Oleh
: Syaikh Abqul Qodir bin Abdul Aziiz
Kebanyakan para Ulama salaf berpendapat bahwa Ath Thoifah Al
Manshurah adalah para ulama dan ahlul
hadiits sebagaimana pendapat Al Bukhooriy dan Imam Ahmad
bin Hambali, akan tetapi ada kerancuan
pada pendapat mereka karena Rasulullah SAW bersabda :
..... هذا الدين
قائمة يقاتل عليه .....
“… dien ini tegak yang berperang diatasnya…”
Juga riwayat-riwayat yang lainnya yang menyebutkan dengan jelas
bahwa berperang itu merupakan ciri khas Thoifah ini, seperti riwayat Jaabir bin ‘Abdulloh, Imam bin Hushoin dan Yaziid bin Al Ashom dari Mu’aawiyah dan „Uqbah bin ‘Aamir, maka tidak mungkin Thoifah ini terdiri dari ulama saja akan
tetapi mereka adalah Ahlul „Ilmi (Ulama) dan Ahlul
Jihad (Mujahidin) oleh karena itu Imam An Nawawiy setelah menyebutkan perkataan Imam Al Bukhooriy, Imam Ahmad
dan yang lainnya beliau berkata: ”Dan bisa
jadi Thoifah ini terpisah-pisah diberbagai macam kalangan orang-orang beriman,
diantara mereka ada ahli perang yang pemberani, ada para fuqoha, ada para ahli hadits,
ada orang yang zuhud dalam melaksanakan amar ma‟ruf
nahi munkar, dan ada pula yang ahli dalam berbagai macam kebajikan dan tidak
harus mereka itu berkumpul semuanya akan tetapi tersebar diberbagai penjuru
dunia.” (Sahih Muslim Bisyarh An Nawawi, XIII /67) begitu juga Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah didalam fatwanya yang berkenaan dengan perang
melawan orang-orang Tartar yang engucapkan dua kalimat Syahadat namun
berhukum dengan selain syari‟at Islam, beliau berpendapat
bahwa orang yang berjihad adalah orang-orang yang paling berhak masuk dalam
kriteria Thoifah Manshuroh sebagaimana perkataannya: ”Sedangkan kelompok yang berada di
Syam, Mesir dan lainnya mereka pada saat ini adalah orang-orang yang berperang
melawan Dienul Islam dan mereka adalah orang-orang yang paling berhak masuk
dalam Thoifah Manshuroh yang disebut oleh Nabi SAW didalam haditsnya yang shahih dan
masyhur :
لا
تزال طا ئفة من أمتي ظاهرين على الحق لا يضرهم من خالفهم ولا من خذلهم حتى تقوم
الساعة وفي رواية مسلم : لا يزال أهل الغرب
“Akan selalu ada sekelompok dari
ummatku yang dzohir diatas kebenaran, mereka tidak peduli dengan orang-orang
yang menyelisihi dan mentelantarkan mereka hingga terjadi qiamat, dan diriwayat
Muslim berbunyi :”Akan senantiasa ada ahlul ghorb” (orang-orang barat) (Majmu’ Fatawa, XIII / 531)
Maka tidak diragukan lagi bahwa “ulamaa’ ‘aamiliin (Para ulama‟ yang mengamalkan
ilmunya) adalah orang-orang yang pertama masuk dalam kelompok ini dan sisanya seperti
Mujahidin dan yang lainnya mengikuti mereka.
Dan yang mendorong para salaf untuk mengatakan bahwa Thoifah
tersebut adalah para ulama, karena tidak ada perbedaan pendapat antara kaum
muslimin tentang jihad kala itu, sedang daerah perbatasan telah dipenuhi dengan
tentara dan pasukan yang dihadapkan kearah negara-negara musuh, dan juga karena
yang menjadi perusak dien pada zaman itu adalah bid‟ah dan kesesatan-kesesatan yang besar sehingga orang yang
berperang untuk melawan semua itu adalah para ulama.
Sedangkan kita pada hari ini sangat membutuhkan kesungguhan
para ulama dan Mujahidin yang masing-masing berada pada medannya, sesungguhnya
dien ini tidak akan tegak hanya dengan ilmu saja, namun harus dengan keduanya
secara bersamaan sebagaimana firman Alloh dalam surat Al Hadiid :
لَقَدۡ أَرۡسَلۡنَا
رُسُلَنَا بِٱلۡبَيِّنَٰتِ وَأَنزَلۡنَا مَعَهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡمِيزَانَ
لِيَقُومَ ٱلنَّاسُ بِٱلۡقِسۡطِۖ وَأَنزَلۡنَا ٱلۡحَدِيدَ فِيهِ بَأۡسٞ شَدِيدٞ
وَمَنَٰفِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعۡلَمَ ٱللَّهُ مَن يَنصُرُهُۥ وَرُسُلَهُۥ بِٱلۡغَيۡبِۚ
إِنَّ ٱللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٞ ٢٥
“Sesungguhnya Kami telah mengutus
rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama
mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan
keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan
berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan
supaya Alloh mengetahui siapa yang menolong (agama) Nya dan rasul-rasul- Nya
padahal Alloh tidak dilihatnya. Sesungguhnya Alloh Maha Kuat lagi Maha Perkasa”.(QS. Al Hadiid : 25)
Ibnu Taimiyyah berkata :”Dan sekali-kali tidak akan tegak Dien ini kecuali
dengan kitab, mizan (timbangan) dan besi, kitab sebagai petunjuk dan besi sebagai
pembela, sebagaimana firman Alloh:... لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا “Sesungguhnya Kami telah mengutus
rasul-rasul Kami…”. Maka dengan kitab akan tegak ilmu dan
dien, dengan mizan (neraca) akan tegak hak-hak dan transaksi serta serah terima
keuangan dan dengan besi akan tegak hukum huduud.” (Majmu’ Fatawa, XXXV/361). Juga berkata : “dan pedang-pedang kaum muslimin
sebagai pembela syari‟at yang berupa Al Kitab dan As Sunnah” sebagaimana yang
dikatakan oleh Jaabir bin ‘Abdulloh: ”Kami diperintahkan oleh Rasulullah untuk memukul dengan ini,
yaitu pedang, orang-orang yang keluar dari ini, yaitu Al Qur‟an” (Majmu’ Fatawa, XXV/365) Beliau berkata : “Sesungguhnya tegaknya dien itu dengan
kitab yang menjadi petunjuk dan besi yang menjadi pembela, sebagaimana yang
disebutkan oleh Alloh SWT”. (Majmu’
Fatawa, XXVIII/396 dan seterusnya).
Saya katakan :”Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Thoifah Manshuroh adalah Thoifah
Mujaahidah (kelompok yang berjihad) yang mengikuti
Manhaj Syar‟i yang lurus yaitu Manhaj Ahlus Sunnah Wal Jama’ah.
APAKAH FIRQOH NAJIYAH ITU
THOIFAH MANSHUROH ?
Kebanyakan kitab Aqidah menyebutkan bahwa Firqoh Najiyah (ahlus sunnah wal jama‟ah) itu
adalah Thoifah Manshuroh (sebagai contoh lihat bab akhir dalam Al „Aqiidah Al Waasithiyyah, karangan Ibnu
Taimiyyah, begitu juga Muqaddimah Kitab Ma’aarijul Qobuul karangan Haafidh
Hakamiy dll), dan yang rojih menurut saya adalah Firqoh dan Thoifah itu tidak sama, sesungguhnya
Thoifah adalah bagian dari Firqoh, maka Thoifah
Manshuroh adalah bagian dari Firqoh Najiyah yang melakukan pembelaan terhadap Dien dengan ilmu dan jihad,
yang itu berada pada manhaj dan aqidah yang sahih.
Berdasarkan hal itu kami katakan bahwa seorang Mujaddid (pembaharu)
itu adalah salah satu personal dalam Thoifah
Manshuroh yang menegakkan kewajiban-kewajiban yang paling
penting pada zamannya, berdasarkan pendapat jumhur (mayoritas)
ulama yang berpendapat bahwa mujaddid itu adalah satu orang, dalil dari
pendapat ini adalah :
1.
Firman Alloh Ta‟ala :
فَلَوۡلَا
نَفَرَ مِن كُلِّ فِرۡقَةٖ مِّنۡهُمۡ طَآئِفَةٞ لِّيَتَفَقَّهُواْ فِي ٱلدِّينِ
“Mengapa tidak pergi dari
tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan
mereka tentang agama” (QS.
At Taubah : 122)
Ayat ini membedakan antara Firqoh dan Thoifah dan menjelaskan bahwa
Thoifah adalah satu bagian yang menuntut ilmu dan berjihad dari kalangan Firqoh
sebagaimana yang disebutkan dalam tafsiran ayat ini (lihat Ibnu Katsiir).
2. Ilmu dan jihad keduanya adalah sifat Thoifah Manshuroh yang paling utama, asalnya keduanya adalah fardhu kifayah wajib
bagi sebagian orang dan bukan kewajiban semua ummat Islam untuk melaksanakan
keduanya, dan kelompok yang berilmu dan berjihad dari ummat inilah yang dimaksud
Thoifah Manshuroh.
3. Perkataan Imam-imam hadits seperti Al Bukhari dan Ahmad yang menyebutkan bahwa Thoifah itu adalah ahlul hadiits atau ahlul ilmi, sebagaimana Al
Bukhooriy membuat sendiri dalam kitab Al I’tisham dalam shohihnya., ia mengisyaratkan adanya perbedaan karena
tidak setiap ahlus sunnah (Firqoh Najiyah) itu adalah ahlul
hadiits.
Sedangkan apa yang dinukil oleh Imam An Nawawiy tentang Thoifah ini : “Imam Ahmad
berkata : Kalau bukan ahlul hadiits maka aku tidak tahu siapa lagi mereka. Qoodhiy ‘Iyaadl berkata: Sesungguhnya yang dimaksud oleh Imam Ahmad adalah ahlus sunah wal jama‟ah dan
siapa saja yang meyakini madzhab ahlul
hadiits.” Maka perkataan Qoodhiy ‘Iyaadl: Sesungguhnya ahlul
hadiits adalah semua ahlus sunnah, itu tidak lurus
kecuali kalau yang dimaksud adalah sebagai pengikut. Inilah yang tersirat dalam
perkataannya (dan siapa saja yang meyakini madzhab ahlul hadiits), karena sesungguhnya orang awam seharusnya mengikuti ulama,
dan sesungguhnya ulama termasuk ulil amri yang disebutkan dalam firman Alloh Ta‟ala :
....... أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَأُوْلِي ٱلۡأَمۡرِ
مِنكُم ........
“…ta`atilah Alloh dan ta`atilah
Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu…” (QS. An Nisaa’ : 59)
Dan
yang lebih jelas lagi dalam firman Alloh Ta‟ala :
وَلَوۡ
رَدُّوهُ إِلَى ٱلرَّسُولِ وَإِلَىٰٓ أُوْلِي ٱلۡأَمۡرِ مِنۡهُمۡ لَعَلِمَهُ ٱلَّذِينَ
يَسۡتَنۢبِطُونَهُۥ مِنۡهُمۡ
“…Dan kalau mereka menyerahkannya kepada
Rasul dan Ulil Amri diantara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui
kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri)…” (QS. An Nisaa’ : 83)
Dalam ayat ini Alloh Ta‟ala
menamakan Ulama (orang-orang yang mengambil istimbaath)
dengan sebuatan ulil amri, ini adalah nash yang menunjukkan bahwa ulama adalah
ulil amri, dan ayat ini juga mengisyaratkan akan wajibnya menjadikan mereka
sebagai pemimpin sebagaimana isyarat tersebut --- juga --- terdapat dalam
hadits tentang qobdhul ilmu (dicabutnya ilmu). Maka orang-orang awam adalah pengikut ulama.
Alloh Ta‟ala berfirman :
يَوۡمَ
نَدۡعُواْ كُلَّ أُنَاسِۢ بِإِمَٰمِهِمۡ ......
“(Ingatlah) suatu hari (yang di
hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya…” (QS. Al Israa’ : 71)
Dan Ahlus sunnah wal Jama‟ah
mengikuti ulama mereka yaitu Thoifah
Manshuroh yang melaksanakan peran Rasulullah SAW
didalam ummat ini. Maka apabila dikatakan bahwa ahlus sunnah (Firqoh Najiyah) adalah Thoifah
Manshuroh artinya adalah sebagai pengikutnya, karena
Thoifah ini lebih khusus dari pada Firqoh, wallohu A’lam.
Tujuan dari pembahasan ini adalah hendaknya setiap muslim
berusaha untuk menjadi Thoifah
Manshuroh yang melakukan pembelaan terhadap dien
dengan ilmu, dakwah dan jihad, Alloh Ta‟ala
berfirman :
وَفِي
ذَٰلِكَ فَلۡيَتَنَافَسِ ٱلۡمُتَنَٰفِسُونَ
“…dan untuk yang demikian itu hendaknya
orang berlomba-lomba”.
(QS. Al Muthaffifin : 26)
Kami katakan : Namun demikian sesungguhnya bisa jadi Thoifah Manshuroh adalah Firqoh
Najiyah secara keseluruhan, yaitu nanti pada akhir
zaman ketika orang-orang mukmin bergabung ke Syam, lalu disanalah turun Nabi
Isa AS, untuk memerangi Dajjal sebagaimana disebutkan dalam hadits-hadits
shahih. Beginilah cara mendudukkan berbagai riwayat yang menyebutkan bahwa Thoifah Manshuroh itu berada di Syam atau Baitul Maqdis (hadits Abu Umamah) yaitu
terjadi pada akhir Thoifah ini secara mutlak.
Sedangkan masa-masa sebelum itu, masa Thoifah ini bisa berada
di Syam atau selainnya (lihat perkataan pengarang Fat-hul Madiij Syarh Kitab Tauhid dalam penjelasan hadits Thoifah, cet. Anshorus sunnah, hal.
278- 279).
____________________________
Sumber: Pengertian Thoifah Manshuroh Dan Tugas-Tugas
Utamanya; Penulis
: Syaikh
Abqul Qodir bin Abdul Aziiz; Alih Bahasa : Abu Musa Ath Thoyyar; Publikasi
: Maktab
Al Jaami'
Tidak ada komentar:
Posting Komentar