Risalah dan Nida’at Ke-3
JALAN PINTAS MENUJU
AMPUNAN DAN JANNAH
ALLAH
Dari hamba Allah yang fakir akan
ampunan-Nya
Abdulah Muridusy Syahadah
Kepada Kaum Muslimin Di mana Saja Berada,
semoga dirahmati oleh Allah.
أَلسَّلَامُ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
بِسْمِ
اللَّهِ, وَالْحَمْدَ لِلَّهِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِ
الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرِسَلِيْنَ, مُحَمَّدٌ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
الْأَحْرَارِ, وَمَنْ تَبِعَهُمْ وَسَارَ عَلَى نَحْجِهِمْ مِنَ الْمُسْلِمِينَ
الْأَبْرَارِ ... وَبَعِيد
Semoga
antum semua dalam kebaikan selalu, dan semoga Allah teguhkan hati kita di atas
prinsip hingga ajal menjemput kita. Dua kebaikan yang hendak kita raih “Kemenangan
atau Kesyahidan” menjadikan kita bekerja keras dan bersungguh-sungguh dalam
menggapainya. Walau kita harus menghabiskan semua waktu kita untuknya, semua
potensi kita kerahkan demi menggapainya, dan kita bawa IRODAH serta QUDROH
kita untuk menapakinya. Maka orang-orang yang berbahagia adalah orang-orang
yang diambil oleh Allah dalam keadaan syahid. Fa‟tabiruu yaa Ulil Abshor “Maka ambillah
pelajaran wahai orang-orang yang mempunyai penglihatan”!!!!!
Ikhwah
fillah ….. Kecintaan ana kepada antum karena Allah
mendorong ana untuk menorehkan pena ini dan melayangkan risalah ini kembali
kepada antum sekalian. Risalah yang berisi seruan untuk beramal sholih, risalah
yang berisi ajakan untuk menggapai kebahagiaan hidup di dua negeri “Negeri
Dunia dan Negeri Akhirat”.
Walau
harus ana telan rasa pahit berbagai ujian, dan walau harus ana tapaki jalan
yang berduri dengan cercaan dan ancaman. Namun tidak ada yang ana harapkan
kepada antum semua kecuali kebaikan. “Aku tidak bermaksud kecuali
(mendatangkan) perbaikan selama aku masih sanggup. Dan tidak ada taufik bagiku
melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan
hanya kepada-Nya-lah aku kembali” (QS. Hud: 88)
Ikhwah
fillah …..
Allah
Ta‟ala
berfirman:
وَسَارِعُوٓاْ
إِلَىٰ مَغۡفِرَةٖ مِّن رَّبِّكُمۡ وَجَنَّةٍ عَرۡضُهَا ٱلسَّمَٰوَٰتُ وَٱلۡأَرۡضُ
أُعِدَّتۡ لِلۡمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah
kalian kepada ampunan dari Tuhan kalian dan kepada surga yang
luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang
bertakwa”. (QS. Ali Imron : 133).
Di
dalam ayat ini Allah menggunakan “Fi’il Amr (Kata Kerja Perintah)”, yaitu #رِعُو$yur
(Dan bersegeralah
kalian). Yang maknanya Allah
memerintahkan kita untuk bersegera melakukan sesuatu. Apakah sesuatu yang kita
harus besegera di dalamnya? sesuatu itu adalah “Ampunan dan Jannah-Nya”. Mengapa
kita harus bersegera kepada Maghfiroh-Nya sebelum Jannah-Nya? karena kita tidak
akan dapat masuk jannah kecuali setelah Allah ampunkan kesalahan kita. Dengan
maghfiroh Allah maka kita dapat di masukkan ke dalam jannah-Nya.
Banyak jalan menuju Roma, banyak pula
jalan menuju Surga. Namun tahukan antum, “Apakah jalan pintas yang akan
menyampaikan kita kepada Ampunan dan Jannah Allah?” jalan pintas itu
adalah “Jihad Fie Sabilillah”.
Allah Ta’ala berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ هَلۡ أَدُلُّكُمۡ عَلَىٰ تِجَٰرَةٖ تُنجِيكُم مِّنۡ عَذَابٍ أَلِيمٖ ١٠
تُؤۡمِنُونَ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَتُجَٰهِدُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ
بِأَمۡوَٰلِكُمۡ وَأَنفُسِكُمۡۚ ذَٰلِكُمۡ خَيۡرٞ لَّكُمۡ إِن كُنتُمۡ تَعۡلَمُونَ
١١ يَغۡفِرۡ لَكُمۡ ذُنُوبَكُمۡ وَيُدۡخِلۡكُمۡ جَنَّٰتٖ تَجۡرِي مِن تَحۡتِهَا ٱلۡأَنۡهَٰرُ
وَمَسَٰكِنَ طَيِّبَةٗ فِي جَنَّٰتِ عَدۡنٖۚ ذَٰلِكَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ ١٢
“Hai orang-orang yang beriman, sukakah kalian Aku tunjukkan
suatu perniagaan yang dapat menyelamatkanmu dari azab yang pedih? (Yaitu)
kalian beriman kepada Allah dan RasulNya dan berjihad di jalan Allah dengan
harta dan jiwa kalian. Itulah yang lebih baik bagi kalian, jika kalian
mengetahui. Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosa kalian dan memasukkan
kalian ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; dan (memasukkan
kamu) ke tempat tinggal yang baik di dalam jannah 'Adn. Itulah keberuntungan
yang besar”. (QS.
Ash Shoff: 10-12).
Pada ayat ke-10-11 Allah menerangkan
perdagangan yang tidak pernah rugi, yaitu “Jihad Fie Sabilillah”, lalu
Allah menerangkan buah dari berjihad dalam ayat yang ke-12 adalah “Diampunkan
dosa dan dimasukkan ke dalam Jannah”.
Allah Ta’ala berfirman:
لَّا يَسۡتَوِي ٱلۡقَٰعِدُونَ مِنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ
غَيۡرُ أُوْلِي ٱلضَّرَرِ وَٱلۡمُجَٰهِدُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ
وَأَنفُسِهِمۡۚ فَضَّلَ ٱللَّهُ ٱلۡمُجَٰهِدِينَ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡ
عَلَى ٱلۡقَٰعِدِينَ دَرَجَةٗۚ وَكُلّٗا وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلۡحُسۡنَىٰۚ وَفَضَّلَ ٱللَّهُ
ٱلۡمُجَٰهِدِينَ عَلَى ٱلۡقَٰعِدِينَ أَجۡرًا عَظِيمٗا ٩٥ دَرَجَٰتٖ مِّنۡهُ وَمَغۡفِرَةٗ
وَرَحۡمَةٗۚ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورٗا رَّحِيمًا ٩٦
“Tidaklah sama antara mukmin yang duduk
(yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang
berjihad di jalan Allah dengan harta mereka dan jiwanya. Allah melebihkan
orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. kepada masing-masing mereka
Allah menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Allah melebihkan orang-orang
yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar. (yaitu) beberapa
derajat dari pada-Nya, ampunan serta rahmat. dan adalah Allah Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang”. (QS.
An Nisa’: 95-96)
Diriwayatkan oleh Al Bukhori dari Abi
Huroiroh rhodhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shollallahu ‘alaihi wasllam, bersabda:
مَنْ آمَنَ بِاللهِ وَرَسُولِهِ وَأَقَامَ
الصَّلَاةَ وَأَتَى الزَّكَاةَ وَصًامَ رَمَضَانَ كَانَ حَقًّا عَلَى اللهِ أَنْ
يَدْخِلَهُ الْجَنَّةَ, هَاجَرَ فِي سَبِيلِ اللهِ أَوْ جَلَسَ فِي أَرْضِهَ
الَّتِي وُلِدَ فِيْهَا.
قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ, أَفَلَا
نُنَبِّئُ النَّاسَ بِذَلِكَ؟
قَالَ: إِنَّ فِي الْجَنَّةِ مِئَةُ
دَرَجَةٌ, أَعَدّهَا اللهُ الْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِهِ, مَا بَيْنَ الدَّرَجَتَيْنِ
كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ. فَإِذَا سَئَلْتُمُ اللهَ فَاسْئَلُوا
الْفِرْدَوْسَ, فَإِنَّهُ وَسَطُ الْجَنَّةِ وَأَعْلَى الْجَنَّةِ, وَمِنْهُ
تَفْجُرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ وَفَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَانِ
“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan
rosul-Nya, mendirikan sholat, menunaikan zakat dan shoum romadhon, maka Allah
berhak memasukkannya ke dalam Jannah. Dia berhijrah di jalan Allah atau duduk
di tanah kelahirannya.” (Para
shahabat) bertanya : Wahai rosulullah! Bolehkah kami ceritakan hal tersebut
kepada manusia? Beliau bersabda: “Sesungguhnya di dalam Jannah itu ada
seratus derajat (tingkat), disediakan buat mujahidin di jalan-Nya, jarak
antara dua Jannah seperti antara lagit dan bumi. Maka jika kalian meminta
Jannah mintalah Al Firdaus. Karena (Jannah Al Firdaus) adalah pertengahan dan
paling tingginya Jannah, dan darinya mengalir sungai-sungai Jannah, dan di
atasnya adalah Singgasana Ar Rahman”. (HR. Bukhori: 2790).
Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh
Muslim, dari Abi Sa‟id Al Khudhri rhodhiyallahu ‘anhu, bahwasanya rosulullah
shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ رَضِيَ بِاللهِ رَبًّا
وَبِالْإِسْلَامِ دِيْنًا وَبِمُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
رَسُولًا, وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةَ. فَعَجَبَ لَهُ أَبُو سَعِيدْ, قَالَ:
أَعِدْهَا عَلَيَّ يَارَسُولَ اللهِ !!
فَأَعَادَهَا عَلَيْهِ, ثُمَّ قَالَ:
وَأُخْرَ ى يَرْفَعُ اللهُ بِهَا لِلْعَبْدِ مِئَةَ دَرَجَةً, مَا بَيْنَ كُلِّ
دَرَجَتَيْنِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَ الْأَرْضِ. قَالَ: وَ مَاهِيَ يَارَسُولَ
اللهِ؟ قَالَ: الْجِهَادُ فِي سَبيلِ اللهِ
“Barangsiapa ridho Allah sebagai Rob, Islam sebagai Dien,
Muhammad shollallahu ‘alaihi wasallam sebagai Rosul, maka wajib baginya
Jannah”. Abu Sa’id heran, lalu berkata: “Wahai
Rosulullah! Ulangilah itu untukku!, lalu (Rosulullah mengulanginya),
kemudian beliau bersabda: “Dan (nikmat) yang lain adalah bahwa Allah
mengangkat (derajat) bagi seorang hamba itu seratus derajat, jarak antara kedua
jannah itu seperti antara langit dan bumi. (Abu Sa‟id) bertanya: Apa itu wahai
rosulullah?! beliau bersabda: “Jihad Fie Sabilillah”. (HR. Muslim.
1884).
Ikhwah fillah …..
Subhanallah …..
Tidakkah kita ingin menggapai jannah
tertinggi? tidakkah kita ingin mendapat kemuliaan dari Allah dengan predikat “Mujahid”?
Allah Ta‟ala
menempatkan para syuhada di Jannah bersama para nabi, shiddiqin, dan sholihin.
وَمَن يُطِعِ ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ
فَأُوْلَٰٓئِكَ مَعَ ٱلَّذِينَ أَنۡعَمَ ٱللَّهُ عَلَيۡهِم مِّنَ ٱلنَّبِيِّۧنَ
وَٱلصِّدِّيقِينَ وَٱلشُّهَدَآءِ وَٱلصَّٰلِحِينَۚ وَحَسُنَ أُوْلَٰٓئِكَ
رَفِيقٗا ٦٩
“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu
akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu:
Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang
saleh. dan mereka Itulah teman yang sebaik-baiknya”. (QS. An Nisa‟: 69).
Dan Allah juga berfirman:
إِنَّ ٱللَّهَ ٱشۡتَرَىٰ
مِنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ أَنفُسَهُمۡ وَأَمۡوَٰلَهُم بِأَنَّ لَهُمُ ٱلۡجَنَّةَۚ
يُقَٰتِلُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ فَيَقۡتُلُونَ وَيُقۡتَلُونَۖ وَعۡدًا عَلَيۡهِ
حَقّٗا فِي ٱلتَّوۡرَىٰةِ وَٱلۡإِنجِيلِ وَٱلۡقُرۡءَانِۚ وَمَنۡ أَوۡفَىٰ بِعَهۡدِهِۦ
مِنَ ٱللَّهِۚ فَٱسۡتَبۡشِرُواْ بِبَيۡعِكُمُ ٱلَّذِي بَايَعۡتُم بِهِۦۚ وَذَٰلِكَ
هُوَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ ١١١
“Sesungguhnya Allah Telah membeli dari
orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.
mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu
telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran.
dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka
bergembiralah dengan jual beli yang Telah kamu lakukan itu, dan Itulah
kemenangan yang besar”. (QS.
At Taubah: 111).
Dan firman Allah:
وَلَا تَحۡسَبَنَّ ٱلَّذِينَ
قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ أَمۡوَٰتَۢاۚ بَلۡ أَحۡيَآءٌ عِندَ رَبِّهِمۡ
يُرۡزَقُونَ ١٦٩ فَرِحِينَ بِمَآ ءَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضۡلِهِۦ
وَيَسۡتَبۡشِرُونَ بِٱلَّذِينَ لَمۡ يَلۡحَقُواْ بِهِم مِّنۡ خَلۡفِهِمۡ أَلَّا
خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ ١٧٠ ۞يَسۡتَبۡشِرُونَ بِنِعۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ
وَفَضۡلٖ وَأَنَّ ٱللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجۡرَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ١٧١
“Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan
Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki.
Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya kepada
mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di
belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. Mereka bergirang hati dengan
nikmat dan karunia yang yang besar dari Allah, dan bahwa Allah tidak
menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman”. (QS. Ali Imron : 169-171).
Rosulullah shollallahu ‘alaihi wasallam
bersabda: “Sesungguhnya bagi orang yang syahid mendapatkan enam bagian
(keutamaan):Diampuni dosanya sejak tetes darah pertama, diperlihatkan tempat
duduknya di Jannah, Dihiasi dengan perhiasan Iman, Dinikahkan dengan Bidadari,
dihindarkan dari adzab kubur, selamat dari goncangan yang dahsyat, dipakaikan
mahkota di atas kepalanya dari Al Yaqut yang lebih baik dari dunia dan
seisinya, dan memberi syafaat tujuh puluh kerabatnya”. (HR. Ahmad, At Turmudzi,
At-Thobroni dan Ibnu Majah dengan lafazh berbeda)
Ikhwah fillah …..
Ternyata jalan pintas untuk segera sampai
kepada Ampunan dan Jannah Allah adalah Jihad fie sabilillah!!!!!
Mungkin antum belum jelas bagaimana hendak
berjihad? Dan dimana kita akan berjihad? Siapa yang akan kita jihadi? Dan
bersama siapa kita akan berjihad? Kita berjihad fie sabilillah, dalam rangka
meninggikan kalimat Allah yang tinggi, dan dalam rangka membela Islam dan kaum
muslimin. Kita berjihad di mana saja bumi kita pijak yang disitu ada orang
kafir harbi, terutama yang di situ ada Amerika dan sekutunya (antek-anteknya).
Merekalah sasaran utama jihad kita hari ini. Adapun jika antum mampu melakukan
amaliyat jihadiyah sendirian maka lakukanlah. Dan jika antum tidak mampu
sendirian maka bergabunglah dengan tandzim jihad di mana antum berada, atau
antum membuat kelompok kecil sendiri dalam rangka melakukan amaliyat jihadiyah.
Syekhul Mujahid Abu Abdillah Usamah bin
Ladin hafidzohullah berkata :
لَا
تُسَاوِرْ أَحَدًا فِيْ قَتْلِ أَمْرِيكَانِ إِمْضِ عَلَى بَرَكَاتِ اللَّهِ
فَتَذَكَّرْ مَوْعِدَكَ الْجَنَّةُ
“Janganlah kalian (mengajak) musyawarah
(persetujuan) pada siapa pun di dalam memerangi Amerika, berjalanlah di atas
barokah Allah. lalu ingatlah bahwa janji untukmu adalah Jannah”.
Kejarlah kematian niscaya akan antum
dapatkan kehidupan. Sebagaimana yang dikatakan oleh shahabat Abu bakar
rhodhoyallahu’anhu:
أُطْلُبُوا الْمَوْتَ
تُوْهَبْ لَكَ الْحَيَاةُ
“Carilah kematian! niscaya akan engkau
dapatkan kehidupan”.
Syekh asy syahid –insya Allah- Kholid al
Islambuli rohimahullah berkata:
كَثِيْرٌ مِنَ النَّاسِ
مَنْ يَتَّحِذُ الْحَيَاةَ طَرِيْقًا إِلَى الْمَوْتِ وَأَنَّا اخْتَرْتُ
الْمَوْتَ طِرِيْقًا إِلَى الْحَيَاةِ
“Mayoritas manusia menjadikan kehidupan
sebagai jalan menuju kematian, dan aku jadikan kematian sebagai jalan menuju
kehidupan”.
Kenapa harus mengejar kehidupan dengan
kematian wahai ikhwah????.....
Karena Allah berfirman:
وَلَا تَقُولُواْ لِمَن يُقۡتَلُ فِي
سَبِيلِ ٱللَّهِ أَمۡوَٰتُۢۚ بَلۡ أَحۡيَآءٞ وَلَٰكِن لَّا تَشۡعُرُونَ ١٥٤
“Dan janganlah kalian mengatakan terhadap
orang-orang yang gugur di jalan Allah, (bahwa mereka itu) mati; bahkan
(sebenarnya) mereka itu hidup1, tetapi kalian tidak menyadarinya”. (QS. Al Baqoroh : 154).
1 . Yaitu hidup dalam alam yang lain yang
bukan alam kita ini, di mana mereka mendapat kenikmatan-kenikmatan di sisi
Allah, dan Hanya Allah sajalah yang mengetahui bagaimana keadaan hidup itu.
وَلَا تَحۡسَبَنَّ ٱلَّذِينَ
قُتِلُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ أَمۡوَٰتَۢاۚ بَلۡ أَحۡيَآءٌ عِندَ رَبِّهِمۡ
يُرۡزَقُونَ ١٦٩ فَرِحِينَ بِمَآ ءَاتَىٰهُمُ ٱللَّهُ مِن فَضۡلِهِۦ
وَيَسۡتَبۡشِرُونَ بِٱلَّذِينَ لَمۡ يَلۡحَقُواْ بِهِم مِّنۡ خَلۡفِهِمۡ أَلَّا
خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ ١٧٠ يَسۡتَبۡشِرُونَ بِنِعۡمَةٖ مِّنَ ٱللَّهِ
وَفَضۡلٖ وَأَنَّ ٱللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجۡرَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ ١٧١
“Janganlah kalian mengira bahwa
orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup di sisi
Tuhannya dengan mendapat rezki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia
Allah yang diberikan-Nya kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap
orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa
tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Mereka bergirang hati dengan nikmat dan karunia yang besar dari Allah, dan
bahwa Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman”. (QS. Ali Imron: 169-171).
Ihwah fillah …..
Marilah kita lepaskan belenggu-belenggu
yang menjerat leher-leher kita dari berjihad fie sabilillah. Belenggu-belenggu
itu sangatlah banyak sekali. Diantaranya: Jabatan, profesi, pekerjaan, ikatan
dinas, kelompok, tokoh, keluarga, tempat tinggal, harta dan lain sebagainya.
Allah Ta’ala berfirman:
قُلۡ إِن كَانَ
ءَابَآؤُكُمۡ وَأَبۡنَآؤُكُمۡ وَإِخۡوَٰنُكُمۡ وَأَزۡوَٰجُكُمۡ وَعَشِيرَتُكُمۡ
وَأَمۡوَٰلٌ ٱقۡتَرَفۡتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٞ تَخۡشَوۡنَ كَسَادَهَا وَمَسَٰكِنُ
تَرۡضَوۡنَهَآ أَحَبَّ إِلَيۡكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ وَجِهَادٖ فِي
سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّىٰ يَأۡتِيَ ٱللَّهُ بِأَمۡرِهِۦۗ وَٱللَّهُ لَا
يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡفَٰسِقِينَ ٢٤
“Katakanlah: “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara,
isteri-isteri, kaum keluarga kalian, harta kekayaan yang kalian usahakan,
perniagaan yang kalian khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kalian
sukai, adalah lebih kalian cintai dari Allah dan RasulNya serta dari berjihad
di jalanNya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan KeputusanNya". Dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik”. (QS. At Taubah: 24).
Inilah yang biasa menjadi penjerat leher
dan kaki kita untuk berjihad fie sabilillah. Dan inilah yang biasa menjadi
penghalang kita untuk tidak berjihad fie sabilillah. Wal „iyadzu billah…..
Syekhul Mujahid Abu Abdillah Usamah bin
Ladin hafidzohullah berkata:
Demikian juga, seharusnya kita mencari
sebab-sebab internal yang pokok yang menyebabkan menyimpangnya perjalanan kita
dari shirat al-Mustaqim (jalan yang lurus) dari dalam, dan dari kekuatan aktif
di dalam penyimpangan, maka sesungguhnya kita dan tanpa susah payah akan kita
dapatkan bahwa faktor yang terpenting di antara mereka adalah;
1.
Umara‟
Syaikh Abu Qatadah al-Filistini
mengatakan, Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari di dalam kitab ash-Shahih susunannya,
Ada seorang perempuan dari Hims bertanya kepada Abu Bakar ash-Shiddiq. Wanita
itu berkata, “Apa yang menyebabkan kita tetap berada pada keadaan yang baik
–Islam– ini, yang didatangkan oleh Allah setelah masa jahiliyah?” Abu Bakar
mengatakan, “Kalian akan tetap berada dalam kebaikan selama pemimpin-pemimpin
kalian bersikap lurus terhadap kalian”. Wanita itu bertanya lagi, “Siapakah
pemimpin itu” Abu Bakar menjawab, “Apakah di dalam kaummu ada pemimpin dan
pembesar yang memerintahkan sesuatu kepada mereka dan mereka mentaatinya?
Wanita itu menjawab, “Ya”, Abu Bakar mengatakan, “Mereka itulah orangnya”.
Kebaikan umara‟ tergantung
pada sikapnya yang menjalankan perintah Islam, menerapkan syari‟at Islam, menyebarkan keadilan di dalam
hukum. Dan kerusakan mereka ditandai dengan meninggalkan agama Allah, tidak
menegakkan agama Allah pada manusia, dan Abu Bakar telah menggantungkan
kerusakan manusia ini tergantung pada kerusakan para pemimpinnya dalam katanya,
“selama pemimpin-pemimpinmu masih lurus” Al-Hafidz Ibnu Hajar menyatakan di
dalam Fath al-Bari, dalam menjelaskan hadis ini, “Karena manusia
itu berada pada agama rajanya, maka barangsiapa pemimpinnya menyimpang dari
keadaannya, maka ia telah menyimpang dan menyimpangkan orang lain”.
Oleh karena pentingnya kedudukan dan nilai
umara‟ dalam
kehidupan, maka sesungguhnya asy-Syari‟ al-Hakim (Allah yang Maha Bijaksana) memerintahkan dan
mendorong kaum muslimin untuk mengawasi mereka, agar bisa meluruskan
penyimpangan mereka. Andaikata tindakan ini menyebabkan datangnya madharat bagi
orang yang memberi nasihat, maka Nabi saw bersabda, “Seutama-utama jihad adalah
kalimat yang haq di hadapan penguasa yang lalim” (HR Ahmad dengan sanad shahih)
Ini semua berkenaan dengan pemerintah yang
muslim, adapun apabila pemerintah kafir maka bagi muslim wajib menurunkannya
dan melepaskan jabatannya. Al-Qadli Iyadl menuturkan, “Andaikata tiba-tiba
terjadi kekufuran padanya –yakni pemimpin–, mengubah syari‟at, atau melakukan bid‟ah mukaffirah maka ia keluar dari hak kekuasaan,
hilanglah kewajiban taat kepadanya, dan kaum muslimin harus bangkit untuk
melepaskan jabatannya (Maqalat Baina Minhajaini, h. 10)
2.
Ulama’ dan Khathib yang jahat.
Syaikh Usamah bin Ladin mengatakan,
“…Demikian juga pemerintah lokal menipu kita, mereka berwala‟ kepada kaum kuffar, kemudian mengaku
masih sebagai orang Islam. Yang lebih menambah kebohongan ini adalah
dibentuknya lembaga-lembaga yang bertujuan untuk membuat kekaburan diantara
manusia. Orang merasa asing ketika kita berbicara bahwa sebagian lembaga itu
dinisbahkan kepada syari‟ah, fiqih, atau kepada ilmu, bahwa ia telah mengambil peran ini
–baik disadari atau tidak– maka tujuan pemerintah dengan menampilkan ulama‟ di layer televisi atau melalui siaran
radio adalah untuk memberikan fatwa kepada masyarakat. Ini bukan tujuan utama
dari kepentingan ini, apabila memang demikian niscaya akan ditampilkan ulama‟-ulama‟ yang jujur baik di stasiun televisi lokal
maupun yang lainnya, dan juga di stasiun radio lokal atau lainnya. Tetapi
tujuan yang sebenarnya, bahwa lembaga ini memilliki kepentingan di saat kondisi
terjepit dan pada saat vakum.
Sebagaimana kita lihat sebelumnya ketika
Saudi memberikan wala‟ kepada organisasi angkatan bersenjata Salibis Amerika, dan
mengajaknya memasuki tanah Haramain, orang-orang dan para pemuda
berteriak-teriak. Dan langkah aman untuk menghentikan teriakan itu, bahwa
lembaga ini mengeluarkan fatwa yang memberikan legitimasi terhadap penguasa dan
mereka menamakannya dengan –ulil amri– padahal ia bukanlah ulil amri yang
sesungguhnya bagi kaum muslimin, maka harus waspada terhadap hal tersebut (Taujihat
Manhajiyyah 1)
3.
Tokoh-tokoh Gerakan Islam yang cenderung
kepada orang-orang dhalim.
Barangkali kelompok ini adalah kelompok
yang paling parah dan paling besar bahayanya, karena telah mencampuradukkan
antara al-haq dengan al-bathil. Syaikh Imam Ayman adh-Dhawahiri menyatakan,
“Kami bertanya, manakah yang lebih berbahaya bagi jihad, pemerintah kafir yang
membayar –di mesir dan yang lainnya– wartawan untuk menyerang jihad atau
pemerintah menggunakan “Jama‟ah al-Ikhwan” untuk itu? Tidak diragukan lagi, bahwa
menggunakan al-ikhwan untuk menyerang jihad jauh lebih berbahaya, karena ia
menghalangi jalan Allah atas nama da‟wah kepada Allah, sehingga dengan argument itu akan bisa menipu
kaum muslimin yang lemah imannya dan sedikit ilmunya… Tidakkah kau lihat wahai
saudara Muslim, bahwa Thaghut –apabila telah dikuasai oleh kekuasaanya dan
khawatir kekuasaannya akan jatuh karena aktifitas Jama‟ah Jihad– ia mengangkat anggota al-Ikhwan
sebagai menteri, untuk membuat pencampuradukan bagi masyarakat atas nama Islam,
dan memukul jihad atas nama Islam?. Syaikh Ayman adh-Dhawahiri juga mengatakan,
“Institusi-institusi pemerintahan di kalangan ummat Islam masih terus membuat
makar terhadap Islam dan para pemeluknya. Pemikiran mereka yang paling mutakhir
adalah –bahwa mereka telah memaksa penghancuran barisan umat Islam, dan
memalingkan mereka dari kewajiban syar‟i yang termasuk wajib ‟ain, yaitu jihad melawan orang kafir dan murtad, terutama
pemerintah yang menguasai negeri kaum muslimin. Untuk mencapai rencana
penghancuran ini mereka mengikutkan berbagai sarana, yang terpenting adalah
mendorong seruan-seruan yang dibungkus dengan cover yang indah menarik, dan
pada hakekatnya menyebabkan dua hal;
Pertama; Meruntuhkan rukun aqidah yang paling penting, yaitu rukun
tunduk kepada hakimiyah Allah swt, dengan mengikut kepada pokok hukum jahiliyah
demokrasi dalam perundang-undangan dengan dalih tunduk kepada hak sesama
manusia dalam hal yang mereka boleh memilih karena mereka pandang bukan
termasuk urusan tasyri‟ dan aqidah… Kedua; Memposisikan jihad yang fardlu „ain
vis-à-vis pemerintah murtad yang memerintah negeri Islam tersebut, bahkan
memusuhi dan besikap buruk terhadap orang-orang yang menyeru kepada jihad itu,
mencaci maki mereka dan menyeru agar pemerintah mengadili mereka, sedangkan
imam thaghut itu berlepas tangan Di antara jama‟ah yang menyerukan dua hal ini untuk
memecah belah barisan umat Islam adalah jama‟ah al-Ikhwan al-Muslimun –khususnya
pada tahun-tahun terakhir ini– di mana ia berusaha untuk mencabut kekerasan dan
mengumumkan sikap taat terhadap syar‟iyyah undang-undang dasar, syar‟iyyah undang-undang jahiliyah, syar‟iyyah pengingkaran terhadap hak Allah
dalam menentukan tasyri‟ bagi hamba-Nya… Sesungguhnya jama‟ah ini memetik hasil semangat para aktifis
muslim untuk bergabungkan dengan shafnya, bahkan untuk memasukkannya ke dalam
peti esnya, dan untuk mangalihkan arah semangat Islam dari jihad melawan
thaghut kepada mu‟tamar dan pemilihan umum. (al-Hashad al-Murr; al-Ikhwan
al-Muslimun fi sittina amman)
4.
Juru penerang pemerintah dan orang-orang
yang mengikuti jejaknya
Dan
hakekat yang pahit yaitu; bahwa para pemimpin telah merasa mantap dengan
berbagai macam penyesatan dan hasutan yang dilakukan oleh masing-masing juru
bicaranya, kemudian mereka memberangus mulut orang yang menolak mereka, kecuali
orang yang dirahmati Allah…. - selesai perkataan beliau-.
(bisa
dilihat di dalam terjemah taujihat manhajiah 3 hal: 9-12).
Ikhwah
fillah …..
Sesungguhnya
yang menentukan kita bahagia di akhirat hanyalah diri kita sendiri “Setelah
Allah”, karena Allah menganugerahkan kepada kita dua hal: IRODAH (Kemauan)
dan QUDROH (Potensi). Tergantung kita bawa kemana IRODAH dan QUDROH
kita.
Jika
antum hidup dalam suatu kelompok (jama‟ah), maka jangan sampai jama‟ah antum menjadikan
penjerat leher antum untuk berjihad, dan jika antum hidup di bawah kepemimpinan
seseorang, maka jangan sampai Sam‟u wa Tho‟ah kepadanya menghalangi antum untuk
berjihad fie sabilillah. Antum boleh saja berpindah dari satu jama‟ah kepada jama‟ah lain yang lebih baik
darinya, antum bisa saja berpindah kepemimpinan dari seseorang kepada orang
lain yang lebih baik darinya. Karena jama‟ah hari ini hanyalah bagian dari JAMA’ATU
MINAL MUSLIMIN (Jama‟ah
dari jama‟ah-jama‟ah kaum muslimin),
bukan JAMA’ATUL MUSLIMIN (Khilafah). Jika kita keluar dari Jama‟atu Minal Muslimin
menuju Jama‟atu
Minal Muslimin yang lebih baik, maka itu tidak melanggar syari‟at dan bahkan begitu
seharusnya. Tapi jika kita keluar dari Jama‟atul Muslimin, maka kita telah MURTAD dan
halal darah, kehormatan dan harta kita. Na‟udzu billahi min dzalik …..
Ikhwah
fillah …..
Ana
seru antum untuk fanatik kepada kebenaran, bukan fanatik kepada kelompok dan
atau tokoh tertentu. Ana seru antum untuk berlomba-lomba di dalam amal sholih,
bukan berlomba-lomba dalam bergabung di dalam suatu jama‟ah. Sesungguhnya
keberadaan kita hanyalah menjadi salah satu ASBAB (sebab-sebab)
datangnya kemenangan dan pertolongan Allah. jika kita tidak ada maka akan ada
orang lain yang akan menjadi ASBAB ini. Lebih baik kita menjadi PENGGANTI orang
yang tidak mau berjihad daripada menjadi yang DIGANTI oleh orang-orang
yang mau berjihad.
Bumi
Allah, 13 Maret 2009 M ||16 R. Awwal 1430 H.
حَسْبُنَااللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيْلِ
نِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيْرِ
لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ
وَالْعِزَّةُ لَلَّهِ
وَالسَّلَامُ
عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللَّهِ وَبَرَكَاتُهُ
Abu
Bakar Ash Shiddiq rhodhiyallahu ‘anhu berkata :
أُطْلُبُ الْمَوْتَ تُو هَبْ لَكَ
الْحَيَاةُ
“Carilah
kematian niscaya engkau dapatkan kehidupan”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar