Tafsir Surat Al-A'raf, ayat 175-177
{وَاتْلُ
عَلَيْهِمْ نَبَأَ الَّذِي آتَيْنَاهُ آيَاتِنَا فَانْسَلَخَ مِنْهَا فَأَتْبَعَهُ
الشَّيْطَانُ فَكَانَ مِنَ الْغَاوِينَ (175) وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا
وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الأرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ
الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ذَلِكَ مَثَلُ
الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ
يَتَفَكَّرُونَ (176) سَاءَ مَثَلا الْقَوْمُ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا
وَأَنْفُسَهُمْ كَانُوا يَظْلِمُونَ (177) }
"Dan
bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya
ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi Al-Kitab), kemudian dia
melepaskan diri dari ayat-ayat itu, lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia
tergoda), maka jadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. Dan kalau Kami
menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat
itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah,
maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya diulurkannya
lidahnya, dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga).
Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka
ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berpikir. Amat
buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, dan kepada
diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim".
Abdur Razzaq telah meriwayatkan dari Sufyan As-Sauri, dari Al-A'masy dan
Mansur, dari Abud Duha, dari Masruq, dari Abdullah ibnu Mas'ud r .a. sehubungan
dengan makna firman-Nya: Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah
Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi AlKitab),
kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu. (Al-A’raf: 175), hingga
akhir ayat. Dia adalah seorang lelaki dari kalangan Bani Israil, dikenal dengan
nama panggilan Bal'am ibnu Ba'ura.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Syu'bah dan lain-lainnya yang bukan
hanya seorang, dari Mansur, dengan sanad yang sama.
Sa'id ibnu Abu Arubah mengatakan dari Qatadah, dari Ibnu Abbas, bahwa telaki
tersebut bernama Saifi ibnur Rahib.
Qatadah mengatakan, Ka'b pernah menceritakan bahwa dia adalah seorang telaki
dari kalangan penduduk Al-Balqa, mengetahui tentang Ismul Akbar, dan tinggal di
Baitul Maqdis dengan orang-orang yang angkara murka.Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa dia adalah seorang lelaki dari kalangan penduduk negeri Yaman, dikenal dengan nama Bal'am; ia dianugerahi pengetahuan tentang isi Al-Kitab, tetapi ia meninggalkannya.
Malik ibnu Dinar mengatakan bahwa orang itu adalah salah seorang ulama Bani
Israil, terkenal sebagai orang yang mustajab doanya; mereka datang
kepadanya di saat-saat kesulitan. Kemudian Nabi Musa a.s. mengutusnya ke raja
negeri Madyan untuk menyerukan agar menyembah Allah. Tetapi Raja Madyan
memberinya sebagian dari wilayah kekuasaannya dan memberinya banyak hadiah.
Akhirnya ia mengikuti agama raja dan meninggalkan agama Nabi Musa a.s.
Sufyan ibnu Uyaynah telah meriwayatkan dari Husain, dari Imran ibnul Haris,
dari Ibnu Abbas, bahwa orang tersebut adalah Bal'am ibnu Ba'ura. Hal yang sama
telah dikatakan oleh Mujahid dan Ikrimah.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Al-Haris, telah
menceritakan kepada kami Abdul Aziz, telah menceritakan kepada kami Israil, dari
Mugirah, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa orang tersebut
bernama Bal'am. Sedangkan menurut Saqif, dia adalah Umayyah ibnu Abu Silt.
Syu'bah telah meriwayatkan dari Ya'la ibnu Ata, dari Nafi’ ibnu Asim, dari
Abdullah ibnu Amr sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan bacakanlah kepada
mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami
(pengetahuan tentang isi Al-Kitab). (Al-A'raf: 175), hingga akhir ayat.
Bahwa dia adalah teman kalian sendiri, yaitu Umayyah ibnu Abu Silt.
Hal ini telah diriwayatkan melalui berbagai jalur dari Abdullah ibnu Amr, dan
predikat sanadnya sahih sampai kepadanya. Seakan-akan ia hanya bermaksud
bahwa Umayyah ibnu Abus Silt mirip dengan orang yang disebutkan dalam ayat ini,
karena sesungguhnya ia telah banyak menerima ilmu syariat-syariat terdahulu,
tetapi tidak dimanfaatkannya. Dia sempat menjumpai masa Nabi Saw. dan telah
sampai kepadanya tanda-tanda, alamat-alamat, dan mukjizat-mukjizatnya, sehingga
tampak jelas bagi semua orang yang mempunyai pandangan mata hati. Tetapi
sekalipun menjumpainya, ia tidak juga mau mengikuti agamanya, bahkan dia
berpihak dengan orang-orang musyrik dan membantu serta memuji mereka. Bahkan dia
mengungkapkan rasa (bela sungkawa dalam bentuk syair)nya atas kematian
kaum musyrik yang gugur dalam Perang Badar, hal ini ia ungkapkan dengan bahasa
yang berparamasastra; semoga Allah melaknatnya.
Di dalam sebagian hadis disebutkan bahwa dia termasuk orang yang lisannya
beriman, tetapi hatinya tidak beriman alias munafik; karena sesungguhnya dia
mempunyai banyak syair yang mengandung makna ketuhanan, kata-kata bijak, dan
fasih, tetapi Allah; tidak melapangkan dadanya untuk masuk Islam.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Abu Namir, telah menceritakan kepada kami Sufyan,
dari Abu Sa'id Al-A'war, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna
firman-Nya: Dan bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan
kepadanya ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi AlKitab), kemudian dia
melepaskan diri dari ayat-ayat itu (Al-A'raf: 175) Bahwa dia adalah seorang
lelaki yang dianugerahi tiga doa mustajab, dan ia mempunyai seorang istri yang
memberinya seorang anak laki-laki. Lalu istrinya berkata, "Berikanlah sebuah doa
darinya untukku." Ia menjawab, "Saya berikan satu doa kepadamu, apakah yang kamu
kehendaki?" Si istri menjawab, "Berdoalah kepada Allah semoga Dia menjadikan
diriku wanita yang tercantik di kalangan Bani Israil." Maka lelaki itu berdoa
kepada Allah, lalu Allah menjadikan istrinya seorang wanita yang tercantik di
kalangan kaum Bani Israil. Setelah si istri mengetahui bahwa dirinyalah yang
paling cantik di kalangan mereka tanpa tandingan, maka ia membenci suaminya dan
menghendaki hal yang lain. Akhirnya si lelaki berdoa kepada Allah agar
menjadikan istrinya seekor anjing betina, akhirnya jadilah istrinya seekor
anjing betina. Dua doanya telah hilang. Kemudian datanglah anak-anaknya, lalu
mereka mengatakan, "Kami tidak dapat hidup tenang lagi, karena ibu kami telah
menjadi anjing betina sehingga menjadi cercaan orang-orang. Maka doakanlah
kepada Allah semoga Dia mengembalikan ibu kami seperti sediakala." Maka lelaki
itu berdoa kepada Allah, lalu kembalilah ujud istrinya seperti keadaan semula.
Dengan demikian, ketiga doa yang mustajab itu telah lenyap darinya, kemudian
wanita itu diberi nama Al Basus. Asar ini gharib
Adapun asar yang termasyhur yang melatarbelakangi turunnya ayat yang mulia
ini hanyalah menceritakan perihal seorang lelaki di masa dahulu, yaitu di zaman
kaum Bani Israil, seperti yang telah disebutkan oleh Ibnu Mas'ud dan
lain-lainnya dari kalangan ulama Salaf.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa dia adalah
seorang lelaki dari kota orang-orang yang gagah perkasa, dikenal dengan nama
Bal'am. Dia mengetahui Asma Allah Yang Mahabesar.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam dan lain-lainnya dari kalangan ulama Salaf
mengatakan bahwa doa lelaki tersebut mustajab; tidak sekali-kali ia memohon
sesuatu kepada Allah, melainkan Allah memberikan kepadanya apa yang dimintanya
itu.
Tetapi pendapat yang sangat jauh dari kebenaran —bahkan sangat keliru— ialah yang mengatakan bahwa lelaki itu telah diberi kenabian, lalu ia melepaskan kenabian itu. Demikianlah menurut riwayat Ibnu Jarir, dari sebagian di antara mereka (ulama), tetapi tidak sahih.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ketika Nabi Musa
dan orang-orang yang bersamanya turun istirahat di tempat mereka (yakni negeri
orang-orang yang gagah perkasa), maka Bal'am (yang bertempat tinggal di negeri
itu) kedatangan anak-anak pamannya dan kaumnya. Lalu mereka berkata,
"Sesungguhnya Musa adalah seorang lelaki yang sangat perkasa dan mempunyai bala
tentara yang banyak. Sesungguhnya dia jika menang atas kita, niscaya dia akan
membinasakan kita. Maka berdoalah kepada Allah, semoga Dia mengusir Musa dan
bala tentaranya dari kita. Bal'am menjawab, "Sesungguhnya jika aku berdoa kepada
Allah memohon agar Musa dan orang-orang yang bersamanya dikembalikan, niscaya
akan lenyaplah dunia dan akhiratku." Mereka terus mendesaknya hingga akhirnya
Bal'am mau berdoa. Maka Allah melucuti apa yang ada pada dirinya. Yang demikian
itu disebutkan oleh firman-Nya: kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat
itu, lalu dia diikuti oleh setan (sampai ia tergoda). (Al-A'raf: 175),
hingga akhir ayat.
As-Saddi mengatakan bahwa setelah selesai masa empat puluh tahun, seperti apa
yang disebutkan di dalam firman Nya : maka sesungguhnya negeri ini diharamkan
atas mereka selama empat puluh tahun. (Al-Maidah: 26) Maka Allah mengutus
Yusya' ibnu Nun sebagai seorang nabi, lalu Yusya' menyeru kaum Bani Israil
(untuk menyembah Allah) dan memberitahukan kepada mereka bahwa dirinya adalah
seorang nabi, dan Allah telah memerintahkannya agar memerangi orang-orang yang
gagah perkasa. Lalu mereka berbaiat kepadanya dan mempercayainya Kemudian ada
seorang lelaki dari kalangan Bani Israil yang dikenal dengan nama Bal'am
berangkat dan menemui orang-orang yang gagah perkasa. Dia adalah orang yang
mengetahui tentang Ismul A'zam yang rahasia (apabila dibaca, maka semua
permintaannya dikabulkan seketika). Tetapi ia kafir dan berkata kepada
orang-orang yang gagah perkasa, "Janganlah kalian takut kepada Bani Israil.
Karena sesungguhnya jika kalian berangkat untuk memerangi mereka, maka saya
akan mendoakan untuk kehancuran mereka, dan akhirnya mereka pasti hancur."
Bal'am hidup di kalangan mereka dengan mendapatkan semua perkara duniawi yang
dikehendakinya, hanya saja dia tidak dapat berhubungan dengan wanita karena
wanita orang-orang yang gagah perkasa itu terlalu besar baginya. Maka Bal'am
hanya dapat menggauli keledainya. Kisah inilah yang disebutkan oleh Allah Swt.
dalam firman-Nya: kemudian dia melepaskan diri dari ayat-ayat itu
(Al-A'raf: I75)
*******************
Firman Allah Swt.:
{فَأَتْبَعَهُ
الشَّيْطَانُ}
lalu dia diikuti oleh setan (sampai dia tergoda). (Al-A'raf: 175)Artinya, setan telah menguasai dirinya dan urusannya; sehingga apabila setan menganjurkan sesuatu kepadanya, ia langsung mengerjakan dan menaatinya. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan :
{فَكَانَ
مِنَ الْغَاوِينَ}
makajadilah dia termasuk orang-orang yang sesat. (Al-A'raf: 175)Ia termasuk orang-orang yang binasa, bingung, dan sesat.
Sehubungan dengan makna ayat ini terdapat sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Al-Hafiz Abu Ya'la Al-Mausuli di dalam kitab Musnad-nya. Disebutkan bahwa:
حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ مَرْزُوقٍ، حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَكْرٍ، عَنِ الصَّلْتِ بْنِ
بَهْرام، حَدَّثَنَا الْحَسَنُ، حَدَّثَنَا جُنْدُب الْبَجَلِيُّ في هذا المسجد؛ أن
حذيفة -يعني بن الْيَمَانِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ -حَدَّثَهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسلم: "أن مِمَّا أَتَخَوَّفُ عَلَيْكُمْ رجُل
قَرَأَ الْقُرْآنَ، حَتَّى إِذَا رُؤِيَتْ بَهْجَتُهُ عَلَيْهِ وَكَانَ رِدْء
الْإِسْلَامِ اعْتَرَاهُ إِلَى مَا شَاءَ اللَّهُ، انْسَلَخَ مِنْهُ، وَنَبَذَهُ
وَرَاءَ ظَهْرِهِ، وَسَعَى عَلَى جَارِهِ بِالسَّيْفِ، وَرَمَاهُ بِالشِّرْكِ".
قَالَ: قُلْتُ: يَا نَبِيَّ اللَّهِ، أَيُّهُمَا أَوْلَى بِالشِّرْكِ: الْمَرْمِيُّ
أَوِ الرَّامِي؟ قَالَ: "بَلِ الرَّامِي".
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Marzuq, telah menceritakan
kepada kami Muhammad ibnu Bakar, dari As-Silt ibnu Bahram, telah menceritakan
kepada kami Al-Hasan, telah menceritakan kepada kami Jundub Al-Jabali di masjid
ini; Huzaifah ibnul Yaman r.a. pernah menceritakan kepadanya bahwa Rasulullah
Saw. telah bersabda: Sesungguhnya di antara hal yang saya takutkan terhadap
kalian ialah seorang lelaki yang pandai membaca Al-Qur’an, hingga manakala
keindahan Al-Qur’an telah dapat diresapinya dan Islam adalah sikap dan
perbuatannya, lalu ia tertimpa sesuatu yang dikehendaki oleh Allah, maka ia
melepaskan diri dari Al-Qur’an. Dan Al-Qur'an ia lemparkan di belakang
punggungnya (tidak diamalkannya), lalu ia menyerang tetangganya dengan
senjata dan menuduhnya telah musyrik. Huzaifah ibnul Yaman bertanya, "Wahai
Nabi Allah, manakah di antara keduanya yang lebih musyrik, orang yang dituduhnya
ataukah si penuduhnya?" Rasulullah Saw. menjawab, "Tidak, bahkan si
penuduhlah (yang lebih utama untuk dikatakan musyrik)."
Sanad hadis ini berpredikat jayyid. As-Silt ibnu Bahram termasuk ulama
siqah dari kalangan penduduk Kufah, dia tidak pernah dituduh melakukan
sesuatu hal yang membuatnya cela selain dari Irja (salah satu aliran
dalam mazhab tauhid). Imam Ahmad ibnu Hambal menilainya siqah, demikian
pula Yahya ibnu Mu'in dan lain-lainnya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَلَوْ
شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الأرْضِ وَاتَّبَعَ
هَوَاهُ}
Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya
dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa
nafsunya yang rendah. (Al-A'raf: 176)Sedangkan firman Allah Swt.:
{وَلَوْ
شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا}
Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan
(derajat)nya dengan ayat-ayat itu. (Al-A'raf: 176)Maksudnya, niscaya Kami mengangkatnya dari pencemaran kekotoran duniawi dengan ayat-ayat yang telah Kami berikan kepadanya.
{وَلَكِنَّهُ
أَخْلَدَ إِلَى الأرْضِ}
tetapi dia cenderung kepada dunia. (Al-A'raf: 176)
Yakni cenderung kepada perhiasan kehidupan dunia dan kegemerlapannya. Dia
lebih menyukai kelezatan, kenikmatan, dan bujuk rayunya. Dia teperdaya oleh
kesenangan duniawi sebagaimana teperdaya orang-orang yang tidak mempunyai
pandangan hati dan akal.
Abu Rahawaih telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: tetapi
dia cenderung kepada dunia (Al-A'raf: 176) Bahwa setan menampakkan dirinya
kepada dia di atas ketinggian sebuah jembatan di Banias, lalu keledai yang
dinaikinya bersujud kepada Allah, tetapi dia sendiri (yakni Bal'am) sujud
kepada setan itu. Hal yang sama telah dikatakan oleh Abdur Rahman ibnu Jubair
ibnu Mafir dan ulama lainnya yang bukan hanya seorang.
Imam Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan bahwa, kisah yang menyangkut lelaki ini
antara lain ialah apa yang telah diceritakan kepada kami oleh Muhammad ibnu
Abdul A'la. Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Al-Mu'tamir, dari
ayahnya yang ditanya mengenai makna ayat ini, yaitu firman-Nya: Dan
bacakanlah kepada mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya
ayat-ayat Kami (pengetahuan tentang isi AlKitab). (Al-A'raf: 175) Maka
ayahnya menceritakan kisah yang pernah ia terima dari Sayyar, bahwa dahulu kala
ada seorang lelaki yang dikenal dengan nama Bal'am. Bal'am adalah orang yang
doanya dikabulkan. Kemudian Nabi Musa berangkat dengan pasukan kaum Bani Israil
menuju negeri tempat Bal'am berada, atau negeri Syam. Lalu penduduk negeri
tersebut merasa sangat takut dan gentar terhadap Musa a.s. Maka mereka
mendatangi Bal'am dan mengatakan kepadanya, "Doakanlah kepada Allah untuk
kehancuran lelaki ini (yakni Nabi Musa a.s.) dan bala tentaranya." Bal'am
menjawab, "Tunggulah sampai aku meminta saran dari Tuhanku, atau aku diberi izin
oleh-Nya." Bal'am meminta saran dari Tuhannya dalam doanya yang memohon untuk
kehancuran Musa dan pasukannya. Maka dijawab, "Janganlah kamu mendoakan buat
kehancuran mereka, karena sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba-Ku, dan di
antara mereka terdapat nabi mereka." Maka Bal'am melapor kepada kaumnya,
"Sesungguhnya aku telah meminta saran kepada Tuhanku dalam doaku yang memohon
untuk kehancuran mereka, tetapi aku dilarang melakukannya. Maka mereka
memberikan suatu hadiah kepada Bal'am dan Bal'am menerimanya. Kemudian mereka
kembali kepada Bal'am dan mengatakan kepadanya, "Doakanlah untuk kehancuran
mereka," Bal'am menjawab, 'Tunggulah, aku akan meminta saran kepada Tuhanku."
Lalu Bal’am meminta saran Kepada Nya, ternyata Dia tidak memerintahkan sesuatu
pun kepadanya. Maka Bal'am berkata (kepada kaumnya), "Sesungguhnya aku telah
meminta saran kepada Tuhanku, tetapi Dia tidak memerintahkan sesuatu pun
kepadaku." Kaumnya berkata, "Sekiranya Tuhanmu tidak suka engkau mendoakan
untuk kehancuran mereka, niscaya Dia akan melarangmu pula sebagaimana Dia
melarangmu pada pertama kalinya.” Bal'am terpaksa berdoa untuk kebinasaan
mereka. Tetapi apabila ia mendoakan untuk kehancuran mereka (Musa dan
pasukannya), maka yang terucapkan oleh lisannya justru mendoakan untuk
kehancuran kaumnya. Dan apabila ia mendoakan untuk kemenangan kaumnya, justru
lisannya mendoakan untuk kemenangan Musa dan pasukannya atau hal yang semacam
itu, seperti apa yang dikehendaki oleh Allah. Maka kaumnya berkata, "Kami tidak
melihatmu berdoa melainkan hanya untuk kehancuran kami." Bal'am menjawab, "Tiada
yang terucapkan oleh lisanku melainkan hanya itu. Sekiranya aku tetap mendoakan
untuk kehancurannya, niscaya aku tidak diperkenankan. Tetapi aku akan
menunjukkan kepada kalian suatu perkara yang mudah-mudahan dapat menghancurkan
mereka. Sesungguhnya Allah murka terhadap perbuatan zina, dan sesungguhnya jika
mereka terjerumus ke dalam perbuatan zina, niscaya mereka akan binasa; dan aku
berharap semoga Allah membinasakan mereka melalui jalan ini." Bal'am melanjutkan
ucapannya, "Karena itu, keluarkanlah kaum wanita kalian untuk menyambut mereka.
Sesungguhnya mereka adalah kaum yang sedang musafir, mudah-mudahan saja mereka
mau berzina sehingga binasalah mereka." Kemudian mereka melakukan hal itu dan
mengeluarkan kaum wanita mereka menyambut pasukan Nabi Musa a.s. Tersebutlah
bahwa raja mereka mempunyai seorang anak perempuan, perawi menyebutkan perihal
kebesaran tubuhnya yang kenyataannya hanya Allah yang mengetahuinya. Lalu
ayahnya atau Bal'am berpesan kepadanya, "Janganlah engkau serahkan dirimu selain
kepada Musa." Akhirnya pasukan Bani Israil terjerumus ke dalam perbuatan zina.
Kemudian datanglah kepada wanita tadi seorang pemimpin dari salah satu kabilah
Bani Israil yang menginginkan dirinya. Maka wanita itu berkata, "Saya tidak mau
menyerahkan diri saya selain kepada Musa." Pemimpin suatu Kabilah menjawab
“Sesungguhnya kedudukanmu adalah anu dan anu, dan keadaanku anu dan anu."
Akhirnya si wanita mengirim utusan kepada ayahnya meminta saran darinya. Maka
ayahnya berkata kepadanya, "Serahkanlah dirimu kepadanya." Lalu pemimpin kabilah
itu menzinainya. Ketika mereka berdua sedang berzina, datanglah seorang lelaki
dari Bani Harun seraya membawa tombak, lalu menusuk keduanya. Allah memberinya
kekuatan yang dahsyat sehingga keduanya menjadi satu tersatekan oleh tombaknya,
kemudian ia mengangkat keduanya dengan tombaknya itu, sehingga semua orang
melihatnya. Maka Allah menimpakan penyakit ta'un kepada mereka, sehingga matilah
tujuh puluh ribu orang dari kalangan pasukan Bani Israil.
Abul Mu'tamir mengatakan, Sayyar telah menceritakan kepadanya bahwa Bal'am
mengendarai keledainya hingga sampai di suatu tempat yang dikenal dengan nama
Al-Ma'luli atau suatu jalan yang menuju Al-Ma'luli. Lalu Bal'am memukuli
keledainya, tetapi keledainya itu tidak mau maju, bahkan hanya berdiri saja di
tempat. Lalu keledai itu berkata kepadanya, "Mengapa engkau terus memukuliku?
Tidakkah engkau melihat apa yang ada di hadapanmu ini?" Tiba-tiba setan
menampakkan diri di hadapan Bal'am. Lalu Bal'am turun dan bersujud kepada setan
itu. Inilah yang disebutkan oleh firman Allah Swt.: Dan bacakanlah kepada
mereka berita orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami
(pengetahuan tentang isi AlKitab) kemudian dia melepaskan diri dari
ayat-ayat itu. (Al-A'raf: 175) sampai dengan firman-Nya: agar mereka
berpikir. (Al-A'raf: 176)
Demikianlah yang diceritakan oleh Sayyar kepadaku, tetapi aku tidak tahu
barangkali di dalamnya kemasukan sesuatu dari kisah lainnya.
Menurut kami dia adalah Bal'am. Menurut suatu pendapat yaitu Bal'am Ibnu
Ba'ura, menurut pendapat lainnya Ibnu Ibr, dan menurut pendapat yang lainnya dia
adalah Ibnu Ba'ur ibnu Syahtum ibnu Qusytum ibnu Maab ibnu Lut ibnu Haran,
sedangkan menurut pendapat yang lainnya lagi adalah Ibnu Haran ibnu Azar. Dia
tinggal di suatu kampung yang berada di wilayah Al-Balqa.
Ibnu Asakir mengatakan bahwa dialah orang yang mengetahui Ismul A'zam,
lalu ia murtad dari agamanya; kisahnya disebutkan di dalam Al-Qur'an.
Kemudian sebagian dari kisahnya adalah seperti yang telah disebutkan di atas,
bersumberkan dari Wahb dan lain-lainnya.
Muhammad ibnu lshaq ibnu Yasar telah meriwayatkan dari Salim Abun Nadr; ia
pernah menceritakan bahwa Musa a.s. ketika turun di negeri Kan'an—bagian dari
wilayah Syam—maka kaum Bal'am datang menghadap kepada Bal'am dan mengatakan
kepadanya, "Musa ibnu Imran telah datang bersama dengan pasukan Bani Israil. Dia
datang untuk mengusir kita dari negeri kita dan akan membunuh kita, lalu
membiarkan tanah ini dikuasai oleh Bani Israil. Dan sesungguhnya kami adalah
kaummu yang dalam waktu yang dekat tidak akan mempunyai tempat tinggal lagi,
sedangkan engkau adalah seorang lelaki yang doanya diperkenankan Tuhan. Maka
keluarlah engkau dan berdoalah untuk kehancuran mereka." Bal'am menjawab,
"Celakalah kalian! Nabi Allah ditemani oleh para malaikat dan orang-orang
mukmin, maka mana mungkin saya pergi mendoakan untuk kehancuran mereka,
sedangkan saya mengetahui Allah tidak akan menyukai hal itu?" Mereka mengatakan
kepada Bal'am, "Kami tidak akan memiliki tempat tinggal lagi." Mereka
terus-menerus meminta dengan memohon belas kasihan dan berendah diri kepada
Bal'am untuk membujuknya. Akhirnya Bal'am terbujuk. Lalu Bal'am menaiki keledai
kendaraannya menuju ke arah sebuah bukit sehingga ia dapat melihat perkemahan
pasukan kaum Bani Israil, yaitu Bukit Hasban. Setelah berjalan tidak begitu
jauh, keledainya mogok, tidak mau jalan. Maka Bal'am turun dari keledainya dan
memukulinya hingga keledainya mau bangkit dan berjalan, lalu Bal'am menaikinya.
Tetapi setelah berjalan tidak jauh, keledainya itu mogok lagi, dan Bal'am
memukulinya kembali, lalu menjewer telinganya. Maka secara aneh keledainya dapat
berbicara —memprotes tindakannya—seraya mengatakan, "Celakalah kamu. hai Bal’am,
ke manakah kamu akan pergi. Tidakkah engkau melihat para malaikat berada di
hadapanku menghalang-halangi jalanku? Apakah engkau akan pergi untuk mendoakan
buat kehancuran Nabi Allah dan kaum mukminin?" Bal'am tidak menggubris protesnya
dan terus memukulinya, maka Allah memberikan jalan kepada keledai itu setelah
Bal'am memukulinya. Lalu keledai itu berjalan membawa Bal'am hingga sampailah
di atas puncak Bukit Hasban, di atas perkemahan pasukan Nabi Musa dan kaum Bani
Israil. Setelah ia sampai di tempat itu, maka ia berdoa untuk kehancuran mereka.
Tidak sekali-kali Bal'am mendoakan keburukan untuk Musa dan pasukannya,
melainkan Allah memalingkan lisannya hingga berbalik mendoakan keburukan bagi
kaumnya. Dan tidak sekali-kali Bal'am mendoakan kebaikan buat kaumnya, melainkan
Allah memalingkan lisannya hingga mendoakan kebaikan buat Bani Israil. Maka
kaumnya berkata kepadanya, "Tahukah engkau, hai Bal'am, apakah yang telah kamu
lakukan? Sesungguhnya yang kamu doakan hanyalah untuk kemenangan mereka dan
kekalahan kami." Bal'am menjawab, "Ini adalah suatu hal yang tidak saya kuasai,
hal ini merupakan sesuatu yang telah ditakdirkan oleh Allah." Maka ketika itu
lidah Bal'am menjulur keluar sampai sebatas dadanya, lalu ia berkata kepada
kaumnya, "Kini telah lenyaplah dariku dunia dan akhiratku, dan sekarang tiada
jalan lain bagiku kecuali harus melancarkan tipu muslihat dan kilah yang jahat.
Maka aku akan melancarkan tipu muslihat buat kepentingan kalian. Sekarang
percantiklah wanita-wanita kalian dan berikanlah kepada mereka berbagai macam
barang dagangan. Setelah itu lepaskanlah mereka pergi menuju tempat perkemahan
pasukan Bani Israil untuk melakukan jual beli di tempat mereka, dan
perintahkanlah kepada kaum wanita kalian agar jangan sekali-kali ada seorang
wanita yang menolak bila dirinya diajak berbuat mesum dengan lelaki dari
kalangan mereka. Karena sesungguhnya jika ada seseorang dari mereka berbuat
zina, maka kalian akan dapat mengalahkan mereka." Lalu kaum Bal'am melakukan apa
yang telah diperintahkan. Ketika kaum wanita itu memasuki perkemahan pasukan
Bani Israil seorang wanita dari Kan'an (kaum Bal'am) yang dikenal dengan nama
Kusbati, anak perempuan pemimpin kaumnya bersua dengan seorang lelaki dari
kalangan pembesar kaum Bani Israil. Lelaki tersebut bernama Zumri ibnu Syalum,
pemimpin kabilah Syam'un ibnu Ya'qub ibnu Ishaq ibnu Ibrahim. Ketika Zumri
melihat Kusbati, ia terpesona oleh kecantikannya. Lalu ia bangkit dan memegang
tangan Kusbati, kemudian membawanya menghadap kepada Nabi Musa. Zumri berkata,
"Sesungguhnya aku menduga engkau akan mengatakan bahwa ini diharamkan atas
dirimu, janganlah kamu mendekatinya." Musa a.s. berkata, "Dia haram bagimu!"
Zumri menjawab, "Demi Allah, saya tidak mau tunduk kepada perintahmu dalam hal
ini." Lalu Zumri membawa Kusbati masuk ke dalam kemahnya dan menyetubuhinya.
Maka Allah Swt. mengirimkan penyakit ta'un kepada kaum Bani Israil di perkemahan
mereka. Pada saat Zumri ibnu Syalum melakukan perbuatan mesum itu Fanhas ibnul
Aizar ibnu Harun —pengawal pribadi Musa— sedang tidak ada di tempat. Penyakit
ta'un datang melanda mereka, dan tersiarlah berita itu. Lalu Fanhas mengambil
tombaknya yang seluruhnya terbuat dari besi, kemudian ia memasuki kemah Zumri
yang saat itu sedang berbuat zina, lalu Fanhas menyate keduanya dengan
tombaknya. Ia keluar seraya mengangkat keduanya setinggi-tingginya dengan
tombaknya. Tombaknya itu ia jepitkan ke lengannya dengan bertumpu ke bagian
pinggangnya, sedangkan batangnya ia sandarkan ke janggutnya. Dia (Fanhas) adalah
anak pertama Al-Aizar. Kemudian ia berdoa, "Ya Allah, demikianlah pembalasan
yang kami lakukan terhadap orang yang berbuat durhaka kepada Engkau." Maka
ketika itu juga penyakit ta'un lenyap. Lalu dihitunglah orang-orang Bani Israil
yang mati karena penyakit ta'un sejak Zumri berbuat zina dengan wanita itu
hingga Fanhas membunuhnya, ternyata seluruhnya berjumlah tujuh puluh ribu orang.
Sedangkan menurut perhitungan orang yang meminimkan jumlahnya dari kalangan
mereka, dua puluh ribu jiwa telah melayang dalam jarak waktu satu jam di siang
hari. Sejak saat itulah kaum Bani Israil memberikan kepada anak-anak Fanhas dari
setiap korban yang mereka sembelih, yaitu bagian leher, kaki depan, dan janggut
korbannya, serta anak yang pertama dari ternak mereka dan yang paling disayangi,
karena Fanhas adalah anak pertama dari ayahnya yang bernama Al-Aizura. Sehubungan dengan Bal'am ibnu
Ba'ura ini, kisahnya disebutkan oleh Allah Swt.: dan bacakanlah kepada
mereka kisah orang yang telah Kami berikan kepadanya ayat-ayat Kami
(pengetahuan tentang isi Al-Kitab), kemudian dia melepaskan diri dari
ayat-ayat itu. ( Al-A' raf: 175) sampai dengan firman-Nya: agar mereka
berpikir. (Al-A'raf: 176)
*******************
Adapun firman Allah Swt.:
{فَمَثَلُهُ
كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ
يَلْهَثْ}
maka perumpamaannya seperti anjing, jika kamu menghalaunya
diulurkannya lidahnya, dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya
(juga)- (Al-A'raf: 176)
Para ahli tafsir berbeda pendapat mengenai maknanya. Menurut teks Ibnu Ishaq,
dari Salim, dari Abun Nadr, lidah Bal'am terjulur sampai dadanya. Lalu dia
diserupakan dengan anjing yang selalu menjulurkan lidahnya dalam kedua keadaan
tersebut, yakni jika dihardik menjulurkan lidahnya, dan jika dibiarkan tetap
menjulurkan lidahnya.
Menurut pendapat lain, makna yang dimaksud ialah 'Bal'am menjadi seperti
anjing dalam hal kesesatannya dan keberlangsungannya di dalam kesesatan serta
tidak adanya kemauan memanfaatkan doanya untuk keimanan. Perihalnya diumpamakan
dengan anjing yang selalu menjulurkan lidahnya dalam kedua keadaan tersebut,
jika dihardik menjulurkan lidahnya, dan jika dibiarkan tetap menjulurkan
lidahnya tanpa ada perubahan. Demikian pula keadaan Bal'am, dia tidak
memanfaatkan pelajaran dan doanya buat keimanan; perihalnya sama dengan orang
yang tidak memilikinya. Sama halnya dengan pengertian Yang terkandung di dalam
Firman-Nya :
{سَوَاءٌ
عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا
يُؤْمِنُونَ}
Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan kepada mereka ataukah kamu tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman. (Al Baqarah: 6, Yasin: 10)
{اسْتَغْفِرْ
لَهُمْ أَوْ لَا تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ إِنْ تَسْتَغْفِرْ لَهُمْ سَبْعِينَ مَرَّةً
فَلَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَهُمْ}
Kamu memohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi
mereka (adalah sama saja). Kendatipun kamu memohonkan ampun bagi mereka
tujuh puluh kali, namun Allah sekali-kali tidak akan memberi ampun kepada
mereka. (At-Taubah: 80)
dan ayat-ayat lainnya yang semakna.
Menurut pendapat lainnya, makna yang dimaksud ialah 'kalbu orang kafir dan
orang munafik serta orang yang sesat kosong dari hidayah, hatinya penuh dengan
penyakit yang tak terobatkan’. Kemudian pengertian ini diungkapkan ke dalam
ungkapan itu. Hal yang semisal telah dinukil dari Al-Hasan Al-Basri dan
lain-lainnya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{فَاقْصُصِ
الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ}
Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah agar mereka berpikir. (Al-A'raf: 176)
Allah Swt. berfirman kepada Nabi-Nya, yaitu Nabi Muhammad Saw.: Maka
ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah agar mereka (Al-A'raf: 176)
yakni agar Bani Israil mengetahui kisah Bal'am dan apa yang telah menimpanyanya
yaitu disesatkan oleh Allah dan dijauhkan dari rahmat-Nya, karena dia telah
salah menggunakan nikmat Allah yang telah dikaruniakan kepadanya, nikmat itu
ialah Ismul A'zam yang diajarkan Allah kepadanya. Ismul A'zam
adalah suatu doa yang apabila dipanjatkan untuk memohon sesuatu, niscaya
dikabulkan dengan seketika. Ternyata Bal'am menggunakan doa mustajab ini untuk
selain ketaatan kepada Tuhannya, bahkan menggunakannya untuk memohon kehancuran
bagi bala tentara- Tuhan Yang Maha Pemurah, yaitu orang-orang yang beriman,
pengikut hamba dan rasul-Nya di masa itu, yakni Nabi Musa ibnu Imran a.s. yang
dijuluki sebagai Kalimullah (orang yang pernah diajak berbicara secara
langsung oleh Allah). Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{لَعَلَّهُمْ
يَتَفَكَّرُونَ}
agar mereka berpikir. (Al-A'raf: 176)
Maksudnya, mereka harus bersikap waspada supaya jangan terjerumus ke dalam
perbuatan yang semisal, karena sesungguhnya Allah telah memberikan ilmu kepada
kaum Bani Israil (di masa Nabi Saw.) dan membedakan mereka di atas selain mereka
dari kalangan orang-orang Arab. Allah telah menjadikan mereka memiliki
pengetahuan tentang sifat Nabi Muhammad melalui kitab yang ada di tangan mereka;
mereka mengenalnya sebagaimana mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Mereka
adalah orang-orang yang paling berhak dan paling utama untuk mengikuti Nabi
Saw., membantu, dan menolongnya, seperti yang telah diberitakan kepada mereka
oleh nabi-nabi mereka yang memerintahkan kepada mereka untuk mengikutinya.
Karena itulah orang-orang yang menentang dari kalangan mereka (Bani Israil)
terhadap apa yang ada di dalam kitab mereka, lalu menyembunyikannya, sehingga
hamba-hamba Allah yang lain tidak mengetahuinya, maka Allah menimpakan kepada
mereka kehinaan di dunia yang terus berlangsung sampai kehinaan di akhirat.
*******************
Firman Allah Swt.:
{سَاءَ
مَثَلا الْقَوْمُ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا}
Amat buruklah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami., Al- A'raf: 177) .
Allah Swt. berfirman bahwa seburuk-buruknya perumpamaan adalah perumpamaan
orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Dengan kata lain, seburuk-buruk
perumpamaan adalah perumpamaan mereka yang diserupakan dengan anj ing, karena
anj ing tidak ada yang dikejarnya selain mencari makanan dan menyalurkan nafsu
syahwat. Barang siapa yang menyimpang dari jalur ilmu dan jalan petunjuk, lalu
mengejar kemauan hawa nafsu dan berahinya, maka keadaannya mirip dengan anjing;
dan seburuk-buruk perumpamaan ialah yang diserupakan dengan anjing. Karena
itulah di dalam sebuah hadis sahih disebutkan bahwa Nabi Saw. telah
bersabda:
"لَيْسَ
لَنَا مَثَلُ السَّوْءِ، الْعَائِدُ فِي هِبَتِهِ كَالْكَلْبِ يَعُودُ فِي
قَيْئِهِ"
Tiada pada kami suatu perumpamaan yang lebih buruk daripada perumpamaan
seseorang yang mencabut kembali hibahnya, perumpamaannya sama dengan anjing,
yang memakan kembali muntahnya.
*******************
Firman Allah Swt.:
{وَأَنْفُسَهُمْ
كَانُوا يَظْلِمُونَ}
dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim. (Al-A'raf:
177)
Maksudnya. Allah tidak menganiaya mereka, tetapi mereka sendirilah yang
menganiaya dirinya sendiri karena berpaling dari mengikuti jalan hidayah dan
taat kepada Tuhan, lalu cenderung kepada keduniawian yang fana dan mengejar
kelezatan serta kemauan hawa nafsu.
source: www.ibnukatsironline.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar