Sikap Muslim Mengenai
Hadits-Hadits Fitnah
Akhir Zaman
Bag 2
Alhamdulillah, pada edisi sebelumnya kita
telah membicarakan mengenai sebagian tata cara memperlakukan hadits-hadits
fitnah akhir zaman, khususnya hadits-hadits yang shahih. Kita telah menerangkan
bahwa wajib beriman kepada seluruh kabar yang terdapat dalam Al-Quran dan
hadits, termasuk kabar mengenai fitnah-fitnah akhir zaman yang termasuk dalam
kabar ghaib. Kita menekankan pentingnya memverifikasi keshahihan hadits-hadits
tersebut dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
sekaligus keshahihan takwilnya sebagaimana termaktub dalam Al-Quran dan hadits
tanpa mempedulikan hadits-hadits palsu dan takwil-takwil batil.
Manusia
bervariasi dalam menghadapi konsekuensi iman. Mereka juga bervariasi dalam
menghadapi kewajiban ini, yakni iman kepada kabar para rasul yang menceritakan
mengenai fitnah-fitnah akhir zaman dan tanda-tanda kiamat. Ada yang
mengimaninya dengan sebenar-benarnya. Ada yang kurang keimanannya lantaran hatinya
berpenyakit. Ada yang mengingkarinya sama sekali layaknya munafik yang
menampakkan keimanan. Ia mengkritik kabar-kabar tersebut pada sisi-sisi yang
dikiranya tidak diketahui oleh orang-orang beriman. Ada banyak contoh dalam
Kitabullah dan sirah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang
menjelaskan perbedaan sikap ini.
Orang-orang Kafir; Datangkan
Apa Yang Engkau Janjikan Jika Memang Engkau Benar.
Allah subhanahu
wa ta’ala telah
mewahyukan kepada hamba-Nya Nuh alaihissalam sedikit
mengenai nasib kaumnya. Allah lalu memerintahkannya untuk membuat kapal untuk
menyelamatkan orang-orang yang beriman dari azab yang akan menimpa orang-orang
musyrik. Namun orang-orang kafir, meskipun nabi mereka telah mengabarkan
perkara ghaib, yaitu azab, yang telah ditakdirkan oleh Allah akan menimpa
mereka, tetap tidak percaya. Orang-orang kafir malah mengejek Nuh dan azab yang
diancamkannya itu. Mereka malah menuntut untuk disegerakan. Hingga apa yang
sebelumnya mereka hina itu akhirnya menimpa mereka. Sementara Nabiyullah Nuh
meyakini janji Rabbnya dan mengancam kaumnya bahwa apa yang dijanjikan Rabbnya
itu pasti akan menimpa mereka. Allah berfirman,
وَأُوحِيَ
إِلَىٰ نُوحٍ أَنَّهُۥ لَن يُؤۡمِنَ مِن قَوۡمِكَ إِلَّا مَن قَدۡ ءَامَنَ فَلَا
تَبۡتَئِسۡ بِمَا كَانُواْ يَفۡعَلُونَ ٣٦ وَٱصۡنَعِ ٱلۡفُلۡكَ بِأَعۡيُنِنَا
وَوَحۡيِنَا وَلَا تُخَٰطِبۡنِي فِي ٱلَّذِينَ ظَلَمُوٓاْ إِنَّهُم مُّغۡرَقُونَ
٣٧ وَيَصۡنَعُ ٱلۡفُلۡكَ وَكُلَّمَا مَرَّ عَلَيۡهِ مَلَأٞ مِّن قَوۡمِهِۦ
سَخِرُواْ مِنۡهُۚ قَالَ إِن تَسۡخَرُواْ مِنَّا فَإِنَّا نَسۡخَرُ مِنكُمۡ كَمَا
تَسۡخَرُونَ ٣٨ فَسَوۡفَ تَعۡلَمُونَ مَن يَأۡتِيهِ عَذَابٞ يُخۡزِيهِ وَيَحِلُّ
عَلَيۡهِ عَذَابٞ مُّقِيمٌ ٣٩
"Dan diwahyukan kepada Nuh, bahwasanya sekali-kali tidak
akan beriman di antara kaummu, kecuali orang yang telah beriman (saja), karena
itu janganlah kamu bersedih hati tentang apa yang selalu mereka kerjakan. Dan
buatlah bahtera itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah
kamu bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim itu; sesungguhnya mereka
itu akan ditenggelamkan. Dan mulailah Nuh membuat bahtera. Dan setiap kali
pemimpin kaumnya berjalan meliwati Nuh, mereka mengejeknya. Berkatalah Nuh:
"Jika kamu mengejek kami, maka sesungguhnya kami (pun) mengejekmu
sebagaimana kamu sekalian mengejek (kami). Kelak kamu akan mengetahui siapa
yang akan ditimpa oleh azab yang menghinakannya dan yang akan ditimpa azab yang
kekal." (Hud: 36-39).
