5/20/2019

RISALAH TENTANG NIFAK

Risalah 

          Tentang   NIFAK

Ketahuilah, rohimakaAlloh, bahwa sejak Alloh ta’ala mengutus Muhammad shollaAllohu ‘alayhi wa sallam dan memuliakannya dengan hijrah dan kemenangan, manusia terbagi ke dalam tiga kelompok. Pertama, kelompok orang-orang mukmin, yaitu mereka yang beriman kepadanya secara lahir dan batin. Kedua, kelompok orang-orang kafir, yaitu mereka yang menampakkan kekufuran kepadanya. Dan ketiga, kelompok orang-orang munafiq, yaitu mereka yang beriman kepadanya secara lahir, tidak secara batin. Karena itu, Alloh membuka suroh al-Baqoroh dengan empat ayat tentang sifat orang-orang mukmin, dua ayat tentang sifat orang-orang kafir, dan tiga belas ayat tentang sifat orang-orang munafiq.

Masing-masing dari iman, kufur, dan nifaq memiliki pilar-pilar dan cabang-cabang, sebagaimana ditunjukkan oleh al-Kitab dan as-Sunnah, dan sebagaimana ditafsirkan oleh ‘Aliy bin Abu Tholib rodhiyaAllohu ‘anh dalam hadits yang diriwayatkan darinya. Di antara nifaq ada yang merupakan nifaq akbar dan pelakunya akan berada di dasar terendah dari neraka, sebagaimana nifaqnya ‘Abdulloh bin Ubay dan lainnya. Contohnya: menampakkan pendustaan terhadap Rosul; mengingkari sebagian dari apa yang dibawanya, membencinya, atau meyakini ketidakwajiban untuk mengikutinya; merasa senang dengan kejatuhan agamanya; merasa sedih dengan kebangkitan agamanya; dan hal-hal lain semisalnya yang pelakunya tidak lain adalah musuh Alloh dan Rosul-Nya. Kadar (dari nifaq) ini ada pada zaman Rosul shollaAllohu ‘alayhi wa sallam. Dan setelah itu kadarnya terus lebih besar daripada pada zamannya, karena faktor-faktor pendorong keimanan pada masanya lebih kuat. Jika seiring dengan kuatnya faktor-faktor ini nifaq ada, maka keberadaan nifaq setelah itu lebih mungkin lagi. Dan ini adalah jenis nifaq akbar. Wal-‘iyadzu billah.

Adapun nifaq ashghor, ia adalah nifaq perbuatan dan sejenisnya, seperti berdusta jika berbicara, mengingkari jika berjanji, dan mengkhianati jika dipercaya, berdasarkan hadits yang masyhur dari Rosul shollaAllohu ‘alayhi wa sallam bahwa beliau bersabda:

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاث إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَ إِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَ إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/24989-mewaspadai-sifat-munafik-2.html
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاث إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَ إِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَ إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/24989-mewaspadai-sifat-munafik-2.html
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاث إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَ إِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَ إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/24989-mewaspadai-sifat-munafik-2.html
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاث إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَ إِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَ إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/24989-mewaspadai-sifat-munafik-2.html
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاث إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَ إِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَ إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/24989-mewaspadai-sifat-munafik-2.html
آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاث إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَ إِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ، وَ إِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

Baca selengkapnya https://muslim.or.id/24989-mewaspadai-sifat-munafik-2.html

أَيَتُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ إِذَا حَدَثَ كَذَبَ, وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ, وَإِذَا أْتُمِنَ خَانَ

“Tanda orang munafiq itu ada tiga: jika berbicara berdusta, jika berjanji mengingkari, dan jika dipercaya mengkhianati, meskipun dia mengerjakan puasa dan sholat, serta mengaku sebagai muslim.” 
[Diriwayatkan oleh Muslim]


Termasuk ke dalam bab ini adalah: berpaling dari jihad. Ia merupakan salah satu dari sifat orang-orang munafiq berdasarkan sabda Rosul shollaAllohu ‘alayhi wa sallam:


مَنْ مَاتَ وَلَمْ يَغْزُ, وَلَمْ يُحَدِّثْ نَفْسَهُ بِهِ, مَاتَ عَلَى شُعْبَةٍ مِنْ نِفَاقٍ

“Barang siapa mati, sedangkan dia belum pernah berperang dan belum pernah berbicara kepada dirinya sendiri tentang perang, maka dia mati di atas satu cabang dari nifaq.” [Diriwayatkan oleh Muslim]

Alloh telah menurunkan surat Baro’ah (at-Tawbah) yang dinamakan juga dengan al-Fadhihah (yang membuka kejelekan), karena ia membuka kejelekan-kejelekan orang-orang munafiq. Sebagaimana dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas rodhiyaAllohu ‘anh: “Ia adalah al-Fadhihah (yang membuka kejelekan). Terus saja turun wa minhum (dan di antara mereka), wa minhum (dan di antara mereka), sampai mereka menyangka bahwa tidak akan tersisa seorang pun kecuali disebutkan di dalamnya.” Diriwayatkan dari al-Miqdad bin al-Aswad, dia berkata: “Ia adalah suroh al-Bahuts (yang banyak membahas/mencari/menyelidiki), karena ia membahas/mencari/menyelidiki rahasia-rahasia yang terkandung dalam hati orang-orang munafiq. Dan Qotadah berkata: “Ia adalah al-Mutsiroh (yang membumbungkan), karena ia membumbungkan kehinaan-kehinaan orang-orang munafiq.”

Surat ini turun pada perang terakhir yang dipimpin oleh Rosululloh shollaAllohu ‘alayhi wa sallam, yaitu pada perang Tabuk. Alloh telah memuliakan Islam dan meninggikannya. Maka di dalam suroh ini Alloh menyingkap keadaan-keadaan orang-orang munafiq dan menyifati mereka dengan kepengecutan dan kebakhilan. Yang dimaksud dengan kepengecutan adalah meninggalkan jihad. Sedangkan yang dimaksud dengan kebakhilan adalah dalam berinfaq di jalan Alloh. Alloh ta’ala berfirman:


وَلا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَبْخَلُونَ بِما آتاهُمُ اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ هُوَ خَيْراً لَهُمْ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَهُمْ سَيُطَوَّقُونَ مَا بَخِلُوا بِهِ يَوْمَ الْقِيامَةِ وَلِلَّهِ مِيراثُ السَّماواتِ وَالْأَرْضِ وَاللَّهُ بِما تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

 “Dan janganlah sekali-kali orang-orang yang bakhil dengan apa yang diberikan Alloh kepada mereka dari karunia-Nya mengira bahwa itu baik bagi mereka. Tetapi itu buruk bagi mereka. Apa yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan pada mereka pada hari kiamat. Milik Alloh-lah warisan (apa yang ada di) langit dan di bumi. Dan Alloh Maha Teliti terhadap apa yang kalian kerjakan.” [Alu ‘Imron: 180]

Dan Dia berfirman:

وَمَنْ يُوَلِّهِمْ يَوْمَئِذٍ دُبُرَهُ إِلا مُتَحَرِّفًا لِقِتَالٍ أَوْ مُتَحَيِّزًا إِلَى فِئَةٍ فَقَدْ بَاءَ بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ وَمَأْوَاهُ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ

“Dan barang siapa memalingkan tubuhnya pada waktu itu, kecuali berbelok untuk (siasat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan lain, maka sungguh dia telah kembali dengan membawa kemurkaan dari Alloh dan tempatnya ialah neraka Jahannam, dan itu adalah seburuk-buruknya tempat kembali.” [al-Anfal: 16]

Adapun penyifatan mereka dalam suroh Baro’ah (at-Tawbah) dengan kepengecutan dan ketakutan, Alloh ta’ala berfirman:


وَيَحْلِفُونَ بِاللَّهِ إِنَّهُمْ لَمِنْكُمْ وَمَا هُمْ مِنْكُمْ وَلَكِنَّهُمْ قَوْمٌ يَفْرَقُونَ , لَوْ يَجِدُونَ مَلْجَأً أَوْ مَغَارَاتٍ أَوْ مُدَّخَلا لَوَلَّوْا إِلَيْهِ وَهُمْ يَجْمَحُونَ

 “Dan mereka bersumpah dengan nama Alloh bahwa sesungguhnya mereka termasuk golongan kalian, padahal mereka tidaklah termasuk golongan kalian, tetapi mereka adalah orang-orang yang sangat takut. Sekiranya mereka menemukan tempat perlindungan, gua-gua, atau lubang, niscaya mereka berpaling ke sana dengan secepat-cepatnya.” [at-Tawbah: 56-57]

“Sekiranya mereka menemukan tempat perlindungan” untuk mereka berlindung, seperti selter atau benteng, “gua-gua” untuk mereka meresap/masuk ke dalamnya sebagaimana meresapnya air, “atau lubang (muddakhol)” yaitu yang bisa dimasuki meskipun dengan susah payah, “niscaya mereka berpaling ke sana” dari jihad “dengan secepat-cepatnya” tanpa ada yang bisa menghentikan mereka, seperti kuda bandel yang ketika berlari tidak dapat dihentikan oleh tali kekang.
Alloh ta’ala berfirman:

إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ

“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu hanyalah mereka yang beriman kepada Alloh dan Rosul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka di jalan Alloh. Mereka itulah orang-orang yang jujur/tulus.” [al-Hujurot: 15]

Alloh membatasi orang-orang mukmin itu pada orang yang beriman dan berjihad. Lalu Alloh ta’ala berfirman:

لَا يَسْتَأْذِنُكَ الَّذِينَ يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ أَنْ يُجَاهِدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالْمُتَّقِينَ , إِنَّمَا يَسْتَأْذِنُكَ الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَارْتَابَتْ قُلُوبُهُمْ فَهُمْ فِي رَيْبِهِمْ يَتَرَدَّدُونَ

