Sifat-Sifat
Orang Munafik
Oleh
Ibnu Qayyim
Source:
Majalah RUMIYAH Edisi 13
Segala
puji bagi Allah. Kita memuji-Nya, meminta pertolongan-Nya, memohon ampunan-Nya,
dan berlindung kepada-Nya dari keburukan jiwa kita dan kejelekan perbuatan
kita. Barangsiapa diberi petunjuk-Nya maka tak akan ada yang mampu
menyesatkannya, dan barangsiapa disesatkan-Nya maka tak akan ada yang mampu
memberi petunjuk kepadanya. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan
Rasul-Nya.
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا
وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ
“Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Ali ‘Imran: 102)
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ
رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفۡسٖ وَٰحِدَةٖ وَخَلَقَ مِنۡهَا زَوۡجَهَا
وَبَثَّ مِنۡهُمَا رِجَالٗا كَثِيرٗا وَنِسَآءٗۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ ٱلَّذِي
تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلۡأَرۡحَامَۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيۡكُمۡ رَقِيبٗا
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabbmu yang
telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan daripadanya Allah menciptakan
istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan
perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan)
nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (An-Nisaa`: 1)
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَقُولُواْ قَوۡلٗا سَدِيدٗا ٧٠ يُصۡلِحۡ لَكُمۡ
أَعۡمَٰلَكُمۡ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۗ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ
فَقَدۡ فَازَ فَوۡزًا عَظِيمًا ٧١
“Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar,
niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu
dosa-dosamu. Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (Al-Ahzab: 70-71). Amma ba’du:
Munafik (nifak) adalah
penyakit hati akut. Bisa jadi hati seseorang itu terjangkiti kemunafikan namun
dia tidak merasakannya. Nifak adalah perkara yang tersembunyi dan tidak
disadari banyak manusia. Apalagi oleh orang yang hatinya terjangkit nifak
sehingga mengklaim dirinya itu reformer namun sejatinya perusak.
Nifak ada dua macam; ashghar
(kecil) dan akbar (besar). Nifak akbar menyebabkan kekal di
neraka yang paling bawah. Di mata kaum muslimin seseorang nampak beriman kepada
Allah, malaikat, kitab-kitab, para rasul, dan Hari Akhir, namun batinnya
terlepas dari semua itu lagi mendustakannya. Dia tidak beriman bahwa Allah
berbicara dengan kata-kata yang diturunkan-Nya kepada seorang manusia yang
dijadikan-Nya sebagai rasul, memberi petunjuk dengan seizin-Nya, memperingatkan
mereka akan keperkasaan- Nya, dan menakut-nakuti mereka akan siksa-Nya.
Allah Yang Mahasuci
telah menyingkap tirai orang-orang munafik dan membongkar rahasia mereka di
dalam Al-Quran. Dia telah mengekspos perkara orang-orang munafik kepada para
hamba- Nya agar mereka berhati-hati dari nifak dan orang-orang munafik. Di awal
Surat Al-Baqarah, Allah menyebutkan tiga golongan manusia; orang-orang beriman,
orang-orang kafir, dan orang-orang munafik. Empat ayat menjelaskan mengenai
orang-orang beriman, dua ayat mengenai orang-orang kafir, dan sepuluh ayat mengenai
orang-orang munafik.
Hal itu dikarenakan
banyaknya jumlah munafik, efeknya yang komprehensif, dan fitnah mereka yang
teramat dahsyat bagi Islam dan kaum muslimin. Hantaman mereka terhadap Islam
teramat keras, karena mereka terlihat konsekuen dengan Islam, serta mengklaim
membela dan bekerja demi Islam, namun sejatinya dia adalah musuh bebuyutan.
Dalam setiap kesempatan, mereka akan mengeluarkan permusuhannya. Orang-orang
bodoh mengira mereka berilmu dan reformer, namun sesungguhnya amat bodoh lagi
perusak.
Demi Allah, betapa
banyak kubu pertahanan Islam yang telah mereka hancurkan. Betapa banyak benteng
Islam yang telah mereka porak-porandakan. Betapa banyak syiar Islam yang telah
mereka padamkan. Betapa banyak bendera Islam yang berkibar yang telah mereka
turunkan paksa. Betapa banyak mereka tanamkan akar-akar syubhat
(penyimpangan/kerancuan) untuk membongkar akar Islam. Betapa banyak ‘mata air’
Islam yang mereka kubur dan mereka bendung.
Islam dan kaum muslimin
senantiasa terganggu dan tertimpa malapetaka karena mereka. Serangan demi
serangan syubhat mereka tiada henti menggedor pintunya. Semua itu, mereka
mengklaim sebagai reformer. “Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah
orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.” (Al-Baqarah:
12). “Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya)
mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang
kafir membencinya.” (Ash-Shaff: 8)
Mereka sepakat untuk meninggalkan wahyu.
Mereka bersatu untuk tidak mencari petunjuk dari wahyu. “Kemudian mereka
(pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi
beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada
sisi mereka (masing-masing).” (Al-Mukminun: 53). “Sebagian mereka
membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah
untuk menipu (manusia).” (Al-An’am: 112). Untuk itulah, “Mereka
menjadikan Al-Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan.” (Al-Furqan: 30)
Tanda-tanda iman telah punah dari hati mereka
hingga mereka tak mengetahuinya lagi. Bangunannya telah ambruk karena mereka
membiarkannya terbengkalai begitu saja. Cahayanya yang gemerlap telah padam
karena mereka tak menjaganya. Sinarnya tenggelam terhalangi gelapnya pikiran
mereka hingga mereka tak melihatnya lagi.
Mereka tak menerima petunjuk Allah yang
disampaikan melalui utusan-Nya. Mereka tak mengacuhkannya dan tak merasa jengah
mengabaikannya demi kata-kata dan pikiran mereka sendiri. Mereka telanjangi
nash-nash (teks) wahyu dari hakikat sejatinya. Mereka lengserkan nash-nash
wahyu dari wilayah yakin. Mereka lancarkan serangan demi serangan takwil-takwil
batil. Nash-nash wahyu itu laksana seseorang yang bertemu segerombolan preman.
Seharusnya diterima dengan tangan terbuka dan penghormatan, namun mereka malah
mencengkeram kerahnya dan mendorong dadanya. “Anda tak boleh lewat, kecuali
bisa mengalahkan kami,” demikian ujar mereka. Mereka siapkan berbagai macam
rintangan untuk menghalanginya. Ketika nash-nash wahyu menang, mereka berkata,
“Kami tak peduli dengan lafazh-lafazh lahir yang tak memberikan keyakinan
sedikitpun.” Yang awam berkata, “Cukuplah bagi kami apa yang ditinggalkan
cendekiawan kontemporer. Mereka lebih alim daripada orang-orang yang sudah
berlalu, dan lebih memahami argumentasi dan bukti-bukti nyata.” Orang-orang
yang terlalu lugu dan polos. Tak pernah berusaha memahami kaidah, yang penting
melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan. Bagi mereka, metode
orang-orang kontemporer itu lebih cerdas dan bijak, sedangkan metode
orang-orang terdahulu lebih bodoh namun lebih selamat.
Bagi mereka,
nash-nash wahyu itu laksana khalifah pada zaman ini. Namanya terpampang di
jalanan dan disebut-sebut di mimbar-mimbar, namun kekuasaannya milik orang
lain. Hukumnya tak diterima dan tak didengar. Mereka kenakan pakaian iman pada
hati yang menyimpang dan rugi, dan hati yang dengki dan kafir. Lahirnya
layaknya seorang penolong, namun batinya berpihak pada orang-orang kafir. Lisannya enak didengar, namun hatinya
penuh api peperangan. Mereka berkata, “Kami
beriman kepada Allah dan Hari Akhir, padahal mereka itu sesungguhnya bukan
orang-orang yang beriman.” (Al-Baqarah: 8)
Modal mereka adalah makar dan tipu daya.
Barang dagangannya adalah dusta dan curang. Yang ada di otak mereka hanyalah
agar bisa hidup aman, sentosa, dan disukai oleh dua kelompok. “Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman,
padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.” (Al- Baqarah: 9)
Penyakit syubhat dan syahwat telah menjangkiti
hati mereka hingga membinasakannya. Keinginan-keinginan buruk telah menguasai
niat dan kehendak mereka hingga merusaknya. Amat rusak hingga hampir binasa.
Dokter ahli pun tak mampu mengobatinya. “Dalam
hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka
siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (Al-Baqarah: 10)
Barangsiapa di hatinya tertanam kuku-kuku
keraguan, mereka niscaya akan tercabik-cabik habis. Barangsiapa hatinya terkena
bara fitnah mereka niscaya akan terbakar habis. Siapa yang telinganya termasuki
syubhat-syubhat tipuan mereka niscaya hatinya akan terhalangi dari kebenaran.
Betapa banyak kerusakan mereka di bumi ini, namun kebanyakan manusia lalai. “Dan bila dikatakan kepada mereka, ‘Janganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumi.’ Mereka menjawab, ‘Sesungguhnya kami orang-orang yang
mengadakan perbaikan.’ Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang
membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.” (Al-Baqarah: 11-12)
Mereka menganggap orang yang berpegang pada
Kitabullah dan Sunnah itu orang yang hanya mengerti kulit luarnya saja, tak
memahami intisarinya. Bagi mereka, orang yang mengikuti nash itu seperti
keledai yang membawa bertumpuk-tumpuk buku, tak memahami sedikitpun yang
dibawanya. Barang dagangan “pedagang wahyu” bagi mereka itu teramat buruk, tak
bisa diterima. Bagi mereka, ahlul-ittiba’
(orang-orang yang berpegang kepada
Al-Quran dan As-Sunnah, Edt.) adalah orang-orang dungu. Pasti mereka
akan mengolok-oloknya di setiap kesempatan forum. “Apabila
dikatakan kepada mereka, ‘Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah
beriman.’ Mereka menjawab, ‘Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang
bodoh itu telah beriman?’ Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang
bodoh; tetapi mereka tidak tahu.” (Al-Baqarah: 13)
Tiap-tiap mereka mempunyai dua muka, muka
yang diperlihatkannya ketika bertemu dengan orang-orang beriman, dan muka
ketika bertemu kawan-kawan segerombolan mereka. Tiap-tiap mereka mempunyai dua
lidah, yang manis-manis diucapkannya kepada kaum muslimin dan yang lainnya
mengungkapkan rahasia terdalam hatinya. “Dan
bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan, ‘Kami
telah beriman.’ Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka
mengatakan, ‘Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah
berolok-olok.’” (Al-Baqarah:
14)
Mereka berpaling dari Kitabullah dan As-Sunnah karena
memperolok-olok dan menghina orang-orang yang mengikuti keduanya. Mereka
menolak tunduk kepada aturan dua wahyu demi pengetahuan yang ada pada diri
mereka, yang tidak menambah kecuali semakin tinggi hati dan sombong. Selamanya
mereka akan terlihat memperolok-olok orang-orang yang berpegang pada teks
wahyu. “Allah akan (membalas) olok-olokan
mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka.” (Al-Baqarah: 15)
Mereka mengarungi lautan kegelapan dalam perdagangan yang
sudah pasti rugi. Menaiki kapal-kapal syubhat dan keraguan. Terombang-ambing dalam
gelombang khayalan. Angin ribut menghantam kapal-kapal mereka hingga
menghempaskannya dalam kapal-kapal orang-orang binasa. “Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk,
maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat
petunjuk.” (Al-Baqarah:
16)
Api iman tampak berkelip di depan mereka hingga terlihatlah
tempat-tempat petunjuk dan tempat-tempat kesesatan. Namun tiba-tiba cahayanya
padam. Yang tersisanya hanya api yang membakar menyala-nyala. Mereka diazab
dengan api itu, dan dalam kegelapan itu mereka kebingungan. “Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api,
maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang
menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.”
(Al-Baqarah: 17)
Telinga hati mereka telah tertutupi kotoran. Panggilan iman
tak terdengar lagi. Basirah (mata hati) mereka telah dibutakan. Hakikat-hakikat
Al-Quran tak terlihat lagi. Lidah-lidah mereka telah terkunci dari kebenaran.
Kebenaran takkan terucap lagi. “Mereka
tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar).” (Al-Baqarah: 18)
Tetesan wahyu yang menghidupkan roh dan
hati terdengar menitik. Namun mereka tak mendengarnya kecuali gelegar petir
ancaman demi ancaman beban yang harus dilaksanakan setiap hari. Maka
disumbatlah telinga mereka dengan telunjuk, ditutupkanlah baju ke kepala, dan
mereka segera kabur. Namun dibelakang mereka teriakan-teriakan pengejar
membuntuti. Mereka diseru di depan khalayak. Orang-orang melihat hakikat
mereka. Lalu jadilah ungkapan yang menggambarkan para pengekor dan idelognya
sekaligus. “Atau seperti (orang-orang yang
ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka
menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab
takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir.” (Al- Baqarah: 19)
Pandangan mereka tak
mampu menahan terangnya cahaya kilat makna-makna yang menyelingi hujan itu.
Telinga mereka tak mampu menahan gelegar petir ancaman, perintah, dan
larangan-larangannya. Mereka berdiri kebingungan di lembah kesesatan. Suara dan
cahaya apapun tak akan bermanfaat sedikitpun. “Hampir-hampir kilat itu
menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka
berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti.
Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan
mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” (Al-Baqarah:
20)
Mereka mempunyai
tanda-tanda yang telah diterangkan di dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Akan
terlihat jelas pada basirah siapapun orang-orang beriman yang mentadaburinya.
Demi Allah, mereka berdiri di atas riya, dan itulah seburuk-buruk tempat
berdiri manusia. Rasa malas mendudukkan mereka dari perintah-perintah
Ar-Rahman. Ikhlas akan terasa amat berat bagi mereka. Jika mereka berdiri untuk
melaksanakan shalat maka mereka berdiri dengan bermalas-malasan, hanya agar
manusia melihatnya, dan tidak mengingat Allah kecuali hanya sedikit.
Mereka seperti anak
kambing yang kebingungan di antara dua kambing. Terkadang pergi ke yang
pertama, terkadang pergi ke yang kedua. Tidak bisa memilih salah satunya.
Posisi mereka berada di antara dua kelompok, untuk melihat mana yang lebih kuat
dan lebih mulia. Kebingungan di antara keduanya, tidak ke salah satu sisi,
tidak juga ke sisi yang lain. Barangsiapa disesatkan oleh Allah maka dia tidak
akan mendapat petunjuk. Mereka menunggu-nunggu dan melihat-lihat pihak yang
berpegang pada Al-Quran dan As-Sunnah. Jika mendapatkan kemenangan dari Allah
maka mereka berkata, “Bukankah kami bersama kalian?” Mereka bersungguh-sungguh
bersumpah atas nama Allah. Namun jika musuh-musuh Kitabullah dan As-Sunnah
mendapat kemenangan, maka mereka akan berkata, “Bukankah kita dan kalian
terikat pertemanan, dan nasab kita dekat?” Wahai orang yang hendak memahami
mereka, ambillah sifat-sifat mereka dari kalam Rabb semesta alam. Engkau tak
membutuhkan dalil lain. “Yaitu orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa)
yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi
bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata, ‘Bukankah kami (turut berperang)
beserta kamu?’ Dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan)
mereka berkata, ‘Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari
orang-orang mukmin?’ Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu di hari
kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir
untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.” (An-Nisaa`: 141)
Manis dan lembut kata-kata mereka akan
menakjubkan pendengar. Namun Allah bersaksi bahwa hati mereka penuh dengan
dusta dan tipu daya. Anda melihatnya tertidur di hadapan kebenaran, namun
berdiri tegak di hadapan kebatilan. Maka perhatikanlah sifat mereka dari kalam
Yang Mahasuci, “Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang
kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas
kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras.” (Al-Baqarah:
204)
Perintah-perintah yang mereka titahkan kepada
pengikutnya hanya membuahkan kerusakan. Sebaliknya, mereka melarang dari
hal-hal yang membuahkan kebaikan di dunia dan akhirat. Mungkin anda akan
menemukan mereka terlihat bersama orang-orang beriman dalam shalat, zikir,
zuhud, dan sungguh-sungguh beribadah. “Dan apabila ia berpaling (dari kamu),
dia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak
tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.” (Al-Baqarah:
205)
Tiap-tiap mereka adalah
jenis yang saling menyerupai. Memerintahkan kepada yang mungkar setelah mereka
sendiri mengerjakannya. Melarang dari yang makruf setelah mereka sendiri
meninggalkannya. Pelit tidak mau menafkahkan hartanya demi keridhaan dan di jalan
Allah. Betapa sering Allah mengingatkan mereka akan nikmat-nikmat-Nya namun
mereka enggan mengingatnya. Betapa sering Allah menyingkap hakikat mereka
kepada para hamba-Nya yang beriman agar mereka menjauhinya.
Dengarlah wahai
orang-orang beriman:
ٱلۡمُنَٰفِقُونَ
وَٱلۡمُنَٰفِقَٰتُ بَعۡضُهُم مِّنۢ بَعۡضٖۚ يَأۡمُرُونَ بِٱلۡمُنكَرِ وَيَنۡهَوۡنَ
عَنِ ٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَقۡبِضُونَ أَيۡدِيَهُمۡۚ نَسُواْ ٱللَّهَ فَنَسِيَهُمۡۚ
إِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ هُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ ٦٧
“Orang-orang munafik
laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka
menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang makruf dan mereka
menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan
mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik.” (At-Taubah: 67)
()))===================((()
Tidak ada komentar:
Posting Komentar