6/24/2019

JALAN PINTAS MENUJU AMPUNAN DAN JANNAH


Risalah dan Nida’at Ke-3
 JALAN PINTAS MENUJU
AMPUNAN DAN JANNAH
ALLAH

Dari hamba Allah yang fakir akan ampunan-Nya
Abdulah Muridusy Syahadah


Kepada Kaum Muslimin Di mana Saja Berada, semoga dirahmati oleh Allah.

أَلسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ اللَّهِ, وَالْحَمْدَ لِلَّهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرِسَلِيْنَ, مُحَمَّدٌ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الْأَحْرَارِ, وَمَنْ تَبِعَهُمْ وَسَارَ عَلَى نَحْجِهِمْ مِنَ الْمُسْلِمِينَ الْأَبْرَارِ ... وَبَعِيد

Semoga antum semua dalam kebaikan selalu, dan semoga Allah teguhkan hati kita di atas prinsip hingga ajal menjemput kita. Dua kebaikan yang hendak kita raih “Kemenangan atau Kesyahidan” menjadikan kita bekerja keras dan bersungguh-sungguh dalam menggapainya. Walau kita harus menghabiskan semua waktu kita untuknya, semua potensi kita kerahkan demi menggapainya, dan kita bawa IRODAH serta QUDROH kita untuk menapakinya. Maka orang-orang yang berbahagia adalah orang-orang yang diambil oleh Allah dalam keadaan syahid. Fatabiruu yaa Ulil Abshor “Maka ambillah pelajaran wahai orang-orang yang mempunyai penglihatan”!!!!!

Ikhwah fillah ….. Kecintaan ana kepada antum karena Allah mendorong ana untuk menorehkan pena ini dan melayangkan risalah ini kembali kepada antum sekalian. Risalah yang berisi seruan untuk beramal sholih, risalah yang berisi ajakan untuk menggapai kebahagiaan hidup di dua negeri “Negeri Dunia dan Negeri Akhirat”.

Walau harus ana telan rasa pahit berbagai ujian, dan walau harus ana tapaki jalan yang berduri dengan cercaan dan ancaman. Namun tidak ada yang ana harapkan kepada antum semua kecuali kebaikan. “Aku tidak bermaksud kecuali (mendatangkan) perbaikan selama aku masih sanggup. Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali” (QS. Hud: 88)

Ikhwah fillah …..
Allah Taala berfirman:

وَسَارِعُوٓاْ إِلَىٰ مَغۡفِرَةٖ مِّن رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلۡأَرۡضُ أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah kalian kepada ampunan dari Tuhan kalian dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”. (QS. Ali Imron : 133).

Di dalam ayat ini Allah menggunakan “Fiil Amr (Kata Kerja Perintah)”, yaitu #رِعُو$yur (Dan bersegeralah kalian). Yang maknanya Allah memerintahkan kita untuk bersegera melakukan sesuatu. Apakah sesuatu yang kita harus besegera di dalamnya? sesuatu itu adalah “Ampunan dan Jannah-Nya”. Mengapa kita harus bersegera kepada Maghfiroh-Nya sebelum Jannah-Nya? karena kita tidak akan dapat masuk jannah kecuali setelah Allah ampunkan kesalahan kita. Dengan maghfiroh Allah maka kita dapat di masukkan ke dalam jannah-Nya.

Banyak jalan menuju Roma, banyak pula jalan menuju Surga. Namun tahukan antum, “Apakah jalan pintas yang akan menyampaikan kita kepada Ampunan dan Jannah Allah?” jalan pintas itu adalah “Jihad Fie Sabilillah”.

Allah Taala berfirman:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ هَلۡ أَدُلُّكُمۡ عَلَىٰ تِجَٰرَةٖ تُنجِيكُم مِّنۡ عَذَابٍ أَلِيمٖ ١٠ تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَتُجَٰهِدُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمۡوَٰلِكُمۡ وَأَنفُسِكُمۡۚ ذَٰلِكُمۡ خَيۡرٞ لَّكُمۡ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ ١١ يَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡ وَيُدۡخِلۡكُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ وَمَسَٰكِنَ طَيِّبَةٗ فِي جَنَّٰتِ عَدۡنٖۚ ذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ ١٢
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kalian Aku tunjukkan suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (Yaitu) kalian beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa kalian. Itulah yang lebih baik bagi kalian, jika kalian mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kalian dan memasukkan kalian ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah keberuntungan yang besar”. (QS. Ash Shoff: 10-12).

Pada ayat ke-10-11 Allah menerangkan perdagangan yang tidak pernah rugi, yaitu “Jihad Fie Sabilillah”, lalu Allah menerangkan buah dari berjihad dalam ayat yang ke-12 adalah “Diampunkan dosa dan dimasukkan ke dalam Jannah”.

Allah Taala berfirman:
 لَّا يَسۡتَوِي ٱلۡقَٰعِدُونَ مِنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ غَيۡرُ أُوْلِي ٱلضَّرَرِ وَٱلۡمُجَٰهِدُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡۚ فَضَّلَ ٱللَّهُ ٱلۡمُجَٰهِدِينَ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡ عَلَى ٱلۡقَٰعِدِينَ دَرَجَةٗۚ وَكُلّٗا وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلۡحُسۡنَىٰۚ وَفَضَّلَ ٱللَّهُ ٱلۡمُجَٰهِدِينَ عَلَى ٱلۡقَٰعِدِينَ أَجۡرًا عَظِيمٗا ٩٥  دَرَجَٰتٖ مِّنۡهُ وَمَغۡفِرَةٗ وَرَحۡمَةٗۚ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورٗا رَّحِيمًا ٩٦
“Tidaklah sama antara mukmin yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk  satu derajat. kepada masing-masing mereka Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar. (yaitu) beberapa derajat dari pada-Nya, ampunan serta rahmat. dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. An Nisa’: 95-96)

Diriwayatkan oleh Al Bukhori dari Abi Huroiroh rhodhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shollallahu ‘alaihi wasllam, bersabda:

مَنْ آمَنَ بِاللهِ وَرَسُولِهِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَأَتَى الزَّكَاةَ وَصًامَ رَمَضَانَ كَانَ حَقًّا عَلَى اللهِ أَنْ يَدْخِلَهُ الْجَنَّةَ, هَاجَرَ فِي سَبِيلِ اللهِ أَوْ جَلَسَ فِي أَرْضِهَ الَّتِي وُلِدَ فِيْهَا.
قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ, أَفَلَا نُنَبِّئُ النَّاسَ بِذَلِكَ؟
قَالَ: إِنَّ فِي الْجَنَّةِ مِئَةُ دَرَجَةٌ, أَعَدّهَا اللهُ الْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِهِ, مَا بَيْنَ الدَّرَجَتَيْنِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ. فَإِذَا سَئَلْتُمُ اللهَ فَاسْئَلُوا الْفِرْدَوْسَ, فَإِنَّهُ وَسَطُ الْجَنَّةِ وَأَعْلَى الْجَنَّةِ, وَمِنْهُ تَفْجُرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ وَفَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَانِ

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan rosul-Nya, mendirikan sholat, menunaikan zakat dan shoum romadhon, maka Allah berhak memasukkannya ke dalam Jannah. Dia berhijrah di jalan Allah atau duduk di tanah kelahirannya.” (Para shahabat) bertanya : Wahai rosulullah! Bolehkah kami ceritakan hal tersebut kepada manusia? Beliau bersabda: “Sesungguhnya di dalam Jannah itu ada seratus derajat (tingkat), disediakan buat mujahidin di jalan-Nya, jarak antara dua Jannah seperti antara lagit dan bumi. Maka jika kalian meminta Jannah mintalah Al Firdaus. Karena (Jannah Al Firdaus) adalah pertengahan dan paling tingginya Jannah, dan darinya mengalir sungai-sungai Jannah, dan di atasnya adalah Singgasana Ar Rahman”. (HR. Bukhori: 2790).

Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Muslim, dari Abi Said Al Khudhri rhodhiyallahu ‘anhu, bahwasanya rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

مَنْ رَضِيَ بِاللهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِيْنًا وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَسُولًا, وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةَ. فَعَجَبَ لَهُ أَبُو سَعِيدْ, قَالَ: أَعِدْهَا عَلَيَّ يَارَسُولَ اللهِ !!
فَأَعَادَهَا عَلَيْهِ, ثُمَّ قَالَ: وَأُخْرَ ى يَرْفَعُ اللهُ بِهَا لِلْعَبْدِ مِئَةَ دَرَجَةً, مَا بَيْنَ كُلِّ دَرَجَتَيْنِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَ الْأَرْضِ. قَالَ: وَ مَاهِيَ يَارَسُولَ اللهِ؟ قَالَ: الْجِهَادُ فِي سَبيلِ اللهِ
“Barangsiapa ridho Allah sebagai Rob, Islam sebagai Dien, Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam sebagai Rosul, maka wajib baginya Jannah”. Abu Said heran, lalu berkata: “Wahai Rosulullah! Ulangilah itu untukku!, lalu (Rosulullah mengulanginya), kemudian beliau bersabda: “Dan (nikmat) yang lain adalah bahwa Allah mengangkat (derajat) bagi seorang hamba itu seratus derajat, jarak antara kedua jannah itu seperti antara langit dan bumi. (Abu Said) bertanya: Apa itu wahai rosulullah?! beliau bersabda: “Jihad Fie Sabilillah”. (HR. Muslim. 1884).

Ikhwah fillah …..
Subhanallah …..

Tidakkah kita ingin menggapai jannah tertinggi? tidakkah kita ingin mendapat kemuliaan dari Allah dengan predikat “Mujahid”? Allah Taala menempatkan para syuhada di Jannah bersama para nabi, shiddiqin, dan sholihin.

وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ فَأُوْلَٰٓئِكَ مَعَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِم مِّنَ ٱلنَّبِيِّ‍ۧنَ وَٱلصِّدِّيقِينَ وَٱلشُّهَدَآءِ وَٱلصَّٰلِحِينَۚ وَحَسُنَ أُوْلَٰٓئِكَ رَفِيقٗا ٦٩
“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya”. (QS. An Nisa: 69).

Dan Allah juga berfirman:

إِنَّ ٱللَّهَ ٱشۡتَرَىٰ مِنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ أَنفُسَهُمۡ وَأَمۡوَٰلَهُم بِأَنَّ لَهُمُ ٱلۡجَنَّةَۚ يُقَٰتِلُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ فَيَقۡتُلُونَ وَيُقۡتَلُونَۖ وَعۡدًا عَلَيۡهِ حَقّٗا فِي ٱلتَّوۡرَىٰةِ وَٱلۡإِنجِيلِ وَٱلۡقُرۡءَانِۚ وَمَنۡ أَوۡفَىٰ بِعَهۡدِهِۦ مِنَ ٱللَّهِۚ فَٱسۡتَبۡشِرُواْ بِبَيۡعِكُمُ ٱلَّذِي بَايَعۡتُم بِهِۦۚ وَذَٰلِكَ هُوَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ ١١١

“Sesungguhnya Allah Telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang Telah kamu lakukan itu, dan Itulah kemenangan yang besar”. (QS. At Taubah: 111).

Dan firman Allah:
وَلَا تَحۡسَبَنَّ ٱلَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ أَمۡوَٰتَۢاۚ بَلۡ أَحۡيَآءٌ عِندَ رَبِّهِمۡ يُرۡزَقُونَ ١٦٩ فَرِحِينَ بِمَآ ءَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضۡلِهِۦ وَيَسۡتَبۡشِرُونَ بِٱلَّذِينَ لَمۡ يَلۡحَقُواْ بِهِم مِّنۡ خَلۡفِهِمۡ أَلَّا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ ١٧٠ ۞يَسۡتَبۡشِرُونَ بِنِعۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ وَفَضۡلٖ وَأَنَّ ٱللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجۡرَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ١٧١
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman”. (QS. Ali Imron : 169-171).

Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya bagi orang yang syahid mendapatkan enam bagian (keutamaan):Diampuni dosanya sejak tetes darah pertama, diperlihatkan tempat duduknya di Jannah, Dihiasi dengan perhiasan Iman, Dinikahkan dengan Bidadari, dihindarkan dari adzab kubur, selamat dari goncangan yang dahsyat, dipakaikan mahkota di atas kepalanya dari Al Yaqut yang lebih baik dari dunia dan seisinya, dan memberi syafaat tujuh puluh kerabatnya”. (HR. Ahmad, At Turmudzi, At-Thobroni dan Ibnu Majah dengan lafazh berbeda)

Ikhwah fillah …..
Ternyata jalan pintas untuk segera sampai kepada Ampunan dan Jannah Allah adalah Jihad fie sabilillah!!!!!

Mungkin antum belum jelas bagaimana hendak berjihad? Dan dimana kita akan berjihad? Siapa yang akan kita jihadi? Dan bersama siapa kita akan berjihad? Kita berjihad fie sabilillah, dalam rangka meninggikan kalimat Allah yang tinggi, dan dalam rangka membela Islam dan kaum muslimin. Kita berjihad di mana saja bumi kita pijak yang disitu ada orang kafir harbi, terutama yang di situ ada Amerika dan sekutunya (antek-anteknya). Merekalah sasaran utama jihad kita hari ini. Adapun jika antum mampu melakukan amaliyat jihadiyah sendirian maka lakukanlah. Dan jika antum tidak mampu sendirian maka bergabunglah dengan tandzim jihad di mana antum berada, atau antum membuat kelompok kecil sendiri dalam rangka melakukan amaliyat jihadiyah.

Syekhul Mujahid Abu Abdillah Usamah bin Ladin hafidzohullah berkata :

لَا تُسَاوِرْ أَحَدًا فِيْ قَتْلِ أَمْرِيكَانِ إِمْضِ عَلَى بَرَكَاتِ اللَّهِ فَتَذَكَّرْ مَوْعِدَكَ الْجَنَّةُ
“Janganlah kalian (mengajak) musyawarah (persetujuan) pada siapa pun di dalam memerangi Amerika, berjalanlah di atas barokah Allah. lalu ingatlah bahwa janji untukmu adalah Jannah”.

Kejarlah kematian niscaya akan antum dapatkan kehidupan. Sebagaimana yang dikatakan oleh shahabat Abu bakar rhodhoyallahuanhu:

أُطْلُبُوا الْمَوْتَ تُوْهَبْ لَكَ الْحَيَاةُ
“Carilah kematian! niscaya akan engkau dapatkan kehidupan”.

Syekh asy syahid –insya Allah- Kholid al Islambuli rohimahullah berkata:

كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّحِذُ الْحَيَاةَ طَرِيْقًا إِلَى الْمَوْتِ وَأَنَّا اخْتَرْتُ الْمَوْتَ طِرِيْقًا إِلَى الْحَيَاةِ

“Mayoritas manusia menjadikan kehidupan sebagai jalan menuju kematian, dan aku jadikan kematian sebagai jalan menuju kehidupan”.

Kenapa harus mengejar kehidupan dengan kematian wahai ikhwah????.....

Karena Allah berfirman:

 وَلَا تَقُولُواْ لِمَن يُقۡتَلُ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ أَمۡوَٰتُۢۚ بَلۡ أَحۡيَآءٞ وَلَٰكِن لَّا تَشۡعُرُونَ ١٥٤

“Dan janganlah kalian mengatakan terhadap orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan (sebenarnya) mereka itu hidup1, tetapi kalian tidak menyadarinya”. (QS. Al Baqoroh : 154).

1 . Yaitu hidup dalam alam yang lain yang bukan alam kita ini, di mana mereka mendapat kenikmatan-kenikmatan di sisi Allah, dan Hanya Allah sajalah yang mengetahui bagaimana keadaan hidup itu.

وَلَا تَحۡسَبَنَّ ٱلَّذِينَ قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ أَمۡوَٰتَۢاۚ بَلۡ أَحۡيَآءٌ عِندَ رَبِّهِمۡ يُرۡزَقُونَ ١٦٩ فَرِحِينَ بِمَآ ءَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضۡلِهِۦ وَيَسۡتَبۡشِرُونَ بِٱلَّذِينَ لَمۡ يَلۡحَقُواْ بِهِم مِّنۡ خَلۡفِهِمۡ أَلَّا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ ١٧٠ يَسۡتَبۡشِرُونَ بِنِعۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ وَفَضۡلٖ وَأَنَّ ٱللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجۡرَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ١٧١

“Janganlah kalian mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rezki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman”. (QS. Ali Imron: 169-171).

Ihwah fillah ..
Marilah kita lepaskan belenggu-belenggu yang menjerat leher-leher kita dari berjihad fie sabilillah. Belenggu-belenggu itu sangatlah banyak sekali. Diantaranya: Jabatan, profesi, pekerjaan, ikatan dinas, kelompok, tokoh, keluarga, tempat tinggal, harta dan lain sebagainya.

Allah Taala berfirman:

قُلۡ إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمۡ وَأَبۡنَآؤُكُمۡ وَإِخۡوَٰنُكُمۡ وَأَزۡوَٰجُكُمۡ وَعَشِيرَتُكُمۡ وَأَمۡوَٰلٌ ٱقۡتَرَفۡتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٞ تَخۡشَوۡنَ كَسَادَهَا وَمَسَٰكِنُ تَرۡضَوۡنَهَآ أَحَبَّ إِلَيۡكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٖ فِي سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّىٰ يَأۡتِيَ ٱللَّهُ بِأَمۡرِهِۦۗ وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡفَٰسِقِينَ ٢٤
“Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan, perniagaan yang kalian khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kalian sukai, adalah lebih kalian cintai dari Allah dan RasulNya serta dari berjihad di jalanNya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan KeputusanNya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik”. (QS. At Taubah: 24).

Inilah yang biasa menjadi penjerat leher dan kaki kita untuk berjihad fie sabilillah. Dan inilah yang biasa menjadi penghalang kita untuk tidak berjihad fie sabilillah. Wal „iyadzu billah…..

Syekhul Mujahid Abu Abdillah Usamah bin Ladin hafidzohullah berkata:

Demikian juga, seharusnya kita mencari sebab-sebab internal yang pokok yang menyebabkan menyimpangnya perjalanan kita dari shirat al-Mustaqim (jalan yang lurus) dari dalam, dan dari kekuatan aktif di dalam penyimpangan, maka sesungguhnya kita dan tanpa susah payah akan kita dapatkan bahwa faktor yang terpenting di antara mereka adalah;

1.   Umara

Syaikh Abu Qatadah al-Filistini mengatakan, Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari di dalam kitab ash-Shahih susunannya, Ada seorang perempuan dari Hims bertanya kepada Abu Bakar ash-Shiddiq. Wanita itu berkata, “Apa yang menyebabkan kita tetap berada pada keadaan yang baik –Islam– ini, yang didatangkan oleh Allah setelah masa jahiliyah?” Abu Bakar mengatakan, “Kalian akan tetap berada dalam kebaikan selama pemimpin-pemimpin kalian bersikap lurus terhadap kalian”. Wanita itu bertanya lagi, “Siapakah pemimpin itu” Abu Bakar menjawab, “Apakah di dalam kaummu ada pemimpin dan pembesar yang memerintahkan sesuatu kepada mereka dan mereka mentaatinya? Wanita itu menjawab, “Ya”, Abu Bakar mengatakan, “Mereka itulah orangnya”. Kebaikan umara tergantung pada sikapnya yang menjalankan perintah Islam, menerapkan syariat Islam, menyebarkan keadilan di dalam hukum. Dan kerusakan mereka ditandai dengan meninggalkan agama Allah, tidak menegakkan agama Allah pada manusia, dan Abu Bakar telah menggantungkan kerusakan manusia ini tergantung pada kerusakan para pemimpinnya dalam katanya, “selama pemimpin-pemimpinmu masih lurus” Al-Hafidz Ibnu Hajar menyatakan di dalam Fath al-Bari, dalam menjelaskan hadis ini, “Karena manusia itu berada pada agama rajanya, maka barangsiapa pemimpinnya menyimpang dari keadaannya, maka ia telah menyimpang dan menyimpangkan orang lain”.

Oleh karena pentingnya kedudukan dan nilai umara dalam kehidupan, maka sesungguhnya asy-Syari al-Hakim (Allah yang Maha Bijaksana) memerintahkan dan mendorong kaum muslimin untuk mengawasi mereka, agar bisa meluruskan penyimpangan mereka. Andaikata tindakan ini menyebabkan datangnya madharat bagi orang yang memberi nasihat, maka Nabi saw bersabda, “Seutama-utama jihad adalah kalimat yang haq di hadapan penguasa yang lalim” (HR Ahmad dengan sanad shahih)
Ini semua berkenaan dengan pemerintah yang muslim, adapun apabila pemerintah kafir maka bagi muslim wajib menurunkannya dan melepaskan jabatannya. Al-Qadli Iyadl menuturkan, “Andaikata tiba-tiba terjadi kekufuran padanya –yakni pemimpin–, mengubah syariat, atau melakukan bidah mukaffirah maka ia keluar dari hak kekuasaan, hilanglah kewajiban taat kepadanya, dan kaum muslimin harus bangkit untuk melepaskan jabatannya (Maqalat Baina Minhajaini, h. 10)


2.   Ulama’ dan Khathib yang jahat.

Syaikh Usamah bin Ladin mengatakan, “…Demikian juga pemerintah lokal menipu kita, mereka berwala kepada kaum kuffar, kemudian mengaku masih sebagai orang Islam. Yang lebih menambah kebohongan ini adalah dibentuknya lembaga-lembaga yang bertujuan untuk membuat kekaburan diantara manusia. Orang merasa asing ketika kita berbicara bahwa sebagian lembaga itu dinisbahkan kepada syariah, fiqih, atau kepada ilmu, bahwa ia telah mengambil peran ini –baik disadari atau tidak– maka tujuan pemerintah dengan menampilkan ulama di layer televisi atau melalui siaran radio adalah untuk memberikan fatwa kepada masyarakat. Ini bukan tujuan utama dari kepentingan ini, apabila memang demikian niscaya akan ditampilkan ulama-ulama yang jujur baik di stasiun televisi lokal maupun yang lainnya, dan juga di stasiun radio lokal atau lainnya. Tetapi tujuan yang sebenarnya, bahwa lembaga ini memilliki kepentingan di saat kondisi terjepit dan pada saat vakum.

Sebagaimana kita lihat sebelumnya ketika Saudi memberikan wala kepada organisasi angkatan bersenjata Salibis Amerika, dan mengajaknya memasuki tanah Haramain, orang-orang dan para pemuda berteriak-teriak. Dan langkah aman untuk menghentikan teriakan itu, bahwa lembaga ini mengeluarkan fatwa yang memberikan legitimasi terhadap penguasa dan mereka menamakannya dengan –ulil amri– padahal ia bukanlah ulil amri yang sesungguhnya bagi kaum muslimin, maka harus waspada terhadap hal tersebut (Taujihat Manhajiyyah 1)


3.   Tokoh-tokoh Gerakan Islam yang cenderung kepada orang-orang dhalim.

Barangkali kelompok ini adalah kelompok yang paling parah dan paling besar bahayanya, karena telah mencampuradukkan antara al-haq dengan al-bathil. Syaikh Imam Ayman adh-Dhawahiri menyatakan, “Kami bertanya, manakah yang lebih berbahaya bagi jihad, pemerintah kafir yang membayar –di mesir dan yang lainnya– wartawan untuk menyerang jihad atau pemerintah menggunakan “Jamaah al-Ikhwan” untuk itu? Tidak diragukan lagi, bahwa menggunakan al-ikhwan untuk menyerang jihad jauh lebih berbahaya, karena ia menghalangi jalan Allah atas nama dawah kepada Allah, sehingga dengan argument itu akan bisa menipu kaum muslimin yang lemah imannya dan sedikit ilmunya… Tidakkah kau lihat wahai saudara Muslim, bahwa Thaghut –apabila telah dikuasai oleh kekuasaanya dan khawatir kekuasaannya akan jatuh karena aktifitas Jamaah Jihad– ia mengangkat anggota al-Ikhwan sebagai menteri, untuk membuat pencampuradukan bagi masyarakat atas nama Islam, dan memukul jihad atas nama Islam?. Syaikh Ayman adh-Dhawahiri juga mengatakan, “Institusi-institusi pemerintahan di kalangan ummat Islam masih terus membuat makar terhadap Islam dan para pemeluknya. Pemikiran mereka yang paling mutakhir adalah –bahwa mereka telah memaksa penghancuran barisan umat Islam, dan memalingkan mereka dari kewajiban syari yang termasuk wajib ain, yaitu jihad melawan orang kafir dan murtad, terutama pemerintah yang menguasai negeri kaum muslimin. Untuk mencapai rencana penghancuran ini mereka mengikutkan berbagai sarana, yang terpenting adalah mendorong seruan-seruan yang dibungkus dengan cover yang indah menarik, dan pada hakekatnya menyebabkan dua hal;
Pertama; Meruntuhkan rukun aqidah yang paling penting, yaitu rukun tunduk kepada hakimiyah Allah swt, dengan mengikut kepada pokok hukum jahiliyah demokrasi dalam perundang-undangan dengan dalih tunduk kepada hak sesama manusia dalam hal yang mereka boleh memilih karena mereka pandang bukan termasuk urusan tasyri dan aqidah… Kedua; Memposisikan jihad yang fardlu „ain vis-à-vis pemerintah murtad yang memerintah negeri Islam tersebut, bahkan memusuhi dan besikap buruk terhadap orang-orang yang menyeru kepada jihad itu, mencaci maki mereka dan menyeru agar pemerintah mengadili mereka, sedangkan imam thaghut itu berlepas tangan Di antara jamaah yang menyerukan dua hal ini untuk memecah belah barisan umat Islam adalah jamaah al-Ikhwan al-Muslimun –khususnya pada tahun-tahun terakhir ini– di mana ia berusaha untuk mencabut kekerasan dan mengumumkan sikap taat terhadap syariyyah undang-undang dasar, syariyyah undang-undang jahiliyah, syariyyah pengingkaran terhadap hak Allah dalam menentukan tasyri bagi hamba-Nya… Sesungguhnya jamaah ini memetik hasil semangat para aktifis muslim untuk bergabungkan dengan shafnya, bahkan untuk memasukkannya ke dalam peti esnya, dan untuk mangalihkan arah semangat Islam dari jihad melawan thaghut kepada mutamar dan pemilihan umum. (al-Hashad al-Murr; al-Ikhwan al-Muslimun fi sittina amman)

4.   Juru penerang pemerintah dan orang-orang yang mengikuti jejaknya
Dan hakekat yang pahit yaitu; bahwa para pemimpin telah merasa mantap dengan berbagai macam penyesatan dan hasutan yang dilakukan oleh masing-masing juru bicaranya, kemudian mereka memberangus mulut orang yang menolak mereka, kecuali orang yang dirahmati Allah…. - selesai perkataan beliau-.
(bisa dilihat di dalam terjemah taujihat manhajiah 3 hal: 9-12).

Ikhwah fillah …..

Sesungguhnya yang menentukan kita bahagia di akhirat hanyalah diri kita sendiri “Setelah Allah”, karena Allah menganugerahkan kepada kita dua hal: IRODAH (Kemauan) dan QUDROH (Potensi). Tergantung kita bawa kemana IRODAH dan QUDROH kita.

Jika antum hidup dalam suatu kelompok (jamaah), maka jangan sampai jamaah antum menjadikan penjerat leher antum untuk berjihad, dan jika antum hidup di bawah kepemimpinan seseorang, maka jangan sampai Samu wa Thoah kepadanya menghalangi antum untuk berjihad fie sabilillah. Antum boleh saja berpindah dari satu jamaah kepada jamaah lain yang lebih baik darinya, antum bisa saja berpindah kepemimpinan dari seseorang kepada orang lain yang lebih baik darinya. Karena jamaah hari ini hanyalah bagian dari JAMA’ATU MINAL MUSLIMIN (Jamaah dari jamaah-jamaah kaum muslimin), bukan JAMA’ATUL MUSLIMIN (Khilafah). Jika kita keluar dari Jamaatu Minal Muslimin menuju Jamaatu Minal Muslimin yang lebih baik, maka itu tidak melanggar syariat dan bahkan begitu seharusnya. Tapi jika kita keluar dari Jamaatul Muslimin, maka kita telah MURTAD dan halal darah, kehormatan dan harta kita. Naudzu billahi min dzalik …..

Ikhwah fillah …..

Ana seru antum untuk fanatik kepada kebenaran, bukan fanatik kepada kelompok dan atau tokoh tertentu. Ana seru antum untuk berlomba-lomba di dalam amal sholih, bukan berlomba-lomba dalam bergabung di dalam suatu jamaah. Sesungguhnya keberadaan kita hanyalah menjadi salah satu ASBAB (sebab-sebab) datangnya kemenangan dan pertolongan Allah. jika kita tidak ada maka akan ada orang lain yang akan menjadi ASBAB ini. Lebih baik kita menjadi PENGGANTI orang yang tidak mau berjihad daripada menjadi yang DIGANTI oleh orang-orang yang mau berjihad.


Bumi Allah, 13 Maret 2009 M ||16 R. Awwal 1430 H.

حَسْبُنَااللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلِ نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرِ
لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ وَالْعِزَّةُ لَلَّهِ
وَالسَّلَامُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ


Abu Bakar Ash Shiddiq rhodhiyallahu ‘anhu berkata :

أُطْلُبُ الْمَوْتَ تُو هَبْ لَكَ الْحَيَاةُ
“Carilah kematian niscaya engkau dapatkan kehidupan”



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...