Tarjamah Khuthbah
Asy-Syaikh Abu ‘Isa Al-Mishriy
adh-Dhorir (tuna netra)
hafizhohulloh
Kalau Bukan Karenamu,
Mereka Tidaklah Berbuat Zholim!!
Khuthbah
ke-1 :
‘Ibadalloh (Hamba-hamba Alloh) …
Wahai siapa saja yang Dia (Alloh)
menciptakan kalian untuk beribadah kepada Alloh ta'ala, dan untuk mentaati-Nya
saja tidak ada sekutu bagi-Nya, dan untuk menghinakan diri dan merendahkan diri
bagi-Nya semata tidak ada sekutu bagi-Nya, dan untuk patuh kepada hukum-Nya
semata tidak ada sekutu bagi-Nya.
'Ibadalloh...
Wahai siapa saja kalian yang ridho
terhadap Alloh sebagai Robb, dan islam sebagai agama, dan terhadap Muhammad صلى الله عليه وسلم sebagai seorang Nabi dan Rosul.
Wahai siapa saja kalian yang berhijroh
dan menolong untuk meninggikan kalimat Alloh, dan menerapkan syari'at Alloh,
dan keluar dari peribadahan terhadap hamba dan keluarnya diri kalian dan
keluarga kalian serta manusia seluruhnya dari peribadahan terhadap hamba kepada
peribadahan terhadap Robb para hamba subhanahu wa ta'ala semata tidak ada sekutu
bagi-Nya.
Wahai sekalian manusia...
Dengarkanlah dan pahamilah!! Dengarkanlah dan pahamilah karena
sesungguhnya ia adalah perkataan-perkataan sebelum waktu kita habis lalu kita
kembali kepada Robb kita subhanahu wa ta'ala, mudah-mudahan kita menemui Tuan
kita Yang Maha Mulia subhanahu wa ta'ala dengan perkataan yang Dia mengampuni
kita dengannya dan ridho kepada kita dengannya.
Wahai sekalian manusia...
Dengarkanlah dan pahamilah!! Sesungguhnya Alloh subhanahu wa ta'ala
mewajibkan kita melazimi jama'ah, mendengar dan taat, sebagai bentuk tolong
menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan, Alloh ta'ala berfirman:
وَتَعَاوَنُواْ
عَلَى ٱلۡبِرِّ وَٱلتَّقۡوَىٰۖ وَلَا تَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَٰنِ
“Dan tolong menolonglah kalian dalam
kebaikan dan ketaqwaan dan janganlah kalian tolong menolong dalam dosa dan
permusuhan”. [al-Maidah: 2]
Sebagaimana Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah -rohimahulloh ta'ala- menyebutkan dalam
majmu' al-Fatawa: "Bahwa ketaatan terhadap pemimpin
dalam perkara ma'ruf termasuk bagian dari tolong menolong dalam hal kebaikan
dan ketaqwaan" dan
benarlah beliau -rohimahulloh-.
Sesungguhnya agama ini tidak tegak
kecuali dengan jama'ah dan manusia itu tidak teratur dalam jama'ah kecuali
dengan mendengar dan ta'at dalam perkara ma'ruf yang selaras dengan syari'at
Alloh subhanahu wa ta'ala, sebagai bentuk peribadahan kepada Alloh dan untuk menegakkan
agama-Nya serta sebagai bentuk tolong menolong dalam kebaikan dan ketaqwaan, akan
tetapi tidak menjadikan bagi Alloh subhanahu wa ta'ala seorangpun pada
kedudukan-Nya subhanahu wa ta'ala dengan menerima setiap apa yang diucapkan, dan ditaati pada setiap apa
yang dia perintahkan, dan perkataannya menjadi seperti perkataan yang
diturunkan (al-Qur’an) yang tidak menerima penolakan dan tidak pula ta'wil,
tidak!!
Tidaklah hal itu kecuali bagi Alloh
Maulana al-Kariim subhanahu wa ta'ala semata tidak ada sekutu bagi-Nya,
tidaklah hal ini kecuali bagi Alloh subhanahu wa ta'ala. Dia-lah Alloh...
Dia-lah Alloh yang disembah dan yang ditaati karena dzat-Nya subhanahu wa
ta'ala semata tidak ada sekutu bagi-Nya, dan tidak ada yang ditaati karena
dzatnya kecuali Dia.
Laa ilaaha illalloh, inilah makna kalimat
tauhid yang darah-darah dialirkan dijalannya, daging-daging tercabik karenanya,
anak-anak menjadi yatim karenanya dan wanita-wanita menjadi janda karenanya,
bahwa yang ditaati karena dzatnya Dia-lah Alloh subhanahu wa ta'ala semata
tidak ada sekutu bagi-Nya.
Alloh ta'ala berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُوٓاْ أَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَأَطِيعُواْ ٱلرَّسُولَ وَأُوْلِي ٱلۡأَمۡرِ
مِنكُمۡ
“Wahai orang-orang yang
beriman taatilah Alloh dan taatilah Rosul, serta ulil amri dari golongan
kalian.” [an-Nisa: 59]
Taatilah Alloh dan taati Rosul, serta ulil amri dari golongan
kalian, sebagaimana
disebutkan oleh Ibnu Rojab –rohimahulloh ta’ala- dan selainnya dari kalangan
ahlu ilmi mereka semua menyebutkan ini: "Bahwa Alloh subhanahu wa ta'ala
menyebutkan fi'il (wa athii’uu_pent) bersama lafzhul
Jalalah untuk Alloh
subhanahu wa ta'ala dan bersama lafazh rosul صلى الله عليه وسلم dan tidak mengulangi fi'il (wa athii'u ulil amri minkum) akan
tetapi mengatakan (wa ulil amri minkum) karena Alloh subhanahu wa ta'ala hendak
menjelaskan kepada kita bahwa ketaatan kepada wulaatul umuur dari kalangan ulama dan umaro (para
pemimpin) hanya berupa (ketaatan) yang mengikuti (ketaatan kepada Alloh dan
Rosul-Nya صلى
الله عليه وسلم) bukan ketaatan yang berdiri sendiri...
hanya berupa (ketaatan) yang mengikuti (ketaatan kepada Alloh dan Rosul-Nya صلى الله عليه وسلم) bukan ketaatan yang berdiri sendiri.
Maka ulama itu adalah orang-orang yang
menyampaikan syari'at Alloh, dan para umaro adalah orang-orang menerapkan
syari'at Alloh, mereka (ulama) ditaati pada apa-apa yang mereka sampaikan, dan
mereka (umaro) ditaati pada apa-apa yang mereka terapkan, dan jika ini dan ini
keluar dari syari'at Alloh tidak ada hak untuk didengar dan ditaati baginya, inilah tauhid (mengesakan) Alloh subhanahu wa ta'ala, inilah yang kita tidak akan masuk surga
kecuali dengannya, inilah yang apabila kita menemui Alloh tanpanya Alloh tidak
akan menerima dari kita ganti dan tidak juga tebusan.
Ya … dengarkan dan pahami!!
Sesungguhnya banyak saudara-saudaraku
menyuarakan di majelis-majelis mereka kezholiman-kezholiman para umaro kecuali
orang yang dirahmati Alloh, akan tetapi apakah mereka telah bertanya kepada
diri mereka sendiri pada satu waktu kenapa terjadi kezholiman ini?!
Sesungguhnya jika engkau membaca kitabullohi subhanahu wa ta'ala dan sunnah
Rosul-Nya صلى
الله عليه وسلم
engkau akan mengetahui jawabannya.
Alloh ta'ala berfirman:
وَمَآ
أَصَٰبَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِيكُمۡ وَيَعۡفُواْ عَن كَثِيرِ
"Dan apa saja musibah
yang menimpamu disebabkan apa yang telah kalian lakukan, dan Dia memaafkan
banyak (dari kesalahan-kesalahan kalian)". [asy-Syuro: 30]
Tidak diragukan bahwa adanya sebagian
kezholiman pada sebagian pemimpin adalah sebuah musibah, dan tidaklah musibah
ini turun kecuali disebabkan dosa-dosa, jika kita jujur dalam mengingkari
kezholiman ini maka kita kembali (berhenti) terlebih dahulu dari kezholiman
kita.
Dan Alloh subhanahu
wa ta'ala berfirman:
ظَهَرَ
ٱلۡفَسَادُ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ بِمَا كَسَبَتۡ أَيۡدِي ٱلنَّاسِ
لِيُذِيقَهُم بَعۡضَ ٱلَّذِي عَمِلُواْ لَعَلَّهُمۡ يَرۡجِعُونَ
"Telah nampak kerusakan di daratan dan di lautan disebabkan
apa yang telah dilakukan tangan-tangan manusia, agar Dia menjadikan mereka
merasakan sebagian akibat apa yang telah mereka lakukan, agar mereka
kembali". [ar-Rum: 41]
Telah nampak kerusakan di daratan dan di
lautan, tidak diragukan bahwa kezholiman yang sebagian umaro terjatuh di
dalamnya sesungguhnya ia termasuk bagian dari kerusakan di bumi, akan tetapi
apa sebabnya kerusakan ini?? Alloh ta'ala berfirman: {disebabkan apa yang telah
dilakukan tangan-tangan manusia} disebabkan apa yang telah dilakukan tangan-tangan kita, agar apa??? {agar Dia menjadikan mereka merasakan
sebagian akibat apa yang telah mereka lakukan} dan setelah itu {agar mereka kembali}.
Maka apabila kita kembali kepada Alloh
dan kita bertaubat dari apa-apa yang kita kerjakan berupa kemaksiatan kepada
Alloh kita berharap akan terangkat dari kita kezholiman-kezholiman yang
disebabkan dosa-dosa dan maksiat-maksiat kita.
Oleh karena itu disebutkan dalam hadits:
كَيْفَ
مَا تَكُوْنُا يُوَلَّى عَلَيْكُمْ
“sebagaimana kondisi kalian (seperti itu
juga) yang akan berkuasa atas kalian”.
Dan hadits ini didukung oleh kitabulloh
subhanahu wa ta'ala, dimana Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah menyertakannya dalam
menyebutkan firman Alloh ta'ala:
وَكَذَٰلِكَ
نُوَلِّي بَعۡضَ ٱلظَّٰلِمِينَ بَعۡضَۢا بِمَا كَانُواْ يَكۡسِبُونَ
"Dan demikian Kami jadikan sebagian orang-orang zholim
pemimpin sebagian yang lain, karena apa yang mereka lakukan". [al-An'am:
129]
Dan demikian Kami jadikan sebagian
orang-orang zholim pemimpin sebagian yang lain, karena apa yang mereka lakukan, Tidakkah engkau bertanya kepada dirimu
sendiri pada satu waktu, bukankah pemimpin yang zholim ini diangkat menjadi
pemimpin dengan takdir Alloh subhanahu wa ta'ala?? Katakan: Iya...!! Iya...!!
Maka kami bertanya kepadamu: untuk apa? Tidaklah Alloh subhanahu wa ta'ala
menetapkan bagi kita suatu perkara kecuali untuk suatu hikmah!! Dia Maha
bijaksana lagi Maha Mengetahui, Dia -subhanahu wa ta'ala- mengetahui apa yang bermanfaat
bagi kita dan apa yang bisa memperbaiki kita.
Dan demikian Kami jadikan sebagian
orang-orang zholim pemimpin sebagian yang lain, karena apa yang mereka lakukan disebabkan apa yang dilakukan
tangan-tangan kita, disebabkan apa yang dilakukan tangan-tangan kita, agar
apa??? Agar kita kembali, agar mereka kembali sebagaimana disebutkan dalam ayat
ar-Rum. Maka ini adalah satu perkara, ini adalah salah satu dari dua sebab inti
yang menyebabkan adanya sebagian umaro yang zholim.
Sebab yang kedua… sebab yang kedua: Penyelisihan kita terhadap syari'at Alloh
subhanahu wa ta'ala tentang dalil yang banyak disebutkan dalam al-Kitab dan
as-Sunnah berupa penyelisihan terhadap umaro jika mereka memerintahkan dengan
kemaksiatan kepada Alloh subhanahu wa ta'ala. Maka kami bertanya: bagaimana
bisa seorang (pemimpin) yang zholim melaksanakan perkaranya tanpa junud
(tentara)??? Tidak akan bisa.
Mesti ada (sajjan) sipir penjara,
(jallad) tukang cambuk/algojo, (shohibu arsyif) yang mengarsipkan, (shohibu
bariid) orang yang bertugas menyampaikan surat, (katib) juru tulis, (saiq)
sopir, dan (hamilu khotmin) pembawa stempel, dia mesti mempunyai itu semua, dia
mesti mempunyai penolong dan junud yang menjalankan kemaksiatan-kemaksiatan itu
di bumi, maka jika mereka menentangnya dalam kemaksiatan itu dan tidak
melaksanakannya, niscaya tidak akan terjadi kezholiman di bumi dan tidak juga
kerusakan.
Kalian telah mengetahui, kalian telah
mengetahui kenapa kalian dizholimi, kalau
bukan karena kalian tidaklah mereka berbuat zholim… kalau bukan karena kalian
tidaklah mereka berbuat zholim, ketika terjadi ketaatan dari kalian pada perkara yang bukan ma'ruf
kecuali di antara kalian yang dirahmati Robb-ku maka terjadi kezholiman, dan
kami tidak meratakannya, kami mengatakan kecuali orang yang dirahmati Alloh,
kami mengatakan kecuali orang yang dirahmati Alloh.
Renungilah kitabulloh ta'ala bersamaku,
kalian tidak mendapati seorang Jabbar (orang yang berbuat sewenang-wenang) yang
Alloh subhanahu wa ta'ala sebutkan kecauli dia mempunyai para menteri, kecuali
dia mempunyai para pelayan, dan dia mempunyai pengikut, dan junud yang
melaksanakan perintahnya, dan merampas apa-apa yang menjadi hak kita dari
mereka, fir’aun adalah thoghut yang paling bejat, Alloh ta’ala berfirman
tentangnya:
وَٱسۡتَكۡبَرَ هُوَ وَجُنُودُهُۥ فِي ٱلۡأَرۡضِ
بِغَيۡرِ ٱلۡحَقِّ وَظَنُّوٓاْ أَنَّهُمۡ إِلَيۡنَا لَا يُرۡجَعُونَ
“Dan berlaku angkuhlah
Fir'aun dan bala tentaranya di bumi (Mesir) tanpa alasan yang benar dan mereka
menyangka bahwa mereka tidak akan dikembalikan kepada Kami”. [al-Qoshosh: 39]
فَأَخَذۡنَٰهُ
وَجُنُودَهُۥ فَنَبَذۡنَٰهُمۡ فِي ٱلۡيَمِّۖ فَٱنظُرۡ كَيۡفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلظَّٰلِمِينَ
“Maka Kami hukumlah Fir'aun dan bala tentaranya, lalu Kami lemparkan
mereka ke dalam laut. Maka lihatlah bagaimana akibat orang-orang yang zholim.
[al-Qoshosh: 40]
Dan Alloh subhanah berfirman:
فَٱلۡتَقَطَهُۥٓ
ءَالُ فِرۡعَوۡنَ لِيَكُونَ لَهُمۡ عَدُوًّا وَحَزَنًاۗ إِنَّ فِرۡعَوۡنَ
وَهَٰمَٰنَ وَجُنُودَهُمَا كَانُواْ خَٰطِِٔينَ
“Sesungguhnya Fir'aun dan
Haman beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah”. [al-Qoshosh: 8]
Alloh subhanahu wa ta’ala menyebutkan
fir’aun dan dia adalah penguasa negeri, dan Dia menyebutkan pada jajaran
menteri dan pimpinannya adalah Haman, serta menyebutkan junud, dan Alloh
subhanahu wa ta’ala menyamaratakan antara mereka semua dalam hukum maka Alloh
berfirman: {mereka adalah orang-orang yang
salah}, dan mengadzab
mereka semua pada satu hari {Maka
Kami hukum fir’aun dan tentaranya} dan Alloh subhanahu wa ta’ala akan membangkitkan mereka, sebelum itu, Alloh menyalakan api dalam kuburan
mereka, neraka diperlihatkan kepadanya pagi dan petang hari, {neraka diperlihatkan kepadanya
pagi dan petang hari, dan pada hari terjadinya kiamat (malaikat diperintahkan)
“masukkanlah keluarga fir’aun (fir’aun dan kaumnya) ke dalam siksaan yang
paling pedih.”} [Ghofir:
46],
Sebelum menyebutkan hari kiamat subhanahu
wa ta’ala menyebutkan siksaan yang ditunjukkan kepadanya pagi dan petang hari
yaitu dikuburannya, kemudian pada hari kiamat, Alloh ta’ala berfirman tentang
fir’aun dan pemuka-pemukanya:
وَجَعَلۡنَٰهُمۡ
أَئِمَّةً يَدۡعُونَ إِلَى ٱلنَّارِۖ وَيَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ لَا يُنصَرُونَ
“Dan Kami jadikan mereka
pemimpin-pemimpin yang menyeru kepada neraka dan pada hari kiamat mereka tidak
akan ditolong”. [al-Qoshosh: 41].
Dan Alloh ta’ala berfirman tentang fir’aun juga:
يَقۡدُمُ
قَوۡمَهُۥ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِ فَأَوۡرَدَهُمُ ٱلنَّارَۖ وَبِئۡسَ ٱلۡوِرۡدُ ٱلۡمَوۡرُودُ
“Ia berjalan di muka kaumnya
di hari kiamat lalu memasukkan mereka ke dalam neraka. Neraka itu seburuk-buruk
tempat yang didatangi”. [Hud: 98]
Dan begitu juga raja yang Alloh subhanahu
wa ta’ala sebutkan kondisinya dalam surat al-Buruj yang mengklaim rububiyyah
dan kalian mengetahui kisah anak kecil al-ukhdud, siapa yang membawa anak kecil
ini naik gunung??Bukankah para tentara?! Siapa yang membawa anak kecil ini ke
tengah laut?? Bukankah para tentara?! Siapa yang menggali parit-parit??
Bukankah para tentara?! Siapa yang menyalakan api?? Bukankah para tentara?!
Siapa yang melemparkan orang-orang beriman ke dalam api ini?? Bukankah para
tentara?! Dan raja ketika itu duduk hanya menyaksikan… Dan raja ketika itu
duduk hanya menyaksikan…
Kalau bukan karena kalian tidaklah mereka berbuat zholim… kalau bukan
karena tentara itu fir’aun tidak akan mengatakan “aku robb kalian yang paling
tinggi”, dan raja ini tidak akan mengklaim rububiyyah selain Alloh subhanahu wa
ta’ala. Dan kisah-kisah dalam hal ini sangatlah banyak, banyak sekali.
Oleh karena itu ketika al-Imam
al-Mubajjal Ahmad bin Muhammad bin Hanbal asy-Syaibaniy ash-Shiddiq ats-Tsaniy
ketika dipenjarakan di penjara al-Ma’mun, siapa yang menangkap?? Siapa yang
memenjarakannya?? Siapa yang mencambuk?? Apakah al-Ma’mun mencambuknya dengan
tangannya?? Apakah dia menanggkapnya dengan tangannya?? Tidak!!! Apakah dia
berdiri dihadapannya menjaganya sampai dia tidak kabur??
Tidak!!! Akan tetapi dia duduk di atas
kursi kerajaannya menyaksikan para tentaranya sedangkan mereka menzholimi
asy-Syaikh al-Fadhilah al-Imam al-Habr al-‘Alamah dengan siksaan yang buruk,
dan ketika sipir penjaranya meminta maaf kepada al-Imam Ahmad -rohimahullohu
ta’ala- dengan ucapannya, “Wahai Imam, sesungguhnya aku hanya diperintahkan”,
maka al-Imam -rohimahulloh ta’ala- mengatakan kepadanya: lau laaka maa zholamu (kalau bukan karena kamu, mereka tidaklah
berbuat zholim), kalau bukan
karena kamu tidaklah mereka berbuat zholim. Al-Imam –rohimahulloh- tidak
menerima alasan sipir penjara itu, ya… kalau bukan karena dia al-Imam tidak
akan dipenjarakan. Ya..
Maka kalian harus memahami hakikat ini
wahai seluruh kaum muhajirin dan anshor!! Kalian di antara sebab inti dari
keberadaan sebagian umaro zholim di atas leher-leher kalian dengan takdir Alloh
subhanahu wa ta’ala dengan dosa-dosa kita terlebih dahulu, kemudian dengan
tidak adanya sikap mencegah dari perbuatan munkar atau sedikitnya sikap itu
(yang kedua), kemudian kita berbuat zholim maka para pemimpin zholim menguasai
kita disebabkan apa yang telah kita lakukan, kemudian disebabkan diamnya kita
dari kemungkaran-kemungkaran itu, kemudian disebabkan pelaksanaan sebagian kita
terhadap perintah-perintah yang menyelisihi syari’at Alloh subhanahu wa ta’ala
ini.
Ya… lau
laaka maa zholamu (kalau
bukan karena kamu, mereka tidaklah berbuat zholim) hafalkan dengan baik,
kalimat yang kekal, yang diucapkan al-Imam Ahmad rohimahullohu ta’ala di tempat
dia dipenjara, kalau bukan karena kamu tidaklah mereka berbuat zholim, oleh
karena itu wajib atas kita untuk menjelaskan bahwa ketaatan terhadap para umaro
sesungguhnya wajib karena pengikutan (terhadap ketaatan terhadap Alloh dan
rosul-Nya) bukan wajib dengan
sendirinya, mereka bukan arbab bukan juga alihah akan tetapi mereka adalah para
pelaksana syari’at Alloh, jika mereka memerintah dengan apa yang di dalamnya
terdapat pelaksanaan terhadap syari’at Alloh maka kita menaatinya sebagai
bentuk perealisasian tauhidulloh dan bentuk tolong menolong dalam kebaikan dan
ketaqwaan, dan jika mereka memerintahkan dengan selain hal itu maka ketaatan
kepadanya termasuk tolong menolong dalam dosa dan permusuhan.
Alloh ta’ala berfirman: {Dan tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketaqwaan
dan janganlah kalian tolong menolong dalam dosa dan permusuhan}, Dan tolong menolonglah kalian dalam
kebaikan dan ketaqwaan dan janganlah kalian tolong menolong dalam dosa dan
permusuhan.
Sungguh Alloh subhanahu wa ta’ala
mengikat ketaatan kepada Nabi صلى
الله عليه وسلم dengan perkara yang ma’ruf dalam surat
al-Mumtahanah ketika Alloh subhanah berfirman: {dan mereka tidak memaksiatimu dalam perkara ma’ruf}, oleh karena itu Ibnu Rojab
rohimahullohu ta’ala mengisyaratkan dalam fathul bari: bahwa ketika ketaatan
kepada Nabi صلى
الله عليه وسلم diikat dengan perkara yang ma’ruf maka
selain beliau lebih layak (ketaatan kepadanya diikat dengan perkara yang
ma’ruf), maka perhatikanlah, tidak ada seorangpun lebih mulia dihadapan Alloh
dari Nabi صلى
الله عليه وسلم.
Dalam ash-Shohihain dari ‘Abdulloh bin
‘Umar -rodhiyallohu ‘anhuma- bahwa Nabi صلى الله عليه وسلم bersabda: (wajib atas
seorang muslim mendengar dan taat dalam perkara yang dicintai dan dibenci
selama tidak diperintah dengan kemaksiatan maka apabila diperintahkan dengan
kemaksiatan maka tidak ada sikap mendengar dan taat).
Dan dalam ash-Shohihain juga dari ‘Ali
bin Abi Tholib -rodhiyallohu ‘anhu- dia berkata: “Nabi صلى الله عليه وسلم mengutus sariyah (detasemen/satuan
pasukan) dan mengangkat pemimpin atas mereka seorang laki-laki dari anshor dan
memerintahkan mereka untuk mendengarkan dan mentaatinya, kemudian dia marah
kepada mereka, lalu dia berkata kepada mereka: “kumpulkan untukku kayu
bakar!!”, maka mereka mengumpulkan untuknya, kemudian dia berkata kepada mereka: “nyalakan api!!”, maka
mereka menyalakannya, kemudian dia berkata kepada mereka: “masuklah kalian ke
dalamnya!”
Maka mereka diam, lalu sebagian mereka
melihat kepada sebagian yang lain, lalu mereka berkata: sesungguhnya kami lari
kepada Rosululloh صلى
الله عليه وسلم darinya... Kita lari dari api maka
bagaimana sekarang kita masuk ke dalamnya?! … mereka tetap seperti itu sehingga
kemarahannya reda dan api pun padam, maka ketika mereka kembali mereka
menyebutkan hal itu kepada Rosululloh صلى الله عليه وسلم, maka Nabi صلى
الله عليه وسلم bersabda: (kalau seandainya mereka masuk ke dalamnya mereka tidak akan
bisa keluar darinya …, kalau seandainya mereka masuk ke dalamnya mereka tidak akan
bisa keluar darinya, sesungguhnya ketaatan itu hanya dalam perkara yang ma’ruf), kalau seandainya mereka masuk ke
dalamnya mereka tidak akan bisa keluar darinya, sesungguhnya ketaatan itu hanya
dalam perkara yang ma’ruf.
Dan aku telah membaca dalam Nailul Author
milik Asy-Syaukani -rohimahullohu ta’ala- sebuah kalimat yang sangat berharga
di sini di tempat ini sebagai keterangan darinya atas sabda beliau (fii ma’ruf)
dia berkata: “Dan tidak ragu bahwa ini adalah ma’ruf
dari arah syar’i bukan dari arah akal dan adat”, maka ketaatan dalam perkara ma’ruf yang
dijelaskan syari’at, yang dijelaskan syari’at, dan hal itu mewajibkan kita
untuk mengembalikan setiap perkara yang diperintahkan para pemimpin kepada
kitabullohi dan sunnah Rosul-Nya صلى الله عليه وسلم jika sesuai dengan keduanya sami’naa wa atho’naa (kami mendengar
dan kami mentaati) sebagai bentuk ketaatan kepada Alloh dan perealisasian
tauhid-Nya, dan jika menyelisihi keduanya, ‘ashoinaa wa kholafnaa (kami
memaksiati dan kami menyelisihi) sebagai bentuk ketaatan kepada Alloh dan
perealisasian tauhid-Nya.
Alloh ta’ala berfirman:
ٱتَّخَذُوٓاْ
أَحۡبَارَهُمۡ وَرُهۡبَٰنَهُمۡ أَرۡبَابًا مِّن دُونِ ٱللَّهِ وَٱلۡمَسِيحَ ٱبۡنَ
مَرۡيَمَ وَمَآ أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُوٓاْ إِلَٰهًا وَٰحِدًاۖ لَّآ
إِلَٰهَ إِلَّا هُوَۚ سُبۡحَٰنَهُۥ عَمَّا يُشۡرِكُونَ
“Mereka menjadikan
orang-orang alimnya dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Alloh dan (juga
mereka mempertuhankan) Al Masih putera Maryam, padahal mereka hanya disuruh
menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia.
Maha suci Alloh dari apa yang mereka persekutukan”. [at-Taubah: 31]
Alloh subhanahu wa ta’ala menjelaskan
bahwa ketaatan termasuk ibadah dan Dia menjelaskan bahwa bani Isroil termasuk
perkara-perkara yang menjadikan mereka terjatuh kepada kekafiran –wal ‘iyadu
billah- bahwa mereka mentaati ulama-ulama dan rohib-rohib mereka dengan
ketaatan yang mutlak, mereka menghalalkan bagi mereka perkara yang haram, dan
mengharamkan atas mereka perkara yang halal lalu mereka mengikuti mereka
sebagaimana dikabarkan oleh ash-Shodiqul Masduq –sholawatu Rabbiy wa salaamu ‘alaihi-.
Dan sebagaimana dikabarkan oleh Hudzaifah bin al-Yaman rodhiyallohu ‘anhuma
sebagaimana disebutkan dalam tafsir.
وَمَآ
أُمِرُوٓاْ إِلَّا لِيَعۡبُدُوٓاْ إِلَٰهٗا وَٰحِدٗاۖ لَّآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَۚ
سُبۡحَٰنَهُۥ عَمَّا يُشۡرِكُونَ
“padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan yang Esa, tidak ada
Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan.”
(at-Tawbah : 31)
Dan Alloh subhanahu berfirman:
وَلَا
يَأۡمُرَكُمۡ أَن تَتَّخِذُواْ ٱلۡمَلَٰٓئِكَةَ وَٱلنَّبِيِّۧنَ أَرۡبَابًاۗ
أَيَأۡمُرُكُم بِٱلۡكُفۡرِ بَعۡدَ إِذۡ أَنتُم مُّسۡلِمُونَ
“dan (tidak wajar pula baginya) menyuruhmu menjadikan malaikat dan
para nabi sebagai tuhan. Apakah (patut) dia menyuruhmu berbuat kekafiran di
waktu kamu sudah (menganut agama) Islam?". [Ali Imron: 80]
Dan Alloh subhanah berfirman:
قُلۡ
يَٰٓأَهۡلَ ٱلۡكِتَٰبِ تَعَالَوۡاْ إِلَىٰ كَلِمَةٍ سَوَآءِۢ بَيۡنَنَا
وَبَيۡنَكُمۡ أَلَّا نَعۡبُدَ إِلَّا ٱللَّهَ وَلَا نُشۡرِكَ بِهِۦ شَيًۡٔا وَلَا
يَتَّخِذَ بَعۡضُنَا بَعۡضًا أَرۡبَابًا مِّن دُونِ ٱللَّهِۚ فَإِن تَوَلَّوۡاْ
فَقُولُواْ ٱشۡهَدُواْ بِأَنَّا مُسۡلِمُونَ
“Katakanlah: "Hai Ahli
Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada
perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan
tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita
menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah". [Ali Imron: 64]
Maka jika Alloh subhanahu wa ta’ala
melarang kita dari menjadikan malaikat, para nabi, dan orang-orang sholih
sebagai arbab, apakah kita akan mentaati orang selain mereka untuk menjadikan
mereka arbab dan ditaati dalam setiap perkara yang mereka perintahkan kepada
kita meskipun menyelisihi syari’at Alloh subhanahu wa ta’ala, tidak akan
terjadi hal ini. …. Dan bisa jadi engkau mendapati sebagian umaro, sebagian,
aku katakan sebagian … sebagian, engkau mendapati bahwa sebagian umaro tidak
suka menjadi manusia akan tetapi lebih suka menjadi robb (tuhan).
Sebagian ikhwan mengabarkan kepadaku:
bahwa amirnya berkata kepadanya dan kepada saudara-saudaranya: “lakukan ini dan
itu!!, maka dia mengatakan: “kami tidak bisa” … dia mengatakan: “kami tidak
bisa”, maka dia (amir zholim) berkata; “sam’an wa tho’atan (dengar dan taati)
aku amirmu, seandainya aku katakan kepadamu matilah maka matilah dan seandainya
aku katakan kepadamu hiduplah maka hiduplah!!”.
Lihatlah apa yang dikatakan musuh Alloh, bagaimana dia melakukan perkara ini
atas penerjangan batas (perkara) yang besar, yang tidak lakukan kecuali oleh
orang-orang yang sewenang-wenang dan orang-orang yang sombong di muka bumi,
yaitu orang-orang yang dari jenis fir’aun dan siapa saja yang berada di atas
karakternya, seandainya aku katakan kepadamu matilah maka matilah dan
seandainya aku katakan kepadamu hiduplah maka hiduplah!! engkau bukan robbku
wahai musuh Alloh!!!
Ya… dan yang seperti ini sesungguhnya dia
mengucapkan perkataan yang buruk ini disebabkan adanya sebagian julud (para
algojo) dan yang disayangkan kami mendengarnya, dan seandainya kami tidak
mendengarnya niscaya kami tidak akan mengatakannya, aku mendapati dari sebagian
julud (para algojo) bahwa dia mengatakan: “aku
hanyalah hamba yang diperintah”, dikatakan kepadanya: bagaimana engkau mentaatinya dalam kemaksiatan,
dia mengatakan: “aku hanyalah hamba yang diperintah”, hamba siapa?! Hamba yang
diperintah?! Hamba siapa wahai musuh Alloh?! Wahai musuh dirimu sendiri?! Pemimpinmu
dalam kemaksiatan esok akan berlepas diri darimu, dan engkau akan berlepas diri
darinya di hadapan Alloh subhanahu wa ta’ala.
Jika engkau adalah seorang hamba yang
diperintah, kami katakan: kami, kami hamba-hamba Alloh subhanahu wa ta’ala,
kami tidak mentaati kecuali dalam ketaatan kepada Alloh dan Rosul-Nya صلى الله عليه وسلم sebagai bentuk penghormatan dan pemuliaan
bagi para pemimpin yang menerapkan syari’at Alloh dan karena melazimi jama’atul
muslimin, akan tetapi untuk menjadikan arbab dan mendudukkan pada kedudukan
orang yang tidak berbicara dari hawa nafsu tetapi ia adalah wahyu yang
diwahyukan…, tidak!! Tidak!! Maka dengarkan dan pahami!! Dan perhatikan!! Dan
ini adalah termasuk kemungkaran yang paling besar yang harus diingkari.
أَقُوْلُ
قَوْلِى هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهُ لِيْ وَ لَكُمْ
= = = = = = = = = = = =
Khuthbah ke-2
Wahai saudara-saudaraku yang mulia,
tatkala kejahatan yang besar itu menyebar “perkataan
atas nama Alloh tanpa ilmu”, dimintai
fatwa orang yang tidak mempunyai ilmu, dan memutuskan dalam syari’at Alloh
orang yang bukan ahlinya, maka menjadi kewajiban bagi kami untuk mengenalkan
kepada para muhajirin dan anshor dengan para ulama, sehingga mereka mengetahui
siapa berhak dimintai fatwa, sehingga mereka mengetahui bahwa syaikh google bukan ahli fatwa, dan orang-orang bodoh yang tidak dikenal dengan
keilmuannya bukan orang-orang yang berhak mengeluarkan fatwa.
Maka wajib atas kami untuk mengenalkan
kepada umat secara umum dan kepada para mujahidin ahli tsughur secara khusus
dengan para ulama, baik yang telah gugur maupun yang dalam penantian, ya …
sehingga manusia mengetahui kepada siapa mereka membaca, dan kepada siapa
meminta fatwa, karena telah bercampur al-Ghotstsu (yang jelek) dengan as-samiin
(yang baik), dan bercampur da’i yang menyeru kepada bid’ah dengan da’i yang
menyeru kepada sunnah, terlebih di internet, ……… jika ingin mengetahui sebuah
masalah syar’i kepada siapa bertanya, dan tidak diragukan bahwa ini termasuk
tanda-tanda kiamat.
Sesungguhnya
Alloh tidak mencabut ilmu ini dengan dicabut dari dada-dada ulama akan tetapi
mencabut ilmu dengan mencabut ahlinya, maka apabila ulama telah dicabut manusia
menjadikan ru’usan (kepala-kepala), dan dalam riwayat yang lain ru’asaa’
(pemimpin-pemimpin) bodoh maka mereka ditanya tanpa ilmu lalu mereka
mengeluarkan fatwa maka mereka sesat dan menyesatkan, sebagaimana sabda ash-Shodiqul Masduq
–sholawatu Robbiy wa salaamuhu ‘alaihi-.
Dan telah aku sebutkan dalam khuthbahku
yang lalu di atas minbar yang mulia ini tentang menghormati ahlu ‘ilmi dan aku
menyebutkan di dalamnya pujian bagi sebagian Masyayikh kita yang mereka
bernaung di bawah bendera yang mulia ini, bendera penerapan syari’at Alloh,
maka mereka telah terbunuh dengan gagah berani bukan sebagai pengecut.
Dan adapun yang masih hidup maka di
antara mereka asy-Syaikh al-Fadhil al-Muhaddits
al-Mujahid al-Muhajir sebagaimana kami menilainya Yusuf bin Ahmad yang dikenal
dengan Abu Ya’qub al-Maqdisiy –semoga Alloh ta’ala menjaganya dan membebaskannya-, kami tidak mengetahui
di muka bumi ini seseorang yang lebih mengetahui sunnah Rosululloh صلى الله عليه وسلم dari laki-laki ini, sampai ketika para
Syaikh kita –semoga Alloh membalas mereka dengan kebaikan- mengumumkan dengan
penegakan syari’at untuk menjaga sunnah Rosululloh صلى الله عليه وسلم maka orang yang pertama diajukan untuk
menerima tugas ini asy-Syaikh Abu Ya’qub sebagaimana hal itu ditunjukkan oleh
asy-Syaikh Abu Bakr al-Qohthiniy -rohimahullohu ta’ala- dan seluruh para
penuntut ilmu bersaksi dengan kekuatan hafalan dan dalamnya pemahamannya dalam
ilmu hadits dan hal itu karena kesungguhannya dalam perkara ini atas dirinya
dan menyeru dengannya dan karena dia mempelajarinya dari Asy-Syaikh Syu’aib al
Arnauth -rohimahullohu ta’ala-.
Asy-Syaikh diangkat sebagai Qodhi di
Roqqoh dan dia adalah Qodhi dalam perkara muamalah, dan diangkat sebagai Qodhi
di al-Mayadin yaitu sebagai Qodhi masalah keluarga, dan sebelumnya beliau
adalah anggota dari Maktabul Buhuts wad Dirosat pada hari-hari yang dipimpin
oleh asy-Syaikh Turki al-Bin’aliy -rohimahullohu ta’ala dan semoga Alloh
menerimanya dalam barisan syuhada-, dan ketika Matabul Buhuts wad Dirosat
diaktifkan lagi Alloh membalas para imam kita dengan kebaikan dengan mengangkat
asy-Syaikh Abu Ya’qub al-Maqdisiy sebagai pemimpin Maktab.
Dan beliau mempunyai karya tulis yang banyak dan risalah-risalah yang
tersebar di negeri-negeri, seperti kitab
al-Ba’its ‘Ala Itmam an-Naqidh ats-Tsalits, dan kitab al-Ijazah fii hukmi Tholabi
Asy-Syafa’ah miman Aqbala ‘Ala Asy-Syahadah, dan kitab al-ijtima’ Alas Sunnah wal ijma’, dan selainnya berupa risalah-risalah
yang bermanfaat.
Dan asy-Syaikh mempunyai kesungguhan
dalam menjaga sunnah dan memerangi ahli ahwa dari kalangan ahlul ghuluw mariqin
maka dengan tangannya dan tangan Abu
Muslim –rohimahullohu
ta’ala- dan asy-Syaikh Abu Muhammad al-Mishriy –semoga Alloh menjaganya- selain mereka
dari kalangan para Syaikh kita yang dapat melihat jelas kebutaan sunnah jahilah yang sesat dan menyesatkan umat dengan
(beredarnya) ta’mim yang sesat sebelumnya, segala puji dan karunia hanya bagi Alloh.
Maka wajib bagi para mujahidin untuk mengetahui kepada siapa mereka
meminta fatwa dan kepada siapa mereka membaca (belajar) dan aku nasihatkan
kepada mereka untuk tidak banyak mencari (hukum dalam masalah syari’at) dari
internet tanpa ditunjukkan oleh orang yang mempunyai pengalaman kepada siapa
yang dia baca, sungguh telah bercampur orang yang bodoh dengan pintar di
internet, bisa jadi seseorang lebih memilih membaca dari orang yang dia tidak
mengetahui kondisinya, maka kita memohon kepada Alloh agar menjadikan kita di
antara orang-orang yang mendengarkan ucapan dan mengikuti yang terbaik di
antaranya.
___________________
Materi asli Diterbitkan oleh
at-Turots al-‘ilmiy
Ditarjamah oleh al-Akh Abu
Khonsa’
Edisi
tarjamah diterbitkan : Tim Penyebar BERITA
the Rabaa Al-Adawiya Square by Egyptian security forces
Tidak ada komentar:
Posting Komentar