SIRAH NABAWIAH
SEJARAH LENGKAP
KEHIDUPAN
RASULULLAH صلي الله عليه وسلم
- Ibnu Hisyam
Kisah Mi'raj |
Ibnu Ishaq berkata: Berkata kepadaku dari Abu Sa'id Al-Khudri
Radhiyallahu Anhu yang berkata bahwa ia mendengar Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam bersabda: "Ketika aku telah menuntaskan seluruh urusan
di Baitul Maqdis, aku melakukan mi'raj dan aku tidak pernah menyaksikan
sebuah peristiwa yang lebih indah daripada peristiwa itu, yakni seperti
seseorang yang melihat kematian saat sedang menjelang ajal. Lalu
malaikat Jibril membawaku naik hingga tiba di salah satu gerbang langit.
Gerbang langit tersebut bernama Gerbang Al-Hafazhah (Para Penjaga).
Pintu Al-Hafazhah dijaga salah satu malaikat yang bernama Ismail yang
ngomandoi dua belas ribu malaikat dan setiap satu dari mereka juga
mengomandoi dua belas ribu malaikat." Ditengah-tengah Rasulullah
Shallalahu 'alaihi wa Sallam menceritakan peristiwa mi'raj, beliau
melantunkan firman Allah Ta'ala:
وَمَا يَعْلَمُ جُنُودَ رَبِّكَ إِلَّا هُوَ ۚ
Dan tidak ada yang mengetahui tentara Tuhanmu melainkan Dia sendiri. (QS. al-Mudatstsir: 31).
Rasulullah Shallalahu alaihi wa Sallam
melanjutkan lagi: "Ketika Jibril masuk bersamaku," Malaikat Ismail
bertanya: "Siapa orang ini?" Malaikat Jibril menjawab, "Dia Muhammad."
Malaikat Ismail bertanya: "Apakah dia sudah diutus?" Malaikat Jibril
menjawab: "Ya. Sudah." Malaikat Ismail lalu berdoa untukku."50
Ibnu Ishaq berkata: Sebagian pakar bercerita
kepadaku dari orang yang berbicara dengan Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Para
malaikat menyambut kedatanganku pada saat aku tiba di langit dunia.
Semua dari para malaikat, tersenyum dan memberi kabar gembira
kepadakukecuai terapat malaikat, ia tidak tertawa dan tidak tampak wajah
gembira padanya sebagaimana yang terlihat pada malaikat-malaikat yang
lain. Aku bertanya kepada Jibril: "Wahai jibril, siapakah malaikat ini?"
Malaikat Jibril berkata kepadaku: "Dia adalah malaikat penjaga neraka."
Aku bertanya kepada Jibril dan kedudukan Malaikat Jibril di sisi Allah
seperti yang pernah dijelaskan Allah Ta'ala kepada kalian, Yang ditaati
di sana (di alam malaikat) lagi dipercaya. (QS. At- Takwir: 21). Dan
bisakah dia memperlihatkan neraka kepadaku?" Malaikat Jibril berkata:
"Ya." Kemudian Malaikat Jibril berkata: "Wahai Malaikat perlihatkanlah
neraka kepada Muhammad!" Malaikat penjaga neraka pun membuka pintu
neraka. Api neraka tersebut menyala-nyala hingga aku menduga bahwa ia
pasti akan menghanguskan apa saja yang saya saksikan. Aku berkata kepada
Malaikat Jibril: "Wahai Jibril, perintahkan malaikat tersebut untuk
menutup kembali pintu neraka ke seperti semula." Malaikat Jibril pun
memerintahkan kepada malaikat penjaga neraka dengan berkata kepadanya:
"Padamkanlah neraka itu." Kemudian neraka kembali seperti sedia kala."51
Abu Said Al-Khudri Radhiyallahu Anhu melanjutkan haditsnya dari Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam yang bersabda:
"Ketika aku tiba di langit dunia, aku melihat
seseorang sedang duduk dan arwah-arwah diperlihatkan kepadanya. Jika
arwah tersebut diperlihatkan kepadanya dalam keadaan baik dan ia senang
dengannya, orang tersebut berkata: "Ini arwah yang baik yang keluar dari
raga yang baik." Jika sebaliknya, ia akan berkata dengan wajah muram.
"Ini arwah jelek yang keluar dari raga yang jahat." Aku bertanya kepada
Malaikat Jibril: "Siapakah dia wahai Jibril?" Jibril berkata: "Dia
adalah nenek moyangmu, Adam. Semua arwah anak keturunannya diperlihatkan
kepadanya. Jika arwah orang Mukmin dilewatkan padanya, ia sangat
gembira dengannya, sambil berkata: "Ini arwah yang baik yang keluar dari
raga yang baik. Jika arwah salah seorang kafir diperlihatkan kepadanya,
ia mengatakan 'ahh' (uff) kepadanya, membencinya dan merasa terganggu
dengannya, sambil berkata: "Ini arwah jelek yang keluar dari raga yang
jelek."
Kemudian aku melihat orang-orang yang bibirnya
laksana bibir unta di tangannya ada bara api dari neraka sebesar batu
segenggam tangan. Mereka memasukkan bara api tersebut ke dalam mulut
mereka, lalu bara dari neraka tersebut keluar lagi dari dubur mereka.
Aku berkata: "Siapa mereka itu wahai Jibril?" Jibril berkata: "Mereka
pemakan harta anak yatim secara zalim."
Kemudian aku melihat orang-orang dengan perut
yang sangat aneh. Mereka duduk di jalan yang akan dilalui keluarga
Fir'aun seperti unta yang kehausan. Ketika keluarga Fir'aun akan dibakar
dengan api neraka, mereka menginjak orang-orang tersebut dan mereka
tidak mampu pindah dari tempat mereka. Aku berkata: "Siapa mereka, wahai
Jibril?" Jibril menjawab, "Mereka para pemakan harta riba'."
Lalu aku melihat orang-orang yang memegang
daging yang empuk dan di sampingnya terdapat daging keras yang busuk.
Mereka memakan daging yang busuk tersebut dan tidak mau memakan daging
yang empuk tadi. Aku bertanya kepada Jibril: "Siapakah mereka, wahai
Jibril?" Jibril menjawab: "Mereka orang-orang yang."
Kemudian aku melihat wanita-wanita yang
digantung pada payudara mereka sendiri. Aku bertanya: "Siapakah mereka
itu wahai Jibril?" Jibril menjawab: "Mereka wanita-wanita yang suka
berbuat mesum dengan laki-laki lain saat suami dan anaknya tidak ada di
rumah."
Ibnu Ishaq berkata: Ja'far bin Amr bercerita
kepadaku dari Al-Qasim bin Muham¬mad bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi
wa Sallam bersabda,
"Kemurkaan Allah sangat keras terhadap wanita
yang memasukkan laki-laki yang bukan berasal dari keluarganya, kemudian
laki-laki tersebut memakan harta mereka dan melihat auratnya."52
Ibnu Ishaq berkata: Abu Sa’id Al-Khudri
bercerita bahwa Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Malaikat Jibril lalu membawaku terbang ke langit kedua. Di sana aku
berjumpa Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakaria. Kemudian Jibril membawaku
naik ke langit ketiga. Di sana aku berjumpa seorang laki-laki yang
postur tubuhnya seperti bulan kala purnama. Aku bertanya: "Siapakah dia,
wahai Jibril?" Jibril menjawab: "Ini saudaramu, Yusuf bin Yaqub."
Kemudian Jibril membawaku terbang ke langit keempat. Di sana aku
berjumpa seorang laki-laki. Aku bertanya, "Siapakah dia wahai, wahai
Jibril?" Jibril menjawab: "Dia Idris." Lalu Rasulullah Shallalahu
'alaihi wa Sallam membaca ayat, "Dan Kami mengangkatnya ke tempat yang
tinggi" Kemudian Malaikat Jibril membawaku terbang ke langit kelima. Di
sana aku bertemu orang tua yang rambut dan jenggotnya memutih lebat dan
aku tidak pernah melihat orang tua setampan dirinya. Aku bertanya:
"Siapakah dia wahai Jibril?" Jibril menjawab: "Dia orang yang
kharismatik di tengah kaumnya, dia Harun bin Imran." Malaikat Jibril
membawaku terbang ke langit keenam. Di sana aku berjumpa orang yang
kulitnya berwarna sawo matang, tinggi, berhidung mancung dan seperti
orang dari kabilah Syanu'ah. Aku bertanya: "Siapakah lelaki itu wahai
Jibril?" Jibril menjawab: "Dia Musa bin Imran." Kemudian Jibril
membawaku terbang ke langit ketujuh. Di sana aku bertemu orang tua
sedang duduk di atas kursi di pintu Baitul Makmur yang setiap hari
didatangi tujuh puluh ribu malaikat yang tidak meninggalkannya hingga
Hari Kiamat. Dia sangat mirip denganku. Aku bertanya: "Siapa dia wahai
Jibril?" Malaikat Jibril menjawab: "Dia Ibrahim." Kemudian Jibril
membawaku masuk ke dalam surga. Di sana, aku melihat seorang perempuan
yang berkulit merah agak "hitam". Aku bertanya kepadanya, "Siapa
engkau?" Wanita tersebut berkata: " Aku milik Zaid bin Haritsah."
Kemudian Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam memberitahukan kabar
gembira ini kepada Zaid bin Haritsah."
Ibnu Ishaq berkata: Dari riwayat Abdullah bin
Mas'ud Radhiyallahu Anhu —sebagaimana kabar yang sampai padaku— dari
Nabi Muhammad Shallalahu 'alaihi wa Sallam bahwa setiap kali Malaikat
Jibril membawa tentang Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam ke salah
satu langit dan meminta izin masuk, maka para malaikat penjaganya
berkata kepada Jibril: "Siapa dia wahai Jibri!?" Jibril menjawab:
"Muhammad." Para Malaikat berkata: "Apakah dia sudah diutus?" Jibril
menjawab: "Ya." Para malaikat berkata: "Semoga Allah memberinya
keselamatan." Demikianlah yang terjadi dengannya hingga sampai di langit
ketujuh, lalu beliau menghadap kepada Tuhan-Nya dan Allah mewajibkan
kepadanya lima puluh shalat wajib dalam sehari.
Rasulullah Shallalahu 'alaihi wa Sallam
bersabda: "Kemudian aku keluar dan berpapasan dengan Musa bin Imran. la
bertanya kepadaku: "Berapa kali Allah mewajibkan shalat kepadamu?" Aku
menjawab: "Lima puluh kali dalam sehari." Nabi Musa berkata:
"Sesungguhnya lima puluh kali itu berat dilaksanakan apalagi umatmu itu
lemah. Kembalilah kepada Tuhanmu dan mintalah Dia memberi dispensasi
shalat bagimu dan bagi umatmu." Kemudian aku kembali kepada Tuhanku dan
meminta- Nya memberi keringanan shalat bagiku dan bagi umatku, kemudian
Allah mengurangi sepuluh shalat dariku. Kemudian aku keluar dan kembali
berpapasan dengan Musa. Musa mengatakan kepadaku seperti yang dia
katakan sebelumnya. Kemudian aku kembali menghadap Tuhanku dan
memintaNya memberi dispensasi bagiku dan bagi umatku, kemudian Allah
mengurangi sepuluh shalat dariku. Lalu aku keluar, kembali aku
berpapasan dengan Musa dan ia kembali berkata sebagaimana sebelumnya.
Aku pun kembali menghadap Allah dan meminta
pada-Nya dispensasi lagi, kemudian Allah mengurangi sepuluh shalat
dariku. Lalu aku balik lagi dan kembali berpapasan dengan Musa yang tak
pernah henti mengatakan seperti itu setiap kali aku pulang dari Allah:
"Kembali dan mintalah keringanan!!" Kemudian aku kembali menghadap
Tuhanku dan meminta-Nya memberi keringanan shalat bagiku dan bagi
umatku, hingga akhirnya Allah menetapkan shalat lima waktu bagiku dalam
sehari dan semalam. Kemudian aku menemui Nabi Musa, ia berkata
sebagaimana sebelumnya. Aku berkata kepadanya, "Aku telah bolak-balik
menghadap Tuhanku dan meminta-Nya hingga aku merasa malu kepada-Nya. Aku
tidak akan melakukannya lagi." Jika salah seorang dari kalian
mengerjakan shalat lima waktu dengan mengimaninya dan mengharap ridha
Allah, ia mendapatkan pahala sebanyak lima puluh shalat (yang
diwajibkan)."53
50. Lemah sekali. Hadits riwayat Baihaqi
dalam al-Dalail pada hadits no 677 dan dalam sanadnya ada al-‘Abdi dia
matruk (ditinggal)
51. Sanadnya penuh dengan orang-orang yang majhul (tidak dikenal)
52. Hadits lemah diriwayatkan oleh Ady
dalam Al-Kamil (1/227) dan Al-Bazzar pada hadits no 599, Ath-Thabarani
dalam al-Awsath pada hadits no 4694, Al-Haitsami berkata dalam Al-Majma’
pada hadits no 7140 di dalamnya Ibrahim bin Yazid dan dia seorang
perawi yang lemah
53. HR. Bukhari Muslim. Pada Bukhari di hadits no 7517 dan Muslim pada hadits no. 162 dari hadits Anas bin Malik
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar