TIDAK ADA IMAN
SEBELUM MENCINTAI ALLAH
LEBIH DARI SEGALA-GALANYA
Tauhid menuntut kecintaan kepada Allah pada puncak
kecintaan. Sehingga seseorang disebut beriman manakala mencintai sesuatu karena
Allah dan membenci sesuatu karena Allah.
Dengan demikian, seorang disebut mukmin ketika mencintai
kepada siapa yang Allah cintai, dan membenci kepada siapa yang Allah benci
Ketika ada orang "mencintai kepada orang yang Allah
benci" maka dia bukan mukmin !!!
Perhatikan firman Allah dibawah ini:
لَا تَجِدُ قَوْمًا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ
يُوَادُّونَ مَنْ حَادَّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلَوْ كَانُوا آبَاءَهُمْ أَوْ
أَبْنَاءَهُمْ أَوْ إِخْوَانَهُمْ أَوْ عَشِيرَتَهُمْ
"Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka." (Qs Al Mujadalah 22)
>> Dalam tafsir Ibnu Katsir dijelaskan:
Sa'id ibnu Abdul Aziz dan lain-lainnya telah mengatakan
bahwa ayat ini, yaitu firman-Nya: "Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum
yang beriman kepada Allah dan hari akhirat". (Al-Mujadilah: 22), hingga
akhir ayat, diturunkan berkenaan dengan Abu Ubaidah alias Amir ibnu Abdullah
ibnul Jarrah ketika membunuh ayahnya dalam Perang Badar.
Lebih lanjut disebutkan oleh Ibnu Katsir:
Menurut pendapat yang lain, firman-Nya: "sekalipun
orang-orang itu bapak-bapak mereka". (Qs. Al-Mujadilah: 22) diturunkan
berkenaan dengan Abu Ubaidah yang membunuh ayahnya (yang musyrik) dalam Perang
Badar.
atau (sekalipun mereka adalah) "anak-anak (nya)". (Qs. Al-Mujadilah: 22) diturunkan berkenaan dengan sahabat Abu Bakar As-Siddiq, yang pada hari itu (Perang Badar) hampir saja membunuh anaknya (yang saat itu masih musyrik), yaitu Abdur Rahman. atau (sekalipun mereka adalah) "saudara-saudara (nya)". (Qs. Al-Mujadilah: 22) diturunkan berkenaan dengan Mus'ab ibnu Umair. Dia telah membunuh saudara kandungnya yang bernama Ubaid ibnu Umair dalam perang tersebut. atau (sekalipun mereka adalah) "keluarga (nya)". (Qs. Al-Mujadilah: 22) diturunkan berkenaan dengan Umar yang dalam Perang Badar itu telah membunuh salah seorang kerabatnya yang musyrik, juga berkenaan dengan Hamzah, Ali, dan Ubaidah ibnul Haris; masing-masing dari mereka telah membunuh Atabah, Syaibah, dan Al-Walid ibnu Atabah dalam perang tersebut. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
atau (sekalipun mereka adalah) "anak-anak (nya)". (Qs. Al-Mujadilah: 22) diturunkan berkenaan dengan sahabat Abu Bakar As-Siddiq, yang pada hari itu (Perang Badar) hampir saja membunuh anaknya (yang saat itu masih musyrik), yaitu Abdur Rahman. atau (sekalipun mereka adalah) "saudara-saudara (nya)". (Qs. Al-Mujadilah: 22) diturunkan berkenaan dengan Mus'ab ibnu Umair. Dia telah membunuh saudara kandungnya yang bernama Ubaid ibnu Umair dalam perang tersebut. atau (sekalipun mereka adalah) "keluarga (nya)". (Qs. Al-Mujadilah: 22) diturunkan berkenaan dengan Umar yang dalam Perang Badar itu telah membunuh salah seorang kerabatnya yang musyrik, juga berkenaan dengan Hamzah, Ali, dan Ubaidah ibnul Haris; masing-masing dari mereka telah membunuh Atabah, Syaibah, dan Al-Walid ibnu Atabah dalam perang tersebut. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Firman Allah Swt.:
أُولَئِكَ كَتَبَ فِي قُلُوبِهِمُ الإيمَانَ وَأَيَّدَهُمْ
بِرُوحٍ مِنْهُ
"Mereka itulah orang-orang yang Allah telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari-Nya". (Qs. Al-Mujadilah: 22)
Yakni orang yang mempunyai sifat tidak mau berkasih
sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun
mereka adalah ayahnya sendiri atau saudaranya sendiri. Maka dia termasuk orang
yang di dalam hatinya telah ditanamkan keimanan oleh Allah Swt. Yakni dia telah
ditetapkan oleh Allah Swt. termasuk orang yang berbahagia, dan Allah menjadikan
hatinya kuat dengan kebahagiaan itu dan imannya telah menghiasi kalbu
sanubarinya.
Demikian penjelasan dalam tafsir ayat ini.
Kesimpulannya:
Seseorang disebut mukmin itu apabila mau "mencintai siapa saja yang
dicintai Alloh". Dalam ayat-ayat Qur'an sering disebutkan bahwa Allah
mencintai orang beriman, bertaqwa, orang yang sabar dst.
Seseorang disebut mukmin itu apabila mau membenci kepada
siapa saja yang dibenci Allah.
Al-Qur'an banyak menyebutkan bahwa Allah benci kepada orang
kafir, orang musyrik, orang munafik.
Maka jika kita beriman, kita mencintai orang yang beriman,
yang bertauhid. Dengan kata lain: berwala' kepada sesama mukmin.
Juga membenci orang kafir, musyrik dan munafik. Dengan kata
lain: bersikap bara' kepada orang kafir dan musyrik.
Contoh sikap bara' yang disebutkan dalam Qur'an, misalnya
sikap bara' Nabi Ibrahim as.
Allah SWT berfirman:
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ
وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا
تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ
الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ
"Sesungguhnya
telah ada suri teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang
bersama dengannya; ketika mereka berkata kepada kaum mereka, "Sesungguhnya
kami berlepas diri dari kamu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, kami
ingkari (kekafiran)mu dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan
kebencian buat selama-lamanya sampai kamu beriman kepada Allah saja". (Qs Al Mumtahanah: 4)
Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan ayat ini sbb:
Allah SWT. berfirman kepada hamba-hamba-Nya yang beriman yang telah Dia perintahkan agar mereka memusuhi orang-orang kafir, memerangi mereka, menjauhi mereka, dan berlepas diri dari mereka.
Firman-Nya:
وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ
أَبَدًا
“dan telah nyata antara kami dan kamu permusuhan dan
kebencian buat selama-lamanya.” (QS. Al-Mumtahanah: 4)
Artinya,
telah diperintahkan adanya permusuhan dan kebencian mulai dari sekarang antara
kami dan kalian, selama kalian masih tetap dalam kekafiran kalian. Maka
selamanya kami berlepas diri dari kalian dan benci kepada kalian.
حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ
"sampai kamu beriman kepada Allah saja
(bertauhid)".
(QS. Al-Mumtahanah: 4)
Yakni
sampai kamu mengesakan Allah dan menyembah-Nya semata, tiada sekutu bagi-Nya;
dan kalian tinggalkan semua berhala dan sekutu yang kamu ibadahi selain Dia.
Kesimpulannya, iman itu menuntut adanya kecintaan itu karena Allah, yakni
mencintai orang yang bertauhid. Siapapun dia, dari bangsa manapun, dari tanah
air manapun. Dan Allah menuntut adanya rasa benci kepada orang kafir dan
musyrik, siapapun, dari bangsa manapun, bahkan walaupun saudara sedarah.
Perhatikan dalil-dalil di atas, jangan pakai logika dan
perasaan. Dasar kebenaran Islam bukan logika dan perasaan. Tetapi kebenaran
agama itu dasarnya dalil, bukan akal dan perasaan dan bukan pula
kesepakatan. Ingat, Islam itu bukan agama kesepakatan!!!!
Saudara-saudaraku, hidup cuma sekali, jangan mau disesatkan
oleh faham asing (barat). Banyak orang yang sesat dan rusak aqidahnya karena
mengikuti faham barat, yang diajarkan oleh orang kafir Perancis dan Inggris.
Semoga bermanfaat.
Channel_ISLAMIC STATE
Tidak ada komentar:
Posting Komentar