6/21/2019

SIKAP MUSLIM MENGENAI HADITS FITNAH AKHIR ZAMAN BAG. 3


Sikap Muslim Mengenai
Hadits-Hadits Fitnah
Akhir Zaman
Bag 3




Pada tulisan sebelumnya kita telah membahas mengenai sikap seorang muslim terhadap kabar-kabar fitnah akhir zaman yang terdapat dalam Al-Quran dan Hadits. Kita telah menjelaskan bahwa mengimaninya termasuk dalam iman kepada hal yang ghaib, yang tanpanya tidaklah sah iman seorang muslim.

Pada kesempatan ini , dengan izin Allah, kita akan membicarakan mengenai kedudukan disiplin ilmu ini dan perhatian kaum muslimin mengenainya.

Macam-macam Kabar Ghaib

Dilihat dari sisi kapan terjadinya kabar ghaib yang diberitakan oleh para nabi 'alaihimus shalatu was salam, ada yang terjadi pada masa sebelum diceritakannya kabar tersebut. Allah mewahyukannya kepada para rasul untuk menyampaikannya pada kaumnya sebagai bentuk pengajaran, untuk diambil pelajaran, dan membuktikan kenabiannya. Hal itu sebagaimana terdapat dalam cerita mengenai umat-umat terdahulu yang pasti diceritakan oleh para nabi setelah Nabi Nuh alaihihssalam seperti dalam kalam Allah subhanahu wa ta’ala,

تِلۡكَ مِنۡ أَنۢبَآءِ ٱلۡغَيۡبِ نُوحِيهَآ إِلَيۡكَۖ مَا كُنتَ تَعۡلَمُهَآ أَنتَ وَلَا قَوۡمُكَ مِن قَبۡلِ هَٰذَاۖ فَٱصۡبِرۡۖ إِنَّ ٱلۡعَٰقِبَةَ لِلۡمُتَّقِينَ ٤٩
"Itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum ini. Maka bersabarlah; sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa." (Hud: 49).

Kabar-kabar ghaib itu ada juga yang terjadi pada masa hidup para nabi tersebut. Seperti ketika mereka memberitakan perkara-perkara yang tidak diketahui manusia dalam rangka mengetengahkan bukti-bukti kenabian mereka; bahwa mereka menerima wahyu dari  Allah azza wa jalla, seperti diceritakan oleh Allah ta'ala  mengenai ucapan Isa bin Maryam kepada kaumnya,

وَأُنَبِّئُكُم بِمَا تَأۡكُلُونَ وَمَا تَدَّخِرُونَ فِي بُيُوتِكُمۡ

"Dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan dan apa yang kamu simpan di rumahmu." (Ali Imran: 49).

Termasuk ketika mereka mengabarkan mengenai perkara yang akan terjadi beberapa waktu setelah dikabarkan.  Seperti ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengabarkan bahwa kaum muslimin akan memasuki Makkah setelah melihatnya dalam mimpi, sebagaimana ditegaskan dalam kalam Allah ta'ala,

لَّقَدۡ صَدَقَ ٱللَّهُ رَسُولَهُ ٱلرُّءۡيَا بِٱلۡحَقِّۖ لَتَدۡخُلُنَّ ٱلۡمَسۡجِدَ ٱلۡحَرَامَ إِن شَآءَ ٱللَّهُ ءَامِنِينَ مُحَلِّقِينَ رُءُوسَكُمۡ وَمُقَصِّرِينَ لَا تَخَافُونَۖ فَعَلِمَ مَا لَمۡ تَعۡلَمُواْ فَجَعَلَ مِن دُونِ ذَٰلِكَ فَتۡحٗا قَرِيبًا ٢٧

"Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang _ada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat." (Al-Fath: 27).

Imam Abu Muhammad Al-Baghawi berkata, "Hal itu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melihat dalam mimpinya, sebelum berangkat ke Hudaibiyah, bahwa beliau dan para sahabatnya memasuki Masjidil Haram dengan aman dan kepala yang tercukur. Maka beliau menceritakan hal itu pada para sahabatnya.

Mereka pun bergembira dan mengira akan memasuki Makkah pada tahun itu juga. Namun ketika mereka pergi dari Hudaibiyah tanpa sempat memasuki Makkah, mereka merasa sedih. Maka Allah lalu menurunkan ayat ini." [Ma'alim At-Tanzil fi Tafsiril Quran].

Ada juga yang baru terjadi setelah meninggalnya para nabi yang memberitakan kabar tersebut. Seperti ketika para nabi memberitakan mengenai diutusnya Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sekaligus memerintahkan kaumnya untuk mengimaninya, seperti kata-kata Isa bin Maryam,

وَمُبَشِّرَۢا بِرَسُولٖ يَأۡتِي مِنۢ بَعۡدِي ٱسۡمُهُۥٓ أَحۡمَدُ

"Dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)." (As Shaff: 6).

Demikian juga sebagian kabar yang disampaikan oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam yang baru terjadi setelah beliau wafat, sebagaimana disebutkan dalam hadits Adi bin Hakim radhiallahu’anhu, "Apabila umurmu panjang tentu kamu akan melihat seorang wanita pergi dari Herat hingga thawaf di Ka'bah tanpa takut seorangpun kecuali Allah. Apabila umurmu panjang tentu kamu akan menguasai gudang harta Kisra." Aku bertanya, "Kisra bin Hurmuz?" Beliau melanjutkan, "Kisra bin Hurmuz. Jika umurmu panjang tentu kamu akan melihat seseorang mencari siapa yang hendak disedekahinya emas dan perak sebanyak tangkupan tangannya namun tidak ada seorangpun yang mau menerimanya." (HR Bukhari).

Adi lalu melanjutkan, "Aku telah melihat seorang wanita yang pergi dari Herat hingga thawaf di Ka'bah tanpa takut seorangpun kecuali Allah. Aku juga termasuk orang-orang yang menaklukkan gudang harta Kisra. Jika kalian berumur panjang tentu kalian akan melihat apa yang disabdakan oleh Abul Qosim g tentang seorang lelaki yang menyedekahkan emas dan perak sebanyak tangkupan tangannya.”

Tanda-tanda Kiamat

Kabar-kabar ghaib tersebut termasuk juga yang diberitakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam akan terjadi setelah kematiannya yang merupakan isyarat dan tanda dekatnya hari kiamat. Semakin banyak tanda-tanda tersebut terjadi, maka semakin dekat hari yang dijanjikan itu. Terjadinya tanda-tanda tersebut juga merupakan bukti kebenaran risalahnya shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah mengabarkan tentang peristiwa tersebut sebelum terjadinya. Dalam hadits Auf bin Malik radhiallahuanhu , ia berkata, "Ketika Perang Tabuk, aku mengunjungi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam di kemahnya yang terbuat dari kulit. Beliau bersabda, “Aku menghitung ada enam perkara yang akan terjadi menjelang hari kamat, yaitu kematianku, penaklukan Baitul Maqdis, kematian massal akibat penyakit wabah, melimpahnya harta hingga ada seseorang yang diberi seratus dinar namun tetap tidak puas, kemudian muncul fitnah yang memasuki setiap rumah orang Arab. Kemudian adanya gencatan senjata antara umat Islam dengan Bani Ashfar. Lalu mereka mengkhianati dan menyerangmu di bawah delapan puluh bendera, tiap-tiap bendera itu terdapat dua belas ribu orang tentara.” (HR. Bukhari).

Kemudian Allah tetap memenuhi janji-Nya kepada Bani Israel tersebut. Mereka tetap diwariskan-Nya negeri yang dijanjikaLantaran kabar-kabar ini terkait dengan hari kiamat, yang merupakan penghabisan kehidupan dunia dan permulaan kehidupan akhirat, juga karena kabar-kabar ini mengandung peristiwa-peristiwa besar, maka para sahabat dan pengikutnya amat memperhatikannya. Ahlul hadits juga membuat bab-bab khusus mengenai kabar-kabar tersebut dalam kitab-kitab shahih, sunan, dan musnadnya.  Para ulama ada yang memasukannya dalam  pembahasan mengenai hari kiamat dan tanda-tandanya.

Hal itu disimpulkan dari sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang jelas menunjukkan mengenai dekatnya hari kiamat lewat peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelumnya, sebagaimana dalam hadits tersebut di atas. Juga sabda beliau yang lain menjawab pertanyaan Jibril n yang menanyakan mengenai kapan terjadinya hari kiamat, sabdanya, "Yang ditanya tak lebih tahu dari yang menanya, namun aku akan memberitahumu tanda-tandanya." (Mutafaq 'alaih), serta sabdanya shallallahu ‘alaihi wasallam, "Sesungguhnya dari tanda-tanda kiamat adalah kalian akan memerangi kaum yang sandalnya terbuat dari rambut." (HR. Ibnu Majah). Masih banyak hadits lain yang serupa.

Disiplin Ilmu Mengenai Hadits-hadits Fitnah Akhir Zaman

Ada juga ulama yang memasukannya dalam pembahasan mengenai peris_wa-peris_wa besar yang terjadi sebelum hari kiamat. Hingga pembahasan mengenai hadits-hadits ini akhirnya terkenal dengan sebutan ahadits al-fitan wal malahim (hadits-hadits mengenai fitnah dan peristiwa-peristiwa besar akhir zaman). Oleh karena itu, kita mendapati hadits-hadits tersebut diberi judul demikian dalam kitab-kitab ahli ilmu.

Sangat jarang kita mendapati kitab-kitab hadits yang tidak ada bab khusus dengan judul tersebut atau sepertinya.

Al-Bukhari dalam Shahihnya membuat bab berjudul Kitabul Fitan. Dalam Shahih Muslim diberi judul Kitabul Fitan wa Asyratus Sa'ah. Dalam Sunan At-Turmudzi, Sunan Ibnu Majah, Musnad Asy-Syafi'I, dan Mushannaf Ibnu Abi Syaibah diberi judul Kitabul Fitan, dan dalam Sunan Abu Dawud serta Mustadrak Al-Hakim disebut Kitabul Fitan wal Malahim.

Ada juga para ulama yang membuat karya khusus dalam disiplin ilmu ini, seperti kitab Al-Fitan karya Imam Ahmad bin Hanbal, Kitabul Fitan karya Hanbal bin Ishaq bin Hanbal, dan Kitabul Fitan karya Nu'aim bin Hammad Al-Marwazi. Yang terakhir adalah buku yang paling terkenal dalam disiplin ilmu ini, meskipun para ulama banyak yang mewanti-wantinya lantaran banyak memuat hal-hal yang munkar. Lalu para ulama setelahnya juga menulis buku-buku serupa seperti Al-Hafizh Ibnu Katsir dengan karyanya An-Nihayah fil Fitan wal Malahim, dan karya-karya lainnya.

Hadits-hadits fitnah dan huru-hara akhir zaman masuk dalam lingkaran ilmu mengenai hari kiamat karena menjelaskan mengenai tanda-tanda terjadinya. Juga masuk dalam ilmu mengenai dalail an-nubuwwah (bukti-bukti kenabian) karena menjadi bukti jelas mengenai kebenarannya shallallahu ‘alaihi wasallam tentang wahyu yang disampaikannya dari Rabbnya.

Sebagian ulama salaf malah menjadikannya salah satu bab dalam keyakinan yang mereka ajarkan pada kaum muslimin. Khususnya hadits-hadits yang diingkari oleh sekte-sekte sesat seperti Muktazilah, Rafidhah dan selainnya karena menyangkal keyakinan dan pendapat batil mereka. Bahkan _daklah aneh jika kita anggap al-fitan wal malahim adalah suatu disiplin ilmu tersendiri.

Hal itu lantaran disiplin ilmu ini memiliki metode tersendiri mengenai takwil berita-berita yang terkandung dalam hadits-hadits yang menceritakannya. Apakah kabar-kabar tersebut cocok dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada suatu waktu? Apakah peristiwa-peristiwa itu bisa diakui sebagai bagian dari al-fitan wal malahim yang merupakan sumber pembahasan ilmu ini? Ataukah peristiwa-peristiwa itu hanyalah sekedar peristiwa yang diciptakan oleh Allah pada suatu waktu dan tempat yang berbeda untuk menguji hamba-hamba-Nya sesuai dengan takdir-Nya?

Pada tulisan berikutnya kita akan membahas sedikit mengenai pentingnya disiplin ilmu ini, ilmu yang diperhatikan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan diajarkannya pada para sahabat, lalu kemudian para sahabat mengajarkannya dan menyampaikannya pada murid-muridnya, dan kemudian diteruskan oleh para ulama yang terus mengajarkan ilmu ini, berusaha memahaminya dan mengajarkannya pada manusia.

Alhamdulillahi rabbil 'alamin.

Artikel : DarusSalam Media Center, RABIUL AKHIR / 1440H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...