6/21/2019

SIKAP MUSLIM MENGENAI HADITS FITNAH AKHIR ZAMAN BAG. 4


Sikap Muslim Mengenai
Hadits-Hadits Fitnah
Akhir Zaman
Bag 4



Berita-berita mengenai fitnah dan huru-hara akhir zaman itu memiliki kedudukan penting di mata kaum muslimin. Hal itu karena hubungannya dengan hari kiamat yang merupakan peristiwa paling besar yang akan terjadi di dunia ini. Demikian juga karena hadits-hadits ini mengandung kabar gembira akan kebaikan yang setiap muslim harus berupaya maksimal meraihnya, dan peringatan akan keburukan yang setiap muslim harus berupaya maksimal menjauhinya.

Bahkan Kiamat Itulah Jatuh Tempo Mereka

Adapun mengenai hubungan berita-berita ini dengan hari kiamat, kapan terjadinya kiamat adalah pertanyaan terbesar yang terus mengusik benak umat manusia. Mereka terus berupaya semaksimal mungkin untuk mendapatkan jawabannya lewat lisan para nabi. Allah d berfirman,

يَسۡ‍َٔلُكَ ٱلنَّاسُ عَنِ ٱلسَّاعَةِۖ قُلۡ إِنَّمَا عِلۡمُهَا عِندَ ٱللَّهِۚ وَمَا يُدۡرِيكَ لَعَلَّ ٱلسَّاعَةَ تَكُونُ قَرِيبًا ٦٣

"Manusia bertanya kepadamu tentang hari berbangkit . Katakanlah : 'Sesungguhnya pengetahuan tentang hari berbangkit itu hanya di sisi Allah.' Dan tahukah kamu (hai Muhammad), boleh jadi hari berbangkit itu sudah dekat waktunya." (Al-Ahzab: 63).

Allah telah menutupi pengetahuan kapan terjadinya kiamat dari seluruh makhluk-Nya termasuk para nabi-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam. Dia tidak memberi tahu mereka kecuali tanda-tanda yang menunjukkan waktunya yang semakin dekat. Oleh karena itu, para nabi selalu memberitahukan tanda-tanda itu ketika mereka ditanya mengenai hari kiamat, sebagaimana dalam hadits Jibril, ia bertanya, "Wahai Rasulullah, kapan terjadinya kiamat?" Rasulullah menjawab, "Yang ditanya tak lebih tahu daripada yang bertanya, namun akan aku beritahu tanda-tandanya." (Mutafaq 'alaih).

Demikian juga hal ini disebutkan dalam kisah Isra dan Mi'raj. Dari Ibnu Mas'ud radhiallahu’anhu berkata, "Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, 'Pada malam aku diisra'-kan, aku bertemu Ibrahim, Musa, dan Isa sedang berdiskusi mengenai hari kiamat. Mereka bertanya pada Ibrahim yang menjawab bahwa ia tidak mengetahuinya. Musa lalu ditanya dan menjawab bahwa ia juga tidak mengetahuinya. Lalu Isa ditanya dan menjawab, Kapan terjadinya secara pasti itu tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah. Allah memberitahuku bahwa kiamat tidak akan terjadi hingga Allah memberitahuku bahwa kiamat tidak akan terjadi hingga Dajjal keluar dan aku turun membawa dua tongkat. Hingga ketika ia melihatku ia meleleh seperti timbal. Allah lalu membinasakannya, hingga pohon dan batu berseru, 'Wahai muslim, di balikku ada kafir bersembunyi, kemari dan bunuhlah ia. Allah lalu membinasakan mereka. Kemudian manusia kembali ke negeri mereka dengan aman. Lalu ketika itulah Ya'juj dan Ma'juj keluar." (HR Ahmad).

Tindakan para nabi itu kemudian diteladani oleh para sahabat mulia. Mereka sampaikan hadits-hadits mengenai fitnah dan huru-hara akhir zaman ketika ditanya mengenai hari kiamat. Yasir bin Jabir menceritakan, "Suatu ketika kabut merah bertiup menutupi Kufah. Seorang lelaki datang berteriak-teriak, 'Wahai Abdullah bin Mas'ud, kiamat telah datang!' Ibnu Mas'ud yang semula duduk bersandar segera menegakkan tubuhnya dan menjawab, 'Sesungguhnya kiamat itu tidak akan terjadi hingga harta waris tak bisa dibagi dan ghanimah tidak membuat senang.' Kemudian ia melanjutkan sembari tangannya menunjuk ke Syam, 'Musuh yang berbondong-bondong menyerbu kaum muslimin dan dihadapi oleh kaum muslimin dengan berbondong-bondong juga.' Aku bertanya, 'Maksudmu Romawi?' Jawabnya, 'Betul." (HR. Muslim).


Mereka Menyeru Kepada Kebaikan

Para nabi juga diperintahkan untuk memberi kabar gembira akan kebaikan dan memperingatkan akan keburukan yang akan menimpa kaumnya pada masa yang akan datang. Hal itu sebagaimana sabdanya shallallahu ‘alaihi wasallam,

"Tidak ada seorangpun nabi sebelumku kecuali pasti ia akan menunjukkan umatnya kepada kebaikan dan memperingatkan akan keburukan pada masa akan datang sesuai apa yang diwahyukan padanya." (HR Muslim).

Salah satu kabar gembira yang mereka tunjukkan pada kaumnya ialah mengenai diutusnya Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam setelah Allah mewahyukannya pada mereka, sebagaimana kalam-Nya,

وَإِذۡ أَخَذَ ٱللَّهُ مِيثَٰقَ ٱلنَّبِيِّ‍ۧنَ لَمَآ ءَاتَيۡتُكُم مِّن كِتَٰبٖ وَحِكۡمَةٖ ثُمَّ جَآءَكُمۡ رَسُولٞ مُّصَدِّقٞ لِّمَا مَعَكُمۡ لَتُؤۡمِنُنَّ بِهِۦ وَلَتَنصُرُنَّهُۥۚ قَالَ ءَأَقۡرَرۡتُمۡ وَأَخَذۡتُمۡ عَلَىٰ ذَٰلِكُمۡ إِصۡرِيۖ قَالُوٓاْ أَقۡرَرۡنَاۚ قَالَ فَٱشۡهَدُواْ وَأَنَا۠ مَعَكُم مِّنَ ٱلشَّٰهِدِينَ ٨١

"Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian dari para nabi: "Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa kitab dan hikmah kemudian datang kepadamu seorang rasul yang membenarkan apa yang ada padamu, niscaya kamu akan sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya". Allah berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?" Mereka menjawab: "Kami mengakui". Allah berfirman: "Kalau begitu saksikanlah (hai para nabi) dan Aku menjadi saksi (pula) bersama kamu". (Ali Imran: 81).

Para nabi pun menyampaikan perkara ini kepada kaumnya, sebagaimana Isa berkata kepada kaumnya,

وَإِذۡ قَالَ عِيسَى ٱبۡنُ مَرۡيَمَ يَٰبَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ إِنِّي رَسُولُ ٱللَّهِ إِلَيۡكُم مُّصَدِّقٗا لِّمَا بَيۡنَ يَدَيَّ مِنَ ٱلتَّوۡرَىٰةِ وَمُبَشِّرَۢا بِرَسُولٖ يَأۡتِي مِنۢ بَعۡدِي ٱسۡمُهُۥٓ أَحۡمَدُۖ فَلَمَّا جَآءَهُم بِٱلۡبَيِّنَٰتِ قَالُواْ هَٰذَا سِحۡرٞ مُّبِينٞ ٦

"… memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)". (As-Shaff: 6).

Oleh karena itu, Rasulullah sudah diketahui di kalangan mereka. Mereka menunggu-nunggu waktu diutusnya. Mereka mengetahui kesudahan dakwahnya melalui berita yang disampaikan oleh para nabi. Hal itu diakui terus terang oleh salah satu pembesar mereka, Heraklius sang raja Romawi. Ia berkata kepada Abu Sufyan radhiallahu’anhu , "Jika apa yang engkau sampaikan itu benar maka ia adalah betulbetul seorang nabi. Aku mengetahui bahwa ia pasti akan diutus, namun tak mengira berasal dari kaum kalian. Jika aku mampu mengunjunginya tentu aku akan sangat senang bertemu dengannya. Jika aku di sisinya pasti aku akan mencuci kedua kakinya. Kerajaannya akan mencapai daerah kekuasaanku ini." (Mutafaq 'alaih).

Katakanlah Hanyasanya Aku Memperingatkan
Kalian Dengan Wahyu

Sebagai bentuk peringatan kepada kaumnya akan keburukan yang bakal menimpa, setiap nabi selalu memperingatkan akan fitnah Dajjal. Hal itu sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, "Aku memperingatkan kalian akan Dajjal. Tidaklah seorang nabi pun kecuali memperingatkan kaumnya akan Dajjal. Nuh telah memperingatkan kaumnya. Namun aku akan memberitahu sesuatu yang tidak diberitahukan oleh seorang nabi pun kepada kaumnya. Kalian akan mendapatinya buta sebelah, sedangkan Allah tidaklah buta." (Mutafaq 'alaih)

Demikianlah kita dapati Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersegera memberitahu para sahabat mengenai peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hingga hari kiamat, sebagaimana dalam hadits Hudzaifah radhiyallahu'anhu, ia berkata, "Suatu ketika Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam berkhutbah menceritakan seluruh peristiwa yang bakal terjadi hingga hari kiamat. Tak ada yang terlewat. Meskipun banyak yang melupakannya. Para sahabatku itu telah mengetahuinya. Ada beberapa yang aku lupa namun ketika melihatnya aku langsung teringat, seperti seseorang yang ketika bertemu kawannya yang lama tidak bertemu langsung teringat wajahnya." (HR. Muslim).

Para sahabat juga memperhatikan perkara ini. Mereka bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengenai keburukan dan kebaikan yang kelak akan menimpa. Hal itu sebagamana disebutkan dalam hadits Hudzaifah, ia berkata, "Orang-orang bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengenai kebaikan, sedangkau aku bertanya pada tentang keburukan karena khawatir menimpaku. Aku bertanya, 'Wahai Rasulullah, kita dahulu dalam kondisi jahiliyah dan keburukan. L alu kemudian Allah menganugerahkan kebaikan ini kepada kita. Maka apakah setelah kebaikan ini ada keburukan? Jawabnya, 'Betul.' Aku bertanya, 'Apakah setelah setelah keburukan itu ada kebaikan?' Rasulullah menjawab, 'Betul, namun ada kekeruhan.' Aku bertanya, 'Apa yang menyebabkannya?' Beliau menjawab, 'Kaum yang mengikuti petunjuk selain petunjukku. Ada yang engkau akui namun sekaligus ada yang engkau ingkari.' Aku bertanya lagi, 'Apakah setelah kebaikan itu ada keburukan?' Jawabnya, 'Betul, para juru dakwah yang menyeru kepada Jahannam. Siapapun yang mengikuti mereka pasti akan dijerumuskan ke dalamnya.' Aku bertanya, 'Wahai Rasulullah, apa ciri-cirinya?' Jawabnya, 'Mereka sebangsa dengan kita dan berbicara dengan bahasa kita.' Aku bertanya, 'Apa yang engkau perintahkan jika aku bertemu mereka? Jawabnya, 'Engkau beriltizam dengan jama'ah kaum muslimin dan imamnya.' Aku bertanya, 'Bagaimana jika saat itu kaum muslimin tidak memiliki jamaah dan imam?' Beliau bersabda, 'Maka jauhilah sekte-sekte itu keseluruhannya meskipun engkau harus menggigit akar pohon hingga kematian menjemputmu.' (Mutafaq 'alaihi).

Para sahabat juga selalu saling mengingatkan, mempelajari, dan menakwilkan hadits-hadits mengenai fitnah akhir zaman. Hal itu sebagaimana dalam hadits Hudzaifah radhiallahu’anhu, ia berkata, "Kita sedang bermajelis dengan Umar. Lalu Umar bertanya, 'Siapa di antara kalian yang mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan tentang fitnah?' Sebagian orang menjawab, 'Kami mendengarnya.' Umar menanggapi, 'Mungkin yang kalian maksud itu fitnah seorang lelaki soal keluarga dan tetangganya.' Mereka menjawab, 'Iya betul.' Umar berkata, 'Kalau soal itu, fitnah itu akan dihapuskan lewat shalat, puasa, dan sedekah.

Namun siapa di antara kalian yang mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan mengenai fitnah yang bergelombang laksana gelombang lautan?' Hufdzaifah berkata, 'Orang-orang terdiam.' Maka aku berkata, 'Aku mendengarnya.' Umar berkata, 'Kenapa tidak berbicara dari tadi?'. Dalam hadits tersebut juga disebutkan ucapan Hudzaifah, 'Aku menyebutkan bahwa di antaranya dirinya dan fitnah itu ada sebuah pintu tertutup yang hampir-hampir dijebol.' Umar berkata, 'Dijebol? Celaka engkau, mungkin pintu itu sekedar dibuka saja yang mungkin suatu saat akan ditutup kembali.' Aku menjawab, 'Tidak, betul-betul dijebol. Aku menyebutkan bahwa pintu itu adalah berupa seorang lelaki yang bakal dibunuh atau meninggal. Tidak ada yang salah sama sekali.'

Demikian juga kita mendapati para tabi'in ahlus sunnah wal jama'ah amat memperhatikan ilmu ini. Mereka menanyakannya, mempelajarinya, mengajarkannya pada manusia, dan menulis  berbagai kitab dan risalah mengenainya.

Mereka menanyakan tentang kebaikan berharap bisa mendapatkannya dan menjadi pengusungnya, dan menanyakan mengenai keburukan agar bisa menjauhinya dan menjauhi pengusungnya, serta agar mengetahui hukum Allah mengenainya. Mereka menanyakan tanda-tanda kiamat sebagai bentuk keimanan padanya, membenarkan janji Rasul mereka akan kemunculan tanda-tandanya, dan sebagai usaha membungkam orang-orang yang  mengkufuri terjadinya kiamat.

Kita mendapati mereka juga berusaha menerapkan kabar-kabar tersebut atas peristiwa-peristiwa dan individu-individu tertentu yang mereka dapati. Mereka berijtihad melabelinya dengan hukum tertentu berdasarkan indikasi-indikasi yang mereka dapati berkaiatan dengan label hukum tersebut.

Di saat yang sama, kita dapati sepanjang sejarah ada juga pihak-pihak yang berupaya menerapkan kabar-kabar mengenai fitnah dan huru hara akhir zaman tanpa berdasarkan petunjuk sunnah dan Kitabullah. Hal itu telah mengakibatkan berbagai musibah yang menimpa kaum muslimin sepanjang sejarah Islam.

Pada seri berikutnya kita akan berusaha menjelaskan beberapa sisi yang para salaf berupaya menerapkan kabar-kabar mengenai fitnah dan huru hara akhir zaman atas kondisi yang terjadi pada masa itu berdasarkan minhaj ahlus sunnah wal jama'ah. Kemudian kita juga akan berusaha menjelaskan – dengan izin Allah – beberapa penerapan kabar-kabar mengenai fitnah dan huru hara akhir zaman atas peristiwa, kelompok, dan individu tertentu menggunakan metode bid'ah yang menyebabkan kesesatan para pengusungnya. Allahlah yang menunjukkan pada jalan yang lurus.

Alhamdulillahi rabbil 'alamin.


Artikel : DarusSalam Media Center, RABIUL AKHIR / 1440H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...