“Orang-orang yang beriman kepada Alloh dan hari akhir tidak akan meminta izin kepadamu untuk tidak ikut berjihad dengan harta dan jiwa mereka. Dan Alloh mengetahui orang-orang yang bertakwa. Sesungguhnya yang akan meminta izin kepadamu hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Alloh dan hari akhir, dan hati mereka ragu, karena itu mereka selalu bimbang dalam keraguan mereka.” [at-Tawbah: 44-45]

Ini adalah pemberitahuan dari Alloh bahwa orang yang beriman tidak akan meminta izin untuk meninggalkan jihad. Sesungguhnya yang akan meminta izin hanyalah orang-orang yang tidak beriman kepada Alloh. Maka bagaimana pula halnya dengan orang yang meninggalkan jihad tanpa izin?

Dan Alloh ta’ala berfirman ketika menyifati mereka dengan kebakhilan:

وَمَا مَنَعَهُمْ أَنْ تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقَاتُهُمْ إِلا أَنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَبِرَسُولِهِ وَلا يَأْتُونَ الصَّلاةَ إِلا وَهُمْ كُسَالَى وَلا يُنْفِقُونَ إِلا وَهُمْ كَارِهُونَ
“Dan tidaklah menghalangi diterimanya infaq mereka kecuali karena mereka kufur kepada Alloh dan Rosul-Nya. Mereka tidak melaksanakan sholat kecuali dengan malas dan tidak berinfaq kecuali dengan terpaksa.” [at-Tawbah: 54]

Jika demikian ini celaan Alloh tabaroka wa ta’ala kepada orang yang berinfaq dengan terpaksa, maka bagaimana dengan orang yang meninggalkan infaq sama sekali?

Dan Alloh telah memberitahukan bahwa ketika sampai di dekat Madinah (sepulang dari perang Khandaq/Ahzab), orang-orang munafiq kadang berkata kepada orang-orang mukmin: “Apa yang terjadi pada kita ini adalah karena kesialan kalian. Kalianlah yang telah menyeru manusia kepada agama ini, memerangi mereka atas dasarnya, dan menyelisihi mereka!” Kadang mereka berkata: “Kalianlah yang telah menyarankan kepada kami agar tinggal di sini. Jika tidak, seandainya sebelumnya kami bepergian, niscaya kami tidak akan ditimpa ini!” Kadang mereka berkata: “Kalian, dengan kesedikitan dan kelemahan kalian, ingin menghancurkan musuh. Dan kalian telah terperdaya oleh agama kalian!” Kadang mereka berkata: “Kalian adalah orang-orang gila. Kalian tidak punya akal. Kalian ingin membinasakan diri kalian sendiri dan membinasakan manusia bersama kalian!” Dan kadang mereka mengatakan berbagai macam perkataan yang menyakitkan.

Maka Alloh ‘azza wa jalla memberitahukan tentang mereka dengan firman-Nya:

يَحْسَبُونَ الأحْزَابَ لَمْ يَذْهَبُوا وَإِنْ يَأْتِ الأحْزَابُ يَوَدُّوا لَوْ أَنَّهُمْ بَادُونَ فِي الأعْرَابِ يَسْأَلُونَ عَنْ أَنْبَائِكُمْ وَلَوْ كَانُوا فِيكُمْ مَا قَاتَلُوا إِلا قَلِيلا
“Mereka mengira bahwa golongan-golongan yang bersekutu (ahzab) itu belum pergi. Jika golongan-golongan yang bersekutu (ahzab) itu datang (kembali), niscaya mereka berharap seandainya mereka berada di padang pasir bersama orang-orang Badui, sambil menanyakan berita kalian. Dan jika mereka bersama kalian, niscaya mereka tidak akan berperang kecuali sedikit.” [al-Ahzab: 20]

Alloh tabaroka wa ta’ala menyifati mereka dengan tiga sifat
Pertama, bahwa mereka -karena ketakutan mereka- menyangka bahwa golongan-golongan yang bersekutu (ahzab) belum meninggalkan negeri. Dan ini adalah kondisi pengecut yang di dalam hatinya terdapat penyakit. Hatinya akan cepat memercayai berita yang menakutkan dan mendustakan berita keamanan. 
Sifat kedua, bahwa jika golongan-golongan yang bersekutu (ahzab) datang, niscaya mereka berharap tidak berada di antara kalian, tetapi berada di padang pasir di antara orang-orang Badui, sambil menanyakan berita kalian: Bagaimana kabar Madinah? Bagaimana kabar orang-orang?” 
Dan sifat ketiga, bahwa jika golongan-golongan yang bersekutu (ahzab) datang, dan mereka ada di antara kalian, niscaya mereka tidak akan berperang kecuali sedikit. Ketiga sifat ini cocok bagi banyak orang.


Ditarjamah dari artikel dalam surat kabar an-Naba’ edisi 50
Ditarjamah dan diterbitkan oleh : |[ Penyeber Berita ]|

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...