Al Wala’ Lil
Mukminin
Loyalitas Terhadap Orang-orang Beriman
Segala puji bagi Alloh wali bagi orang-orang beriman, sholawat dan
salam semoga terlimpah pada Rosululloh yang menjadi wali bagi orang-orang yang
jujur dan siapa saja yang berjalan di atas jalannya dalam berlepas diri dari
orang-orang kafir. Adapun kemudian:
Sesungguhnya al-walaa’ (loyalitas) dan al-baro’ (berlepas diri)
adalah salah satu dari pokok islam dan salah satu dari penopangnya, maka tidak
lurus islam seseorang hingga dia loyal karena Alloh dan bermusuhan karena Alloh.
Loyal kepada ahlul haq dan memusuhi ahlul bathil. al-walaa’ (loyalitas) dan
al-baro’ (berlepas diri) juga merupakan syarat sahnya iman.
Sebagaimana
Alloh –Yang maha tinggi-,
تَرَى كَثِيرًا مِنْهُمْ يَتَوَلَّوْنَ
الَّذِينَ كَفَرُوا لَبِئْسَ مَا قَدَّمَتْ لَهُمْ أَنْفُسُهُمْ أَنْ سَخِطَ
اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَفِي الْعَذَابِ هُمْ خَالِدُونَ (80) وَلَوْ كَانُوا
يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالنَّبِيِّ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْهِ مَا اتَّخَذُوهُمْ
أَوْلِيَاءَ وَلَكِنَّ كَثِيرًا مِنْهُمْ فَاسِقُونَ (81)
“Kamu
lihat kebanyakan mereka loyal kepada orang-orang kafir. Sungguh amat buruk apa
yang disediakan jiwa mereka untuk mereka, (yaitu) kemarahan Alloh –pada mereka,
dan mereka kekal dalam ‘adzab. Kalau saja mereka beriman pada Alloh, Nabi dan
apa yang diturunkan padanya, (tentu) mereka tidak menjadikan orang-orang kafir
itu sebagai wali, akan tetapi kebanyakan mereka adalah orang-orang fasiq.” (al-Ma-idah: 80-81)
Al-wilayah (perwalian) adalah pertolongan, kecintaan, pemuliaan
dan penghormatan bagi orang-orang yang dicintai secara zhohir dan secara bathin,
Alloh –Yang maha tinggi- berfirman,
اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُوا
يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ
الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ أُولَئِكَ
أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“Alloh
adalah wali bagi orang-orang yang beriman, Dia keluarkan mereka dari kegelapan
menuju cahaya. Sedangkan orang-orang kafir, wali-wali mereka adalah thoghut,
mereka mengeluarkan dari cahaya kepada kegelapan.” (al-Baqoroh: 257)
Loyalitas tidak tidak diterima kecuali pada Alloh, Rosul-Nya
–semoga Alloh limpahkan sholawat dan salam baginya- dan orang-orang yang
beriman.
Alloh –Yang
maha suci- berfirman,
إِنَّمَا وَلِيُّكُمُ اللَّهُ
وَرَسُولُهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلَاةَ وَيُؤْتُونَ
الزَّكَاةَ وَهُمْ رَاكِعُونَ
وَمَنْ يَتَوَلَّ اللَّهَ
وَرَسُولَهُ وَالَّذِينَ آمَنُوا فَإِنَّ حِزْبَ اللَّهِ هُمُ الْغَالِبُون
“Sesungguhnya
wali kalian hanyalah Alloh, Rosul-Nya dan orang-orang yang beriman yang
menegakkan sholat, menunaikan zakat dan mereka tunduk. Dan barang siapa yang
loyal kepada Alloh, Rosul-Nya dan orang-orang yang beriman, maka sesungguhnya
golongan Alloh itulah yang menang.” (al-Ma-idah: 55-56)
Maka
loyalitas terhadap orang-orang beriman adalah dengan mencintai mereka karena
iman mereka, menolong mereka, memberikan nasehat, berdoa untuk kebaikan mereka,
berdiri (membela) mereka, berkasih sayang pada mereka, menahan gangguan dari
mereka, memberikan hakhak islam pada mereka, dan hal-hal lain yang termasuk
dalam loyalitas.
Alloh –Yang
maha tinggi- berfirman,
مُحَمَّدٌ رَسُولُ اللَّهِ وَالَّذِينَ
مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ
“Muhammad adalah utusan Alloh (rosululloh),
sedangkan orang-orang yang bersamanya bersikap keras terhadap orang-orang kafir
dan berkasih sayang sesama mereka.” (al-Fath: 29)
Makna muwalatul mu’miniin (loyal pada orang-orang beriman) adalah mendekat pada mereka,
menampakkan kesenangan pada mereka dengan ucapan, perbuatan dan niat. Maknanya
yang lain adalah menyediakan pertolongan bagi setiap orang-orang yang berpegang
teguh pada islam secara keyakinan, perkataan dan amal tindakan. Juga (bermakna)
mempertahankan kehormatan dan hartanya. Karena dasar loyalitas adalah cinta,
sedangkan dasar permusuhan adalah kebencian. Dari keduanyalah berkembang amalan
hati dan anggota badan yang masuk dalam hakekat loyalitas dan rivalitas,
seperti pertolongan, keramahan dan bantuan, serta seperti jihad, hijroh, dan
amal-amal semisalnya yang menjelaskan hakikat loyalitas.
Juga harus
ada ke-ikhlash-an dalam memberikan loyalitas pada Alloh. Dia –Yang maha suci
lagi tinggi- berfirman,
قُلْ أَغَيْرَ اللَّهِ أَتَّخِذُ
وَلِيًّا فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَهُوَ يُطْعِمُ وَلَا يُطْعَمُ قُلْ
إِنِّي أُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ أَوَّلَ مَنْ أَسْلَمَ وَلَا تَكُونَنَّ مِنَ
الْمُشْرِكِينَ
“Katakan,
‘apakah aku akan menjadikan wali selain Alloh Yang menciptakan langit dan bumi
sedangkan Dia memberi makan dan tidak diberi makan?’ Katakan, ‘sungguh aku
diperintahkan untuk menjadi orang pertama yang masuk islam.’ Dan janganlah kamu
menjadi bagian dari orang-orang yang musyrik.” (al-An’am: 14)
Source: Al
Wala’ lil Mukminin (Loyalitas terhadap orang-orang beriman), Nukilan Ceramah Fadhiilatus
Syaykh ‘Adil bin ‘Abdulloh al-‘Abbaab / Abuz Zubayr, dirilis oleh Departement Produsen Informasi “as-Sahab”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar