Sikap Muslim Mengenai
Hadits-Hadits Fitnah
Akhir Zaman
Bag 3
Pada tulisan sebelumnya kita telah
membahas mengenai sikap seorang muslim terhadap kabar-kabar fitnah akhir zaman yang
terdapat dalam Al-Quran dan Hadits. Kita telah menjelaskan bahwa mengimaninya
termasuk dalam iman kepada hal yang ghaib, yang tanpanya tidaklah sah iman
seorang muslim.
Pada kesempatan ini , dengan izin Allah,
kita akan membicarakan mengenai kedudukan disiplin ilmu ini dan perhatian kaum
muslimin mengenainya.
Macam-macam Kabar Ghaib
Dilihat dari sisi kapan
terjadinya kabar ghaib yang diberitakan oleh para nabi 'alaihimus shalatu was
salam, ada yang terjadi pada masa sebelum diceritakannya kabar tersebut. Allah
mewahyukannya kepada para rasul untuk menyampaikannya pada kaumnya sebagai
bentuk pengajaran, untuk diambil pelajaran, dan membuktikan kenabiannya. Hal
itu sebagaimana terdapat dalam cerita mengenai umat-umat terdahulu yang pasti
diceritakan oleh para nabi setelah Nabi Nuh alaihihssalam seperti
dalam kalam Allah subhanahu wa ta’ala,
تِلۡكَ مِنۡ أَنۢبَآءِ ٱلۡغَيۡبِ
نُوحِيهَآ إِلَيۡكَۖ مَا كُنتَ تَعۡلَمُهَآ أَنتَ وَلَا قَوۡمُكَ مِن قَبۡلِ
هَٰذَاۖ فَٱصۡبِرۡۖ إِنَّ ٱلۡعَٰقِبَةَ لِلۡمُتَّقِينَ ٤٩
"Itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang
ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); tidak pernah kamu mengetahuinya
dan tidak (pula) kaummu sebelum ini. Maka bersabarlah; sesungguhnya kesudahan
yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa." (Hud: 49).
Kabar-kabar ghaib itu ada
juga yang terjadi pada masa hidup para nabi tersebut. Seperti ketika mereka
memberitakan perkara-perkara yang tidak diketahui manusia dalam rangka
mengetengahkan bukti-bukti kenabian mereka; bahwa mereka menerima wahyu
dari Allah azza wa jalla, seperti
diceritakan oleh Allah ta'ala mengenai
ucapan Isa bin Maryam kepada kaumnya,
وَأُنَبِّئُكُم
بِمَا تَأۡكُلُونَ وَمَا تَدَّخِرُونَ فِي بُيُوتِكُمۡ
"Dan aku kabarkan kepadamu apa yang kamu makan
dan apa yang kamu simpan di rumahmu." (Ali Imran: 49).
Termasuk ketika mereka
mengabarkan mengenai perkara yang akan terjadi beberapa waktu setelah
dikabarkan. Seperti ketika Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam mengabarkan
bahwa kaum muslimin akan memasuki Makkah setelah melihatnya dalam mimpi,
sebagaimana ditegaskan dalam kalam Allah ta'ala,
لَّقَدۡ صَدَقَ ٱللَّهُ
رَسُولَهُ ٱلرُّءۡيَا بِٱلۡحَقِّۖ لَتَدۡخُلُنَّ ٱلۡمَسۡجِدَ ٱلۡحَرَامَ إِن
شَآءَ ٱللَّهُ ءَامِنِينَ مُحَلِّقِينَ رُءُوسَكُمۡ وَمُقَصِّرِينَ لَا
تَخَافُونَۖ فَعَلِمَ مَا لَمۡ تَعۡلَمُواْ فَجَعَلَ مِن دُونِ ذَٰلِكَ فَتۡحٗا
قَرِيبًا ٢٧
"Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya,
tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa sesungguhnya kamu pasti
akan memasuki Masjidil Haram, insya Allah dalam keadaan aman, dengan mencukur
rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah
mengetahui apa yang _ada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan
yang dekat." (Al-Fath: 27).
Imam Abu Muhammad Al-Baghawi berkata, "Hal
itu ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melihat dalam mimpinya, sebelum berangkat
ke Hudaibiyah, bahwa beliau dan para sahabatnya memasuki Masjidil Haram dengan
aman dan kepala yang tercukur. Maka beliau menceritakan hal itu pada para
sahabatnya.
Mereka pun bergembira dan mengira akan memasuki
Makkah pada tahun itu juga. Namun ketika mereka pergi dari Hudaibiyah tanpa
sempat memasuki Makkah, mereka merasa sedih. Maka Allah lalu menurunkan ayat
ini." [Ma'alim At-Tanzil fi Tafsiril
Quran].
Ada juga yang baru terjadi setelah meninggalnya
para nabi yang memberitakan kabar tersebut. Seperti ketika para nabi
memberitakan mengenai diutusnya Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wasallam sekaligus memerintahkan
kaumnya untuk mengimaninya, seperti kata-kata Isa bin Maryam,
وَمُبَشِّرَۢا
بِرَسُولٖ يَأۡتِي مِنۢ بَعۡدِي ٱسۡمُهُۥٓ أَحۡمَدُ
"Dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang
Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad)." (As Shaff: 6).
Demikian juga sebagian kabar yang disampaikan
oleh Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam yang baru terjadi setelah beliau wafat,
sebagaimana disebutkan dalam hadits Adi bin Hakim radhiallahu’anhu, "Apabila umurmu panjang tentu kamu akan melihat seorang
wanita pergi dari Herat hingga thawaf di Ka'bah tanpa takut seorangpun kecuali
Allah. Apabila umurmu panjang tentu kamu akan menguasai gudang harta Kisra."
Aku bertanya, "Kisra bin Hurmuz?" Beliau melanjutkan, "Kisra bin
Hurmuz. Jika umurmu panjang tentu kamu akan melihat seseorang mencari siapa
yang hendak disedekahinya emas dan perak sebanyak tangkupan tangannya namun tidak
ada seorangpun yang mau menerimanya." (HR Bukhari).
Adi lalu melanjutkan, "Aku telah melihat seorang wanita yang pergi dari Herat hingga
thawaf di Ka'bah tanpa takut seorangpun kecuali Allah. Aku juga termasuk
orang-orang yang menaklukkan gudang harta Kisra. Jika kalian berumur panjang
tentu kalian akan melihat apa yang disabdakan oleh Abul Qosim g tentang
seorang lelaki yang menyedekahkan emas dan perak sebanyak tangkupan tangannya.”
Tanda-tanda
Kiamat
Kabar-kabar ghaib tersebut termasuk juga yang
diberitakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam akan terjadi setelah kematiannya yang
merupakan isyarat dan tanda dekatnya hari kiamat. Semakin banyak tanda-tanda tersebut
terjadi, maka semakin dekat hari yang dijanjikan itu. Terjadinya tanda-tanda
tersebut juga merupakan bukti kebenaran risalahnya shallallahu
‘alaihi wasallam yang telah
mengabarkan tentang peristiwa tersebut sebelum terjadinya. Dalam hadits Auf bin
Malik radhiallahuanhu , ia berkata,
"Ketika Perang Tabuk, aku mengunjungi Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam di kemahnya yang
terbuat dari kulit. Beliau bersabda, “Aku
menghitung ada enam perkara yang akan terjadi menjelang hari kamat, yaitu kematianku,
penaklukan Baitul Maqdis, kematian massal akibat penyakit wabah, melimpahnya
harta hingga ada seseorang yang diberi seratus dinar namun tetap tidak puas,
kemudian muncul fitnah yang memasuki setiap rumah orang Arab. Kemudian adanya
gencatan senjata antara umat Islam dengan Bani Ashfar. Lalu mereka mengkhianati
dan menyerangmu di bawah delapan puluh bendera, tiap-tiap bendera itu terdapat
dua belas ribu orang tentara.” (HR.
Bukhari).
Kemudian Allah tetap memenuhi janji-Nya kepada
Bani Israel tersebut. Mereka tetap diwariskan-Nya negeri yang dijanjikaLantaran
kabar-kabar ini terkait dengan hari kiamat, yang merupakan penghabisan
kehidupan dunia dan permulaan kehidupan akhirat, juga karena kabar-kabar ini
mengandung peristiwa-peristiwa besar, maka para sahabat dan pengikutnya amat memperhatikannya.
Ahlul hadits juga membuat bab-bab khusus mengenai kabar-kabar tersebut dalam
kitab-kitab shahih, sunan, dan musnadnya.
Para ulama ada yang memasukannya dalam
pembahasan mengenai hari kiamat dan tanda-tandanya.
Hal itu disimpulkan dari sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam yang jelas menunjukkan mengenai dekatnya
hari kiamat lewat peristiwa-peristiwa yang terjadi sebelumnya, sebagaimana
dalam hadits tersebut di atas. Juga sabda beliau yang lain menjawab pertanyaan
Jibril n yang menanyakan mengenai kapan terjadinya
hari kiamat, sabdanya, "Yang
ditanya tak lebih tahu dari yang menanya, namun aku akan memberitahumu
tanda-tandanya." (Mutafaq 'alaih), serta sabdanya shallallahu ‘alaihi wasallam, "Sesungguhnya dari tanda-tanda kiamat adalah kalian akan
memerangi kaum yang sandalnya terbuat dari rambut." (HR. Ibnu Majah). Masih banyak hadits lain yang serupa.
Disiplin
Ilmu Mengenai Hadits-hadits Fitnah Akhir Zaman
Ada juga ulama yang memasukannya dalam
pembahasan mengenai peris_wa-peris_wa besar yang terjadi sebelum hari kiamat.
Hingga pembahasan mengenai hadits-hadits ini akhirnya terkenal dengan sebutan
ahadits al-fitan wal malahim (hadits-hadits mengenai fitnah dan peristiwa-peristiwa
besar akhir zaman). Oleh karena itu, kita mendapati hadits-hadits tersebut
diberi judul demikian dalam kitab-kitab ahli ilmu.
Sangat jarang kita mendapati kitab-kitab hadits yang tidak ada bab
khusus dengan judul tersebut atau sepertinya.
Al-Bukhari dalam Shahihnya membuat bab
berjudul Kitabul Fitan. Dalam Shahih Muslim diberi judul
Kitabul Fitan wa Asyratus Sa'ah. Dalam Sunan At-Turmudzi, Sunan Ibnu Majah,
Musnad Asy-Syafi'I, dan Mushannaf Ibnu Abi Syaibah diberi judul Kitabul
Fitan, dan dalam Sunan
Abu Dawud serta Mustadrak Al-Hakim disebut Kitabul
Fitan wal Malahim.
Ada juga para ulama yang membuat karya
khusus dalam disiplin ilmu ini, seperti kitab
Al-Fitan karya Imam
Ahmad bin Hanbal, Kitabul Fitan karya Hanbal bin
Ishaq bin Hanbal, dan Kitabul Fitan karya Nu'aim bin
Hammad Al-Marwazi. Yang terakhir adalah buku yang paling terkenal dalam
disiplin ilmu ini, meskipun para ulama banyak yang mewanti-wantinya lantaran
banyak memuat hal-hal yang munkar. Lalu para ulama setelahnya juga menulis
buku-buku serupa seperti Al-Hafizh Ibnu Katsir dengan karyanya An-Nihayah fil Fitan wal Malahim, dan karya-karya
lainnya.
Hadits-hadits fitnah dan huru-hara akhir
zaman masuk dalam lingkaran ilmu mengenai hari kiamat karena menjelaskan
mengenai tanda-tanda terjadinya. Juga masuk dalam ilmu mengenai dalail
an-nubuwwah (bukti-bukti kenabian) karena menjadi bukti jelas mengenai
kebenarannya shallallahu ‘alaihi wasallam tentang wahyu yang disampaikannya dari
Rabbnya.
Sebagian ulama salaf malah menjadikannya
salah satu bab dalam keyakinan yang mereka ajarkan pada kaum muslimin.
Khususnya hadits-hadits yang diingkari oleh sekte-sekte sesat seperti Muktazilah,
Rafidhah dan selainnya karena menyangkal keyakinan dan pendapat batil mereka.
Bahkan _daklah aneh jika kita anggap al-fitan wal malahim adalah suatu disiplin
ilmu tersendiri.
Hal itu lantaran disiplin ilmu ini
memiliki metode tersendiri mengenai takwil berita-berita yang terkandung dalam
hadits-hadits yang menceritakannya. Apakah
kabar-kabar tersebut cocok dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada suatu
waktu? Apakah peristiwa-peristiwa itu bisa diakui sebagai bagian dari al-fitan
wal malahim yang merupakan sumber pembahasan ilmu ini? Ataukah
peristiwa-peristiwa itu hanyalah sekedar peristiwa yang diciptakan oleh Allah
pada suatu waktu dan tempat yang berbeda untuk menguji hamba-hamba-Nya sesuai
dengan takdir-Nya?
Pada tulisan berikutnya kita
akan membahas sedikit mengenai pentingnya disiplin ilmu ini, ilmu yang
diperhatikan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan
diajarkannya pada para sahabat, lalu kemudian para sahabat mengajarkannya dan
menyampaikannya pada murid-muridnya, dan kemudian diteruskan oleh para ulama
yang terus mengajarkan ilmu ini, berusaha memahaminya dan mengajarkannya pada
manusia.
Alhamdulillahi rabbil
'alamin.
Artikel : DarusSalam Media Center, RABIUL AKHIR / 1440H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar