Sikap Muslim Mengenai
Hadits-Hadits Fitnah
Akhir Zaman
Bag 4
Berita-berita mengenai fitnah dan
huru-hara akhir zaman itu memiliki kedudukan penting di mata kaum muslimin. Hal
itu karena hubungannya dengan hari kiamat yang merupakan peristiwa paling besar
yang akan terjadi di dunia ini. Demikian juga karena hadits-hadits ini
mengandung kabar gembira akan kebaikan yang setiap muslim harus berupaya maksimal
meraihnya, dan peringatan akan keburukan yang setiap muslim harus berupaya maksimal
menjauhinya.
Bahkan
Kiamat Itulah Jatuh Tempo Mereka
Adapun mengenai hubungan
berita-berita ini dengan hari kiamat, kapan terjadinya kiamat adalah pertanyaan
terbesar yang terus mengusik benak umat manusia. Mereka terus berupaya
semaksimal mungkin untuk mendapatkan jawabannya lewat lisan para nabi. Allah d berfirman,
يَسَۡٔلُكَ ٱلنَّاسُ عَنِ ٱلسَّاعَةِۖ
قُلۡ إِنَّمَا عِلۡمُهَا عِندَ ٱللَّهِۚ وَمَا يُدۡرِيكَ لَعَلَّ ٱلسَّاعَةَ
تَكُونُ قَرِيبًا ٦٣
"Manusia
bertanya kepadamu tentang hari berbangkit . Katakanlah : 'Sesungguhnya
pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah.' Dan tahukah kamu
(hai Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya." (Al-Ahzab:
63).
Allah telah menutupi
pengetahuan kapan terjadinya kiamat dari seluruh makhluk-Nya termasuk para
nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam. Dia tidak memberi tahu mereka kecuali
tanda-tanda yang menunjukkan waktunya yang semakin dekat. Oleh karena itu, para
nabi selalu memberitahukan tanda-tanda itu ketika mereka ditanya mengenai hari
kiamat, sebagaimana dalam hadits Jibril, ia bertanya, "Wahai Rasulullah, kapan terjadinya
kiamat?" Rasulullah menjawab, "Yang ditanya tak lebih tahu daripada
yang bertanya, namun akan aku beritahu tanda-tandanya." (Mutafaq 'alaih).
Demikian juga hal ini
disebutkan dalam kisah Isra dan Mi'raj. Dari Ibnu Mas'ud radhiallahu’anhu berkata,
"Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
'Pada malam aku diisra'-kan, aku bertemu Ibrahim,
Musa, dan Isa sedang berdiskusi mengenai hari kiamat. Mereka bertanya pada
Ibrahim yang menjawab bahwa ia tidak mengetahuinya. Musa lalu ditanya dan
menjawab bahwa ia juga tidak mengetahuinya. Lalu Isa ditanya dan menjawab, Kapan
terjadinya secara pasti itu tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah. Allah
memberitahuku bahwa kiamat tidak akan terjadi hingga Allah
memberitahuku bahwa kiamat tidak akan terjadi hingga Dajjal keluar dan
aku turun membawa dua tongkat. Hingga ketika ia melihatku ia meleleh seperti timbal.
Allah lalu membinasakannya, hingga pohon dan batu berseru, 'Wahai muslim, di
balikku ada kafir bersembunyi, kemari dan bunuhlah ia. Allah lalu membinasakan
mereka. Kemudian manusia kembali ke negeri mereka dengan aman. Lalu ketika
itulah Ya'juj dan Ma'juj keluar." (HR Ahmad).
Tindakan para nabi itu kemudian
diteladani oleh para sahabat mulia. Mereka sampaikan hadits-hadits mengenai fitnah
dan huru-hara akhir zaman ketika ditanya mengenai hari kiamat. Yasir bin Jabir
menceritakan, "Suatu ketika kabut merah bertiup
menutupi Kufah. Seorang lelaki datang berteriak-teriak, 'Wahai Abdullah bin
Mas'ud, kiamat telah datang!' Ibnu Mas'ud yang semula duduk bersandar segera
menegakkan tubuhnya dan menjawab, 'Sesungguhnya kiamat itu tidak akan terjadi
hingga harta waris tak bisa dibagi dan ghanimah tidak membuat senang.' Kemudian
ia melanjutkan sembari tangannya menunjuk ke Syam, 'Musuh yang berbondong-bondong
menyerbu kaum muslimin dan dihadapi oleh kaum muslimin dengan
berbondong-bondong juga.' Aku bertanya, 'Maksudmu Romawi?' Jawabnya, 'Betul."
(HR. Muslim).
Mereka
Menyeru Kepada Kebaikan
Para nabi juga diperintahkan untuk
memberi kabar gembira akan kebaikan dan memperingatkan akan keburukan yang akan
menimpa kaumnya pada masa yang akan datang. Hal itu sebagaimana sabdanya shallallahu ‘alaihi wasallam,
"Tidak ada seorangpun nabi sebelumku kecuali pasti ia akan
menunjukkan umatnya kepada kebaikan dan memperingatkan akan keburukan pada masa
akan datang sesuai apa yang diwahyukan padanya." (HR Muslim).
Salah satu kabar gembira yang mereka tunjukkan
pada kaumnya ialah mengenai diutusnya Rasul shallallahu
‘alaihi wasallam setelah Allah mewahyukannya pada mereka, sebagaimana kalam-Nya,
وَإِذۡ أَخَذَ ٱللَّهُ
مِيثَٰقَ ٱلنَّبِيِّۧنَ لَمَآ ءَاتَيۡتُكُم مِّن كِتَٰبٖ وَحِكۡمَةٖ ثُمَّ
جَآءَكُمۡ رَسُولٞ مُّصَدِّقٞ لِّمَا مَعَكُمۡ لَتُؤۡمِنُنَّ بِهِۦ
وَلَتَنصُرُنَّهُۥۚ قَالَ ءَأَقۡرَرۡتُمۡ وَأَخَذۡتُمۡ عَلَىٰ ذَٰلِكُمۡ إِصۡرِيۖ
قَالُوٓاْ أَقۡرَرۡنَاۚ قَالَ فَٱشۡهَدُواْ وَأَنَا۠ مَعَكُم مِّنَ ٱلشَّٰهِدِينَ
٨١
"Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian
dari para nabi: "Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab
dan hikmah kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada
padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan
menolongnya". Allah berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima
perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?" Mereka menjawab: "Kami
mengakui". Allah berfirman: "Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi)
dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu". (Ali Imran: 81).
Para nabi pun menyampaikan
perkara ini kepada kaumnya, sebagaimana Isa berkata kepada kaumnya,
وَإِذۡ قَالَ عِيسَى ٱبۡنُ
مَرۡيَمَ يَٰبَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ إِنِّي رَسُولُ ٱللَّهِ إِلَيۡكُم مُّصَدِّقٗا
لِّمَا بَيۡنَ يَدَيَّ مِنَ ٱلتَّوۡرَىٰةِ وَمُبَشِّرَۢا بِرَسُولٖ يَأۡتِي مِنۢ
بَعۡدِي ٱسۡمُهُۥٓ أَحۡمَدُۖ فَلَمَّا جَآءَهُم بِٱلۡبَيِّنَٰتِ قَالُواْ هَٰذَا
سِحۡرٞ مُّبِينٞ ٦
"… memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul
yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)". (As-Shaff: 6).
Oleh karena itu, Rasulullah
sudah diketahui di kalangan mereka. Mereka menunggu-nunggu waktu diutusnya.
Mereka mengetahui kesudahan dakwahnya melalui berita yang disampaikan oleh para
nabi. Hal itu diakui terus terang oleh salah satu pembesar mereka, Heraklius
sang raja Romawi. Ia berkata kepada Abu Sufyan radhiallahu’anhu , "Jika apa yang engkau sampaikan itu benar maka ia
adalah betulbetul seorang nabi. Aku mengetahui bahwa ia pasti akan diutus,
namun tak mengira berasal dari kaum kalian. Jika aku mampu mengunjunginya tentu
aku akan sangat senang bertemu dengannya. Jika aku di sisinya pasti aku akan
mencuci kedua kakinya. Kerajaannya akan mencapai daerah kekuasaanku ini." (Mutafaq 'alaih).
Katakanlah
Hanyasanya Aku Memperingatkan
Kalian Dengan Wahyu
Sebagai bentuk peringatan kepada kaumnya akan
keburukan yang bakal menimpa, setiap nabi selalu memperingatkan akan fitnah
Dajjal. Hal itu sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam, "Aku memperingatkan
kalian akan Dajjal. Tidaklah seorang nabi pun kecuali memperingatkan kaumnya
akan Dajjal. Nuh telah memperingatkan kaumnya. Namun aku akan memberitahu
sesuatu yang tidak diberitahukan oleh seorang nabi pun kepada kaumnya. Kalian
akan mendapatinya buta sebelah, sedangkan Allah tidaklah buta." (Mutafaq 'alaih)
Demikianlah kita dapati Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersegera memberitahu para sahabat
mengenai peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hingga hari kiamat, sebagaimana
dalam hadits Hudzaifah radhiyallahu'anhu, ia berkata, "Suatu ketika Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam
berkhutbah menceritakan seluruh peristiwa yang bakal terjadi hingga hari
kiamat. Tak ada yang terlewat. Meskipun banyak yang melupakannya. Para sahabatku
itu telah mengetahuinya. Ada beberapa yang aku lupa namun ketika melihatnya aku
langsung teringat, seperti seseorang yang ketika bertemu kawannya yang lama tidak
bertemu langsung teringat wajahnya." (HR.
Muslim).
Para sahabat juga memperhatikan perkara ini.
Mereka bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam mengenai keburukan
dan kebaikan yang kelak akan menimpa. Hal itu sebagamana disebutkan dalam hadits
Hudzaifah, ia berkata, "Orang-orang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengenai kebaikan, sedangkau aku bertanya
pada tentang keburukan karena khawatir menimpaku. Aku bertanya, 'Wahai Rasulullah,
kita dahulu dalam kondisi jahiliyah dan keburukan. L alu kemudian Allah menganugerahkan
kebaikan ini kepada kita. Maka apakah setelah kebaikan ini ada keburukan? Jawabnya,
'Betul.' Aku bertanya, 'Apakah setelah setelah
keburukan itu ada kebaikan?' Rasulullah menjawab, 'Betul, namun ada kekeruhan.'
Aku bertanya, 'Apa yang menyebabkannya?' Beliau menjawab, 'Kaum yang mengikuti
petunjuk selain petunjukku. Ada yang engkau akui namun sekaligus ada yang
engkau ingkari.' Aku bertanya lagi, 'Apakah setelah kebaikan itu ada
keburukan?' Jawabnya, 'Betul, para juru dakwah yang menyeru kepada Jahannam.
Siapapun yang mengikuti mereka pasti akan dijerumuskan ke dalamnya.' Aku bertanya,
'Wahai Rasulullah, apa ciri-cirinya?' Jawabnya, 'Mereka sebangsa dengan kita
dan berbicara dengan bahasa kita.' Aku bertanya, 'Apa yang engkau perintahkan
jika aku bertemu mereka? Jawabnya, 'Engkau beriltizam dengan jama'ah kaum
muslimin dan imamnya.' Aku bertanya, 'Bagaimana jika saat itu kaum muslimin tidak
memiliki jamaah dan imam?' Beliau bersabda, 'Maka jauhilah sekte-sekte itu keseluruhannya
meskipun engkau harus menggigit akar pohon hingga kematian menjemputmu.' (Mutafaq 'alaihi).
Para sahabat juga selalu saling mengingatkan,
mempelajari, dan menakwilkan hadits-hadits mengenai fitnah akhir zaman. Hal itu
sebagaimana dalam hadits Hudzaifah radhiallahu’anhu, ia berkata, "Kita
sedang bermajelis dengan Umar. Lalu Umar bertanya, 'Siapa di antara kalian yang
mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan tentang fitnah?' Sebagian
orang menjawab, 'Kami mendengarnya.' Umar menanggapi, 'Mungkin yang kalian
maksud itu fitnah seorang lelaki soal keluarga dan tetangganya.' Mereka
menjawab, 'Iya betul.' Umar berkata, 'Kalau soal itu, fitnah itu akan dihapuskan
lewat shalat, puasa, dan sedekah.
Namun siapa di antara kalian yang
mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan
mengenai fitnah yang bergelombang laksana gelombang lautan?' Hufdzaifah berkata,
'Orang-orang terdiam.' Maka aku berkata, 'Aku mendengarnya.' Umar berkata, 'Kenapa
tidak berbicara dari tadi?'. Dalam hadits tersebut juga disebutkan ucapan
Hudzaifah, 'Aku menyebutkan bahwa di antaranya dirinya dan fitnah itu ada
sebuah pintu tertutup yang hampir-hampir dijebol.' Umar berkata, 'Dijebol?
Celaka engkau, mungkin pintu itu sekedar dibuka saja yang mungkin suatu saat
akan ditutup kembali.' Aku menjawab, 'Tidak, betul-betul dijebol. Aku menyebutkan
bahwa pintu itu adalah berupa seorang lelaki yang bakal
dibunuh atau meninggal. Tidak ada yang salah sama sekali.'
Demikian juga kita mendapati
para tabi'in ahlus sunnah wal jama'ah amat memperhatikan ilmu ini. Mereka menanyakannya,
mempelajarinya, mengajarkannya pada manusia, dan menulis berbagai kitab dan risalah mengenainya.
Mereka menanyakan tentang
kebaikan berharap bisa mendapatkannya dan menjadi pengusungnya, dan menanyakan
mengenai keburukan agar bisa menjauhinya dan menjauhi pengusungnya, serta agar mengetahui
hukum Allah mengenainya. Mereka menanyakan tanda-tanda kiamat sebagai bentuk keimanan
padanya, membenarkan janji Rasul mereka akan kemunculan tanda-tandanya, dan
sebagai usaha membungkam orang-orang yang mengkufuri terjadinya kiamat.
Kita mendapati mereka juga
berusaha menerapkan kabar-kabar tersebut atas peristiwa-peristiwa dan individu-individu
tertentu yang mereka dapati. Mereka berijtihad melabelinya dengan hukum
tertentu berdasarkan indikasi-indikasi yang mereka dapati berkaiatan dengan label
hukum tersebut.
Di saat yang sama, kita dapati
sepanjang sejarah ada juga pihak-pihak yang berupaya menerapkan kabar-kabar
mengenai fitnah dan huru hara akhir zaman tanpa berdasarkan petunjuk sunnah dan
Kitabullah. Hal itu telah mengakibatkan berbagai musibah yang menimpa kaum
muslimin sepanjang sejarah Islam.
Pada seri berikutnya kita
akan berusaha menjelaskan beberapa sisi yang para salaf berupaya menerapkan
kabar-kabar mengenai fitnah dan huru hara akhir zaman atas kondisi yang terjadi
pada masa itu berdasarkan minhaj ahlus sunnah wal jama'ah. Kemudian kita juga
akan berusaha menjelaskan – dengan izin Allah – beberapa penerapan kabar-kabar
mengenai fitnah dan huru hara akhir zaman atas peristiwa, kelompok, dan
individu tertentu menggunakan metode bid'ah yang menyebabkan kesesatan para pengusungnya.
Allahlah yang menunjukkan pada jalan yang lurus.
Alhamdulillahi rabbil
'alamin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar