itu
bertakwalah 6
kepada Allah,
supaya kamu mensyukuri-Nya.”[Ali Imran : 123]
Ketika itu kaum
muslimin keluar bersama Rasulullah (Shalallahu’alaihi wa sallam) untuk menghadang
kafilah Quraisy yang dipimpin Abu Sufyan, akan tetapi Abu Sufyan mengubah rute
kafilahnya melalui pesisir, dan ia memprovokasi penduduk Makkah untuk
menolongnya. Maka keluarlah mereka untuk menghadang kaum muslimin, di bawah
pimpinan Abu Jahal. Kedua belah pihak bertemu di Badr (sebuah sumur diantara
Makkah dan Madinah). Allah memenangkan orang-orang mukmin, yang ketika itu
hanya berjumlah 317 prajurit menghadapi kaum musyrikin yang jumlahnya melebihi
seribu prajurit. Dalam pertempuran ini 14 orang sahabat gugur syahid, 6 orang
dari kalangan Anshar dan 8 dari kalangan muhajirin, sedangkan korban dari kaum
musyrikin sebanyak 70 orang dan 70 lainnya tertawan.
13. Ghazwah Fathu Makkah – Ramadhan, tahun kedelapan
Hijrah
Makkah Al
Mukarramah, negeri yang aman sentosa dan dihormati. Rasulullah (Shalallahu’alaihi
wasallam) bergerak untuk menaklukkannya dengan 10.000 pasukan setelah kafir
Quraisy melanggar perjanjian. Allah menaklukkannya untuknya dengan kemenangan
yang nyata setelah terjadi kontak senjata ringan yang memakan korban 16 orang
musyrikin dan tiga orang sahabat gugur syahid.
Ibnul Qayyim
mendeskripsikan Fathu Makkah dengan kata-katanya: “Ini adalah kemenangan besar;
yang dengannya Allah memuliakan Dien-Nya, Rasul-Nya, dan tentara-Nya, serta
golongan-Nya yang terpercaya, dan menyelamatkan negeri dan rumah-Nya, yang
dijadikannya petunjuk bagi semesta alam, dari tangan orang-orang kafir dan musyrik.
Ia adalah kemenangan yang membuat gembira penduduk langit, gendang kemuliaan
ditabuh dibawah kerlip bintang Alfa Orion, berbondong-bondong manusia masuk
kedalam Dien-Nya, dan bumi memancarkan kemilau kebahagiaan.[Zaadul Ma’ad].
14 Perang Qadisiyyah Ramadhan 15 H
Mutsanna ibn
Haritsah selaku gubernur Irak mengutus pembawa pesan kepada Khalifah Umar (Radhiallahu ‘anhu), memberitahunya
bahwa Raja Persia yaitu Yazdajir (Yazdegerd III) sedang memobilisasi
pasukannya untuk menyerbu Irak, maka Umar mengumumkan mobilisasi umum dan
mengutus sepasukan tentara – disebutkan jumlahnya mencapai empat sampai enam
ribu orang, dan bantuan terus mengalir sampai mencapai (30,000) mujahid, diantara
mereka ada (70) sahabat yang ikut serta pada perang Badar dan (300) lainnya
adalah para sahabat Rasulullah (Shalallahu ‘alaihi wa Sallam) – Umar mengangkat Sa’ad ibn Abi Waqqash
sebagai komandan pasukan. Persia keluar dengan pasukan yang berkekuatan
(120.000) tentara, atau lebih, mereka mengendarai gajah-gajah perang dan dikomandoi
(Rustum). Dua pasukan ini pun bertemu suatu tempat yang bernama (Qadisiyyah),
yang terletak di selatan ‘Irak. Terjadi pertempuran sengit yang berlangsung
selama tiga hari,yang berujung pada kemenangan kaum muslimin. Kaum muslimin
terus mengejar sisa-sisa pasukan Persia dan berhasil membunuh ribuan prajurit,
diantaranya Rustum sendiri. Dan pertempuran ini adalah awal mula dari runtuhnya
Imperium Persia.
15 Penaklukkan Pulau Rhodes Ramadhan 53 H
Pulau Rhodes –
terletak di timur Laut Mediterania yang menghadap ke arah Iskandariyyah, Mesir,
dan pulau ini pada saat itu berada dibawah kekuasaan Romawi, kemudian armada
angkatan laut kaum muslimin berhasil menaklukkannya dibawah kepemimpinan
sahabat Junadah ibn Abi Umayyah di zaman Mu’awiyah (Radhiallahu‘anhuma). Posisi pulau ini
amat strategis, setelah kaum muslimin berhasil menguasainya, maka kaum muslimin
menggunakan pulau ini sebagai pos untuk menghadang dan menyergap kapal-kapal
Romawi. Hal itu dikemudian hari berpengaruh besar dalam melemahkan armada laut
Romawi.
16 Penaklukkan Andalusia Ramadhan 96 H
Setelah Musa ibn
Nushair berhasil melabuhkan (beliau adalah gubernur Ifriqiyyah di zaman
Khalifah Umawiy al-Walid ibn Abdil Malik) pondasi-pondasi islam di al-Maghrib
al-Kabir (daerah-daerah di barat Mesir sampai di pesisir Samudera Atlantik) dan
mengokohkan tauhid serta jihad dalam jiwa penduduk Maghrib dan Ifriqiyyah (suku
Berber atau Amazigh), maka langkah berikutnya yang tertinggal adalah
penaklukkan Andalusia (Semenanjung iberia, yaitu negara Spanyol dan Portugal
saat ini), yang mana semenanjung ini dikuasai oleh kerajaan Goth (Visigoth).
Maka Musa ibn Nushair mengutus bekas budaknya, yaitu komandan Thariq ibn Ziyad bersama
12.000 mujahid, yang mayoritasnya adalah suku Berber, pasukan ini berlayar ke
utara dan berlabuh di gunung Calpe (Mons Calpe, dalam Bahasa Romawi) dan gunung
ini adalah yang dikemudian hari dinamakan dengan nama sang komandan, sehingga
jadilah gunung ini dikenal dengan nama Jabal Thariq (Gibraltar). Namun Raja
Andalusia (Rodrigo atau Roderic) telah bersiap menyambut kaum muslimin dengan
pasukan berkekuatan 100.000 prajurit, maka bertemulah kedua pasukan ini di
lembah Lakkah atau dataran Barbath (yang sekarang dikenal dengan nama
Guadalete). Terjadi pertempuran yang amat sengit selama delapan hari, memakan
korban 3000 prajurit muslim sebagai syahid dan puluhan ribu tentara Goth,
termasuk raja mereka (Roderic). Lalu Allah pun menaklukkan negeri Andalusia
untuk kaum muslimin dan mereka mendirikan sebuah negara Islam yang eksis selama
lebih dari tujuh abad.
17 Penaklukkan Negeri Sind Ramadhan 96 H
Di zaman Khalifah
Umawiy al-Walid ibn ‘Abdil Malik, dengan perintah dan arahan dari al-Hajaj ibn
Yusuf sebagai gubernur Irak pada zaman Daulah Umawiyah, berangkatlah Komandan
Muhammad ibn al- Qasim ats-Tsaqafiy – ketika itu ia berumur 17 tahun – membawa
pasukan sejumlah 20.000 prajurit, dalam rangka menaklukkan negeri Sind
(Pakistan dan sekitarnya) yang ketika itu berada dibawah kekuasaan orang-orang
Budha dan Hindu. Setelah kaum muslimin berhasil menaklukkan beberapa wilayah,
tentara islam pun mengepung kota Debal (dekat dengan kota Karachi pada saat
ini). Mereka berhasil menaklukkannya setelah pertempuran sengit selama tiga
hari, yang setelahnya penduduk Sind meminta damai tanpa syarat, dan Muhammad
al-Qosim menerima dengan baik perdamaian itu.
Lalu kaum muslimin
menaklukkan kota Bayrun (yaitu kota Haidarabad). Setelahnya satu demi satu,
kota demi kota dan benteng demi benteng terus berjatuhan, sampai akhirnya gerak
pasukan Islam terhalangi sungai Mihran (sungai Indus). Segera setelah mereka
berhasil menyeberangi sungai tersebut, pasukan Raja Sind (Raja Dahir) telah
menyambut mereka, maka terjadilah pertempuran sengit yang hasil akhirnya
adalah terbunuhnya Dahir dan seluruh negeri Sind menyerah. Maka Muhammad
al-Qasim langsung memerintahkan untuk menghancurkan berhala-berhala dan
peninggalan-peninggalan ajaran budha, serta membangun masjid-masjid.
18 Pertempuran Balath Syuhada Ramadhan 114 H
Kaum muslimin terus
merayap untuk melanjutkan ekspansinya ke seluruh daratan Eropa. Kota demi kota
berhasil ditaklukkan. Sampai pada zaman Khalifah Hisyam ibn ‘Abdil Malik kaum
muslimin Kaum muslimin terus merayap untuk melanjutkan ekspansinya ke seluruh
daratan Eropa. Kota demi kota berhasil ditaklukkan. Sampai pada zaman Khalifah
Hisyam ibn ‘Abdil Malik kaum muslimin berhasil mencapai ujung barat Perancis,
dan kota terakhir yang berhasil ditaklukkan adalah kota (Tours), yang berjarak
(295 km) dari Paris. Di kota ini, pasukan Islam yang dipimpin gubernur
Andalusia Abdurrahman al-Ghafiqiy bermarkas. Disisi yang lain, orang-orang
Frank (yaitu orang-orang Prancis) sedang menghimpun seluruh kekuatan dan
sekutu-sekutu mereka dari orang-orang Germania, Saxxon dan kumpulan-kumpulan tentara
bayaran, dibawah kepemimpinan (Charles Martel), untuk menghentikan ekspansi
Islam. Maka di suatu tempat yang bernama (Balath), dinamakan berdasarkan sebuah
istana yang tak berpenghuni di situ, kedua belah pihak bertempur sengit dan
berlangsung sampai berhari-hari. Ribuan tentara Frank terbunuh, demikian juga
ribuan prajurit kaum muslimin gugur sebagai syahid, termasuk komandan mereka
al-Ghafiqiy. Setelah komandan mereka terbunuh, kaum muslimin mundur dari
pertempuran pada malam hari, orang-orang Nashrani tidak mengejar mereka karena
dihinggapi rasa takut dan ngeri. Para ahli sejarah menamakan pertempuran ini
dengan nama Balath Syuhada, untuk mengenang.
19 Penaklukkan Sisilia Ramadhan 212 H
Di zaman Khalifah
‘Abbasiy al-Ma’mun ibn Harun ar-Rasyid, Gubernur Ifriqiyyah yaitu Ziyadatullah
ibn al-Aghlab at-Tamimiy menyiapkan angkatan laut yang berkekuatan (10.000)
prajurit atau lebih, dan mengirimnya untuk menaklukkan Pulau Shiqiliyyah
(Sisilia), pulau terbesar di Laut Mediterania, provinsi terbesar Italia, dan
pulau terbesar dalam rangkaian kepulauan yang menghubungkan Benua Afrika dan
Eropa serta Laut Mediterania Barat dan Timur. Tentara Islam lalu mengarungi
Laut Mediterania di bawah kepemimpinan seorang faqih madzhab Maliki hakim
Qayrawan, yaitu Komandan Asad ibn Furat, ketika itu ia berumur 70 tahun.
Setelah berlayar selama lima hari, armada Islam berlabuh di pantai-pantai
Sisilia, tepatnya di daerah yang bernama (Mazara). Romawi menyambut mereka
dengan pasukan yang berkekuatan (150.000) prajurit. Terjadilah pertempuran
sengit, dan dimenangkan oleh pasukan kaum muslimin. Kemudian Ibn Furat terus
bergerak maju dan mengepung kota (Sarqusah) (Syracuse), ditengah-tengah
pengepungan Ibn Furat terkena luka-luka yang menyebabkan kematiannya, dan beliau
pun dimakamkan disana. Ketika para prajurit melihat Komandan mereka syahid,
mereka justru bertempur mati-matian dan mampu memukul mundur pasukan Romawi dan
memaksa mereka kabur. Selang beberapa lama, seluruh pulau Sisilia berhasil
ditaklukkan, syariat ditegakkan, dan pulau Sisilia tetap berada di pangkuan
kaum muslimin selama lebih dari empat abad.
20 Penaklukkan ‘Ammuriyyah Ramadhan 223 H
Di tengah-tengah
kesibukan Khalifah ‘Abbasiyyah al-Mu’tashim Billah memadamkan pemberontakan
(Babak al-Khorramiy) di negeri Persia, dimana Babak memimpin pemberontakan
orang-orang Gerakan Bathiniyah kotor melawan pemerintahan Bani Abbas; Kaisar
Romawi (Bizantium Theophilos Michael) memanfaatkan kesempatan dengan menyerang
Zibathrah dan Malathyah (Sozopetra dan Arsamosata), dua kota Islam, terletak di
Turki pada saat ini. Ia menghancurkannya, membantai penduduknya, memutilasi
mayat-mayatnya dan menawan wanita-wanita kaum muslimin, diantara yang ditawan
itu ada seorang wanita dari Bani Hasyim, seorang Romawi menamparnya dan wanita
ini pun meminta tolong kepada Khalifah dengan sebuah perkataan yang terkenal:
wa mu’tashomah; Wahai Mu’tashim! Ketika kabar tentang wanita tersebut sampai
di telinga al-Mu’tashim, ia segera berteriak di istananya: Aku penuhi
panggilanmu, aku penuhi panggilanmu! Perang, perang! Beliau bergegas bangkit
dan langsung memerintahkan untuk menyiapkan pasukan. Maka keluarlah dari
Baghdad sepasukan tentara yang berkekuatan lebih dari 100.000 prajurit.Kemudian
dia bertanya kepada para komandannya: Negeri Romawi apa yang paling kuat dan
kokoh?
Maka dikatakan
kepadanya: Yaitu ‘Ammuriyyah (Amorium), tidak ada salah seorang pun dari kaum
muslimin yang bisa mencapainya, dan ‘Ammuriyyah merupakan kota penting
orang-orang Nashrani, serta tempat lahirnya Dinasti Ammuriyah yang merupakan
nenek moyang Kaisar Theophilos itu sendiri. Maka bergeraklah al-Mu’tashim dan
pasukannya menuju ‘Ammuriyyah (yang terletak negara Turki saat ini, di barat
daya Ankara). Ketika sampai di suatu tempat yang bernama (Saruj), al- Mu’tashim
membagi tentaranya menjadi dua detasemen, detasemen pertama menuju Ankara
dipimpin seorang komandan Turki bernama (Haydar ibn Kawus) yang dijuluki
al-Afsyin, sedang al-Mu’tashim memimpin pasukan induk. Dalam perjalanannya,
pasukan al-Afsyin bertemu dengan pasukan Kaisar Theophilos di wilayah
(Dazimon), terjadilah pertempuran sengit yang mengakibatkan kekalahan pasukan
Romawi, sehingga membuat Theophilos kabur ke Konstantinopel (sekarang
dinamakan Istanbul). Kedua detasemen pasukan Islam bergabung di Ankara, dan
berhasil menaklukkannya tanpa mendapat perlawanan berarti. Lalu kedua detasemen
itu bergerak bersama-sama menuju ‘Ammuriyyah. Sesampainya di kota itu, mereka
mengepungnya dengan amat ketat, karena kota ini adalah sebuah kota yang
dibentengi dengan kuat dan kokoh serta mempunyai menara-menara yang tinggi.
Ditengah-tengah pengepungan, Kaisar Romawi Theophilos mengutus utusan kepada
al-Mu’tashim, meminta damai, dan meminta maaf atas perbuatannyakepada kaum
muslimin. Ia berjanji untuk melepaskan seluruh tawanan wanita, serta membangun
kembali kota-kota yang dihancurkannya, akan tetapi Khalifah menolak tawaran
itu, dan terus melakukan pengepungan sampai jatuhnya Ammuriyyah; untuk memberi
pelajaran kepada Romawi dan mengembalikan kemuliaan wanita-wanita yang suci.
Setelah (11) hari
pengepungan dan melontari kota dengan manjaniq, ‘Ammuriyyah berhasil
ditaklukkan. Pasukan Islam memasuki kota dengan bertakbir. Mereka membunuh
banyak orang-orang Romawidan mendapatkan ghanimah; berupa harta yang tak
terhitung dan tawanan berupa wanita dalam jumlah banyak. Mereka membakar
manjaniq (katapel raksasa untuk melontarkan batu) dan dabbabah (battering ram,
untuk menjebol dinding atau pintu benteng), serta membebaskan wanita Bani
Hasyim tersebut dan membunuh orang Romawi yang menamparnya. Setelah ‘Ammuriyyah
jatuh, Theophilos mengirim utusan yang kedua kalinya kepada al-Mu’tashim dengan
membawa hadiah yang banyak dan surat permohonan maaf serta berjanji untuk
melaksanakan seluruh syarat al-Mu’tashim, dengan syarat al-Mu’tashim
mengembalikan ‘Ammuriyyah, namun al-Mu’tashim kembali menolak untuk kedua
kalinya, bahkan ia bertekad untuk terus bergerak untuk menaklukkan ibu kota
Romawi, yaitu Konstantinopel. Namun ia urung bergerak dan malah kembali, karena
sebab fitnah internal. Al-Mu’tashim kembali ke Baghdad setelah membunuh
(30.000) Romawi dan menawan (30.000) lainnya, serta menaklukkan banyak kota,
sembari membawa pulang ghanimah yang melimpah. Seorang penyair yaitu Abu
Tamamath- Thaiy menggambarkan penaklukkan ‘Ammuriyyah ini dalam suatu kasidah
yang bagus sekali, yang pembukaannya berbunyi:
======)||(======
Pedang adalah pembawa berita yang lebih jujur daripada
buku Dengan ketajamannya memisahkan antara senda gurau dan sungguh-sungguh
Inilah Ramadhan! Dan beginilah dahulu para salafussalih! Jihad,
penyerbuan, dan semangat, dan dukungan serta kemenangan dari Allah! Jauh, dan
betapa jauhnya perbedaan antara mereka dengan yang menghabiskan hari-hari
Ramadhan dengan tidur dan mempersiapkan beraneka ragam makanan dan minuman!
Dan menghabiskan malam malamnya dengan bergadang, senda gurau dan bermain-main.
Wahai Junud Daulah Islamiyyah!
Wahai yang menyiapkan
Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah!
Inilah bulan Ramadhan yang mulia mendatangi
kalian, maka tunjukkan kepada Allah apa yang dicintai dan diridhai- Nya,
lanjutkan jihad kalian, lipat gandakan kesungguhan kalian, sucikan najis
orang-orang shafawi dan bungkam orang-orang sekuler, patahkanlah aliansi
salibis, dan jangan kalian lupakan para singa dan wanita-wanita merdeka yang
terpenjara, karena keluarga mereka telah menunggu untuk merayakan hari raya…
======)||(======
21 Pertempuran az-Zallaqah – Ramadhan 479 H
Sejak awal abad ke
5 Hijriyyah, Negeri Andalusia al-Islamiy terbagi menjadi thawaif (negara-negara
kecil) yang saling bermusuhan, yang menyebabkan air liur ketamakan salibis
meleleh. Maka kerajaan-kerajaan Kristen Eropa berkoalisi untuk menyerbu
Andalusia, dan mencabut Islam di sana sampai ke akar-akarnya. Bergeraklah
mereka di bawah kepemimpinan (Alfonso VI) dengan pasukan yang berjumlah lebih
dari (100.000) orang. Mereka menyerbu dan menduduki kota Toledo, Coria, dan
Zaragoza, membakar, menghancurkan dan membantai penduduknya.
Para pemimpin
negara-negara kecil itu berkumpul dan sepakat untuk mengirim utusan meminta
bantuan Daulah Murabithin di Negeri Maghrib, yang terletak berseberangan dengan
Laut Mediterania. Mereka memohon kepada pemimpinnya, yaitu Yusuf ibn Tasyfin
(al-Mauritaniy), agar sudi mengirimkan bantuan. Sekalipun umurnya sudah
melebihi 70 tahun, akan tetapi ia segera menyambut seruan saudara seaqidahnya,
dan bangkit untuk membantu Andalusia. Ia berlayar dari Pantai Sabtah (Ceuta)
dan melabuhkan kapal-kapalnya di Pulau Khadra, yang kemudian dijadikannya
sebagai benteng utamanya. Kemudian ia memasuki Sevilla, dan menetap di sana
selama delapan hari, sambil menunggu kedatangan para pemimpin Andalusia dengan
pasukan mereka, untuk secara bersama-sama menggempur pasukan Salibis. Setelah
berkumpulnya kaum muslimin yang jumlahnya mencapai (48.000) mujahid, yang mana
setengahnya adalah pasukan Andalusia dan sisanya adalah orang-orang Murabithun,
mereka segera bergerak untuk menemui musuhnya.
Di saat yang sama,
pasukan Salibis juga terus berdatangan dari segala penjuru. Maka kedua pasukan
ini pun bertemu di dataran Zallaqah, Provinsi Badajoz (terletak di barat daya
Spanyol, berbatasan dengan Portugal). Kedua kubu berhadaphadapan selama tiga
hari, selama tiga hari itu Ibnu Tasyfin bernegosiasi dengan Alfonso memberikan
tiga opsi, yaitu: masuk Islam, membayar jizyah, atau diperangi. Ternyata si
tinggi hati itu (Alfonso) memilih opsi ketiga. Pada suatu hari yang bersejarah
dalam sejarah panjang Islam, barisan mujahidin yang merindukan kesyahidan
berjibaku dengan barisan orang-orang Nashrani para penyembah dunia. Pertempuran
berkecamuk sengit selama seharian penuh, memakan korban (3000) kaum muslimin
syahid, diantara mereka terdapat para ‘ulama, fuqaha, dan hakim. Hampirhampir
salibis mendapat kemenangan, namun Ibnu Tasyfin yang mengamati jalannya
peperangan dari anak bukit, bersama dengan pengawalnya yang berjumlah (4000)
ksatria dari para prajurit Sudan pilihan, langsung menceburkan dirinya ke
dalam kancah pertempuran. Mereka berhasil memecah barisan Salibis, membantai
mereka habis-habisan, sampai bisa mendekati Alfonso, dan Ibnu Tasyfin berhasil
menusuknya dengan pisau di pahanya. Ketika itulah jalannya pertempuran berbalik
seratus delapan puluh derajat. Allah menganugerahi kaum muslimin pundak-pundak
musuhnya. Kaum muslimin membantai, menawan, dan membakar musuhnya. Sedangkan
Alfonso sendiri melarikan diri bersama dengan para pengiringnya, hampir-hampir
mereka tidak selamat jika saja malam tidak memayungi medan pertempuran. Ketika
fajar terbit, para mujahidin menunaikan shalat shubuh di dataran Zallaqah,
setelah sebelumnya Ibnu Tasyfin memerintahkan untuk memenggal kepala bangkaibangkai
Salibis lalu menyusunnya membentuk piramida, kemudian memerintahkan untuk
mengumandangkan adzan di atas tumpukan kepala tersebut. Pertempuran Zallaqah
telah berakhir dengan kemenangan kaum muslimin dan kehinaan Salibis, sebuah
tragedi yang tidak akan bisa mereka lupakan selamanya. Mayoritas tentara Salib
tewas pada pertempuran ini, tidak ada yang selamat kecuali hanya (500) orang
yang melarikan diri dengan tubuh penuh luka, dan (400) orang dari mereka tewas
di tengah perjalanan. Lebih dari (10.000) tentara Salib berhasil ditawan, dan
kaum muslimin memperoleh ghanimah yang tak terhitung, diantaranya adalah
(100.000 tenda), (70.000) senjata, dan (146.000) hewan tunggangan seperti kuda,
bighal, dan keledai. IbnuTasyfin meninggalkan semuanya untuk raja-raja thawaif,
dan ia kembali ke negeri Maghrib bersama tentaranya dengan membawa pahala yang
besar, setelah berhasil membendung banjir bah Nashrani yang menyerbu Andalusia.
Setelahnya,
masyarakat Andalusia kembali menikmati hidup di bawah naungan syariat selama
empat abad berikutnya.
22 Pertempuran Mematahkan Pengepungan Syam Ramadhan 532 H
Sekalipun terdapat
perselisihan internal, para salibis berkoalisi dengan orang-orang Byzantium
untuk menyerang negeri Syam. Maka mereka segera berlayar ke selatan dengan
pasukan berkekuatan (100.000) penunggang kuda dan (100.000)infantri. Mereka
mampu menjajah beberapa daerah di bagian utara Syam dan melakukan perusakan,
kemudian mengepung beberapa kota seperti Aleppo, Syaizar dan kotakota lain.
Meskipun perlengkapan dan jumlah kaum muslimin sedikit, lemahnya Khilafah
‘Abbasiyyah ketika itu, dan munculnya beberapa negara-negara kecil – seperti
Daulah Saljuq yang loyal terhadap orang-orang ‘Abbasiyyah dan menguasai banyak
wilayah di Irak dan Syam –para mujahidin dibawah kepemimpinan seorang komandan
yang cemerlang, yaitu ‘Imaddudin Zanki, mampu mematahkan pengepungan atas Syam,
dan mengusir musuh yang menyerang. Zanki – ia berasal dari kabilah Turkmen,
ketika itu menjabat sebagai gubernur Mosul –mampu mengatur jalannya perang
sampai mendapatkan kemenangan atas koalisi Byzantium – Salibis, dan berhasil
merebut kembali kota-kota di Syam, serta memaksa mereka mundur jauh ke utara
Syam. Ia terus memburu mereka dan berhasil membunuh banyak dari mereka.
Kesuksesannya itu karena ia berhasil mengobarkan permusuhan dan menanamkan
rasa takut diantara mereka (atau lebih dikenal dalam istilah modern sebagai
perang urat syaraf ). Juga keberhasilannya mengeksploitasi metode pertempuran
baru, ia tidak menghadapi mereka secara langsung, namun ia mengirim
detasemen-detasemen kecil untuk menyergap pasukan musuh dan membunuh siapapun
yang bisa dibunuh, dan detasemen untuk memutus jalur logistic. Terakhir, Zanki
berhasil menyatukan kaum muslimin yang terpecah-belah dalam beberapa imarah
yang saling bertikai.
23 Pertempuran Manshurah Ramadhan 647 H
Dengan restu dari
dewan gereja Katholik, orang-orang Eropa bergerak dalam sebuah pasukan Salib
yang dipimpin oleh Raja Perancis (Louis IX) dalam rangka menjajah Mesir dan
Baitul Maqdis. Mereka berkumpul di Pulau Cyprus, jumlah mereka mencapai lebih
dari (80.000) tentara. Dalam perjalanan, banyak dari tentara kerajaan-kerajaaan
Salib pesisir yang bergabung. Mereka berlayar dengan (1800) kapal perang.
Ketika sampai di kota Dumyat (Damietta), mereka mendudukinya setelah
mendapatinya kosong karena ditinggalkan penduduknya. Mereka menetap di kota
tersebut selama lebih dari 5 bulan, mereka merubah masjid-masjidnya menjadi
gereja dan membentenginya dengan amat kokoh.
Mesir ketika itu
dikuasai oleh keluarga Ayyub, dan rajanya adalah Najmuddin Ayyub (seorang
Kurdi asli). Raja yang shalih initelah berhasil menyatukan Mesir dan Syam
dibawah kekuasaannya. Sebelumnya ia berhasil merebut kembali Baitul Maqdis dari
tangan para Salibis setelah beberapa pertempuran sengit yang memakan korban
lebih dari (30.000) tentara salib. Dan setelah 30 tahun berlalu para Salibis
kembali memobilisasi kekuatannya dan mengumpulkan seluruh persenjataannya
dalam rangka membalas dendam. Ketika para Salibis menjajah kota Dumyat, Raja
yang shalih ini sedang berada di Damaskus, karena menderita sakit keras, namun
beliau tetap berangkat meni nggalkan pembaringannya, dan bergegas menuju Mesir
dengan ditandu, lalu mengumumkan mobilisasi umum. Maka berkumpulah bersamanya
sebanyak (25.000) mujahidin. Namun, bersamaan dengan mulainya pergerakan
Salibis untuk menjajah Mesir, raja yang shalih ini wafat. Kabar wafatnya beliau
disembunyikan agar tidak merusak moral para tentara. Setelah wafatnya, pada
waktu itu muncul seorang komandan cerdas yang bernama Ruknuddin Baibars
al-Bunduqdari (seseorang berkebangsaan Turki Kipchak, negara Kazakhstan
sekarang). Ia mengajukan strateginya untuk membendung laju Salibis, yang
intinya adalah memancing Salibis untuk memasuki kota Manshurah (terletak di
Provinsi Daqhaliyyah sekarang), lalu diblokade dan diserbu secara tiba-tiba
dan sekaligus. Baibars lalu menutup seluruh jalan-jalan keluar dari Manshurah,
dan membuka pintu gerbangnya untuk memancing tentara Salibis. Dia memerintahkan
para mujahidin untuk berdiam dan bersiap-siap di seluruh lorong-lorong kota.
Pasukan Salibis memakan umpan ini. Pasukan garis depannya (Knight Templar)
memasuki kota dan menyangkanya kosong sebagaimana halnya Dumyat, lalu diikuti
oleh seluruh pasukan. Setelah itu, kaum muslimin bergegas menutup jalan kembali
dengan perisai. Ketika itulah para mujahidin keluar secara serempak dan
menyerbu habis-habisan pasukan Salibis. Prajurit yang tidak terbunuh di tangan
mujahidin menenggelamkan dirinya di sungai Nil. Dan diwaktu fajar pada hari
berikutnya, para mujahidin segera bergerak ke Dumyat untuk menghabisi
sisa-sisa pasukan Salib. Mereka berhasilmenghabisi pasukan Salib di kota
Fariskur, sebuah kota di dekat Dumyat. Para mujahidin berhasil membunuh
(30.000) Salibis dan menawan (10.000) lainnya, diantara yang tertawan adalah
Raja Louis IX itu sendiri. Para Salibis terpaksa menebusnya bersama dengan
tawanan lain dengan imbalan (500.000) dinar dan seluruh kaum muslimin yang
ditawan harus dibebaskan, serta menanggung penuh pembanguan kembali kota Dumyat
dan Manshurah, juga bersumpah untuk tidak kembali menyerbu negeri-negeri kaum
muslimin.
24 Pertempuran ‘Ain Jalut Ramadhan 658 H
Setelah mereka
menduduki Baghdad dan membunuh Khalifah ‘Abbasiy al- Mu’tashim Billah, dibawah
kepemimpinan (Hulagu Khan), Mongol bergerak menuju Syam. Mereka menduduki
Damaskus, Aleppo, dan Hama. Kemudian Hulagu kembali ke ibukotanya di (Tabriz),
memberikan mandate kepada komandannya (Kitbuqa Noyan) untuk melanjutkan
ekspansi. Maka bergeraklah pasukan Mongol untuk menjajah Mesir, yang ketika
itu dikuasai oleh Daulah Mamluk, dan pemimpinnya adalah Komandan Muzhaffar
Saifuddin Quthz al- Khawarizmiy (terletak di sebelah barat Uzbekistan
sekarang). Ia mulai mempersiapkan pasukan Islam, memperbaiki jembatan, benteng,
dan kastil, kemudian ia bergerak untuk menggempur Tartar dengan pasukan
berkekuatan (20.000) mujahid. Ia membagi pasukan menjadi dua detasemen, yang
pertama berjumlah sedikit dengan penunggang kuda pilihan, dan yang kedua adalah
pasukan induk yang dipimpinnya sendiri. Kemudian ia memasuki Palestina dan
sampai di Gaza yang telah diduduki Mongol, maka dia pun menaklukkannya. Ia
terus melanjutkan perjalanan hingga sampai di daerah yang bernama (‘Ain Jalut),
sebuah dataran yang terletak di antara kota Bisan dan Nablus di Palestina (dan
wilayah ini saat ini dibawah kekuasaan Yahudi semoga Allah melaknat mereka. di
‘Ain Jalut ini pasukan kaum muslimin bertemu dengan pasukan Tartar yang
berjumlah (20.000) prajurit.
Pada suatu hari
Jum’at di bulan Ramadhan, pertempuran dimulai. Strategi Quthz adalah
menempatkan kubu pertama dari pasukannya berada di garda terdepan, sedang
pasukan inti yang dipimpinnya bersembunyi di balik bukit. Strategi ini berhasil
mengecoh Kitbuqa, dia menyangka bahwa pasukan yang dihadapinya ini adalah
seluruh pasukan kaum muslimin, maka ia menyerang dengan kekuatan penuh. Pasukan
kaum muslimin pura-pura kalah dan mundur untuk memancing Mongol, terpancinglah
tentara Mongol dan terjebak dalam perangkap. Maka ketika mereka berada
ditengah-tengah dataran ‘Ain Jalut, keluarlah pasukan yang dipimpin Quthz dan
mengepung pasukan Mongol dari seluruh penjuru. Mengetahui hal ini, Mongol terus
bertempur membabi buta. Ketika Quthz melihat hal ini, ia melempar topi bajanya,
turun dari kudanya, dan bergerak memecah barisan Mongol seraya berteriak “wa
Islamaah”. Dengan ini, pasukan Islam mulai menguasai keadaan. Komandan Mongol,
Kitbuqa sendiri terbunuh. Tentara Mongol terus berperang membabi buta untuk
membuka jalan, sehingga sejumlah besar pasukan berhasil selamat dan bergerak
menuju utara.Kaum muslimin segera bergerak mengejar mereka. Pengejaran terus
berlanjut sampai di kota Bisan. Di sana pertempuran besar kembali terjadi.
Dalam pertempuran ini, pasukan Mongol ditumpas habis, tidak ada seorangpun
tentara Mongol yang selamat. Sekalipun pasukan kaum muslimin ditimpa musibah
dengan banyaknya jumlah syuhada, Quthz tetap memutuskan bergerak bersama
pasukannya yang penuh luka untuk membebaskan Damaskus. Akan tetapi ketika
penduduk Damaskus mendengar kabar kemenangan kaum muslimin atas Tartar di ‘Ain
Jalut, mereka menyerang Tartar, berhasil membunuh beberapa dari mereka,
menawan sebagian lain dan sedangkan sisa-sisa Tartar kabur dari Damaskus. Quthz
memasuki Damaskus pada hari terakhir di Bulan Ramadhan dengan sambutan meriah
penduduknya. Kemudian ia mengirim pasukan untuk membebaskan kota-kota lainnya.
Allah mengaruniakannya keberhasilan membebaskan seluruh negeri Syam dari
cengkeraman Tartar, dan membebaskan banyak kaum muslimin yang tertawan di
penjara-penjara Mongol.
=>> Disini kita akan
menyebutkan kembali sebagian ghazwah Daulah Islamiyyah yang terjadi di bulan
Ramadhan dari umur Daulah yang diberkahi ini – semoga Allah memanjangkan
umurnya dan meluaskan kekuasaannya – sesuai dengan statemen-statemen resmi
Daulah pada waktu itu. Kita akan menyebutkan beberapa saja dari ghazwah-ghazwah
tersebut, karena ghazwah-ghazwah Daulah yang terjadi di bulan Ramadhan itu
amat banyak, semisal pada Ramadhan tahun 1434, amaliyyah jihad yang tercatat
saja berjumlah (867) amaliyyah, itu selain amaliyyah yang tidak tercatat.
Berikut beberapa ghazwah yang terjadi selama Ramadhan:
25. Ghazwah al-Asiir (pembebasan tawanan) Pertama – 4
Ramadhan 1430 H
Ghazwah yang
diberkahi, diinisiasi oleh Menteri Perang Daulah Islamiyah Syaikh Abu Hamzah Al
Muhajir (rahimahullah) dan dieksekusi di jantung kota Baghdad dengan
amaliyyah-amaliyyah istisyhadiyyah yang akurat. Merobohkan markas-markas
kekafiran dan benteng-benteng syirik pemerintahan Shafawiyyah: Kementrian Luar
Negeri, Kementrian Keuangan, Kementrian Pertahanan, dan bangunan gubernuran
Baghdad, serta sebagian sarang-sarang keburukan di Zona Hijau (Green Zone).
Gempuran-gempuran ini mengakibatkan hancurnya markas-markas ini dan memakan
korban mati dan luka ratusan dedengkot Shafawiyyin.
26. Ghazwah al-Asiir Kedua – 18 Ramadhan 1431 H
Gelombang
mengguncang dari gelombang-gelombang gempuran Ghazwah al-Asiir setahun setelah
dimulainya operasi ini. Dalam operasi ini, mayoritas formasi Kementrian Perang
Daulah Islam dikerahkan, baik dari detasemen tempur ataupun keamanan,
dipelopori oleh barisan istisyhadi. Seluruh rangkaian ghazwah yang berhasil
dieksekusi hanya dalam beberapa jam saja ini mencakup seluruh wilayah Irak.
Target dipilih secara teliti baik berupa markas-markas, pemusatan kekuatan dan
pos-pos pemeriksaan Shafawiyyin, juga gembong-gembong murtad dan perusak.
Operasi ini memakan korban ratusan murtaddin terbunuh atau terluka.
27. Shoulatu al-Muwahidin (serangan para muwahid membela
kehormatan Ummahatul Mukminin) - 30 Ramadhan 1431 H
Setelah Rafidhah
secara terang-terangan dengan lancangnya mencaci Ummahatul Mukminin – semoga
Allah ta’ala meridhai mereka –, beberapa pemuda Daulah Islam yang telah
menadzarkan nyawa mereka sebagai tebusan untuk kehormatan Rasulullah
Shalallahu’alaihi wasallam segera bangkit. Mereka segera mempersiapkan segala
sesuatunya dengan baik, dan memilih salah satu lambing proyek Shafawi sebagai
target, yaitu (Komando Operasi Janib ar-Rushafah (salah satu dari Sembilan
distrik administrative di Baghdad), dan Komando Pusat militer Irak di Kementerian
Pertahanan) yang terletak di daerah administrative Baghdad yang paling dijaga
ketat, yaitu daerah Bab al-Mu’adzzam. Ghozwah ini dimulai dengan bomber
istisyhadi yang berhasil meledakkan mobilnya di gerbang belakang kompleks, yang
berhasil menghancurkan Menara pengawas dan membinasakan seluruh penjaganya.
Ditengah-tengah kebingungan dan kengerian yang menimpa murtaddin, 4 in-ghimasi
menyerbu masuk komplek dan berhasil menguasai bangunan utama. Baku tembak
dengan tentara Shafawi yang berada di dalam komplek terjadi lebih dari sejam.
Tak ketinggalan pesawat Salibis ikut mengambil bagian, namun Allah
mengaruniakan kepada para pembela-Nya berupa puluhan murtaddin yang terbunuh
dan terluka, sebelum akhirnya para in-ghimasi itu kehabisan peluru, lalu
meledakkan sabuk peledak mereka pada tentara Shafawi yang mencoba menerobos
masuk.
28. Ghazwah pembalasan untuk para pemimpin mulia – 14
Ramadhan 1432 H
Pembalasan untuk
darah-darah suci yang tertumpah dari Syaikh: Ibn Ladin, Abu ‘Umar, Abu Hamzah,
Abu Ibrahim (taqabbalahumullah). Pada pertengahan Ramadhan, Kementrian Perang
melancarkan serangan luas yang meliputi 100 operasi penyergapan yang
bermacam-macam. Yang paling besar adalah penyerbuan in-ghimasi ke komplek
istana pemerintah di Tikrit, penyerbuan in-ghimasi ke komplek milik Dewan
Pemerintahan Provinsi Anbar, penyerbuan 3 in-ghimasi atas markas pusat
kepolisian Al Baghdadi, seorang bomber istisyhad yang menyerbu markas intelijen
militer di Taji, serangan istisyhad atas Direktorat Bina Marga yang terletak di
tengah-tengah kota Najaf, dan serangan istisyhad atas Markas Direktorat
Jenderal Kepolisian Tarmiyah, bersamaan dengan peledakkan 16 bom mobil yang
diparkir di Karbala, Hillah, Bashrah dan lainnya, peledakkan puluhan IED atas
target yang bermacam-macam, mengeksekusi puluhan perwira dengan pistol
berperedam, dan masih banyak lagi amaliyyah lainnya.
29. Gelombang pertama operasi Hadmul Aswar (menghancurkan
jeruji) – 14 Ramadhan 1432 H
Untuk melaksanakan
instruksi Amirul Mukminin Abu Bakr Al Baghdadi (hafidzhohullah) lewat
pengumuman proyek Hadmul Aswar dan menandai fase baru amal jihad merebut
kembali wilayah-wilayah yang pada waktu sebelumnya Daulah mundur darinya;
Katibah-katibah mujahidin berangkat bergelombang dalam operasi berskala luas
menargetkan sendi-sendi proyek Shafawi, pengikut dan simpatisannya di seluruh
wilayah ‘Iraq. Dalam ghazwah ini, operasi-operasi jihad dalam satu hari
berjumlah mencapai 166 amaliyah, yang berhasil memanen kepala-kepala najis
Shafawi.
30.
Ghazwah Direktorat Kontra Terorisme – 14 Ramadhan 1433 H21
Berangkatlah
sekelompok orang-orang mukmin bomber istisyhadi untuk menggempur salah satu
symbol proyek Shafawi dan sendi keamanannya di Iraq, yaitu Depertemen Kontra
Terorisme yang terletak di pusat kota Baghdad. Amaliyyah ini dimulai dengan
meledakkan dua bom mobil yang diparkir di pintu gerbang komplek, yang berhasil
menewaskan dan melukai puluhan penjaganya. Setelahnya, satu detasemen yang
berkekuatan lima in-ghimasi mernyerbu masuk. Target mereka adalah akses masuk
di lantai dua dimana para perwira investigasi biasanya beristirahat. Setelah
membunuh siapapun yang berusaha menghalangi, para ikhwah berhasil mengakses
lantai dua. Kemudian mereka memblokade seluruh pintu masuknya dan berhasil
mengeksekusi 30 perwira di mejanya masing-masing. Setelah itu, murtaddin
berusaha keras untuk mengontrol kembali komplek tersebut, yang seluruhnya
berujung pada kegagalan. Setelah 7 jam baku tembak sengit, para ikhwah
kehabisan peluru, maka tibalah perang sabuk peledak. Tiap kali pasukan penyerbu
berusaha masuk, mereka dikejutkan dengan ledakan yang mencabik-cabik tubuh.
Ghazwah ini berhasil menewaskan 70 perwira dan calon perwira, dan komplek
tersebut hampir seluruhnya hancur. Para eksekutor ghazwah menulisi
dinding-dindingnya dengan kalimat: dengan darah muwahhid; Daulah Islam akan
terus eksis.
31.
Ghazwah Ramadi dan Muqdadiyyah – 6 Ramadhan 1434 H
Tiga in-ghimasi
menyerang markas kepolisian andalus di Ramadi. Ghazwah dimulai dengan salah
seorang istisyhadi menyerbu masuk menggunakan bom mobil dan meledakkannya
ditengah-tengah mereka, disusul dengan dua in-ghimasi yang lain menyerbu masuk
untuk menghabisi siapa saja yang tersisa dari mereka. Ketika patroli bantuan
sampai, mereka segera terlibat baku tembak sengit selama enam jam. Dalam baku
tembak ini salah satu dari keduanya terbunuh, sedangkan yang in-ghimasi yang
lain menyergap dan meledakkan sabuk peledaknya di garda terdepan patroli.
Disaat itu juga, seorang bomber istisyhadi meledakkan sabuk peledaknya di
tengah-tengah pertemuan besar pemimpin dan elemen-elemen milisi Rafidhah di
kota Muqdadiyah, provinsi Diyala. Dua ghazwah ini berhasil membunuh dan
melukai lebih dari 100 shafawi.
32. Ghozwah Qahru Tawaghit (memukul mundur taghut) – 13
Ramadhan 1434 H
Untuk memenuhi
seruan Syaikh Mujahid Abu Bakar al-Baghdadi hafizahullah, yaitu agar menutup
proyek “Hadmul Aswar” dengan ghazwah kualitatif yang bisa mengalahkan taghut,
menghancurkan belenggu, dan membebaskan para singa; Berangkatlah
katibah-katibah mujahidin, setelah persiapan dan perencanaan berbulan-bulan,
menargetkan dua penjara terbesar Pemerintahan Al Haut (At Taaji). Dimalam ke 13 Ramadhan, para singa tauhid menyerang
pintu-pintu utama dan dinding terluar kedua penjara secara bergelombang dengan
aliran bom-bom mobil yang dikemudikan oleh bomber istisyhadi. Jumlah bom mobil
berhasil diledakkan total mencapai 12 bom mobil dengan beragam ukuran.
Sebelumnya, jalan-jalan yang menuju ke dua penjara tersebut diblokade total
setelah cekpoin yang bertebaran berhasil di musnahkan. Bersamaan dengan itu,
semua kamp militer Shafawi yang berdekatan dengan lokasi dihujani dengan
lontaran roket dan mortar. Dengan demikian, akses-akses menuju ke dua penjara
tersebut berhasil diamankan secara sempurna, dan pergerakan bantuan dara dan
udara juga berhasil dihalangi. Setelahnya barulah dimulai fase penyerangan
dengan detasemen-detasemen in-ghimasi. Baku tembak dengan penjaga pejara
berlangsung selama beberapa jam, dan berakhir dengan dikuasainya seluruh Menara
pengawas serta terbunuhnya seluruh penjaganya. Lalu, bersama dengan
detasemen-detasemen yang berhasil dibebaskan, mereka menyisir seluruh bangunan.
Dalam beberapa jam saja, ribuan tawanan berhasil dibebaskan dan dipindahkan ke
tempat yang aman. Lebih dari 160 elemen-elemen Shafawi terbunuh dan puluhan
lainnya terluka.
33. Ghozwah sepuluh hari terakhir – 20 Ramadhan 1434 H
Sebagai pembalasan atas tekanan dan
pengusiran Rafidhah terhadap terhadap orang-orang yang lemah dari kalangan
ahlus sunnah; Para tentara Daulah Islamiyyah segera bergerak dalam amaliah
pertama dalam proyek “Hashad al-Ajnad” untuk meluluhlantakkan protektorat
Shafawi di Baghdad dan wilayah selatan dalam satu hari. Target-target khusus
yang telah mengalami proses pemilihan dan pemantauan dipilih dengan teliti.
Target-target tersebut berupa komplek-komplek pemerintahan, markas-markas
keamanan dan militer, dan sorban-sorban Rafidhah serta sekutu mereka dari
pengkhianat ahlus sunnah. Amaliyah ini dieksekusi ketika puncaknya penyebaran
personel-personel keamanan pemerintahan Rafidhah. Operasi ini berhasil
membunuh dan melukai ratusan dari mereka.
34. Ghazwah pembebasan bandar militer Menagh 27 Ramadhan 1434
hijriyyah
Setelah memblokade bandara tersebut selama
lebih dari Sembilan bulan; para prajurit Daulah Islam bergerak untuk
membebaskan bandara militer Menagh dari cengkeraman Nushairiyah. Ghazwah dibuka
dengan serangan bombardier selama tiga hari berkesinambungan. Setelah musuh
kelelahan, pasukan pelopor penyerbu segera bergerak, didahului dengan seorang
muhajir yang mengendarai BMP, yang berjalan pelan lantaran beratnya bahan
peledak. Allah memudahkan bomber istisyhadi ini memasuki komplek utama bandara
dan meledakkan kendaraannya, yang segera disusul dengan kompi-kompi penyerbu
dari tiga sisi. Setelah baku tembak sengit yang berlangsung dari pagi sampai
tengah malam, seluruh komplek bandara berhasil dikuasai secara sempurnya,
puluhan tentara Nushairi berhasil ditawan.
35. Fathu al-Futuuh (kemenangan gilang gemilang) – 1 Ramadhan 1435 H
Setelah perjalan jihad yang sedemikian panjang,
dengan aliran sungai darah para syuhada, dan kehancuran proyek Salibis,
Shafawi, orang-orang sekuler, serta setelah Daulah Islamiyah berhasil
mengontrol wilayah luas di Irak dan Syam melalui berbagai pertempuran sengit;
juru bicara Daulah Islamiyyah Syaikh Abu Muhammad Al ‘Adnaniy (hafidzhohullah)
mendeklarasikan di hari Ahad di hari pertama Ramadan 1435 H kembalinya Khilafah
Islamiyyah dan pengangkatan Syaikh Ibrahim Ibn ‘Awwad Al Badri Al Husayni
(hafidzhohullah) sebagai Khalifah bagi setiap muslim.
======)||(======
Ya Allah, terimalah
syuhada kami,
sembuhkan luka-luka kami,
bebaskan dari kami yang
tertawan Ya Allah,
jagalah Khilafah ini, pemimpin,
prajurit dan rakyatnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar