5/16/2019

Menolong Daulah Islam

Menolong Daulah Islam Menghadapi
Persekutuan Orang-orang Kafir, Murtad,
Dan Munafik Adalah Salah Satu dari Tali
Iman Yang Paling Kuat

Al-mustaqbal.net

KHILAFAH ISLAMIYAH, (Al-Mustaqbal Channel) – Berikut brosur resmi yang dikeluarkan oleh Daulah Khilafah Islamiyah-diterjemahkan oleh Abu Hanan-yang menjelasakan hakikat al wala wal bara dan kewajiban kaum Muslimin untuk menolong Daulah Khilafah Islamiyah pada saat ini dengan semua yang mampu mereka berikan. Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam semoga terlimpah kepada Rasulullah, para keluarganya, para sahabatnya, dan siapa saja yang mengikutinya. Amma ba’du: Tidaklah samar bagimu saat ini, wahai muslim yang cerdas, bagaimana para penganut agama kekafiran, kemurtadan, dan kemunafikan dari bangsa Arab dan non-Arab telah berkumpul untuk memerangi Daulah Islam. Engkau melihat mereka berkumpul, bersatu, bermusyawarah, membuat konspirasi, melakukan mobilisasi, dan mengeluarkan ancaman.

Dalam hal itu mereka dipimpin oleh pengusung salib Amerika. Hingga pertempuran krusial antara para penolong Ar-Rahman dan para penolong setan hanya tinggal sejauh dua busur panah atau lebih dekat lagi.
Meskipun pandangan sangat jelas dan fakta-fakta telah tersingkap, engkau menemukan sebagian orang bertanya-tanya: Dengan siapa saya akan berdiri? Dan apa sikap yang harus saya ambil?

Maka dengarkanlah kata-kata ini, hai orang yang mengasihankan! Perkara ini sangat besar dan urusan ini sangat agung. Demi Allah, ini adalah dua kubu yang telah diberitakan oleh Nabi yang benar dan dipercaya: kubu iman yang tiada kekafiran di dalamnya, dan kubu kafir yang tiada keimanan di dalamnya.
Allah swt berfirman,

ي شَيْءٍ، إِلاَّ أَن تَتَّقُواْ مِنْھُمْ تُقَاةً، لَا یَتَّخِذِ الْمُؤْمِنُونَ الْكَافِرِینَ أَوْلِیَاء مِن دُوْنِ الْمُؤْمِنِینَ، وَمَن یَفْعَلْ ذَلِكَ فَلَیْسَ مِنَ اللّھِ فِ
.وَیُحَذِّرُكُمُ اللّھُ نَفْسَھُ، وَإِلَى اللّھِ الْمَصِیرُ

“Janganlah orang-orang mukmin menjadikan orang-orang kafir sebagai penolong, bukannya sesama orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya dia tidak akan memperoleh apa pun dari Allah. Kecuali karena (siasat) menjaga diri dari sesuatu yang kalian takuti dari mereka. Allah memperingatkan kalian akan diri (siksa)-Nya. Dan hanya kepada Allah tempat kembali.” (Ali Imran: 28)

Rasulullah saw bersabda,
.للهِأَوْثَقُ عُرَى الإِیمَانِ المُوَالَاةُ فِي اللهِ وَالمُعَادَاةُ فِي اللهِ وَالحُبُّ فِي اللهِ وَالبُغْضُ فِي ا

“Tali iman yang paling kuat adalah bersikap loyal di jalan Allah dan memusuhi di jalan Allah, mencintai di jalan Allah dan membenci di jalan Allah.” (Hadis hasan, diriwayatkan oleh Ath-Thabrani)

Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, dia berkata, “Barang siapa mencintai di jalan Allah dan membenci di jalan Allah, bersikap loyal di jalan Allah dan memusuhi di jalan Allah, maka predikat sebagai wali (penolong) Allah akan diperoleh dengan hal itu. Dan seorang hamba tidak akan merasakan rasanya iman, meskipun shalat dan puasanya banyak, sampai dia menjadi demikian.” [Jâmi’ al-‘Ulûm wa al-Hikam karya Ibnu Rajab Al-Hanbali]

Ketika menjelaskan perkataan Ibnu Abbas di atas, syekh Sulaiman bin Abdullah bin Abdul Wahhab berkata: Perkataannya, “bersikap loyal di jalan Allah,” adalah penjelasan bagi konsekwensi mencintai di jalan Allah, yaitu bersikap loyal di jalan-Nya. Ini menunjukkan bahwa cinta saja tidak cukup dalam hal itu, tetapi harus disertai dengan loyalitas yang merupakan konsekwensi dari cinta, yaitu menolong, memuliakan, menghormati, dan berada bersama orang-orang yang dicintai secara batin dan lahir. Dan perkataannya, “dan memusuhi di jalan Allah,” adalah penjelasan bagi konsekwensi membenci di jalan Allah, yaitu memusuhi di jalan-Nya. Artinya, menunjukkan permusuhan dengan nyata, seperti dengan berjihad melawan musuh-musuh Allah, berlepas diri dari mereka, dan menjauhi mereka secara batin dan lahir. Dan ini menunjukkan bahwa kebencian dalam hati saja tidak cukup, tetapi harus disertai dengan melakukan konsekwensinya. Sebagaimana firman Allah swt,

وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّھِ، كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاھِیمَ وَالَّذِینَ مَعَھُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِھِمْ إِنَّا بُرَءَاؤُا مِنكُمْ
.عَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّھِ وَحْدَهُبَیْنَنَا وَبَیْنَكُمُ الْ

“Sungguh, telah ada suri teladan yang baik bagi kalian pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya, ketika mereka berkata kepada kaumnya, ‘Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari apa yang kalian sembah selain Allah. Kami mengingkari (kekafiran) kalian. Telah nyata permusuhan dan kebencian antara kami dan kalian selamanya, sampai kalian beriman kepada Allah semata.’” (Al-Mumtahanah: 4) [Taisîr al-‘Azîz al-Hamîd Syarh Kitâb at-Tauhîd]

Karena itu, telah menjadi ketetapan dalam syariat yang suci dan menjadi kesepakatan dalam agama bahwa walâ` dan barâ` (loyalitas dan keberlepasan diri) merupakan salah dari pokok-pokok agama. Tidak ada agama, tidak ada Islam, dan tidak ada iman tanpanya.

Apa makna walâ` dan barâ`? Apa kedudukan keduanya dalam agama? Dan apa yang harus dilakukan oleh orang muslim agar dapat mewujudkan walâ` dan barâ`?
Ketika ditanya sikap terhadap serangan Salib terhadap Afghanistan, syekh Hamud bin Aqla` Asy-Syu’abi –semoga Allah merahmatinya− mengatakan, yang ringkasnya:

Secara etimologis, walâ` adalah isim mashdar dari wâlâ-yuwâlî. “Wâlâ fulânun fulânan,” artinya: Fulan mencintai Fulan dan mengikutinya. Wilâyah artinya pertolongan, perlindungan, dan ittibâ’ (sikap mengikuti). Dan “Waliya fulânun fulânan,” artinya: Fulan mendekatkan diri kepada Fulan. Sementara makna walâ` dalam syariat adalah loyalitas hamba kepada Tuhannya dan Nabi-Nya dengan mengikuti perintah-perintah dan menjauhi larangan-larangan, serta mencintai dan menolong para wali (penolong) Allah di antara kaum mukminin.

Adapun barâ`, secara etimologis adalah mashdar dari barâ yang berarti memotong/memutus.
Di antaranya, “Barâ al-qalama,” artinya: Memotong pena/pensil. Yang dimaksud di sini adalah memutuskan hubungan dengan orang-orang kafir, dengan tidak mencintai mereka, tidak menolong mereka, dan tidak tinggal di negeri-negeri mereka. Barâ` dalam syariat adalah menjauhi, berlepas diri, dan memusuhi. Dikatakan, “Barâ/tabarra`a min al-kuffâri,” artinya: Memutuskan hubungan antara dirinya dan orang-orang kafir, dengan tidak bersikap loyal kepada mereka, tidak mencintai mereka, tidak bersandar kepada mereka, dan tidak meminta pertolongan dari mereka.

Kedudukan walâ` dan barâ` dalam Islam sangat agung. Walâ` dan barâ` adalah salah satu dari pondasi-pondasi agama serta salah satu dari pokok-pokok iman dan akidah. Iman seseorang tidak sah tanpa keduanya. Seorang muslim wajib bersikap loyal di jalan Allah, mencintai di jalan Allah, dan memusuhi di jalan Allah. Dia wajib bersikap loyal kepada para wali (penolong) Allah dan mencintai mereka, serta memusuhi musuh-musuh Allah, berlepas diri dari mereka, dan membenci mereka. Barang siapa mencintai di jalan Allah dan membenci di jalan Allah, bersikap loyal di jalan Allah dan memusuhi di jalan Allah, maka dia adalah wali (penolong) Allah. Dan barang siapa bersikap loyal kepada orang-orang kafir serta menjadikan mereka sebagai sahabat dan saudara, maka dia sama seperti mereka. Allah swt berfirman,

فَإِنَّھُ مِنْھُمْ، إِنَّ اللّھَ لاَ یَھْدِي ذِینَ آمَنُواْ لاَ تَتَّخِذُواْ الْیَھُودَ وَالنَّصَارَى أَوْلِیَاء، بَعْضُھُمْ أَوْلِیَاء بَعْضٍ، وَمَن یَتَوَلَّھُم مِّنكُمْیَا أَیُّھَا الَّ
.الْقَوْمَ الظَّالِمِینَ
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kalian menjadikan orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani sebagai teman setia. Sebagian dari mereka adalah teman setia bagi sebagian yang lain. Barang siapa di antara kalian yang menjadikan mereka teman setia, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (Al-Maidah: 51)

Al-Qur’an yang agung telah memuat banyak ayat yang memberi peringatan dari menjadikan orang-orang kafir sebagai teman setia. Misalnya firman Allah swt,

.مَنُوا لَا تَتَّخِذُوا عَدُوِّي وَعَدُوَّكُمْ أَوْلِیَاء تُلْقُونَ إِلَیْھِم بِالْمَوَدَّةِیَا أَیُّھَا الَّذِینَ آ

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kalian menjadikan musuh-Ku dan musuh kalian sebagai teman setia, yang kalian mencurahkan kasih sayang kepada mereka.” (Al-Mumtahanah: 1)

Barâ` adalah salah satu dari dasar-dasar yang di atasnya akidah Islam berdiri, yaitu menjauhkan diri dari orang-orang kafir, memusuhi mereka, dan memutuskan hubungan dengan mereka. Tidaklah sah iman seseorang sampai dia memusuhi orang-orang kafir, murtad, dan munafik, serta berlepas diri dari mereka, meskipun mereka adalah kerabatnya yang paling dekat. Allah swt berfirman,

ا آبَاءھُمْ أَوْ أَبْنَاءھُمْ أَوْ إِخْوَانَھُمْ أَوْ عَشِیرَتَھُمْ، لَا تَجِدُ قَوْماً یُؤْمِنُونَ بِاللَّھِ وَالْیَوْمِ الْآخِرِ یُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّھَ وَرَسُولَھُ وَلَوْ كَانُو
نْھَارُ خَالِدِینَ فِیھَا، رَضِيَ اللَّھُ عَنْھُمْ أُوْلَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِھِمُ الْإِیمَانَ وَأَیَّدَھُم بِرُوحٍ مِّنْھُ وَیُدْخِلُھُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِن تَحْتِھَا الْأَ
.نْھُ، أُوْلَئِكَ حِزْبُ اللَّھِ، أَلَا إِنَّ حِزْبَ اللَّھِ ھُمُ الْمُفْلِحُونَوَرَضُوا عَ

“Engkau (Muhammad) tidak akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan RasulNya, sekalipun orang-orang itu adalah bapak-bapak mereka, anak-anak mereka, saudara-saudara mereka, atau keluarga mereka. Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan iman dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan dari-Nya. Dan Dia akan memasukkan mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan mereka pun ridha terhadap-Nya. Mereka itulah golongan Allah. Ingatlah, sesungguhnya golongan Allah-lah yang beruntung.” (Al-Mujadilah: 22)

Ayat yang mulia ini memuat penjelasan bahwa iman tidak terwujud kecuali bagi orang yang menjauhkan diri dari orang-orang kafir yang menentang Allah dan Rasul-Nya, berlepas diri dari mereka, dan memusuhi mereka, meskipun mereka adalah kerabatnya yang paling dekat. Allah swt telah memuji Khalil-Nya, Ibrahim, ketika dia berlepas diri dari ayahnya, kaumnya, dan sembahan-sembahan mereka, di mana Dia berfirman,

.وَإِذْ قَالَ إِبْرَاھِیمُ لِأَبِیھِ وَقَوْمِھِ إِنَّنِي بَرَاءٌ مِّمَّا تَعْبُدُونَ

“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada ayahnya dan kaumnya: Sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kalian sembah.” (Az-Zukhruf: 26)

Dan Allah swt telah memerintahkan kita untuk mengikuti Ibrahim as, tauhidnya yang murni, dan keberlepasan dirinya dari orang-orang musyrik, di mana Dia berfirman,

وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِن دُونِ اللَّھِ، كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاھِیمَ وَالَّذِینَ مَعَھُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِھِمْ إِنَّا بُرَءَاؤُا مِنكُمْ
تَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّھِ مِن یْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاء أَبَداً حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّھِ وَحْدَهُ، إِلَّا قَوْلَ إِبْرَاھِیمَ لِأَبِیھِ لَأَسْبَیْنَنَا وَبَ
.صِیرُشَيْءٍ، رَّبَّنَا عَلَیْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَیْكَ أَنَبْنَا وَإِلَیْكَ الْمَ

“Sungguh, telah ada suri teladan yang baik bagi kalian pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengannya, ketika mereka berkata kepada kaumnya, ‘Sesungguhnya kami berlepas diri dari kalian dan dari apa yang kalian sembah selain Allah. Kami mengingkari (kekafiran) kalian. Dan telah nyata permusuhan dan kebencian antara kami dan kalian selamanya, sampai kalian beriman kepada Allah semata.’ Kecuali perkataan Ibrahim kepada ayahnya, ‘Sungguh, aku akan memohonkan ampunan bagimu, namun aku sama sekali tidak dapat menolak (siksaan) Allah terhadapmu.’ (Ibrahim berkata), ‘Ya Tuhan kami, hanya kepada Engkau kami bertawakal, hanya kepada Engkau kami bertaubat, dan hanya kepada Engkaulah tempat kembali.’” (Al-Mumtahanah: 4)

Adapun mendukung dan menolong orang-orang kafir dalam memerangi kaum muslimin, itu adalah kekafiran yang mengeluarkan dari agama Islam, menurut para ulama umat yang perkataannya dianggap dari dulu hingga sekarang. Imam mujaddid Muhammad bin Abdul Wahhab –semoga Allah merahmatinya− berkata, “Pembatal kedelapan di antara pembatal-pembatal keislaman adalah mendukung dan menolong orang-orang musyrik dalam memerangi kaum muslimin.”

Ahli hadis dan ulama besar Ahmad Syakir –semoga Allah merahmatinya− berkata dalam penjelasan tentang hukum memerangi orang-orang kafir setelah agresi Inggris terhadapMesir, “Wajib atas setiap muslim di semua tempat di dunia untuk memerangi mereka di mana pun mereka berada, baik mereka sipil maupun militer. Adapun bekerja sama dengan Inggris dengan jenis kerja sama apa pun, baik sedikit maupun banyak, itu adalah kemurtadan yang membangkang dan kekafiran yang nyata. Alasan apa pun tidak diterima. Takwil tidak bermanfaat. Dan hukum ini tidak dapat dihapuskan oleh fanatisme yang dungu, politik yang bodoh, atau basa-basi yang merupakan kemunafikan. Sama saja apakah itu dilakukan oleh individu-individu, pemerintahan-pemerintahan, atau para pemimpin. Mereka semua sama dalam kemurtadan, kecuali orang yang tidak tahu.”

Berdasarkan hal ini, barang siapa mendukung dan menolong negara-negara kafir, seperti Amerika dan rekan-rekannya dalam kekafiran, dalam memerangi kaum muslimin, maka dia telah kafir dan murtad dari Islam, dalam bentuk apa pun dukungan dan pertolongan yang diberikannya kepada mereka itu. Sebab, serangan buas yang terus diserukan oleh penjahat Bush dan rekannya dalam kekafiran dan kejahatan, Perdana Menteri Inggris Blair, dan yang di dalamnya keduanya mengklaim sedang memerangi terorisme, adalah serangan Salib seperti serangan-serangan Salib sebelumnya terhadap Islam dan kaum muslimin yang telah berlalu dalam sejarah. Penjahat Bush telah menyatakan hal itu dengan lantang, di mana dia berkata, “Kita akan menyerangnya (Afghanistan) dengan serangan Salib.” Sama saja apakah dia sedang mabuk saat mengatakannya atau sedang sadar. Ini adalah sesuatu yang diyakininya dan diyakini oleh orang-orang semisalnya di antara para tokoh kekafiran.

Permusuhan dan kebencian terhadap Islam dan kaum muslimin yang dimiliki oleh kaum Salibis dan kaum Yahudi ini bukanlah sesuatu yang mengherankan. Sebab, meskipun kekafiran itu terdiri dari berbagai agama, namun mereka semua satu agama dalam hal memusuhi dan membenci kaum muslimin. Hanya saja, yang sangat mengherankan adalah bahwa sebagian dari para penguasa dan kaum muslimin mendukung orang-orang kafir itu, memberikan bantuan kepada mereka, serta menyerahkan tanah, udara, dan pangkalan-pangkalan militer untuk digunakan oleh musuh-musuh Allah dan Rasul-Nya dalam menyerang kaum muslimin.

Dalam kesempatan ini, kami menyeru seluruh kaum muslimin agar bergerak cepat untuk menolong saudara-saudara mereka, para mujahidin di Afghanistan, dengan segala macam pertolongan yang mampu mereka berikan, baik berupa nyawa, harta, doa, maupun propaganda. Sebagaimana kami juga berpesan kepada saudara-saudara kami di Afghanistan agar bersabar, bertahan, dan mati-matian dalam menghadapi serangan ini. Kita semua menaruh harapan kepada Allah, agar negeri-negeri kaum muslimin menjadi kuburan bagi kaum Salibis, sebagaimana telah menjadi kuburan bagi orang-orang yang menyombongkan diri sebelum mereka.

Kami juga mengingatkan saudara-saudara kami yang berjuang di jalan Allah akan kondisi kaum muslimin pada perang Azhab, ketika kekuatan-kekuatan kafir mengepung mereka serta bersekutu untuk menyerang Madinah dan menumpas kaum muslimin. Hanya saja Allah swt dengan kekuatan-Nya yang tak terkalahkan menggoncang mereka, mencerai-beraikan persatuan mereka, dan menyelamatkan Nabi-Nya serta orang-orang yang bersamanya. [Selesai perkataan syekh Hamud bin Aqla` Asy-Syu’abi]

Dan sekarang, sejarah kembali terulang. Para penganut agama kekafiran dan para antek yang sama datang lagi untuk kembali memerangi kaum muslimin. Maka yang menjadi kewajiban bagi seluruh kaum muslimin secara umum, dan kaum muslimin yang tinggal di negeri-negeri Islam secara khusus, adalah menolong Daulah Islam mereka di Irak dan Syam serta di semua tempat, dengan semua yang mampu mereka berikan, baik nyawa, harta, maupun propaganda.

Hendaklah mereka membela kehormatan saudara-saudara mereka, para mujahidin, bersikap loyal terhadap mereka, menunaikan kewajiban untuk menolong dan mendukung mereka, bergembira dengan keunggulan dan kemenangan mereka, bersedih atas kekalahan mereka –semoga Allah swt tidak menakdirkan itu, mengangkat spirit kaum muslimin, serta membungkam mulut orang-orang yang memiliki niat jahat dan orang-orang yang memecah-belah persatuan. Demi Allah yang tiada tuhan kecuali Dia, sesungguhnya itu adalah salah satu dari tali iman yang paling kuat. Sebagaimana kebalikannya, yaitu bergembira dengan kekalahan kaum muslimin serta menyukai kemenangan dan kekuasaan orang-orang kafir di bumi, adalah kemurtadan yang nyata dari agama Islam.

Wahai saudara-saudara sesama muslim! Daulah Islam yang telah didirikan di atas serpihan tubuh anak-anak dan saudara-saudara kalian, para mujahidin, disiram dengan darah para syuhada yang deras, serta dibayar harganya oleh ribuan tawanan laki-laki dan perempuan, sehingga bisa tumbuh dan berkembang sampai menjadi menara tinggi yang membuat marah musuh-musuh Allah, dan sampai menjadi tempat berlindung bagi para muhajirin yang tertindas; Daulah yang masih muda ini bukanlah Daulah kami saja! Tetapi ia adalah Daulah kalian juga. Bukan kami saja yang bertanggung jawa untuk membelanya! Tetapi kalian juga dituntut untuk itu.

Jika Allah swt menakdirkan bahwa Khilafah ini akan hancur –dan demi mempertahankannya tubuh kami akan tercabik-cabik− maka demi Allah, lalu demi Allah, orang-orang Rafidhah, Salibis, dan sekuler benar-benar akan menimpakan azab yang pedih pada kalian. Anak-anak kalian benar-benar akan disembelih, perempuan-perempuan kalian benar-benar akan dipermalukan, harta-harta kalian benar-benar akan dirampas, masjid-masjid kalian benar-benar akan dihancurkan, dan mushaf-mushaf kalian benar-benar akan dibakar. Semoga mereka dilaknat dan gagal!

Terakhir, kami sampaikan berita gembira kepada umat Islam, bahwa putra-putra kalian, para mujahidin di Daulah Islam, telah membulatkan tekad mereka dan berbaiat (bersumpah setia) untuk berperang hingga mati. Mereka telah mempersiapkan diri untuk menghadapi kondisi yang paling sulit dan membiasakan diri untuk menghadapi situasi yang paling suram. Hasilnya adalah apa yang akan kalian lihat dengan izin Allah, bukan apa yang akan kalian dengar.

Sumber: www.dawaalhaq.com
Penerjemah: Abu Hanan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...