Kita mendapati adegan ini terus berulang
di kisah para nabi dengan kaumnya yang kafir. Mereka mendustakan dan mengejek
ancaman itu meskipun yakin dengan kejujuran nabinya.
Demikian juga sikap
kafir Quraisy terhadap Rasul shallallahu ‘alaihi
wasallam. Seperti yang diceritakan oleh Amr bin Al-Ashh mengenai permusuhan kaumnya kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketika tingkah mereka
semakin keterlaluan, Nabi mengancam mereka dengan sesuatu yang amat buruk,
meskipun dalam kondisi lemah, sabdanya shallallahu
‘alaihi wasallam, "Wahai
Quraisy, dengarlah! Demi yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, aku datang kepada
kalian dengan penyembelihan!" Sabdanya itu membuat mereka terhenyak. Tidak ada
seorang lelaki pun kecuali terdiam seperti ada burung yang hinggap di kepalanya.
Hingga orang yang paling keji caciannya bertutur kata padanya dengan lemah lembut,
katanya, "Silahkan engkau pergi
wahai Abul Qasim. Silahkan engkau pergi dengan baik. Demi Allah, engkau
bukanlah orang bodoh."
Namun kemudian hari berikutnya mereka
kembali mencaci maki beliau meskipun sebelumnya merasa gentar dengan
ancamannya.
Orang-orang Munafik; Apa Yang
Dijanjikan Allah dan Rasul-Nya Hanyalah Tipuan Kita juga mendapati orang-orang
munafik berusaha memfitnah kebenaran dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam dengan
cara menyebarkan keraguan mengenai kabar gembira yang dikabarkannya kepada kaum
muslimin, pada kondisi yang paling genting. Bertujuan untuk melemahkan tekad
kaum muslimin. Orang-orang munafik mengeksploitasi situasi lemah yang menimpa
kaum muslimin untuk membuat kaum muslimin skeptis dengan kebenaran janji Rasul shallallahu
‘alaihi wasallam; bagaimana ia memberikan kabar gembira akan kemenangan di seluruh
penjuru bumi sedangkan mereka sendiri khawatir diserbu musuh kapan saja yang
bisa berakibat memberangus total eksistensi mereka? Imam Abu Ja'far At-Thabari rahimahullah meriwayatkan
ucapan Qotadah dalam tafsir kalam-Nya,
وَإِذۡ يَقُولُ ٱلۡمُنَٰفِقُونَ
وَٱلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٞ مَّا وَعَدَنَا ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥٓ إِلَّا
غُرُورٗا ١٢
"Dan (ingatlah) ketika orang-orang munafik dan
orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya berkata: "Allah dan Rasul-Nya
tidak menjanjikan kepada kami melainkan tipu daya." (Al-Ahzab: 12),
Qotadah berujar, "Hal itu dikatakan oleh beberapa orang
munafik. Mereka berucap Muhammad menjanjikan kepada kita Persia dan Romawi sedangkan
kita terkepung di sini sampai-sampai kita tidak bisa keluar untuk membuang
hajat. Yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita itu hanyalah tipuan
belaka." (Jami'ul
Bayan fi Ta'wilil Quran).
Orang-orang Zalim; Pergi Berperanglah Kamu dan Rabbmu Saja
Penyakit
ini, yaitu bersikap skeptis dengan yang dikabarkan oleh para nabi dan rasul, terkadang
tidak muncul melalui kata-kata namun justru muncul dengan cara tidak mau
menerapkan perkara yang berhubungan dengan berita-berita ini. Seperti itulah
sikap Bani Israel terhadap berita yang dikabarkan oleh Nabi Musa alaihissalam bahwa
Allah telah menyiapkan tanah suci untuk mereka. Mereka hanya diperintahkan
untuk memasukinya saja, karena Allah akan menolong mereka atas musuh-musuhnya dan
mewariskan tanah kekuasaannya.
Inilah yang dipahami oleh
orang-orang yang beriman dari Bani Israel, ujarnya,
قَالَ رَجُلَانِ مِنَ ٱلَّذِينَ
يَخَافُونَ أَنۡعَمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِمَا ٱدۡخُلُواْ عَلَيۡهِمُ ٱلۡبَابَ فَإِذَا
دَخَلۡتُمُوهُ فَإِنَّكُمۡ غَٰلِبُونَۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَتَوَكَّلُوٓاْ إِن
كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ ٢٣
"Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang
(kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya
kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang
beriman." (Al-Maidah:
23).
Namun jawaban orang-orang
zalim itu adalah membuat skeptis akan janji ini dengan cara tidak mau
melaksanakan perintah Allah untuk memasuki negeri mereka, beralasan bahwa
negeri itu dikuasai oleh orang-orang lalim yang menghalangi dari terlaksananya
janji Allah itu, sebagaimana kalam Allah ta'ala,
يَٰقَوۡمِ ٱدۡخُلُواْ ٱلۡأَرۡضَ
ٱلۡمُقَدَّسَةَ ٱلَّتِي كَتَبَ ٱللَّهُ لَكُمۡ وَلَا تَرۡتَدُّواْ عَلَىٰٓ
أَدۡبَارِكُمۡ فَتَنقَلِبُواْ خَٰسِرِينَ ٢١ قَالُواْ يَٰمُوسَىٰٓ إِنَّ فِيهَا
قَوۡمٗا جَبَّارِينَ وَإِنَّا لَن نَّدۡخُلَهَا حَتَّىٰ يَخۡرُجُواْ مِنۡهَا فَإِن
يَخۡرُجُواْ مِنۡهَا فَإِنَّا دَٰخِلُونَ ٢٢
"Hai kaumku, masuklah ke tanah suci
(Palestina)yang telah ditentukan Allah bagimu, dan janganlah kamu lari
kebelakang (karena takut kepada musuh), maka kamu menjadi orang-orang yang
merugi. Mereka berkata : "Hai Musa, sesungguhnya dalam negeri itu ada
orang-orang yang gagah perkasa, sesungguhnya kami sekali-kali tidak akan
memasukinya sebelum mereka ke luar daripadanya. Jika mereka ke luar
daripadanya, pasti kami akan memasukinya." (Al-Maidah: 21-22).
Maka mereka dihukum oleh
Allah tidak mampu memasukinya selama empat puluh tahun.
Kemudian Allah tetap memenuhi
janji-Nya kepada Bani Israel tersebut. Mereka tetap diwariskan-Nya negeri yang
dijanjikan-Nya itu sebagaimana kalam-Nya,
وَجَٰوَزۡنَا بِبَنِيٓ
إِسۡرَٰٓءِيلَ ٱلۡبَحۡرَ فَأَتَوۡاْ عَلَىٰ قَوۡمٖ يَعۡكُفُونَ عَلَىٰٓ أَصۡنَامٖ
لَّهُمۡۚ قَالُواْ يَٰمُوسَى ٱجۡعَل لَّنَآ إِلَٰهٗا كَمَا لَهُمۡ ءَالِهَةٞۚ
قَالَ إِنَّكُمۡ قَوۡمٞ تَجۡهَلُونَ ١٣٨
"Dan Kami seberangkan Bani Israil ke seberang lautan
itu, maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka,
Bani
lsrail berkata: "Hai
Musa. Buatlah untuk kami sebuah tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai
beberapa tuhan (berhala)". Musa menjawab: "Sesungguh-nya kamu ini
adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)." (Al-A'raf: 138).
Hal itu terjadi setelah
tumbuhnya generasi yang meyakini janji Allah dan melaksanakan perintah-Nya.
Allah tak akan menyelisihi janji-Nya meskipun manusia menganggapnya tidak
segera terwujud. Allah berfirman,
فَلَا تَحۡسَبَنَّ ٱللَّهَ
مُخۡلِفَ وَعۡدِهِۦ رُسُلَهُۥٓۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَزِيزٞ ذُو ٱنتِقَامٖ ٤٧
"Karena itu
janganlah sekali-kali kamu mengira Allah akan menyalahi janji-Nya kepada
rasul-rasul- Nya; sesungguhnya Allah Maha Perkasa, lagi mempunyai
pembalasan." (Ibrahim: 47).
Orang-orang Beriman; Inilah Janji Allah dan Rasul-Nya
Adapun orang-orang beriman, mereka
membenarkan janji Allah dan bertambah keimanannya ketika terjadi pada diri
mereka apa yang menimpa orang-orang beriman sebelumnya berdasarkan wahyu.
Meskipun dalam berita-berita itu terkandung konsekuensi ujian demi ujian yang
akan menyapa mereka dalam perjalanan menggapai pertolongan Allah. Demikianlah
sikap mereka mengenai kalam
Allah subhanahu wa ta’ala,
أَمۡ
حَسِبۡتُمۡ أَن تَدۡخُلُواْ ٱلۡجَنَّةَ وَلَمَّا يَأۡتِكُم مَّثَلُ ٱلَّذِينَ
خَلَوۡاْ مِن قَبۡلِكُمۖ مَّسَّتۡهُمُ ٱلۡبَأۡسَآءُ وَٱلضَّرَّآءُ وَزُلۡزِلُواْ
حَتَّىٰ يَقُولَ ٱلرَّسُولُ وَٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَعَهُۥ مَتَىٰ نَصۡرُ ٱللَّهِۗ
أَلَآ إِنَّ نَصۡرَ ٱللَّهِ قَرِيبٞ ٢١٤
"Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk
surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang
terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta
digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan
orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan
Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat." (Al-Baqarah: 214).
Ketika pada Perang Ahzab
kondisi yang mereka hadapi semakin genting, pada saat itulah mereka mendapati
kebenaran kalam Allah tersebut pada semakin jelasnya kekafiran orang-orang
munafik, yang demikian itu justru semakin menambah keimanan dan keyakinan
mereka akan benarnya kalam Allah dan Rasul-Nya.
Imam Abu Muhammad Al-Baghawi
berujar, "Ayat tersebut mengandung pelajaran bahwa orang-orang beriman
akan menghadapi ujian seperti itu. Maka ketika mereka dikepung tentara Ahzab
dan kondisi semakin genting, mereka Berucap
وَلَمَّا رَءَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ
ٱلۡأَحۡزَابَ قَالُواْ هَٰذَا مَا وَعَدَنَا ٱللَّهُ وَرَسُولُهُۥ وَصَدَقَ ٱللَّهُ
وَرَسُولُهُۥۚ وَمَا زَادَهُمۡ إِلَّآ إِيمَٰنٗا وَتَسۡلِيمٗا ٢٢
"Inilah yang dijanjikan oleh Allah dan Rasul-Nya kepada
kita". Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidaklah
menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan." (Al-Ahzab: 22).
Yakni semakin yakin kepada
Allah dan semakin tunduk kepada perintah Allah." (Ma'alim At-Tanzil fi Tafsir Al-Quran).
Pembenaran ini kemudian
diiringi oleh amal shalih, yaitu tetap teguh berdiri menghadapi tentara Ahzab,
bersabar menghadapi kondisi genting, dan terus berperang hingga Allah
memutuskan perkara antara mereka dengan orang-orang musyrik itu. Kegembiraan
mereka dengan terwujudnya janji Allah itu, yakni kemenangan, lalu disertai
dengan kegembiraanlain melalui kabar gembira yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam. Kabar gembira yang berisi bahwa jalannya peperangan antara
kafir Quraisy dengan kaum muslimin akan berubah seratus delapan puluh derajat.
Sabdanya, "Kitalah
yang akan menyerang mereka dan mereka tidak akan balik menyerang kita." (HR Bukhari). Orang-orang beriman terus
membenarkan semua itu hingga Allah menaklukkan Makkah, pusat komando
orang-orang musyrik ketika itu.
Demikianlah orang-orang bertakwa
di setiap masa. Beriman kepada yang ghaib, termasuk berita-berita masa depan
yang telah dikabarkan pada mereka. Mereka beriman kepada seluruh apa yang
diturunkan kepada para nabi, termasuk kabar-kabar mengenai akhir zaman. Mereka
meyakini hari kiamat ke_ka manusia dibangkitkan dari kuburnya dan dibariskan
untuk dihisab. Mereka meyakini tanda-tanda kiamat, yang kiamat tidak akan
terjadi kecuali setelah tanda-tanda tersebut muncul. Mereka itu sebagaimana
difirmankan oleh
ذَٰلِكَ
ٱلۡكِتَٰبُ لَا رَيۡبَۛ فِيهِۛ هُدٗى لِّلۡمُتَّقِينَ ٢ ٱلَّذِينَ يُؤۡمِنُونَ بِٱلۡغَيۡبِ
وَيُقِيمُونَ ٱلصَّلَوٰةَ وَمِمَّا رَزَقۡنَٰهُمۡ يُنفِقُونَ ٣ وَٱلَّذِينَ
يُؤۡمِنُونَ بِمَآ أُنزِلَ إِلَيۡكَ وَمَآ أُنزِلَ مِن قَبۡلِكَ وَبِٱلۡأٓخِرَةِ
هُمۡ يُوقِنُونَ ٤ أُوْلَٰٓئِكَ عَلَىٰ هُدٗى مِّن رَّبِّهِمۡۖ وَأُوْلَٰٓئِكَ
هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ ٥
"Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan
padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (Yaitu) mereka yang beriman kepada
yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami
anugerahkan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang
telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu,
serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap
mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang
beruntung." (Al-Baqarah;
2-5).
Artikel
: DarusSalam Media Center, RABIUL AKHIR / 1440H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar