MENITI
JALAN PERJUANGAN ROBBANI
Oleh:Abu Jaysulhaq Al Fatih
Setiap muslim yang mencintai agamanya
pasti menginginkan agar islam unggul, menang dan berjaya di atas agama yang
lain. Mereka tidak senang jika islam mengalami kemunduran ataupun kekalahan. Bahkan
kaum muslim yang awam sekalipun tidak rela jika islam direndahkan atau dilecehkan
oleh orang‑orang kafir.
Ini jika kaum muslimin awam tersebut masih sehat akalnya dan berfungsi
nuraninya.
Keinginan kaum muslimin yang
menginginkan kemenangan dan kejayaan islam akan menghantarkan seorang muslim
pada kancah perjuangan. Hal ini tentu sangat menggembirakan dan pantas
diapresiasi secara positif. Jika hal seperti ini menggejala di tengah kaum
muslimin berarti pertanda bahwa tingkat keagamaan umat ini mengalami
peningkatan.
Akan tetapi semangat juang kaum
muslimin akan menjadi mubazir jika kemudian tersalurkan melalui jalan
perjuangan yang salah. Jika hal ini terjadi maka akan menyebabkan terkurasnya energi
dan sumber daya umat islam secara sia‑sia.
Dan akibatnya perjuangan kaum muslimin mengalami stagnan atau jalan di tempat
tanpa ada kemajuan. Maka memperjuangkan islam tidak cukup bermodal semangat
tapi tidak paham tentang jalan perjuangan yang benar.
Yang harus dipahami bahwa islam
adalah dien Rabbani, yaitu bersumber dari Rabb pencipta alam. Maka mengamalkan
dan memperjuangkan islam juga harus menempuh jalan Rabbani. Tidak dibenarkan
jika kemudian seorang muslim memperjuangkan islam tapi menempuh cara di luar ajaran
islam. Sebab islam bukan dien yang membenarkan segala macam cara untuk mencapai
tujuannya.
Allah ‘azza wa jalla memberikan
petunjuk dalam memperjuangkan islam dengan firman‑Nya:
قُلۡ
هَٰذِهِۦ سَبِيلِيٓ أَدۡعُوٓاْ إِلَى ٱللَّهِۚ عَلَىٰ بَصِيرَةٍ أَنَا۠ وَمَنِ ٱتَّبَعَنِيۖ
وَسُبۡحَٰنَ ٱللَّهِ وَمَآ أَنَا۠ مِنَ ٱلۡمُشۡرِكِينَ ١٠٨
“Katakanlah
(Muhammad), “inilah jalanku, aku dan orang‑orang
yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Alloh dengan yakin, Mahasuci Alloh, dan
aku tidak termasuk orang‑orang
yang musyrik”. (QS Yusuf:108).
Kandungan ayat di atas mengandung
pengertian bahwa jalan perjuangan islam ini memiliki sifat:
1. Menyeru
kepada Tauhidullah
2. Di atas
hujjah dan petunjuk yang benar (al-qur’an)
3. Mengikuti
metode yang ditempuh oleh Rasulullah dan para sahabat.
Oleh karena itu perjuangan yang
ditempuh oleh seorang muslim dalam memperjuangkan islam harus memenuhi syarat‑syarat yang terkandung dalam sifat
perjuangan islam di atas. Jika tidak terpenuhi syarat‑syarat di atas maka rusaklah nilai
perjuangan tersebut. Adapun penjelasannya adalah:
1. Perjuangan
seorang muslim harus atas dasar tauhid dan untuk tingginya kalimat tauhid.
Artinya bahwa tauhid menjadi asas
dari perjuangan islam. Sebab perjuangan merupakan bagian dari ibadah kepada
Allah. Maka motivasi dari perjuangan adalah untuk menyempurnakan peribadahan
kepada Allah. Dan ia didasari karena keimanannya kepada Allah.
Tauhidullah adalah tujuan dakwah dan
perjuangan para Rasul, sebagaimana firman Alloh:
وَمَآ أَرۡسَلۡنَا مِن
قَبۡلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِيٓ إِلَيۡهِ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ
أَنَا۠ فَٱعۡبُدُونِ ٢٥
“Dan Kami
tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau (Muhammad), melainkan Kami
wahyukan kepadanya, bahwa tidak ilaah (yang berhak disembah) selain Aku, maka
sembahlah Aku”. (Al-Anbiya: 25).
وَلَقَدۡ
بَعَثۡنَا فِي كُلِّ أُمَّةٖ رَّسُولًا أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُواْ ٱلطَّٰغُوتَۖ
فَمِنۡهُم مَّنۡ هَدَى ٱللَّهُ وَمِنۡهُم مَّنۡ حَقَّتۡ عَلَيۡهِ ٱلضَّلَٰلَةُۚ
فَسِيرُواْ فِي ٱلۡأَرۡضِ فَٱنظُرُواْ كَيۡفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلۡمُكَذِّبِينَ ٣٦
“Dan
sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap‑tiap umat (untuk menyerukan): Dan
sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap‑tiap umat (untuk menyerukan):
“Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, maka di antara umat itu ada
orang‑orang
yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang‑orang yang telah pasti kesesatan
baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana
kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul‑rasul).”
(QS An Nahl: 36).
Oleh karena itu dalam berjuang
seorang muslim harus menampakkan hakikat perjuangannya. Maka tidak dibenarkan
jika seorang muslim berjuang bukan di bawah bendera islam. Salah besar jika
kemudian seorang muslim berjuang di bawah bendera kebangsaan atau nasionalis. Apalagi
kemudian dalam perjuangannya ia berada dalam wadah yang bercampur antara orang
kafir dan orang beriman,tentu hal tersebut dilarang oleh syariat.
Begitu pun dalam hal cita‑cita atau misi perjuangan juga harus
nampak sejak awal. Tidak dibenarkan jika jama’ah jihad menyembunyikan atau menyamarkan
cita‑cita
perjuangannya. Meskipun persoalan langkah perjuangan yang bersifat khusus, seperti
persoalan asykari harus dirahasiakan, namun misi secara umum dari perjuangannya
harus dinampakkan. Yaitu bahwa yang menjadi misi perjuangannya adalah tegaknya
dienullah / syariat islam.
Sehingga jika ada seorang muslim yang
mengaku memperjuangkan islam,tapi ia bernaung di bawah bendera nasionalis, maka
ia dusta. Dan jika seorang muslim berjuang tapi tujuan perjuangannya bukan
untuk tegaknya dienullah, maka perjuangannya sia‑sia.
Adapun jika ada sekelompok orang yang mengaku muslim yang mengklaim
memperjuangkan islam, namun ia menempuh jalan demokrasi (seperti partai politik
berlabel islam), ketahuilah bahwa mereka adalah kumpulan orang‑orang dungu. Maka tidak layak seorang
muslim yang waras akalnya mengikuti jejak mereka atau bergabung dengan mereka.
2. Di atas
hujjah dan petunjuk al qur’an.
Artinya bahwa dalam perjuangannya
seorang muslim harus mentaati aturan dan petunjuk al-qur’an. Tidaklah
dibenarkan jika dalam memperjuangkan menggunakan cara‑cara yang digunakan oleh kaum kafir
yang menyelisihi syariat. Cara‑cara
yang haram apalagi syirik atau kekafiran adalah cara batil yang dengan alasan
apa pun tidak boleh dipergunakan. Tujuan perjuangan adalah tegaknya kalimat
tauhid, maka tujuan tidak boleh rusak oleh sarana. Artinya berjuang untuk
dzohirnya tauhid tapi caranya syirik, ini tidak dibenarkan dengan alasan apa
pun.
Ada banyak contoh bagaimana orang
atau kelompok yang mengaku berjuang untuk islam namun menempuh jalan kesesatan
dalam perjuangannya. Diantaranya:
a. Berjuang
untuk membela islam tapi melalui jalan yang dipersiapkan oleh musuh islam.
Seperti orang‑orang yang memperjuangkan islam
melalui parlemen thoghut dengan sistem demokrasi.
b. Memperjuangkan
islam melalui wadah organisasi yang menjadikan falsafah syirik sebagai asas Perjuangannya.
c. Memperjuangkan
islam dengan cara aksi damai yang tidak diajarkan oleh islam seperti demonstrasi
menentang rezim yang zalim.
d. Memperjuangkan/membela
islam dengan cara tahakum kepada hukum thoghut.
e. Memperjuangkan
islam dengan perjuangan yang parsial. Seperti berjuang tapi membatasi diri hanya
pada bidang tertentu. Contohnya, berjuang hanya dalam sektor pendidikan saja,
atau berjuang dalam bidang ekonomi saja, dan meninggalkan perjuangan yang
bersifat menyeluruh demi tegaknya sistem islam.
Al qur’an telah memberikan bimbingan
dan petunjuk yang sempurna dalam memperjuangkan islam. Usaha untuk membela dan
menolong dienullah tidak bisa lepas dari menggunakan al kitab atau hujjah yaitu
dengan dakwah, dan al-hadid (besi) yaitu senjata, atau dengan cara berperang. Hal
tersebut sebagaimana firman Alloh:
لَقَدۡ
أَرۡسَلۡنَا رُسُلَنَا بِٱلۡبَيِّنَٰتِ وَأَنزَلۡنَا مَعَهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ وَٱلۡمِيزَانَ
لِيَقُومَ ٱلنَّاسُ بِٱلۡقِسۡطِۖ وَأَنزَلۡنَا ٱلۡحَدِيدَ فِيهِ بَأۡسٞ شَدِيدٞ
وَمَنَٰفِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعۡلَمَ ٱللَّهُ مَن يَنصُرُهُۥ وَرُسُلَهُۥ بِٱلۡغَيۡبِۚ
إِنَّ ٱللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٞ ٢٥
“Sungguh
Kami telah mengutus rasul‑rasul
Kami dengan bukti‑bukti
yang nyata dan Kami turunkan bersama mereka kitab dan neraca (keadilan) agar
manusia dapat berlaku adil. Dan Kami menciptakan besi yang mempunyai kekuatan
hebat dan banyak manfaat bagi manusia, dan agar Alloh mengetahui siapa yang
menolong (agama)‑Nya
dan rasul‑rasul‑Nya walaupun (Alloh) tidak
dilihatnya. Sesungguhnya Alloh Mahakuat, Mahaperkasa”.
(QS Al Hadid:25).
Maka dalam memperjuangkan dienullah
antara al qur’an dan besi/ senjata tidak bisa dipisahkan. Dengan petunjuk al-qur’an
dan dengan pertolongan besi Itulah kita berjuang menegakkan dienullah.
3. Mengikuti
metode yang ditempuh oleh Rasulullah dan para sahabat.
Rasulullah sholallahu ‘alaihissalam
adalah contoh terbaik dalam perjuangan menegakkan dienullah. Ia telah mengawali
perjuangan seorang diri dengan berdakwah mengajak manusia kepada tauhidullah. Beliau
tetap jujur dalam seruan dakwahnya meskipun sebagian besar manusia menentang
dakwahnya. Dan berkat kesabaran beliau berdakwah terhimpunlah manusia‑manusia terbaik di sekitar beliau
menjadi komunitas muwahidin pertama dari umat ini.
Berawal dari komunitas kecil,
kemudian bertambah banyaklah pengikut Rasulullah. Sampai kemudian dengan
berjalannya waktu, setelah melalui berbagai rintangan terbentuklah daulah islam
pertama di madinah. Dan warna selanjutnya perjalanan perjuangan Rasulullah
adalah jihad dan dakwah. Beliau telah meraih pencapaian terbaik selaku seorang
pemimpin perubahan dalam masyarakat. Hanya dalam waktu 13 tahun masyarakat yang
beliau cita‑citakan
dalam perjuangan tercapai.
Rasulullah telah menggabungkan secara
sempurna antara dakwah dan jihad dalam mewujudkan cita‑cita perjuangannya. Maka alangkah
idealnya jika seorang muslim adalah seorang da’i
sekaligus seorang mujahid. Atau jika tidak, hendaknya bersinergi antara da’i
dan mujahid dalam satu wadah perjuangan untuk usaha meninggikan kalimat Alloh.
Jika kemudian kita singkat maka fase
perjuangan Rasulullah meliputi fase dakwah, hijrah dan jihad. Di dalamnya tidak
ada kedustaan, penyelewengan ataupun pencampur adukan antara yang haq dan yang
batil. Dan di dalamnya ada pengorbanan harta dan jiwa dari para pengikutnya
yang setia.
Dan tabiat dari dien ini adalah ia
tidak akan tegak kecuali dengan cara perang di jalan Allah. Hal Dan tabiat dari
dien ini adalah ia tidak akan tegak kecuali dengan cara perang di jalan Allah. Hal
tersebut sebagaimana yang disebutkan dalam hadits berikut:
حَدَّثَنَا
هَنَّادٌ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم أُمِرْتُ أَنْ
أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَقُولُوا لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ فَإِذَا قَالُوهَا
مَنَعُوْا مِنِّيْ دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلَّا بِحَقِّهَا وَحِسَابُهُمْ
عَلَى اللهِ وَفِيْ الْبَابِ عَنْ جَابِرٍ وَأَبِيْ سَعِيْدٍ وَابْنِ عُمَرَ قَالَ
أَبُوْ عِيْسَى هَذَا حَدِيْثٌ حَسَنٌ صَحِيْحٌ
“Saya
diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mengucapkan; ‘Tidak ada
tuhan (yang berhak disembah) selain Allah’, apabila mereka mengucapkannya, maka
mereka telah menghalangiku (untuk menumpahkan) darah & (merampas) harta
mereka, kecuali dengan haknya, sedangkan (apabila mereka menyembunyikan
kekafiran & kemaksiatan) maka Allah‑lah
yang menghisab mereka.” Dan dalam bab tersebut
(juga diriwayatkan) dari Jabir & Abu Sa’id & Ibnu Umar. Abu Isa
berkata; ‘Ini hadits hasan shahih.’ [HR. Tirmidzi No.2531].
Itulah tabiat dien ini yang
disebutkan oleh Rasulullah. Maka siapa yang menempuh jalan selain jihad
(perang) di jalan Allah untuk menegakkan dien ini pasti akan berakhir dengan kekalahan.
Telah banyak contoh bagaimana kelompok orang orang dungu yang mengaku memperjuangkan
islam melalui jalur demokrasi dengan membuat partai politik. Dan hasilnya tidak
ada satupun dari para kelompok pejuang islam gadungan yang dungu itu berhasil mewujudkan
tegaknya islam.
Allah ‘azza wa jalla berfirman:
لَّقَدۡ
كَانَ لَكُمۡ فِي رَسُولِ ٱللَّهِ أُسۡوَةٌ حَسَنَةٞ لِّمَن كَانَ يَرۡجُواْ ٱللَّهَ
وَٱلۡيَوۡمَ ٱلۡأٓخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرٗا ٢١
“Sungguh
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang
banyak mengingat Allah”. (QS Al Ahzab: 21).
Ayat diatas turun pada saat peristiwa
genting dalam perang ahzab. Ketika kaum muslimin di dalam kota madinah sedang
dikepung oleh pasukan koalisi kafir. Atas ide Salman Al-farisi maka Rasulullah
memerintahkan kaum muslimin untuk membuat parit yang mengelilingi kota madinah sebagai
sarana pertahanan. Dalam kondisi yang genting tersebut Rasulullah tetap tegar
dan mampu membuat strategi jitu untuk memenangkan pertempuran.
Sehingga ayat tersebut memuji
Rasulullah sebagai teladan yang baik dalam ketegaran dan kesabaran pada saat
situasi genting dalam peperangan. Maka telah jelas bahwa jika kita hendak mencontoh
Rasulullah dalam perjuangannya, urusan perang di jalan Allah tidak bisa ditinggalkan.
Memperjuangkan islam melalui aksi jalanan dengan membawa pengeras suara dan meninggalkan
terjun di medan tempur dengan membawa senjata, adalah perjuangannya orang-orang
dungu yang jauh dari tuntunan Rasulullah sholallahu ‘alaihi wassalam.
Maka kenalilah manhaj dien ini dalam
berjuang, agar perjuangan kita benar dan memperoleh kemenangan dunia maupun
akhirat. Dan agar kita menjadi pejuang yang Rabbani dan bukan mereka yang
menempuh jalannya orang‑orang dungu
dalam berjuang.
Wallahu
musta’an
04
jumadilakhir 1438H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar