Bid’ah Maulid
Gambar: Morocco: Mawlid celebrations (AA) SUMBER
Alloh ta’ala berfirman:
قُلۡ إِن كُنتُمۡ
تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِي يُحۡبِبۡكُمُ ٱللَّهُ وَيَغۡفِرۡ لَكُمۡ
ذُنُوبَكُمۡۚ وَٱللَّهُ غَفُورٞ رَّحِيمٞ
“Katakanlah:
Jika kalian mencintai Alloh, maka ikutilah aku, niscaya Alloh akan mencintai
kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Dan Alloh Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
[Alu ‘Imron: 31]
Menjadikan hari
maulid (kelahiran Nabi) sebagai hari raya adalah sebagian dari pensyariatan
perkara-perkara baru.
Alloh ta’ala berfirman:
أَمۡ لَهُمۡ شُرَكَٰٓؤُاْ
شَرَعُواْ لَهُم مِّنَ ٱلدِّينِ مَا لَمۡ يَأۡذَنۢ بِهِ ٱللَّهُ
“Apakah
mereka mempunyai sekutu-sekutu (sesembahan-sesembahan) yang mensyariatkan bagi
mereka apa yang tidak diizinkan oleh Alloh?” [asy-Syuro:
21]
Ibnu Taymiyah rohimahulloh
berkata: “Hari-hari raya adalah satu syariat di antara syariat-syariat.
Maka wajib di dalamnya ittiba’
(mengikuti
as-Sunnah), bukan ibtida’
(membuat
bid’ah).” [Iqtidho’
ash-Shiroth al-mustaqim]
Ghuluw
(sikap
melampaui batas) terhadap para nabi adalah sebagian dari tradisi orang-orang
kafir Ahlul Kitab.
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
لَا
تَطْرُونِيْ كَما أَطْرَتْ النَّصَارَى ابْنُ مَرْيَمَ
“Janganlah kalian memujiku
secara berlebihan sebagaimana orang-orang Nashroni memuji
Ibnu Maryam secara berlebihan.” [Muttafaq
‘alaih]
Ibnu Taymiyah rohimahulloh
berkata: “Nabi shollallohu
‘alaihi wa sallam memiliki khutbah-khutbah,
perjanjian-perjanjian, dan peristiwa-peristiwa pada berbagai hari, seperti hari
Badr, Hunain, Khondaq, Fathu Makkah, waktu hijrahnya beliau, masuknya beliau ke
Madinah, serta berbagai khutbah beliau lainnya yang di dalamnya beliau
menjelaskan pondasi-pondasi agama, kemudian beliau tidak mewajibkan agar
hari-hari semacam itu dijadikan sebagai hari-hari raya. Tetapi yang melakukan
hal seperti ini adalah orang-orang Nashroni yang menjadikan semacam hari-hari
(yang di dalamnya terjadi) peristiwa-peristiwa (yang dialami oleh) Isa ‘alaihis salam sebagai
hari-hari raya; atau orang-orang Yahudi.” [Iqtidho’ ash-Shiroth
al-mustaqim]
Mendekatkan diri
kepada Alloh dengan sesuatu yang tidak pernah dikerjakan oleh Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam
dan
para sahabatnya yang mulia adalah sebagian dari bid’ah yang diharamkan dan
tercela.
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
شَرُّ
الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا ,
وَكُلُّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وُ كُلُّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلُّ ضَلَالَةٍ فِيْ
النَّارِ
“Seburuk-buruk perkara
adalah perkara-perkara baru yang diciptakan (dalam agama). Setiap perkara baru
yang diciptakan
adalah bid’ah, setiap bid’ah adalah kesesatan, dan
setiap kesesatan (pelakunya) di dalam neraka.” [Diriwayatkan
oleh an-Nasa’iy
dengan redaksi ini]
‘Abdulloh bin
Muhammad bin ‘Abdul Wahhab rohimahulloh berkata: “Di antara bid’ah
adalah: berkumpul pada waktu yang dikhususkan bagi orang-orang yang membaca siroh
al-mawlid asy-syarif, dengan keyakinan bahwa itu adalah ibadah yang
dikhususkan dan dituntut; bukan (untuk mempelajari) ilmu siroh, sebab hal itu
tidak dimaksudkan.” [ad-Duror as-Saniyyah]
Wajib hukumnya
mengingkari orang yang mengadakan bid’ah maulid atau ikut serta di dalamnya.
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ
رَاءَ مِنْكُمْ مُنْكَارًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ,
فَإِنْ لَمْ يَسَتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ, فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ,
وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْأِيمَانِ
“Barang siapa di antara
kalian melihat kemunkaran, maka hendaklah dia merubahnya dengan tangannya. Jika
tidak bisa, maka dengan lisannya. Jika tidak bisa, maka dengan hatinya, dan itu
adalah selemah-selemah iman.” [Diriwayatkan oleh Muslim]
Ibnu al-Qoyyim rohimahulloh
berkata: “Setiap bid’ah yang menyesatkan dalam agama dasarnya adalah
mengatakan sesuatu atas nama Alloh tanpa ilmu. Karena itu, salaf dan para imam
sangat mengingkarinya. Mereka meneriakkan para pelakunya dari segenap penjuru
bumi dan memberikan peringatan akan fitnah mereka dengan sekeras-sekeras
peringatan. Dan mereka berusaha keras dalam hal itu melampaui usaha keras
mereka dalam mengingkari perbuatan-perbuatan keji, kezaliman, dan
kesewenang-wenangan. Sebab, madhorot dan kerusakan (yang ditimbulkan oleh) bid’ah
terhadap agama serta pertentangan-pertentangannya dengan agama adalah lebih
besar.” [Madarij as-Salikin]
Infografik an-Naba’ – Robi’ al-Awwal
1438 H
Ditarjamah dan disebarluaskan oleh Tim |[ Penyebar Berita ]|
Mawlid in Pakistan => SUMBER
Egypt: Men worship at the Zarih, the silver monument to Imam Hussein, a key figure in the Shi'ite tradition (AA)
Turkey: Women pray at the Kocatepe Mosque (AA)
celebrate the birthday of the Prophet Muhammad, in Mumbai, India
Sumber: www.dailymail.co.uk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar