5/20/2019

Enam Perkara Pokok


al-Ushul as-Sittah
(Enam Perkara Pokok)
asy-Syaykh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab rohimahulloh


Segala puji bagi Alloh, Sholawat dan salam semoga terlimpah kepada Rosululloh, serta kepada keluarganya, para sahabatnya, dan orang-orang yang loyal kepadanya. Amma ba’d:

Al-Imam Muhammad bin ‘Abdul Wahhab—rohimahulloh—berkata:

Di antara perkara-perkara yang paling mengagumkan dan di antara tanda-tanda kekuasaan Sang Raja Yang Maha Mengalahkan adalah enam pokok yang dijelaskan oleh Alloh ta’ala dengan penjelasan yang terang kepada orang-orang awam, melebihi prasangka orang-orang yang berprasangka. Kemudian setelah itu banyak di antara ulama-ulama dunia dan pemikir-pemikir Bani Adam yang salah di dalamnya, kecuali sangat sedikit sekali.

Pokok pertama: Pemurnian agama untuk Alloh ta’ala semata (ikhlash), tiada sekutu bagi-Nya, dan penjelasan tentang kebalikannya, yakni syirik kepada Alloh. Sebagian besar dari al-Qur-an menjelaskan pokok ini dari berbagai sisi dengan ungkapan yang dipahami oleh orang awam yang paling bodoh. Kemudian ketika terjadi pada sebagian besar umat apa yang terjadi, syaithon memperlihatkan kepada mereka keikhlasan dalam bentuk merendahkan orang-orang sholih dan mengabaikan hak-hak mereka, serta memperlihatkan kepada mereka kesyirikan kepada Alloh dalam bentuk mencintai orang-orang sholih dan mengikuti mereka.

Pokok kedua: Perintah Alloh untuk bersatu dalam agama dan larangan untuk bercerai-berai di dalamnya. Alloh menjelaskan ini dengan penjelasan memuaskan yang dapat dipahami oleh orang-orang awam. Dia melarang kita agar tidak menjadi seperti orang-orang sebelum kita yang bercerai berai dan berselisih sehingga mereka binasa. Dia menyebutkan (dalam al-Qur-an) bahwa Dia memerintahkan kaum muslimin agar bersatu dalam agama dan melarang mereka dari bercerai-berai di dalamnya. Dan ini diperjelas oleh hal-hal yang sangat mengagumkan yang disebutkan oleh As-Sunnah terkait hal itu. Kemudian perkara ini berubah, sehingga perpecahan dalam pokok-pokok agama dan cabang-cabangnya menjadi ilmu dan fiqh dalam agama, dan perintah untuk bersatu dalam agama menjadi tidak diucapkan kecuali oleh orang Zindiq atau orang gila!

Pokok ketiga: Di antara penyempurna persatuan adalah kepatuhan dan ketaatan kepada orang yang memimpin kita, meskipun dia adalah seorang budak Habasyah. Alloh menjelaskan ini secara panjang lebar dan mencukupi, dengan berbagai jenis penjelasan dalam bentuk pensyariatan dan ketetapan.

Kemudian pokok ini menjadi tidak dikenal oleh mayoritas orang-orang yang mengaku sebagai ulama!

Maka bagaimana ia diamalkan?

Pokok keempat: Penjelasan tentang ilmu dan ulama’, fiqh dan fuqoha’, serta penjelasan tentang orang yang menyerupai mereka tetapi bukan bagian dari mereka. Alloh ta’ala telah menjelaskan pokok ini pada awal surat al-Baqoroh dari firman-Nya:

يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ

“Wahai Bani Isro’il! Ingatlah nikmat-Ku yang telah Aku limpahkan kepada kalian,” [al-Baqoroh: 40]

sampai firman-Nya:
يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ

“Wahai Bani Isro’il!” [al-Baqoroh: 122] sebelum penyebutan Ibrohim ‘alaihissalam.

Dan ini diperjelas oleh pembicaraan yang panjang, jelas dan terang bagi orang awam yang bodoh yang disebutkan oleh As-Sunnah terkait hal ini.

Kemudian ini menjadi perkara yang paling asing! Ilmu dan fiqh menjadi bid’ah dan kesesatan!
Sebaik-baik apa yang ada pada mereka adalah mencampuradukkan kebenaran dengan kebatilan. Ilmu yang diwajibkan oleh Alloh atas makhluk dan dipuji-Nya menjadi tidak diucapkan kecuali oleh orang Zindiq atau orang gila! Dan orang yang mengingkarinya, memusuhinya, serta menulis kitab tentang peringatan dan larangan terhadapnya menjadi orang faqih yang ‘alim!

Pokok kelima: Penjelasan Alloh subhanahu tentang wali-wali-Nya dan pembedaan antara mereka dan orang-orang yang menyerupai mereka di antara musuh-musuh Alloh yang munafiq dan durhaka.

Cukup dalam hal ini satu ayat dalam surat Ali ‘Imron, yaitu firman-Nya:

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ

“Katakanlah, Jika kalian mencintai Alloh, maka ikutilah aku, niscaya Alloh akan mencintai kalian.” [Ali ‘Imron: 31]

Satu ayat dalam surat al-Ma-idah, yaitu firman-Nya:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَه

 “Wahai orang-orang yang beriman! Barang siapa di antara kalian yang murtad dari agamanya,niscaya Alloh akan mendatangkan suatu kaum yang Dia cintai dan mencintai-Nya.” [al-Ma’idah: 54]

Dan satu ayat dalam surat Yunus, yaitu firman-Nya:

أَلا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ () الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ

 “Ingatlah wali-wali Allah itu tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati.(Yaitu) orang-orang yang beriman dan senantiasa bertakwa.” [Yunus: 62]

Kemudian perkara ini berubah di kalangan mayoritas orang-orang yang mengaku sebagai ulama dan bagian dari pemberi petunjuk bagi makhluk dan penjaga syariat: para wali haruslah orang-orang yang tidak mengikuti para rosul, sehingga orang yang mengikuti para rosul bukanlah bagian dari mereka; para wali haruslah orang-orang yang meninggalkan jihad, sehingga orang yang berjihad bukanlah bagian dari mereka; dan para wali haruslah orang-orang yang meninggalkan iman dan taqwa, sehingga orang yang memelihara iman dan taqwa bukanlah bagian dari mereka! Ya Robb kami! Kami memohon kepada-Mu maaf dan ampunan. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar segala permohonan.

Pokok keenam: Bantahan terhadap syubhat yang dibuat oleh syaithon untuk meninggalkan al-Quran dan As-Sunnah serta mengikuti pendapat dan hawa nafsu yang berbeda-beda. Yaitu bahwa al-Qur-an dan As-Sunnah tidak bisa diketahui kecuali oleh mujtahid muthlaq, dan mujtahid adalah orang yang memiliki sifat demikian dan demikian; sifat-sifat yang barangkali tidak ditemukan secara sempurna pada Abu Bakr dan Umar. Jika seseorang tidak memiliki sifat-sifat ini, maka hendaklah dia berpaling dari al-Qur-an dan as-Sunnah, sebagai suatu keharusan yang pasti, tanpa ada keraguan dan permasalahan di dalamnya. Dan barang siapa mencari petunjuk dari al-Qur-an dan as-Sunnah, maka dia antara orang Zindiq atau orang gila, karena sangat sulitnya memahami keduanya. Subhanalloh wa bi hamdih. Berapa banyak Alloh subhanahu menjelaskan dalam bentuk pensyariatan, ketetapan, akhlaq dan perintah dalam membantah syubhat yang terla’nat ini, dari berbagai macam sisi, sehingga sampai ke tingkat perkara-perkara umum yang diketahui secara aksiomatis. Tetapi sebagian besar manusia tidak mengetahui.

“Sungguh, pasti berlaku perkataan (hukuman) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman. Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, karena itu mereka tertengadah. Dan Kami jadikan di hadapan mereka sekat (dinding) dan di belakang mereka juga sekat, dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat. Dan sama saja bagi mereka, apakah engkau memberi peringatan kepada mereka atau engkau tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman juga. Sesungguhnya engkau hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, walaupun mereka tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia.” [Yasin: 7-11]

Segala puji bagi Alloh, Robb semesta alam. Semoga Alloh melimpahkan sholawat kepada junjungan kita Muhammad, serta kepada keluarga dan para sahabatnya, serta melimpahkan salam yang sebanyak-banyaknya sampai hari kiamat (qiyamah).


Dikutip dari: ad-Duror as-Saniyyah fi al-Ajwibah an-Najdiyyah.
Ditarjamah dan diterbitkan oleh Tim Penyebar Berita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...