5/16/2019

BADAI SYUBHAT DAN SYAHWAT

BADAI SYUBHAT DAN SYAHWAT

Jika ada yang bertanya; “Apa yang menyebabkan sesatnya kelompok‐kelompok ini walau mereka mengaku akan kelurusan akidah mereka?” maka tidak ada jawabannya kecuali dengan mentadabburi sedikit hakikat kebenaran dan perkataan para ulama.

Ibnu Qayyim rahimahullah berkata; “kekafiran itu ada empat: sombong, hasad (iri hati), marah dan syahwat”
Jika ada yang bertanya; “Apa yang menyebabkan sesatnya kelompok‐kelompok ini walau mereka mengaku akan kelurusan akidah mereka?” maka tidak ada jawabannya kecuali dengan mentadabburi sedikit hakikat kebenaran dan perkataan para ulama.

Ibnu Qayyim rahimahullah berkata; “Pondasi kekafiran itu ada empat: sombong, hasad (iri hati), marah dan syahwat”. [al‐Fawa‐id].

Empat rukun ini akan mendorong seseorang atau sebuah kelompok ke dalam kekufuran. Bagaimana? Sombong dan hasad telah mendorong Iblis untuk menolak bersujud kepada Adam setelah Allah memerintahnya, kemudian dengan amarahnya dia bersumpah untuk memerangi Adam dan keturunannya walau dia tahu bahwa itu akan membuatnya dibakar di neraka. Sombong dan dengki juga yang telah menjadikan Bani Israel menolak Islam, dimana mereka menganggap bahwa penutup para nabi harus berasal dari kelompok mereka.

Abu Umar al‐Baghdadi menyebutkan, “Salah satu unsur penting terbentuknya Shawat di Irak adalah kelompok orang‐orang dengki, karena disebabkan banyak pasukannya bahkan brigadenya yang membelot berbai’at dan bergabung ke dalam barisan Daulah Islam, karena jiwa manusia diciptakan mencintai superioritas, sehingga dia tidak suka dikalahkan oleh lainnya, […] maka mereka menghalangi manusia dari jihad fi sabilillah karena di dalam hati mereka terdapat rasa dengki dan iri terhadap kaum mukminin yang jujur, juga rasa takut dan cemas yang meliputi hati mereka, mereka mengajak teman‐teman mereka dan kerabat mereka untuk tenang dan bersantai‐santai, walau dengan cara bertawali (menjadikan wali) orang-orang kafir, menentang Allah dan Rasul‐Nya dan kaum mukminin, mereka letakkan tangan mereka di atas tangan para thaghut Arab, meminta motivasi dari pemuka agama dan millah, dengan lisan yang tajam, mengatakan bahwa mereka hanya ingin mengusir para penjajah!”. [Qul Inni ‘Ala Bayyinatin min Rabbi].

Kenyataan yang beliau ceritakan menyerupai apa yang terjadi di Syam, dari banyak sisi, ratusan tentara meninggalkan kelompok‐kelompok mereka yang sesat, bahkan terkadan satu brigade sekaligus, untuk berbai’at kepada Daulah Islam, hal ini menjadikan hati para mantan komandan mereka penuh dengan kedengkian dan amarah.

Syahwat juga mendorong kepada kekafiran, seperti yang dikatakan kaum salaf; “Kemaksiatan adalah gerbang menuju kekafiran”. Dan syahwat yang paling berbahaya adalah syahwat harta dan jabatan.

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda; “Tidaklah dua serigala yang lapar, lalu dilepaskan di tengah‐tengah domba, lebih berbahaya dari ambisi seseorang terhadap harta dan jabatan dalam agamanya” [Shahih, diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Tirmidzi].


Kemudian empat faktor ini akan mendorong seseorang untuk mencari pembenaran atas kemaksiatan dan kekufurannya, kemudian dia mencari di dalam berjilid‐jilid tebal rujukan, untuk mencari satu nama yang mungkin terlupa atau satu pendapat asing misalnya yang ‘membolehkan’ baginya masuk ke dalam aliansi secara terang‐terangan bersama orang‐orang murtad, seperti SNC atau Jabhah Saluliyah untuk melawan ‘khawarij’, kenapa hal itu tidak termasuk kekufuran dalam batas pengakuan mereka, kemudian entah karena orang‐orang murtad itu adalah ‘kaum muslimin’ yang bodoh yang mengucapkan kekufuran sekedar untuk menipu orang‐orang sekuler dan orang‐orang Salib agar mereka aman dari senjata mereka, atau karena beraliansi dengan mereka adalah salah satu bentuk isti’anah dengan orang murtad untuk memerangi ‘khawarij’! dan mereka menganggap itu bukanlah kekafiran walaupun keadaan kelompok-kelompok itu dalam kenyataannya bermasalah.

Abu Amr bin Shalah rahimahullah berkata: “Barangsiapa yang mencari‐cari apa yang para ulama perselisihkan, lalu dia mengambil yang paling ringan dari pendapat mereka, maka dia telah berbuat zindik atau hampir saja”. [Ighatsatul Lahfan‐Ibnu Al‐Qayyim].

Keadaannya seperti orang yang mengumpulkan pendapat‐pendapat para ulama yang berselisih, kemudian dia meletakkannya dalam timbangannya, dan yang paling berat adalah berpendapat kufur, seperti orang yang melakukan kekufuran karena membantu secara militer, dia melihat sebagian ulama membolehkan mengakhirkan shalat ketika sedang berperang hingga setelah waktu jamak antara dua shalat, dan dia melihat sebagian ulama ada yang tidak mengkafirkan orang yang terkadang meninggalkan sebagianshalat, dia juga melihat sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa ancaman sungguh‐sungguh dengan siksaan yang tidak disanggupi termasuk ‘ikrah’, sebagaian ‘ulama’ juga ada yang membuat‐buat pendapat sesat dan menyesatkan bahwa dibolehkan melakukan kekufuran terang‐terangan demi ‘kemaslahatan jihad’, lalu dia pun menyatukan pendapat‐pendapat ini dalam timbangannya dan menetapkan bahwa boleh meninggalkan shalat, mengenakan salib, menyeru kepada demokrasi demi ‘menyelamatkan’ manusia dan ‘membela’ mereka.

Yang jadi masalah kebanyakan yang terjatuh kedalam jenis kekufuran ini tidak mencari pembenaran perbuatan mereka dengan syubhat‐syubhat lemah ini sejak awal, namun orang‐orang neo‐Jahmiah ini mengarang sendiri pembenaran bagi mereka setelah mereka melakukannya, kemudian mereka bersekutu bersama mereka untuk melawan ‘khawarij’.

Sungguh pasti, kesombongan, kedengkian, kemarahan dan syahwat adalah faktor menuju kekufuran, jika dia diminum oleh seseorang yang memiliki manhaj ‘lurus’ maka akan seperti pencahar yang akan memaksa mengeluarkan penyimpangan yang tersembunyi – jika memang ada – kepada permukaan sehingga dapat dilihat oleh semua orang.

“Barangsiapa ingin mengetahui bagaimana sebuah jama’ah yang berjihad di jalan Allah berubah menjadi jama’ah yang berperang di jalan thaghut (seperti beberapa kelompok di Suriah), maka perhatikanlah sejarah, maka ketahuilah bahwa cinta kepopuleran, kedudukan, harta dan pandangan orang maka itu akan berubah menjadi ‘ujub (bangga diri_pent), dan ujub akan menjadi dengki, dan dengki akan menjadi sombong, sombong akan menjadi benci, benci akan menjadi permusuhan, dan permusuhan berarti menyelisihi lawan atau saingannya, dan menyelisihi ditunjukkan pertama‐tama dengan menyembunyikan tauhid, lalu menampakkan lahn (kata‐kata ambigu_pent), menjauhi para muwahid dan berdamai dengan orang‐orang musyrik, kemudian menjadi kekufuran bawwahan (terang‐terangan) dan perang habis-habisan, karena mengikuti syahwat dan berpegang dengan syubhat, kecuali jika Allah melindungi hamba‐Nya dengan rahmat‐Nya” [diringkas dari artikel ‘Abwah Laashiqah].

Hanya kepada Allah tempat meminta pertolongan, hanya kepada‐Nya kita bertawakal, dan tidak ada daya upaya kecuali dengan‐Nya, Dia cukup bagi kita dan sebaik‐baik Penolong. Ya Allah tunjukilah orang‐orang yang bingung supaya dia bisa mentadabburi hasil mubahalah, dan semoga mereka meninggalkan syubhat dan syahwat mereka, dan kembali ke dalam barisan para muwahhidin. Aamiin.


(Makalah ini ada di majalah Dabiq edisi 2 Ramadhan 1435H)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...