6/21/2019

BAHAYA PENGECUT

BAHAYA PENGECUT

Pengecut dan wahn (cinta dunia dan takut mati) adalah penyakit mematikan yang mengakibatkan umat-umat lain menjadikan umat Islam menjadi bulan-bulanan ibarat orang makan mengeroyok nampan makannya seperti tercantum dalam hadits Tsauban.

Obat penyakit ini adalah mencampakkan sikap kebiasaan hidup yang menyenangkan.

Cara yang lain dengan menanamkan pondasi aqidah beriman kepada takdir, yaitu seorang muslim harus tahu bahwa apa yang bakal menimpa dia tidak akan meleset darinya, dan apa yang bakal meleset darinya tidak akan pernah menimpa dirinya.

Ajal sudah ditentukan sejak dulu, demikian juga dengan rezeki, apa saja yang menimpa seorang hamba maka itu sudah ditakdirkan di sisi Alloh.

Allah Ta'ala berfirman:

“Tiada sesuatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Alloh. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Alloh tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri.” (QS. Al-Hadid:22-23)

“Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Alloh, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya…” (QS. Al-Imran: 145)

“maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat (pula) memajukannya.” (QS.Al- a'raf: 34)

Dan dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu'anhu bahwasanya Rosululloh Shalallahu'alaihi Wasallam bersabda:

“Sesungguhnya salah seorang dari kalian dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya selama empat puluh hari sebagai air mani, kemudian dalam bentuk segumpal darah dalam waktu yang sama, kemudian segumpal daging dalam waktu yang sama, kemudian dikirim kepadanya malaikat lalu ditiupkan ruh di dalamnya dan diperintahkan untuk menulis empat kalimat: menulis rezekinya, ajalnya, amalnya dan bahagia atau celakanya.” (Hadits Muttafaq ‘Alaih.)

Dari Ibnu Mas'ud Rasulullah Shallallahu'alaihi wasallam bersabda

“Sesungguhnya ruhul Qudus meniupkan dalam benakku bahwasanya tidak akan mati satu jiwa sampai sempurna rezeki dan ajalnya, dan bertaqwalah kepada Alloh serta perbaguslah dalam mencari rezeki.”
(HR. Abu Nu’aim di dalam Al-Hilyah dengan sanad shohih dan dishohihkan oleh Ibnu Hibban serta Al-Hakim.)

Jadi, rezeki dan ajal itu sudah ditakdirkan dan sudah selesai. Oleh karena itu, banyak sekali para salaf yang memakruhkan berdo’a meminta panjang umur. Mengenai hadits:

“Barangsiapa yang suka dilapangkan rezekinya serta dipanjangkan umurnya hendaklah menyambung tali silaturrohmi.” (Muttafaq alaih dari anas)

Pendapat yang dirojihkan Ibnu Hajar dan dikuatkan oleh yang lain, yang dimaksud di sini adalah berkah dalam rezeki dan umur, bukan bertambah dari yang sudah ditakdirkan, dan beliau menyebutkan beberapa atsar yang mendukung hal itu.
(Fathul Bari (X/415-416).)

Hendaknya diketahui bahwa jihad tidak menyegerakan ajal serta tidak menghalangi rezeki.

Hanya saja, bukan berarti sebab-sebab syar’i tidak perlu dijalani, seperti usaha untuk mencari rezeki, memakai baju besi dan menggali parit atau yang lain ketika memerangi musuh sebagaimana disyari’atkan Nabi Shalallahu'alaihi wasallam .

Tidak ada kontradiksi antar iman kepada takdir dan melaksanakan perintah sebagaimana telah dijelaskan.

Wallahu A'lam



Syaikh Abdul Qodir bin Abdulaziz

>>From Al Itqan Channel

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...