Ringkasan Fiqih Islam
Syaikh Muhammad bin
Ibrahim At Tuwaijiri
diterjemahkan oleh IslamHouse.com
1. TAUHID
Tauhid, yaitu seorang hamba meyakini
bahwa Allah SWT adalah Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya dalam rububiyah (ketuhanan), uluhiyah (ibadah), Asma` dan Sifat-Nya.
Urgensi Tauhid: Seorang hamba meyakini dan
mengakui bahwa Allah SWT semata, Rabb (Tuhan) segala sesuatu dan rajanya. Sesungguhnya
hanya Dia yang Maha Pencipta, Maha Pengatur alam semesta. Hanya Dia lah yang
berhak disembah, tiada sekutu bagiNya. Dan setiap yang disembah selain-Nya
adalah batil. Sesungguhnya Dia SWT bersifat dengan segala sifat kesempurnaan,
Maha Suci dari segala aib dan kekurangan. Dia SWT mempunyai nama-nama yang
indah dan sifat-sifat yang tinggi.
2. PEMBAGIAN TAUHID
Tauhid yang didakwahkan oleh para rasul dan
diturunkan kitab-kitab karenanya ada dua:
1. Pertama: Tauhid dalam pengenalan dan
penetapan, dan dinamakan dengan Tauhid Rububiyah dan Tauhid Asma dan Sifat. Yaitu menetapkan hakekat
zat Rabb SWT dan mentauhidkan (mengesakan) Allah SWT dengan asma (nama), sifat,
dan perbuatan-Nya.
Pengertiannya: seorang hamba meyakini dan
mengakui bahwa Allah SWT sematalah Rabb yang Menciptakan, Memiliki,
Membolak-balikan, Mengatur alam ini, yang sempurna pada zat, Asma dan
Sifat-sifat, serta perbuatan-Nya, Yang Maha Mengetahui segala sesuatu, Yang
Meliputi segala sesuatu, di Tangan-Nya kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu. Dia SWT mempunyai asma' (nama-nama) yang indah dan sifat yang tinggi:
لَيۡسَ
كَمِثۡلِهِۦ شَيۡءٞۖ وَهُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلۡبَصِيرُ
“Tidak ada sesuatupun
yang serupa dengan Dia, dan Dia lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat”.
(QS. Asy-Sura:11)
2. Tauhid dalam tujuan dan permintaan/permohonan, dinamakan tauhid uluhiyah dan
ibadah,
yaitu mengesakan Allah SWT dengan semua jenis ibadah, seperti: doa, shalat,
takut, mengharap, dll.
Pengertiannya: Seorang hamba meyakini dan
mengakui bahwa Allah SWT saja yang memiliki hak uluhiyah terhadap semua makhlukNya.
Hanya Dia SWT yang berhak untuk disembah, bukan yang lain. Karena itu tidak
diperbolehkan untuk memberikan salah satu dari jenis ibadah seperti: berdoa,
shalat, meminta tolong, tawakkal, takut, mengharap, menyembelih, bernazar dan
semisalnya melainkan hanya untuk Allah SWT semata. Siapa yang memalingkan
sebagian dari ibadah ini kepada selain Allah SWT maka dia adalah seorang
musyrik lagi kafir. Firman Allah SWT:
وَمَن
يَدۡعُ مَعَ ٱللَّهِ إِلَٰهًا ءَاخَرَ لَا بُرۡهَٰنَ لَهُۥ بِهِۦ فَإِنَّمَا
حِسَابُهُۥ عِندَ رَبِّهِۦٓۚ إِنَّهُۥ لَا يُفۡلِحُ ٱلۡكَٰفِرُونَ
“Siapa menyembah ilah
yang lain selain Allah SWT, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang
itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Rabbnya. Sesungguhnya orang-orang
yang kafir itu tidak akan beruntung”. (QS. Al-Mukminun:117)
Tauhid Uluhiyah atau Tauhid Ibadah; kebanyakan manusia mengingkari
tauhid ini. Oleh sebab itulah Allah SWT mengutus para rasul kepada umat
manusia, dan menurunkan kitab-kitab kepada mereka, agar mereka beribadah kepada
Allah SWT saja dan meninggalkan ibadah kepada selain-Nya.
1. Firman Allah SWT :
وَمَآ أَرۡسَلۡنَا مِن
قَبۡلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِيٓ إِلَيۡهِ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠
فَٱعۡبُدُونِ ٢٥
Dan Kami tidak
mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan
kepadanya:"Bahwasanya tidak ada Ilah (yang hak) melainkan Aku, maka
sembahlah olehmu sekalian akan Aku". (QS. Al-Anbiya` :25)
2. Firman Allah SWT:
وَلَقَدۡ
بَعَثۡنَا فِي كُلِّ أُمَّةٖ رَّسُولًا أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُواْ ٱلطَّٰغُوتَ
Dan sesungguhnya Kami
telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):"Sembahlah
Allah SWT (saja), dan jauhilah Thaghut itu",…. (QS. An-Nahl :36)
Hakekat dan Inti Tauhid:
Hakekat dan inti tauhid adalah agar manusia
memandang bahwa semua perkara berasal dari Allah SWT, dan pandangan ini
membuatnya tidak menoleh kepada selainNya SWT tanpa sebab atau perantara.
Seseorang melihat yang baik dan buruk, yang berguna dan yang berbahaya dan
semisalnya, semuanya berasal dariNya SWT. Seseorang menyembahNya dengan ibadah
yang mengesakanNya dengan ibadah itu dan tidak menyembah kepada yang lain.
Buah Hakekat Iman:
Seseorang hanya boleh tawakkal kepada Allah SWT
semata, tidak memohon kepada makhluk serta tidak memperdulikan celaan mereka.
Ia ridha kepada Allah SWT, mencintaiNya dan tunduk kepada hukumNya.
Tauhid Rububiyah diakui manusia dengan naluri
fitrahnya dan pemikirannya terhadap alam semesta. Tetapi sekedar mengakui saja
tidaklah cukup untuk beriman kepada Allah SWT dan selamat dari siksa. Sungguh
iblis telah mengakuinya, juga orang-orang musyrik, namun tidak ada gunanya bagi
mereka. Karena mereka tidak mengakui tauhid ibadah kepada Allah SWT semata.
Siapa yang mengakui Tauhid Rububiyah saja, niscaya dia bukanlah
seorang yang bertauhid dan bukan pula seorang muslim, serta tidak dihormati/diharamkan
darah dan hartanya sampai dia mengakui dan menjalankan Tauhid Uluhiyah. Sehingga dia bersaksi bahwa
tidak Ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Allah SWT semata, tidak ada
sekutu bagiNya. Dan dia mengakui hanya Allah SWT saja yang berhak disembah,
bukan yang lainnya. dan konsekuensinya adalah hanya beribadah kepada Allah SWT
saja, tidak ada sekutu bagiNya.
Tauhid Uluhiyah dan Rububiyah memiliki ketergantungan satu sama lain:
1. Tauhid Rububiyah mengharuskan kepada Tauhid Uluhiyah.
Siapa yang mengakui bahwa Allah SWT Maha Esa, Dia
lah Rabb, Pencipta, Yang Memiliki, dan yang memberi rizki niscaya mengharuskan
dia mengakui bahwa tidak ada yang berhak disembah selain Allah SWT. Maka dia
tidak boleh berdoa melainkan hanya kepada Allah SWT, tidak meminta tolong
kecuali kepadaNya, tidak bertawakkal kecuali kepadaNya. Dia tidak memalingkan
sesuatu dari jenis ibadah kecuali hanya kepada Allah SWT semata, bukan kepada
yang lainnya. Tauhid uluhiyah mengharuskan bagi tauhid rububiyah agar setiap
orang hanya menyembah Allah SWT saja, tidak menyekutukan sesuatu dengannya. Dia
harus meyakini bahwa Allah SWT adalah Rabb-Nya, Penciptanya, dan pemiliknya
2. Tauhid Rububiyah dan Uluhiyah terkadang disebutkan secara
bersama-sama, akan tetapi keduanya mempunyai pengertian berbeda. Makna Rabb adalah yang memiliki dan yang
mengatur dan sedangkan makna ilah adalah yang disembah dengan sebenarnya, yang
berhak untuk disembah, dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Seperti firman Allah SWT:
قُلۡ
أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلنَّاسِ ١ مَلِكِ ٱلنَّاسِ
٢ إِلَٰهِ ٱلنَّاسِ ٣
Katakanlah:"Aku
berlindung kepada Rabb manusia. Raja manusia. Sembahan manusia" (QS.
An-Naas: 1-3)
Dan terkadang keduanya disebutkan secara terpisah,
maka keduanya mempunyai pengertian yang sama, seperti firman Allah SWT :
قُلۡ
أَغَيۡرَ ٱللَّهِ أَبۡغِي رَبّٗا
Katakanlah:
"Apakah aku akan mencari Rabb selain Allah, …". (QS. An-An'aam:164)
Keutamaan Tauhid
1. Firman Allah SWT :
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ
وَلَمۡ يَلۡبِسُوٓاْ إِيمَٰنَهُم بِظُلۡمٍ أُوْلَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلۡأَمۡنُ وَهُم
مُّهۡتَدُونَ ٨٢
“Orang-orang yang
beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik),
mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang
yang mendapat petunjuk”. (QS. Al-An'aam: 82)
2. Dari 'Ubadah bin ash-Shamit r.a, bahwasanya
Nabi SAW bersabda, "Siapa yang bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak
disembah) selain Allah SWT. Tiada sekutu bagi-Nya. Dan sesungguhnya Muhammad SAW
adalah hamba dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Isa adalah hamba dan Rasul-Nya, serta
kalimah-Nya yang diberikan-Nya kepada Maryam dan Ruh dari-Nya. Dan (siapa yang
bersaksi dan meyakini bahwa) surga adalah benar, neraka adalah benar, niscaya
Allah SWT
memasukkannya ke dalam
surga berdasarkan amal yang telah ada". [Muttafaqun 'alaih].
3. Dari Anas bin Malik r.a, ia berkata, "Saya mendengar
Rasulullah SAW bersabda, 'Allah SWT berfirman, 'Wahai keturunan Adam, selama
kamu berdoa dan mengharap kepada-Ku, niscaya Kuampuni semua dosa kalian dan Aku
tidak perduli (sebanyak apapun dosanya). Wahai keturunan Adam, jika dosamu
telah sama ke atas langit, kemudian engkau meminta ampun kepada-Ku, niscaya
Kuampuni dan Aku tidak perduli (sebanyak apapun dosamu). Wahai keturunan Adam,
jika engkau datang kepadanya dengan kesalahan sepenuh bumi, kemudian engkau
datang menemui-Ku dalam keadaan tidak menyekutukan sesuatupun dengan-Ku,
niscaya Aku datang kepadamu dengan ampunan sepenuhnya (bumi)." HR. at-Tirmidzi.
Balasan Ahli Tauhid
Firman Allah SWT:
وَبَشِّرِ ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ أَنَّ لَهُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن
تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُۖ كُلَّمَا رُزِقُواْ مِنۡهَا مِن ثَمَرَةٖ رِّزۡقٗا
قَالُواْ هَٰذَا ٱلَّذِي رُزِقۡنَا مِن قَبۡلُۖ وَأُتُواْ بِهِۦ مُتَشَٰبِهٗاۖ
وَلَهُمۡ فِيهَآ أَزۡوَٰجٞ مُّطَهَّرَةٞۖ وَهُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ ٢٥
“Dan sampaikanlah berita gembira kepada mereka yang beriman dan
berbuat baik, bahwa bagi mereka disediakan surga-surga yang mengalir
sungai-sungai di dalamnya. Setiap mereka diberi rezki buah-buahan dalam
surga-surga itu, mereka mengatakan:"Inilah yang pernah diberikan kepada
kami dahulu". Mereka diberi buah-buahan yang serupa dan untuk mereka di
dalamnya ada isteri-isteri yang suci dan mereka kekal di dalamnya”. (QS.
Al-Baqarah: 25)
2. Dari Jabir r.a, ia berkata, "Seorang
laki-laki datang kepada Nabi SAW seraya berkata, 'Wahai Rasulullah, apakah dua
perkara yang bisa dipastikan?' Beliau menjawab, 'Siapa yang meninggal dunia dan
keadaan tidak menyekutukan sesuatupun dengan Allah SWT niscaya dia masuk dan
siapa yang meninggal dunia dalam keadaan menyekutukan sesuatu dengan Allah SWT,
niscaya dia masuk neraka." HR. Muslim.3F
Keagungan Kalimah Tauhid
Dari Abdullah bin 'Amr bin al-'Ash r.a,
sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, "Sesungguhnya Nabi Nuh 'alaihissalam
tatkala menjelang kematiannya, beliau berkata kepada anaknya,
"Sesungguhnya aku menyampaikan wasiat kepadamu: Aku perintahkan kepadamu
dua perkara dan melarangmu dari dua perkara. Saya perintahkan kepadamu dengan
kalimat laa ilaaha illallah (Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah). Sesungguhnya
seandainya tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi diletakkan dalam satu daun
timbangan dan kalimah laa ilaaha illallah (Tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah) diletakkan
pada daun timbangan yang lain, niscaya kalimat laa ilaaha illallah lebih berat. Dan jikalau
tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi merupakan sebuah lingkaran yang samar,
niscaya dipecahkan oleh kalimah laa ilaaha illallah dan subhanallahi
wabihamdih (maha suci Allah dan dengan memujian-Nya), sesungguhnya ia
merupakan inti dari semua ibadah. Dengannya makhluk diberi rizqi. Dan aku
melarangmu dari perbuatan syirik dan takabur…" HR. Ahmad dan al-Bukhari
dalam al-Adab al-Mufrad.
Kesempurnaan Tauhid
Tauhid tidak sempurna kecuali dengan beribadah hanya kepada Allah
SWT semata, tiada sekutu bagi-Nya dan menjauhi thaghut, seperti firman Allah SWT:
وَلَقَدۡ
بَعَثۡنَا فِي كُلِّ أُمَّةٖ رَّسُولًا أَنِ ٱعۡبُدُواْ ٱللَّهَ وَٱجۡتَنِبُواْ ٱلطَّٰغُوتَ
“Dan sesungguhnya Kami
telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan):"Sembahlah
Allah (saja), dan jauhilah Thagut itu...” (QS. An-Nahl:36)
Thaghut adalah setiap perkara yang
hamba melewati batas dengannya berupa sesembahan seperti berhala, atau yang
diikuti seperti peramal dan para ulama jahat, atau yang ditaati seperti para
pemimpin atau pemuka masyarakat yang ingkar kepada Allah SWT.
=> Thaghut itu sangat banyak dan intinya
ada lima:
1- Iblis –semoga Allah SWT melindungi kita darinya-,
2- Siapa yang disembah sedangkan dia ridha,
3- Siapa yang mengajak manusia untuk menyembah dirinya,
4- Siapa yang mengaku mengetahui yang gaib,
5- Siapa yang berhukum kepada selain hukum Allah SWT.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar