6/02/2019

SIFAT ORANG MUNAFIK


Sifat-Sifat Orang Munafik
Oleh Ibnu Qayyim
Source: Majalah RUMIYAH Edisi 13
 
Segala puji bagi Allah. Kita memuji-Nya, meminta pertolongan-Nya, memohon ampunan-Nya, dan berlindung kepada-Nya dari keburukan jiwa kita dan kejelekan perbuatan kita. Barangsiapa diberi petunjuk-Nya maka tak akan ada yang mampu menyesatkannya, dan barangsiapa disesatkan-Nya maka tak akan ada yang mampu memberi petunjuk kepadanya. Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya.

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِۦ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسۡلِمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (Ali ‘Imran: 102)


يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفۡسٖ وَٰحِدَةٖ وَخَلَقَ مِنۡهَا زَوۡجَهَا وَبَثَّ مِنۡهُمَا رِجَالٗا كَثِيرٗا وَنِسَآءٗۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ ٱلَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلۡأَرۡحَامَۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيۡكُمۡ رَقِيبٗا

“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Rabbmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.” (An-Nisaa`: 1)

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَقُولُواْ قَوۡلٗا سَدِيدٗا ٧٠ يُصۡلِحۡ لَكُمۡ أَعۡمَٰلَكُمۡ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡۗ وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ فَقَدۡ فَازَ فَوۡزًا عَظِيمًا ٧١

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan-amalanmu dan mengampuni bagimu dosa-dosamu. Dan barangsiapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (Al-Ahzab: 70-71). Amma ba’du:

Munafik (nifak) adalah penyakit hati akut. Bisa jadi hati seseorang itu terjangkiti kemunafikan namun dia tidak merasakannya. Nifak adalah perkara yang tersembunyi dan tidak disadari banyak manusia. Apalagi oleh orang yang hatinya terjangkit nifak sehingga mengklaim dirinya itu reformer namun sejatinya perusak.

Nifak ada dua macam; ashghar (kecil) dan akbar (besar). Nifak akbar menyebabkan kekal di neraka yang paling bawah. Di mata kaum muslimin seseorang nampak beriman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, para rasul, dan Hari Akhir, namun batinnya terlepas dari semua itu lagi mendustakannya. Dia tidak beriman bahwa Allah berbicara dengan kata-kata yang diturunkan-Nya kepada seorang manusia yang dijadikan-Nya sebagai rasul, memberi petunjuk dengan seizin-Nya, memperingatkan mereka akan keperkasaan- Nya, dan menakut-nakuti mereka akan siksa-Nya.

Allah Yang Mahasuci telah menyingkap tirai orang-orang munafik dan membongkar rahasia mereka di dalam Al-Quran. Dia telah mengekspos perkara orang-orang munafik kepada para hamba- Nya agar mereka berhati-hati dari nifak dan orang-orang munafik. Di awal Surat Al-Baqarah, Allah menyebutkan tiga golongan manusia; orang-orang beriman, orang-orang kafir, dan orang-orang munafik. Empat ayat menjelaskan mengenai orang-orang beriman, dua ayat mengenai orang-orang kafir, dan sepuluh ayat mengenai orang-orang munafik.

Hal itu dikarenakan banyaknya jumlah munafik, efeknya yang komprehensif, dan fitnah mereka yang teramat dahsyat bagi Islam dan kaum muslimin. Hantaman mereka terhadap Islam teramat keras, karena mereka terlihat konsekuen dengan Islam, serta mengklaim membela dan bekerja demi Islam, namun sejatinya dia adalah musuh bebuyutan. Dalam setiap kesempatan, mereka akan mengeluarkan permusuhannya. Orang-orang bodoh mengira mereka berilmu dan reformer, namun sesungguhnya amat bodoh lagi perusak.

Demi Allah, betapa banyak kubu pertahanan Islam yang telah mereka hancurkan. Betapa banyak benteng Islam yang telah mereka porak-porandakan. Betapa banyak syiar Islam yang telah mereka padamkan. Betapa banyak bendera Islam yang berkibar yang telah mereka turunkan paksa. Betapa banyak mereka tanamkan akar-akar syubhat (penyimpangan/kerancuan) untuk membongkar akar Islam. Betapa banyak ‘mata air’ Islam yang mereka kubur dan mereka bendung.

Islam dan kaum muslimin senantiasa terganggu dan tertimpa malapetaka karena mereka. Serangan demi serangan syubhat mereka tiada henti menggedor pintunya. Semua itu, mereka mengklaim sebagai reformer. “Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.” (Al-Baqarah: 12). “Mereka ingin memadamkan cahaya Allah dengan mulut (tipu daya) mereka, tetapi Allah (justru) menyempurnakan cahaya-Nya, walau orang-orang kafir membencinya.” (Ash-Shaff: 8)

Mereka sepakat untuk meninggalkan wahyu. Mereka bersatu untuk tidak mencari petunjuk dari wahyu. “Kemudian mereka (pengikut-pengikut rasul itu) menjadikan agama mereka terpecah belah menjadi beberapa pecahan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada sisi mereka (masing-masing).” (Al-Mukminun: 53). “Sebagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia).” (Al-An’am: 112). Untuk itulah, “Mereka menjadikan Al-Quran itu sesuatu yang tidak diacuhkan.” (Al-Furqan: 30)

Tanda-tanda iman telah punah dari hati mereka hingga mereka tak mengetahuinya lagi. Bangunannya telah ambruk karena mereka membiarkannya terbengkalai begitu saja. Cahayanya yang gemerlap telah padam karena mereka tak menjaganya. Sinarnya tenggelam terhalangi gelapnya pikiran mereka hingga mereka tak melihatnya lagi.

Mereka tak menerima petunjuk Allah yang disampaikan melalui utusan-Nya. Mereka tak mengacuhkannya dan tak merasa jengah mengabaikannya demi kata-kata dan pikiran mereka sendiri. Mereka telanjangi nash-nash (teks) wahyu dari hakikat sejatinya. Mereka lengserkan nash-nash wahyu dari wilayah yakin. Mereka lancarkan serangan demi serangan takwil-takwil batil. Nash-nash wahyu itu laksana seseorang yang bertemu segerombolan preman. Seharusnya diterima dengan tangan terbuka dan penghormatan, namun mereka malah mencengkeram kerahnya dan mendorong dadanya. “Anda tak boleh lewat, kecuali bisa mengalahkan kami,” demikian ujar mereka. Mereka siapkan berbagai macam rintangan untuk menghalanginya. Ketika nash-nash wahyu menang, mereka berkata, “Kami tak peduli dengan lafazh-lafazh lahir yang tak memberikan keyakinan sedikitpun.” Yang awam berkata, “Cukuplah bagi kami apa yang ditinggalkan cendekiawan kontemporer. Mereka lebih alim daripada orang-orang yang sudah berlalu, dan lebih memahami argumentasi dan bukti-bukti nyata.” Orang-orang yang terlalu lugu dan polos. Tak pernah berusaha memahami kaidah, yang penting melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan. Bagi mereka, metode orang-orang kontemporer itu lebih cerdas dan bijak, sedangkan metode orang-orang terdahulu lebih bodoh namun lebih selamat.

Bagi mereka, nash-nash wahyu itu laksana khalifah pada zaman ini. Namanya terpampang di jalanan dan disebut-sebut di mimbar-mimbar, namun kekuasaannya milik orang lain. Hukumnya tak diterima dan tak didengar. Mereka kenakan pakaian iman pada hati yang menyimpang dan rugi, dan hati yang dengki dan kafir. Lahirnya layaknya seorang penolong, namun batinya berpihak pada orang-orang kafir. Lisannya enak didengar, namun hatinya penuh api peperangan. Mereka berkata, “Kami beriman kepada Allah dan Hari Akhir, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman.” (Al-Baqarah: 8)

Modal mereka adalah makar dan tipu daya. Barang dagangannya adalah dusta dan curang. Yang ada di otak mereka hanyalah agar bisa hidup aman, sentosa, dan disukai oleh dua kelompok. “Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.” (Al- Baqarah: 9)

Penyakit syubhat dan syahwat telah menjangkiti hati mereka hingga membinasakannya. Keinginan-keinginan buruk telah menguasai niat dan kehendak mereka hingga merusaknya. Amat rusak hingga hampir binasa. Dokter ahli pun tak mampu mengobatinya. “Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta.” (Al-Baqarah: 10)

Barangsiapa di hatinya tertanam kuku-kuku keraguan, mereka niscaya akan tercabik-cabik habis. Barangsiapa hatinya terkena bara fitnah mereka niscaya akan terbakar habis. Siapa yang telinganya termasuki syubhat-syubhat tipuan mereka niscaya hatinya akan terhalangi dari kebenaran. Betapa banyak kerusakan mereka di bumi ini, namun kebanyakan manusia lalai. “Dan bila dikatakan kepada mereka, ‘Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi.’ Mereka menjawab, ‘Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.’ Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak sadar.” (Al-Baqarah: 11-12)

Mereka menganggap orang yang berpegang pada Kitabullah dan Sunnah itu orang yang hanya mengerti kulit luarnya saja, tak memahami intisarinya. Bagi mereka, orang yang mengikuti nash itu seperti keledai yang membawa bertumpuk-tumpuk buku, tak memahami sedikitpun yang dibawanya. Barang dagangan “pedagang wahyu” bagi mereka itu teramat buruk, tak bisa diterima. Bagi mereka, ahlul-ittiba’ (orang-orang yang berpegang kepada Al-Quran dan As-Sunnah, Edt.) adalah orang-orang dungu. Pasti mereka akan mengolok-oloknya di setiap kesempatan forum. “Apabila dikatakan kepada mereka, ‘Berimanlah kamu sebagaimana orang-orang lain telah beriman.’ Mereka menjawab, ‘Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh itu telah beriman?’ Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang bodoh; tetapi mereka tidak tahu.” (Al-Baqarah: 13)

Tiap-tiap mereka mempunyai dua muka, muka yang diperlihatkannya ketika bertemu dengan orang-orang beriman, dan muka ketika bertemu kawan-kawan segerombolan mereka. Tiap-tiap mereka mempunyai dua lidah, yang manis-manis diucapkannya kepada kaum muslimin dan yang lainnya mengungkapkan rahasia terdalam hatinya. “Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan, ‘Kami telah beriman.’ Dan bila mereka kembali kepada syaitan-syaitan mereka, mereka mengatakan, ‘Sesungguhnya kami sependirian dengan kamu, kami hanyalah berolok-olok.’” (Al-Baqarah: 14)

Mereka berpaling dari Kitabullah dan As-Sunnah karena memperolok-olok dan menghina orang-orang yang mengikuti keduanya. Mereka menolak tunduk kepada aturan dua wahyu demi pengetahuan yang ada pada diri mereka, yang tidak menambah kecuali semakin tinggi hati dan sombong. Selamanya mereka akan terlihat memperolok-olok orang-orang yang berpegang pada teks wahyu. “Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka.” (Al-Baqarah: 15)

Mereka mengarungi lautan kegelapan dalam perdagangan yang sudah pasti rugi. Menaiki kapal-kapal syubhat dan keraguan. Terombang-ambing dalam gelombang khayalan. Angin ribut menghantam kapal-kapal mereka hingga menghempaskannya dalam kapal-kapal orang-orang binasa. “Mereka itulah orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan tidaklah mereka mendapat petunjuk.” (Al-Baqarah: 16)

Api iman tampak berkelip di depan mereka hingga terlihatlah tempat-tempat petunjuk dan tempat-tempat kesesatan. Namun tiba-tiba cahayanya padam. Yang tersisanya hanya api yang membakar menyala-nyala. Mereka diazab dengan api itu, dan dalam kegelapan itu mereka kebingungan. “Perumpamaan mereka adalah seperti orang yang menyalakan api, maka setelah api itu menerangi sekelilingnya Allah hilangkan cahaya (yang menyinari) mereka, dan membiarkan mereka dalam kegelapan, tidak dapat melihat.” (Al-Baqarah: 17)

Telinga hati mereka telah tertutupi kotoran. Panggilan iman tak terdengar lagi. Basirah (mata hati) mereka telah dibutakan. Hakikat-hakikat Al-Quran tak terlihat lagi. Lidah-lidah mereka telah terkunci dari kebenaran. Kebenaran takkan terucap lagi. “Mereka tuli, bisu dan buta, maka tidaklah mereka akan kembali (ke jalan yang benar).” (Al-Baqarah: 18)

Tetesan wahyu yang menghidupkan roh dan hati terdengar menitik. Namun mereka tak mendengarnya kecuali gelegar petir ancaman demi ancaman beban yang harus dilaksanakan setiap hari. Maka disumbatlah telinga mereka dengan telunjuk, ditutupkanlah baju ke kepala, dan mereka segera kabur. Namun dibelakang mereka teriakan-teriakan pengejar membuntuti. Mereka diseru di depan khalayak. Orang-orang melihat hakikat mereka. Lalu jadilah ungkapan yang menggambarkan para pengekor dan idelognya sekaligus. “Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit disertai gelap gulita, guruh dan kilat; mereka menyumbat telinganya dengan anak jarinya, karena (mendengar suara) petir, sebab takut akan mati. Dan Allah meliputi orang-orang yang kafir.” (Al- Baqarah: 19)

Pandangan mereka tak mampu menahan terangnya cahaya kilat makna-makna yang menyelingi hujan itu. Telinga mereka tak mampu menahan gelegar petir ancaman, perintah, dan larangan-larangannya. Mereka berdiri kebingungan di lembah kesesatan. Suara dan cahaya apapun tak akan bermanfaat sedikitpun. “Hampir-hampir kilat itu menyambar penglihatan mereka. Setiap kali kilat itu menyinari mereka, mereka berjalan di bawah sinar itu, dan bila gelap menimpa mereka, mereka berhenti. Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu.” (Al-Baqarah: 20)

Mereka mempunyai tanda-tanda yang telah diterangkan di dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Akan terlihat jelas pada basirah siapapun orang-orang beriman yang mentadaburinya. Demi Allah, mereka berdiri di atas riya, dan itulah seburuk-buruk tempat berdiri manusia. Rasa malas mendudukkan mereka dari perintah-perintah Ar-Rahman. Ikhlas akan terasa amat berat bagi mereka. Jika mereka berdiri untuk melaksanakan shalat maka mereka berdiri dengan bermalas-malasan, hanya agar manusia melihatnya, dan tidak mengingat Allah kecuali hanya sedikit.

Mereka seperti anak kambing yang kebingungan di antara dua kambing. Terkadang pergi ke yang pertama, terkadang pergi ke yang kedua. Tidak bisa memilih salah satunya. Posisi mereka berada di antara dua kelompok, untuk melihat mana yang lebih kuat dan lebih mulia. Kebingungan di antara keduanya, tidak ke salah satu sisi, tidak juga ke sisi yang lain. Barangsiapa disesatkan oleh Allah maka dia tidak akan mendapat petunjuk. Mereka menunggu-nunggu dan melihat-lihat pihak yang berpegang pada Al-Quran dan As-Sunnah. Jika mendapatkan kemenangan dari Allah maka mereka berkata, “Bukankah kami bersama kalian?” Mereka bersungguh-sungguh bersumpah atas nama Allah. Namun jika musuh-musuh Kitabullah dan As-Sunnah mendapat kemenangan, maka mereka akan berkata, “Bukankah kita dan kalian terikat pertemanan, dan nasab kita dekat?” Wahai orang yang hendak memahami mereka, ambillah sifat-sifat mereka dari kalam Rabb semesta alam. Engkau tak membutuhkan dalil lain. “Yaitu orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu (hai orang-orang mukmin). Maka jika terjadi bagimu kemenangan dari Allah mereka berkata, ‘Bukankah kami (turut berperang) beserta kamu?’ Dan jika orang-orang kafir mendapat keberuntungan (kemenangan) mereka berkata, ‘Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang-orang mukmin?’ Maka Allah akan memberi keputusan di antara kamu di hari kiamat dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.” (An-Nisaa`: 141)

Manis dan lembut kata-kata mereka akan menakjubkan pendengar. Namun Allah bersaksi bahwa hati mereka penuh dengan dusta dan tipu daya. Anda melihatnya tertidur di hadapan kebenaran, namun berdiri tegak di hadapan kebatilan. Maka perhatikanlah sifat mereka dari kalam Yang Mahasuci, “Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras.” (Al-Baqarah: 204)

Perintah-perintah yang mereka titahkan kepada pengikutnya hanya membuahkan kerusakan. Sebaliknya, mereka melarang dari hal-hal yang membuahkan kebaikan di dunia dan akhirat. Mungkin anda akan menemukan mereka terlihat bersama orang-orang beriman dalam shalat, zikir, zuhud, dan sungguh-sungguh beribadah. “Dan apabila ia berpaling (dari kamu), dia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan.” (Al-Baqarah: 205)

Tiap-tiap mereka adalah jenis yang saling menyerupai. Memerintahkan kepada yang mungkar setelah mereka sendiri mengerjakannya. Melarang dari yang makruf setelah mereka sendiri meninggalkannya. Pelit tidak mau menafkahkan hartanya demi keridhaan dan di jalan Allah. Betapa sering Allah mengingatkan mereka akan nikmat-nikmat-Nya namun mereka enggan mengingatnya. Betapa sering Allah menyingkap hakikat mereka kepada para hamba-Nya yang beriman agar mereka menjauhinya.

Dengarlah wahai orang-orang beriman:

ٱلۡمُنَٰفِقُونَ وَٱلۡمُنَٰفِقَٰتُ بَعۡضُهُم مِّنۢ بَعۡضٖۚ يَأۡمُرُونَ بِٱلۡمُنكَرِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَقۡبِضُونَ أَيۡدِيَهُمۡۚ نَسُواْ ٱللَّهَ فَنَسِيَهُمۡۚ إِنَّ ٱلۡمُنَٰفِقِينَ هُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ ٦٧

“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang makruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik.” (At-Taubah: 67)


()))===================((()

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...