10/03/2019

MENOLAK TAWARAN MENJADI PEMIMPIN


MENOLAK TAWARAN MENJADI PEMIMPIN

Kami bukan lagi mengangkat suatu tawaran jabatan penting di negeri ini oleh seorang da'i kondang. Karena hal itu bukanlah hal yang asing bagi orang yang baik agamanya.
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam ketika sambutan dakwahnya di Mekkah bertambah hari bertambah banyak dari kalangan awam sampai kalangan tokoh Quraisy, sehingga menggelisahkan pemuka-pemuka Musyrikin. Kondisi itu memaksa para tokoh untuk melakukan pendekatan dan tawaran kepada Rasulullah.

Beberapa macam pendekatan orang kafir kepada Rasulullah dan kaum muslimin, diantaranya:


)) Pertama

Mereka pernah mengajak Rasulullah Saw. untuk kompromi, menyembah berhala-berhala mereka selama satu tahun, lalu mereka pun akan menyembah sembahannya selama satu tahun.
( _Catatan_: Seandainya di negeri ini ada kesepakatan untuk 5 tahun mendatang pakai syari'at Islam total, dan 5 tahun berikutnya pakai syari'at buatan manusia. Kayaknya orang islam sekarang ini menganggap perjuangannya telah menang. Tidak, sekalipun kesepakatan seperti itu bukanlah kemenangan!!!)

Maka Allah Swt. menurunkan surat ini dan memerintahkan kepada Rasul-Nya dalam surat ini agar memutuskan hubungan dengan agama mereka secara keseluruhan; (lihat tafsir Ibnu Katsir surat Al Kafirun)

Untuk itu Allah Swt. berfirman:

قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ

Katakanlah, "Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan mengabdi apa yang kalian ibadahi.
(Qs. Al-Kafirun: 1-2)

Yakni berhala-berhala dan sekutu-sekutu yang mereka ada-adakan.

Karena sebelum ayat ini turun, Alloh telah menyuruh rasulNya agar meninggalkan perbuatan syirik dan orangnya". Sebagaimana firmanNya

وَالرُّجْزَ فَاهْجُرْ

"dan tinggalkanlah segala yang keji
(perbuatan syirik)" (QS. Al-Muddassir 74: 5)

وَاهْجُرْهُمْ هَجْرًا جَمِيلًا

dan tinggalkanlah mereka (orang musyrik) dengan cara yang baik." (QS. Al-Muzzammil 73: 10)


Tetapi pendekatan para tokoh ini tidak mempan. Beliau tetap Istiqomah mengajak manusia untuk meninggalkan syirik dan orang musyrik.


)) Kedua

Mereka mencoba membuat pendekatan kepada Rasulullah dengan memberikan kedudukan kepemimpinan dalam system syirik.

Melalui paman beliau (Abu Tholib) mereka mengemukakan agar Rasulullah berhenti menyerukan tauhid, meninggalkan system syirik yang sedang berlaku saat itu. Mereka juga mau memberikan harta sebanyak-banyaknya sehingga beliau menjadi orang terkaya di negeri Mekkah.

Sungguh tak terduga oleh mereka dari jawaban beliau yang sangat tegas. Beliau mengatakan kepada Abu Tholib:

"Wahai paman, seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan rembulan di tangan kiriku agar aku berhenti menyerukan kalimat ini (dakwah tauhid), tidak wahai paman. Saya tetap menyerukannya sehingga saya menang dengan kalimat ini atau hancur karenanya"

Masya Allah, subhanallah tegar dan teguhnya hati beliau. Tawaran kepemimpinan pun ditolaknya.

Lain dengan orang sekarang yang mengatakan: "jika kita tidak rebut kepemimpinan ini maka akan diambil oleh orang kafir. Rugi kita ..."

Rasulullah diberi (bukan meminta atau merebut) tidak mau selama masih menggunakan system syirik!!!


)) Ketiga

Mereka merayu (mengadakan pendekatan) lebih lanjut. Kali ini sangat halus. Beliau diajak sedikit mengalah. Melakukan hal yang sangat ringan, yakni menyentuh berhala mereka. Jika Rasul mau, mereka berjanji akan menjadi sahabat, berhenti memusuhi. Tawaran ini setelah permusuhan orang kafir gencar dan sangat menyedihkan Rasulullah.
Jika orang sekarang ditawari seperti ini pasti menerima dengan baik. Pakai alasan kaidah: demi kemaslahatan dakwah, rela melanggar akidah (sekedar menyentuh).

Menyentuh yang mereka maksudkan adalah setuju atau sepakat atau rela walau hanya pura-pura secara lahir saja. Tetapi Allah tidak rela, walau hanya ucapan atau perbuatan yang sepele. Sepakat atau setuju dengan syirik dan orang musyrik itu menghilangkan iman. Atau diam ketika ada ketetapan syirik juga termasuk menghilangkan iman. Para sahabat telah menyatakan murtad orang-orang yang berada di Masjid Basrah ketika Di Masjid itu ada yang mengatakan Musailamah sebagai Nabi. Nah loh... Lalu apa gerangan jika diucapkan dengan lisan atau dilakukan dengan hati??? Mengucapkan atau melakukan pengabdian kepada sesama makhluk itu menghilangkan tauhid. Apalagi hati meridhoi. Na'udzubillah.

Kembali pada pembahasan tawaran orang kafir untuk menyentuh berhala (menyetujui kesyirikan), Rasulullah hampir mau dengan pertimbangan kemaslahatan (hilangnya permusuhan dengan orang kafir). Allah marah dan mengancam kepada Rasulullah jika beliau mau mensepakati keinginan orang kafir. Maka turunlah firman Allah QS. Al Isra' 73-75

وَإِنْ كَادُوا لَيَفْتِنُونَكَ عَنِ الَّذِىٓ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ لِتَفْتَرِىَ عَلَيْنَا غَيْرَهُۥ ۖ وَإِذًا لَّاتَّخَذُوكَ خَلِيلًا
وَلَوْلَآ أَنْ ثَبَّتْنٰكَ لَقَدْ كِدتَّ تَرْكَنُ إِلَيْهِمْ شَيْئًا قَلِيلًا
إِذًا لَّأَذَقْنٰكَ ضِعْفَ الْحَيٰوةِ وَضِعْفَ الْمَمَاتِ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَكَ عَلَيْنَا نَصِيرًا

"Dan mereka hampir memalingkan engkau (Muhammad) dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar engkau mengada-ada yang lain terhadap Kami; dan jika demikian tentu mereka menjadikan engkau sahabat yang setia. Dan sekiranya Kami tidak memperteguh (hati)mu, niscaya engkau hampir saja condong sedikit kepada mereka, jika demikian, tentu akan Kami rasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia ini dan berlipat ganda setelah mati, dan engkau (Muhammad) tidak akan mendapat seorang penolong pun terhadap Kami." (QS. Al-Isra' 17: 73-75)

Imam Suyuthi dalam kitab Asbabun Nuzulnya mengutip riwayat dari Sa'id bin Zubair bahwa dahulu Rasulullah biasanya mengusap Hajar Aswad. Maka orang Quraisy pun berkata, "kami tidak akan membiarkanmu mengusapnya kecuali kalau kamu mengusap tuhan-tuhan kami". Maka Rasulullah berkata dalam hati, "apa salahnya kalau aku lakukan , sementara Allah pun mengetahui aku tidak menyetujuinya. Maka turunlah ayat ini.

"Wahai dzat yang membolak-balik hati, balikkan lah hati kami kepada dien-Mu. Wahai dzat yang memalingkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan kepadaMu". Aamiin

Saudaraku... Semoga Allah mengokohkan kita tetap sebagai abdi Alloh semata, karena tidak ada pengabdian yang Haq kecuali hanya kepadaNya. Inilah inti seruan nabi yang telah kita imani, yakni kalimat La Ilaha illalloh. Mari kita wujudkan keyakinan ini dengan lisan dan perbuatan agar kita mendapat sorga yang Alloh janjikan. Tidak ada iman jika masih sepakat dengan pengabdian kepada sesama makhluk, sekalipun system itu mengutip dari kitab Allah. Seperti Elyasik pada zaman syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Al Alamiah Ibnul Qayyim hidup. Beliau beliau menolak Elyasik tanpa kompromi sekalipun harus mendekam di penjara. Bahkan syaikhul Islam Ibnu Taimiyah meninggal dalam penjara.

Elyasik bukanlah syari'at Allah, sekalipun ketika membuatnya merujuk dengan (mengambil) dari Alquran. Itu tetap disebut syariat manusia, syariat/ jukum jahiliyyah. Kata Allah dalam kitabNya:

أَفَحُكْمَ الْجَاهِلِيَّةِ يَبْغُونَ وَمَنْ أَحْسَنُ مِنَ اللَّهِ حُكْمًا لِقَوْمٍ يُوقِنُونَ

"Apakah hukum Jahiliyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?" (QS. Al-Maidah: 50)

Ibnu Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa Allah Swt. mengingkari perbuatan orang-orang yang keluar dari hukum Allah yang muhkam lagi mencakup semua kebaikan, melarang setiap perbuatan jahat, lalu mereka memilih pendapat-pendapat yang lain dan kecenderungan-kecenderungannya serta peristilahan yang dibuat oleh kaum lelaki tanpa sandaran dari syariat Allah, seperti yang pernah dilakukan oleh ahli Jahiliah. Orang-orang Jahiliah memutuskan perkara mereka dengan kesesatan dan kebodohan yang mereka buat-buat sendiri oleh pendapat dan keinginan mereka. Dan juga sama dengan hukum yang dipakai oleh bangsa Tartar berupa undang-undang kerajaan yang diambil dari raja mereka, yaitu Jengis Khan; perundang-undangan tersebut dibuat oleh Al-Yasuq untuk mereka. Undang-undang ini terangkum di dalam suatu kitab yang di dalamnya memuat semua hukum-hukum yang dipetik dari berbagai macam syari'at, dari agama Yahudi, Nasrani, dan agama Islam serta lain-lainnya. Di dalamnya banyak terdapat undang-undang yang ditetapkan hanya berdasarkan pandangan dan keinginan Jengis Khan sendiri, kemudian hal tersebut di kalangan keturunannya menjadi peraturan yang diikuti dan _lebih diprioritaskan atas hukum Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya_.

Barang siapa yang melakukan hal tersebut dari kalangan mereka, maka dia adalah orang kafir yang wajib diperangi hingga dia kembali kepada hukum Allah dan Rasul-Nya, karena tiada hukum kecuali hukum-Nya, baik dalam perkara yang kecil maupun perkara yang besar. (Tafsir Ibnu Katsir)

Elyasik saja disebut hukum jahiliyyah, lalu yang hari ini berlaku mereka katakan adalah syariat Allah??? Mari kita berfikir cerdas.

Semoga manfaat, aamiin.

channel_ISLAMIC INSTITUTE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...