BAB 2
menyebabkan
kesesatan
S ikap berlebihan terhadap para nabi dan orang-orang
shalih telah terjadi pada kelompok-kelompok sesat di kalangan ahli ibadah dan
para pengikut sufi. Bahkan sebagian mereka keyakinannya telah tercampur dengan
aliran emanasi dan manunggaling kawula lan
gusti. Sikap ini merupakan sikap
paling buruk yang menyebabkan kesesatan pada golongan-golongan tersebut.
Allah berfirman pada surah At Taubah ayat 31:
ٱتَّخَذُوٓاْ أَحۡبَارَهُمۡ
وَرُهۡبَٰنَهُمۡ أَرۡبَابٗا مِّن دُونِ ٱللَّهِ وَٱلۡمَسِيحَ ٱبۡنَ مَرۡيَمَ
“Mereka telah menjadikan para pendeta dan pastur-pastur mereka
sebagai Tuhan selain Allah dan mereka juga menjadikan Al Masih putra Maryam
(sebagai tuhan).”
Pada hadits riwayat Ahmad dan Tirmidzi, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan
maksud ayat ini kepada ‘Adi bin Hatim, bahwa para pendeta menghalalkan hal-hal
yang semula diharamkan kepada mereka (kaum Nasrani) lalu mereka (para
pengikutnya) menaati ucapan para pendeta itu. Para pendeta juga mengharamkan
hal-hal yang Allah halalkan kepada mereka, lalu para pengikutnya menaati ucapan
para pendeta itu. Allah juga berfirman pada surah Al Hadiid ayat 27 tentang
perilaku golongan yang sesat: “(Yaitu) perilaku kependetaan yang mereka
rekayasa, padahal Allah tidak menetapkan hal itu kepada mereka, kecuali mereka
disuruh mencari keridhaan Allah.” Sungguh beberapa kelompok dari kaum muslim
telah terpedaya oleh perilaku kependetaan yang merupakan hasil rekayasa mereka.
Sering kita temui sebagian besar dari ajaran
kaum Nasrani berupa nyanyian dan gambar-gambar indah. Mereka tidak lagi serius
memperhatikan pokok ajaran mereka selain kegiatan menyanyikan lagu-lagu dengan
paduan suara. Kemudian sebagian umat Islam pun terpengaruh perilaku merekayasa
nyanyian-nyanyian merdu dengan qasidah yang bermacam-macam dan paduan suara
untuk menyegarkan hati dan suasana. Padahal, perbuatan ini termasuk perbuatan menyerupai
sebagian perilaku golongan sesat tersebut.
Allah berfirman pada surah Al Baqarah ayat 113:
وَقَالَتِ ٱلۡيَهُودُ
لَيۡسَتِ ٱلنَّصَٰرَىٰ عَلَىٰ شَيۡءٖ وَقَالَتِ ٱلنَّصَٰرَىٰ لَيۡسَتِ ٱلۡيَهُودُ
عَلَىٰ شَيۡءٖ وَهُمۡ يَتۡلُونَ ٱلۡكِتَٰبَۗ
“Dan orang-orang
Yahudi berkata, "Orang-orang Nasrani itu tidak mempunyai suatu pegangan
dan orang-orang Nasrani berkata, "Orang-orang Yahudi tidak mempunyai
sesuatu pegangan," padahal mereka (sama-sama) membaca Al-Kitab.”
Ayat tersebut menjelaskan bahwa kaum Yahudi dan
kaum Nasrani masing-masing mengingkari kebenaran yang ada pada pihak lain.
Sebagian besar dari ahli fiqh, jika melihat
golongan sufi dan ahli ibadah, maka mereka menilai golongan tersebut sama sekali
tidak benar dan menganggap mereka sebagai golongan bodoh dan sesat. Cara mereka
beragama dianggap sama sekali tidak berdasarkan ilmu dan petunjuk. Sebaliknya,
golongan sufi beranggapan bahwa syari‘at dan ilmu sama sekali tidak benar.
Orang yang berpegang teguh kepada syari‘at dan ilmu dianggap terputus dari
Allah, dan para pengikutnya tidak akan memperoleh manfaat sedikit pun di sisi
Allah.
Sikap yang benar adalah meyakini bahwa segala
yang tersebut dalam Al-Qur‘an dan As-Sunnah itulah yang benar, sedangkan semua
yang menyelisihi Al-Qur‘an dan As-Sunnah adalah batil.
Ibnu Taimiyah berkata: “Akan terjadinya
perpecahan di kalangan umat Islam telah disebutkan dalam sebuah hadits:
Dari Abu Hurairah, sungguh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bersabda:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ
رَسُوْلَ اللَّهِ صَلَّ اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: تَفَرَّقَتِ
الْيَهُوْدُ عَلَى إِحْدَ ى وَسَبْعِيْنَ أَوِاثْنَتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَةً
وَالنَّصَارَى مِثْلَ ذَلكَ وَتَفْرِقُ أٌمَّتيْ عَلَى ثَلَاتٍ وَسَبْعِيْنَ
فِرْقَةً
“Kaum Yahudi terpecah menjadi tujuh puluh satu golongan, atau tujuh
puluh dua golongan, demikian juga kaum Nasrani. Dan umatku akan terpecah
menjadi tujuh puluh tiga golongan.” (HR.Abu Dawud, Ibnu Majah dan Tirmidzi,
hadits hasan shahih)
عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ
شُفْيَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ: إِنَّ أَهْلَ الْكِتَابَيْنِ افْتَرَقُوا فِيْ دِيْنِهِمْ
عَلَى اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً, وَإِنَّ هَذِهِ الْأُمّةَ سَتَفْتَرِقُ
عَلَى ثَلَا ثٍ وَسَبْعِيْنَ مِلَّةً, يَعْنِ الْأَهْوَاءَ- كُلُّهَا فِيْ
النَّارِ إِلَّا وَاحِدَةً وَهِيَ الْجَمَاعَةُ
Dari Mu‘awiyah bin Abu Sufyan, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sungguh pengikut
dua kitab (Taurat dan Injil) terpecah dalam urusan agama mereka dalam tujuh
puluh dua aliran dan umat ini akan terpecah ke dalam tujuh puluh tiga aliran
yaitu hawa nafsu. Semuanya masuk neraka kecuali satu, yaitu al-jama‘ah.” (HR.
Ahmad)
Sabda beliau juga:
إِنَّهُ سَيَحْرُجُ مِنْ
أُمَّتِيْ أَقْوَامُ تَتَجَارَى بِهِمْ تِلْكَ الْأَهْوَاءُ كَمَا يَتَجَارَى
الْكَلْبُ بِصَاحِبِهِ, فَلَا يَبْقَى مِنْ عِرْقٍ وَلَا مِفْصَلٍ إِلَّا
دَخَلَهُ, وَاللَّهِ يَامَعْشَرَ الْعَرَبِ لَئِنْ لَمْ تَقُوْمُ بِمَا جَاءَ بِهِ
مُحَمَّدٌ صَلَّ اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَغَيْرُكُمْ مِنَ النَّاسِ أَحْرَى
أَنْ لَا يَقُوْمَ بِهِ
“Sungguh akan muncul beberapa kelompok dari umatku yang mengikuti
hawa nafsu, sebagaimana anjing mengikuti tuannya, sehingga tidaklah tersisa
sepotong daging atau sepotong tulang pun melainkan pasti dicaploknya. Wahai
bangsa Arab, demi Allah, jika kamu sekalian tidak mau melaksanakan apa yang dibawa
oleh Muhammad shallallahu ‘alaihi
wasallam, niscaya kaum lain dari
umat manusia ini lebih tidak mau lagi melaksanakannya.” (HR. Ahmad, Abu Dawud,
dan Hakim)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah
memberitahukan bahwa umatnya akan terpecah menjadi tujuh puluh tiga golongan.
Tujuh puluh dua golongan di antaranya tidak diragukan lagi menempuh jalan sesat
seperti yang telah ditempuh oleh umat sebelum mereka.
Kemudian perpecahan yang diberitahukan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mungkin
terjadi dalam urusan agama saja, atau dalam urusan agama dan dunia, kemudian
terkadang mengimbas kepada urusan dunia atau barangkali perpecahan itu hanya
dalam urusan dunia saja.
Perpecahan yang disebutkan dalam dua hadits di atas adalah suatu
hal yang dilarang oleh Allah sebagaimana firman-Nya pada surah Ali ‘Imran ayat
105:
وَلَا تَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ
تَفَرَّقُواْ وَٱخۡتَلَفُواْ مِنۢ بَعۡدِ مَا جَآءَهُمُ ٱلۡبَيِّنَٰتُۚ
وَأُوْلَٰٓئِكَ لَهُمۡ عَذَابٌ عَظِيمٞ
“Dan janganlah kamu menjadi seperti golongan yang bercerai berai
dan berselisih setelah datang bukti-bukti kebenaran kepada mereka. Mereka itu
akan mendapatkan azab yang berat.”
Dan firman-Nya pada surah Al An‘aam ayat 159:
إِنَّ
الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ
“Sungguh mereka yang memecah belah agama mereka dan mereka
menjadi bergolongan-golongan, maka engkau Muhammad sedikitpun bukan dari
golongan mereka.”
___________________
source: Bahaya Mengekor Non Muslim; Penulis, Muhammad bin Ali Adh-Dhabi‘i, Mukhtarat Iqtidha’ Ash-Shirathal Mustaqim; Syaikh Ibnu Taimiyah; Penerjemah: Drs. Muhammad Thalib
___________________
source: Bahaya Mengekor Non Muslim; Penulis, Muhammad bin Ali Adh-Dhabi‘i, Mukhtarat Iqtidha’ Ash-Shirathal Mustaqim; Syaikh Ibnu Taimiyah; Penerjemah: Drs. Muhammad Thalib
Tidak ada komentar:
Posting Komentar