5/30/2019

DEFINISI THOIFAH MANSHUROH




Definisi Thoifah Manshuroh
Oleh : Syaikh Abqul Qodir bin Abdul Aziiz


Kebanyakan para Ulama salaf berpendapat bahwa Ath Thoifah Al Manshurah adalah para ulama dan ahlul hadiits sebagaimana pendapat Al Bukhooriy dan Imam Ahmad bin Hambali, akan tetapi ada kerancuan pada pendapat mereka karena Rasulullah SAW bersabda :

..... هذا الدين قائمة يقاتل عليه .....
“… dien ini tegak yang berperang diatasnya…”

Juga riwayat-riwayat yang lainnya yang menyebutkan dengan jelas bahwa berperang itu merupakan ciri khas Thoifah ini, seperti riwayat Jaabir bin ‘Abdulloh, Imam bin Hushoin dan Yaziid bin Al Ashom dari Mu’aawiyah dan „Uqbah bin ‘Aamir, maka tidak mungkin Thoifah ini terdiri dari ulama saja akan tetapi mereka adalah Ahlul „Ilmi (Ulama) dan Ahlul Jihad (Mujahidin) oleh karena itu Imam An Nawawiy setelah menyebutkan perkataan Imam Al Bukhooriy, Imam Ahmad dan yang lainnya beliau berkata: ”Dan bisa jadi Thoifah ini terpisah-pisah diberbagai macam kalangan orang-orang beriman, diantara mereka ada ahli perang yang pemberani, ada para fuqoha, ada para ahli hadits, ada orang yang zuhud dalam melaksanakan amar maruf nahi munkar, dan ada pula yang ahli dalam berbagai macam kebajikan dan tidak harus mereka itu berkumpul semuanya akan tetapi tersebar diberbagai penjuru dunia.” (Sahih Muslim Bisyarh An Nawawi, XIII /67) begitu juga Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah didalam fatwanya yang berkenaan dengan perang melawan orang-orang Tartar yang engucapkan dua kalimat Syahadat namun berhukum dengan selain syariat Islam, beliau berpendapat bahwa orang yang berjihad adalah orang-orang yang paling berhak masuk dalam kriteria Thoifah Manshuroh sebagaimana perkataannya: ”Sedangkan kelompok yang berada di Syam, Mesir dan lainnya mereka pada saat ini adalah orang-orang yang berperang melawan Dienul Islam dan mereka adalah orang-orang yang paling berhak masuk dalam Thoifah Manshuroh yang disebut oleh Nabi SAW didalam haditsnya yang shahih dan masyhur :

لا تزال طا ئفة من أمتي ظاهرين على الحق لا يضرهم من خالفهم ولا من خذلهم حتى تقوم الساعة وفي رواية مسلم : لا يزال أهل الغرب

“Akan selalu ada sekelompok dari ummatku yang dzohir diatas kebenaran, mereka tidak peduli dengan orang-orang yang menyelisihi dan mentelantarkan mereka hingga terjadi qiamat, dan diriwayat Muslim berbunyi :”Akan senantiasa ada ahlul ghorb” (orang-orang barat) (Majmu’ Fatawa, XIII / 531)

Maka tidak diragukan lagi bahwa “ulamaa’ ‘aamiliin (Para ulama yang mengamalkan ilmunya) adalah orang-orang yang pertama masuk dalam kelompok ini dan sisanya seperti Mujahidin dan yang lainnya mengikuti mereka.

Dan yang mendorong para salaf untuk mengatakan bahwa Thoifah tersebut adalah para ulama, karena tidak ada perbedaan pendapat antara kaum muslimin tentang jihad kala itu, sedang daerah perbatasan telah dipenuhi dengan tentara dan pasukan yang dihadapkan kearah negara-negara musuh, dan juga karena yang menjadi perusak dien pada zaman itu adalah bidah dan kesesatan-kesesatan yang besar sehingga orang yang berperang untuk melawan semua itu adalah para ulama.

Sedangkan kita pada hari ini sangat membutuhkan kesungguhan para ulama dan Mujahidin yang masing-masing berada pada medannya, sesungguhnya dien ini tidak akan tegak hanya dengan ilmu saja, namun harus dengan keduanya secara bersamaan sebagaimana firman Alloh dalam surat Al Hadiid :

لَقَدۡ أَرۡسَلۡنَا رُسُلَنَا بِٱلۡبَيِّنَٰتِ وَأَنزَلۡنَا مَعَهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡمِيزَانَ لِيَقُومَ ٱلنَّاسُ بِٱلۡقِسۡطِۖ وَأَنزَلۡنَا ٱلۡحَدِيدَ فِيهِ بَأۡسٞ شَدِيدٞ وَمَنَٰفِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعۡلَمَ ٱللَّهُ مَن يَنصُرُهُۥ وَرُسُلَهُۥ بِٱلۡغَيۡبِۚ إِنَّ ٱللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٞ ٢٥

“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Alloh mengetahui siapa yang menolong (agama) Nya dan rasul-rasul- Nya padahal Alloh tidak dilihatnya. Sesungguhnya Alloh Maha Kuat lagi Maha Perkasa”.(QS. Al Hadiid : 25)

Ibnu Taimiyyah berkata :”Dan sekali-kali tidak akan tegak Dien ini kecuali dengan kitab, mizan (timbangan) dan besi, kitab sebagai petunjuk dan besi sebagai pembela, sebagaimana firman Alloh:... لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا “Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami…”. Maka dengan kitab akan tegak ilmu dan dien, dengan mizan (neraca) akan tegak hak-hak dan transaksi serta serah terima keuangan dan dengan besi akan tegak hukum huduud.” (Majmu’ Fatawa, XXXV/361). Juga berkata : “dan pedang-pedang kaum muslimin sebagai pembela syariat yang berupa Al Kitab dan As Sunnah” sebagaimana yang dikatakan oleh Jaabir bin ‘Abdulloh: ”Kami diperintahkan oleh Rasulullah untuk memukul dengan ini, yaitu pedang, orang-orang yang keluar dari ini, yaitu Al Quran” (Majmu’ Fatawa, XXV/365) Beliau berkata : “Sesungguhnya tegaknya dien itu dengan kitab yang menjadi petunjuk dan besi yang menjadi pembela, sebagaimana yang disebutkan oleh Alloh SWT”. (Majmu’ Fatawa, XXVIII/396 dan seterusnya).

Saya katakan :”Dengan demikian dapat dikatakan bahwa Thoifah Manshuroh adalah Thoifah Mujaahidah (kelompok yang berjihad) yang mengikuti Manhaj Syari yang lurus yaitu Manhaj Ahlus Sunnah Wal Jamaah.


APAKAH FIRQOH NAJIYAH ITU
THOIFAH MANSHUROH ?

Kebanyakan kitab Aqidah menyebutkan bahwa Firqoh Najiyah (ahlus sunnah wal jamaah) itu adalah Thoifah Manshuroh (sebagai contoh lihat bab akhir dalam Al „Aqiidah Al Waasithiyyah, karangan Ibnu Taimiyyah, begitu juga Muqaddimah Kitab Ma’aarijul Qobuul karangan Haafidh Hakamiy dll), dan yang rojih menurut saya adalah Firqoh dan Thoifah itu tidak sama, sesungguhnya Thoifah adalah bagian dari Firqoh, maka Thoifah Manshuroh adalah bagian dari Firqoh Najiyah yang melakukan pembelaan terhadap Dien dengan ilmu dan jihad, yang itu berada pada manhaj dan aqidah yang sahih.

Berdasarkan hal itu kami katakan bahwa seorang Mujaddid (pembaharu) itu adalah salah satu personal dalam Thoifah Manshuroh yang menegakkan kewajiban-kewajiban yang paling penting pada zamannya, berdasarkan pendapat jumhur (mayoritas) ulama yang berpendapat bahwa mujaddid itu adalah satu orang, dalil dari pendapat ini adalah :

1. Firman Alloh Taala :

فَلَوۡلَا نَفَرَ مِن كُلِّ فِرۡقَةٖ مِّنۡهُمۡ طَآئِفَةٞ لِّيَتَفَقَّهُواْ فِي ٱلدِّينِ
“Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama” (QS. At Taubah : 122)

Ayat ini membedakan antara Firqoh dan Thoifah dan menjelaskan bahwa Thoifah adalah satu bagian yang menuntut ilmu dan berjihad dari kalangan Firqoh sebagaimana yang disebutkan dalam tafsiran ayat ini (lihat Ibnu Katsiir).

2. Ilmu dan jihad keduanya adalah sifat Thoifah Manshuroh yang paling utama, asalnya keduanya adalah fardhu kifayah wajib bagi sebagian orang dan bukan kewajiban semua ummat Islam untuk melaksanakan keduanya, dan kelompok yang berilmu dan berjihad dari ummat inilah yang dimaksud Thoifah Manshuroh.

3. Perkataan Imam-imam hadits seperti Al Bukhari dan Ahmad yang menyebutkan bahwa Thoifah itu adalah ahlul hadiits atau ahlul ilmi, sebagaimana Al Bukhooriy membuat sendiri dalam kitab Al I’tisham dalam shohihnya., ia mengisyaratkan adanya perbedaan karena tidak setiap ahlus sunnah (Firqoh Najiyah) itu adalah ahlul hadiits.

Sedangkan apa yang dinukil oleh Imam An Nawawiy tentang Thoifah ini : “Imam Ahmad berkata : Kalau bukan ahlul hadiits maka aku tidak tahu siapa lagi mereka. Qoodhiy ‘Iyaadl berkata: Sesungguhnya yang dimaksud oleh Imam Ahmad adalah ahlus sunah wal jamaah dan siapa saja yang meyakini madzhab ahlul hadiits.” Maka perkataan Qoodhiy ‘Iyaadl: Sesungguhnya ahlul hadiits adalah semua ahlus sunnah, itu tidak lurus kecuali kalau yang dimaksud adalah sebagai pengikut. Inilah yang tersirat dalam perkataannya (dan siapa saja yang meyakini madzhab ahlul hadiits), karena sesungguhnya orang awam seharusnya mengikuti ulama, dan sesungguhnya ulama termasuk ulil amri yang disebutkan dalam firman Alloh Taala :

....... أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَأُوْلِي ٱلۡأَمۡرِ مِنكُم ........

“…ta`atilah Alloh dan ta`atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu…” (QS. An Nisaa’ : 59)

Dan yang lebih jelas lagi dalam firman Alloh Taala :

وَلَوۡ رَدُّوهُ إِلَى ٱلرَّسُولِ وَإِلَىٰٓ أُوْلِي ٱلۡأَمۡرِ مِنۡهُمۡ لَعَلِمَهُ ٱلَّذِينَ يَسۡتَنۢبِطُونَهُۥ مِنۡهُمۡ
“…Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri diantara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan Ulil Amri)…” (QS. An Nisaa’ : 83)

Dalam ayat ini Alloh Taala menamakan Ulama (orang-orang yang mengambil istimbaath) dengan sebuatan ulil amri, ini adalah nash yang menunjukkan bahwa ulama adalah ulil amri, dan ayat ini juga mengisyaratkan akan wajibnya menjadikan mereka sebagai pemimpin sebagaimana isyarat tersebut --- juga --- terdapat dalam hadits tentang qobdhul ilmu (dicabutnya ilmu). Maka orang-orang awam adalah pengikut ulama. Alloh Taala berfirman :

يَوۡمَ نَدۡعُواْ كُلَّ أُنَاسِۢ بِإِمَٰمِهِمۡ ......

“(Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap umat dengan pemimpinnya…” (QS. Al Israa’ : 71)

Dan Ahlus sunnah wal Jamaah mengikuti ulama mereka yaitu Thoifah Manshuroh yang melaksanakan peran Rasulullah SAW didalam ummat ini. Maka apabila dikatakan bahwa ahlus sunnah (Firqoh Najiyah) adalah Thoifah Manshuroh artinya adalah sebagai pengikutnya, karena Thoifah ini lebih khusus dari pada Firqoh, wallohu A’lam.

Tujuan dari pembahasan ini adalah hendaknya setiap muslim berusaha untuk menjadi Thoifah Manshuroh yang melakukan pembelaan terhadap dien dengan ilmu, dakwah dan jihad, Alloh Taala berfirman :

وَفِي ذَٰلِكَ فَلۡيَتَنَافَسِ ٱلۡمُتَنَٰفِسُونَ
“…dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba”.
(QS. Al Muthaffifin : 26)

Kami katakan : Namun demikian sesungguhnya bisa jadi Thoifah Manshuroh adalah Firqoh Najiyah secara keseluruhan, yaitu nanti pada akhir zaman ketika orang-orang mukmin bergabung ke Syam, lalu disanalah turun Nabi Isa AS, untuk memerangi Dajjal sebagaimana disebutkan dalam hadits-hadits shahih. Beginilah cara mendudukkan berbagai riwayat yang menyebutkan bahwa Thoifah Manshuroh itu berada di Syam atau Baitul Maqdis (hadits Abu Umamah) yaitu terjadi pada akhir Thoifah ini secara mutlak.

Sedangkan masa-masa sebelum itu, masa Thoifah ini bisa berada di Syam atau selainnya (lihat perkataan pengarang Fat-hul Madiij Syarh Kitab Tauhid dalam penjelasan hadits Thoifah, cet. Anshorus sunnah, hal. 278- 279).

____________________________
Sumber:  Pengertian Thoifah Manshuroh Dan Tugas-Tugas Utamanya; Penulis : Syaikh Abqul Qodir bin Abdul Aziiz; Alih Bahasa : Abu Musa Ath Thoyyar; Publikasi : Maktab Al Jaami' 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...