Kaum Mujahidin Mencontoh
SIKAP KASAR SALAF
Terhadap Orang Murtad
Majalah Al Jama’a h / Al Jazaair / Edisi 13 Shofar 1418 H
Alih Bahasa : Abu Sulaiman
Aman Abdurrahman
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ مَن يَرۡتَدَّ مِنكُمۡ عَن دِينِهِۦ فَسَوۡفَ يَأۡتِي ٱللَّهُ بِقَوۡمٖ
يُحِبُّهُمۡ وَيُحِبُّونَهُۥٓ أَذِلَّةٍ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى ٱلۡكَٰفِرِينَ
يُجَٰهِدُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوۡمَةَ لَآئِمٖۚ ذَٰلِكَ
فَضۡلُ ٱللَّهِ يُؤۡتِيهِ مَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ ٥٤
“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang
murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah
mencintai mereka dan mereka pun mencintaiNYA, yang bersikap lemah lembut
terhadap orang yang beriman (kaum mu’minin) dan bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang selalu berjihad di jalan Allah dan yang tidak takut
kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya
kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha
Mengetahui” (QS. Al Maidah: 54)
Mereka itulah orang-orang yang menjihadi kaum murtaddin (orang-orang
murtad) yang tidak merugikan Allah sedikitpun, dan Dia siapkan mereka untuk
membela agama-Nya dan menjaga pilar-pilarnya. Abu Bakar dan para sahabatnya radliyallahu 'anhum, di
tengah mereka ada auliyaaullah (wali-wali Allah) dan orang-orang khusus pilihan Allah
yang tentangnya Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah kalian mencela sahabatku….”
Dan tentang mereka, Abdullah Ibnu Mas’ud radliyallahu 'anhu berkata:
“Siapa yang mencontoh maka hendaklah
mencontoh kepada orang yang sudah meninggal….”, merekalah orang-orang yang menjaga petunjuk-petunjuk Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan tuntunannya dalam setiap hal yang besar dan kecil,
mereka mengamalkannya dan mereka menyampaikannya.
Dan di antara hal itu adalah perintah Allah ‘Azza wa Jalla kepada
kita untuk memerangi orang-orang kafir, orang-orang murtad serta orang-orang
yang memerangi Allah dan Rasul-Nya shallallahu
'alaihi wa sallam dengan tangan dan
lisan secara bersamaan, bersikap kasar terhadap mereka serta tidak mengenal
rasa kasihan dan iba terhadap mereka, karena mereka telah menghalang-halangi
(orang-orang) dari jalan Allah, sehingga mereka sesat dan menyesatkan banyak
orang. Allah telah berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ قَٰتِلُواْ ٱلَّذِينَ يَلُونَكُم مِّنَ ٱلۡكُفَّارِ وَلۡيَجِدُواْ
فِيكُمۡ غِلۡظَةٗۚ وَٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلۡمُتَّقِينَ ١٢٣
“Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang
ada di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka mendapatkan kekerasan daripadamu,
dan ketahuilah bahwasannya Allah beserta orang-orang yang bertaqwa.” (QS. At Taubah : 123)
Inilah sirah Nabi shallallahu
'alaihi wa sallam ada di hadapan
kita, di mana para sahabat radliyallahu
'anhum bila perang berkecamuk dan musuh
menghadangi, engkau dapatkan mereka di belakang Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan melindungi diri dengannya. Mereka membentengi diri
dengan beliau dan beliau orang yang paling dekat terhadap musuh, serta yang
paling keras dalam peperangan, padahal beliau adalah orang yang paling kasih
sayang dan paling santun terhadap mereka, sebagaimana yang Allah ta’ala firmankan
tentangnya:
وَمَآ
أَرۡسَلۡنَٰكَ إِلَّا رَحۡمَةٗ لِّلۡعَٰلَمِينَ
“Dan tiadalah Kami mengutus kamu melainkan untuk (menjadi) rahmat
bagi sekalian alam.” (QS. Al Anbiya:
107).
Dan berfirman
pula tentangnya:
وَلَوۡ
كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلۡقَلۡبِ لَٱنفَضُّواْ مِنۡ حَوۡلِكَ
“Sekiranya
kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.”
(QS. Ali Imron: 159)
Tidak ada orang yang lebih penyayang terhadap ummat ini daripada
beliau shallallahu 'alaihi wa sallam. Tetapi apa yang beliau lakukan terhadap kafilah ‘Uraniyyin? Yaitu
orang-orang yang datang mengeluhkan penyakit kepada beliau, kemudian beliau mengutus
mereka untuk berobat dari air susu dan air seni onta. Namun, mereka malah murtad dari Islam
setelah mereka sembuh, bahkan mereka membunuh si penggembala dan membawa pergi
onta-ontanya. Maka Rasulullah shallallahu
'alaihi wa sallam pun mengirim orang-orang
untuk menyusul mereka, dan merekapun dapat dihadirkan ke hadapan beliau, kemudian
beliau memotong tangan dan kaki mereka, dan menusukkan paku-paku yang sudah
panas dibakar ke mata mereka, kemudian beliau menghempaskan mereka di terik matahari
dan tidak diberi air, sampai-sampai seorang di antara mereka menjilat-jilat
tanah dengan mulutnya saking hausnya, sehingga mereka mati semuanya.
Ketahuilah, bahwa Allah tidak menurunkan satu ayatpun di dalam Al
Qur’an ini dan tidak ada satu hadits pun dari hadits-hadits yang shahih lagi tsabit (kokoh) dari
As Sunnah ini, melainkan pasti (pernah ada) suatu kaum telah mengamalkannya,
dan akan mengamalkan dengannya pula kaum yang lain –senang dengannya orang yang
senang, dan benci dengannya orang-orang yang benci–.
(Dialah) orang yang tergolong orang-orang yang bersyukur lagi
teguh di atas dien ini dan berupaya keras lagi tabah di atas manhaj yang lurus
ini lagi dicintai Allah dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam, maka
sesungguhnya dia menjihadi setiap orang yang murtad lagi keluar menentang dien
ini dan menghalang-halangi (orang lain) dari jalan Rabbul ‘aalamiin, serta dia bersikap kasar terhadap
mereka..
Seperti keadaan mereka para thaghut dan murtaddin musuh-musuh dien
ini yang telah melepaskan diri dari Islam secara total –walaupun mereka shalat,
shaum dan mengaku muslim– dan mereka intisab (mengeksiskan diri) kepada kaum
kuffar (kafirin) dan pemikiran-pemikirannya yang buruk, serta mereka membuat qowanin wadhi’iyyah (undang-undang
buatan manusia) kemudian mereka diikuti manusia di dalamnya dan rela dengan
kehinaan dalam dien mereka. Mereka hancurkan masjid-masjid yang menyiarkan Al Haq dan mereka perangi jama’ahnya. Mereka
buka pintu-pintu kerusakan dan munkarat kemungkaran) selebar-lebarnya, mereka halalkan darah dan
kehormatan serta harta kaum muslimin, kemudian mereka membunuh, menahan, dan
mengkoyak kehormatan. Dan mereka hari ini berlaku biadab terhadap ikhwan kita
yang terpenjara dan memperlakukannya dengan perlakuan-perlakuan yang kejam. Kita memohon kepada Allah agar mengadzab mereka dengan
tangan-tangan kita di dunia sebelum (mengadzab mereka) di akherat, melegakan
dada kami dan menghilangkan panas hati kita...
Kemudian, bagaimana kita tidak bersikap kasar terhadap mereka?
Atau (bagaimana) kita tidak berupaya menjihadi mereka sebagai bentuk pembalasan
untuk ikhwan kami? Apalagi (diam) dari memeranginya untuk membela dien ini
serta melindungi keutuhan Islam dan kaum muslimin? Sedangkan Allah a’ala
berfirman:
أَلَا تُقَٰتِلُونَ قَوۡمٗا
نَّكَثُوٓاْ أَيۡمَٰنَهُمۡ وَهَمُّواْ بِإِخۡرَاجِ ٱلرَّسُولِ وَهُم بَدَءُوكُمۡ
أَوَّلَ مَرَّةٍۚ أَتَخۡشَوۡنَهُمۡۚ فَٱللَّهُ أَحَقُّ أَن تَخۡشَوۡهُ إِن كُنتُم
مُّؤۡمِنِينَ ١٣ قَٰتِلُوهُمۡ يُعَذِّبۡهُمُ ٱللَّهُ بِأَيۡدِيكُمۡ وَيُخۡزِهِمۡ
وَيَنصُرۡكُمۡ عَلَيۡهِمۡ وَيَشۡفِ صُدُورَ قَوۡمٖ مُّؤۡمِنِينَ ١٤ وَيُذۡهِبۡ
غَيۡظَ قُلُوبِهِمۡۗ وَيَتُوبُ ٱللَّهُ عَلَىٰ مَن يَشَآءُۗ وَٱللَّهُ عَلِيمٌ
حَكِيمٌ ١٥
“Mengapakah kamu tidak memerangi orang-orang yang merusak sumpah
(janjinya), padahal mereka telah keras
kemauannya unruk mengusir Rasul dan merekalah yang pertama kali memulai
memerangi kamu? Mengapakah kamu takut kepada mereka padahal Allahlah yang berhak untuk kamu takuti, jika kamu
benar-benar orang yang beriman. Perangilah mereka, niscaya Allah akan menyiksa
mereka dengan (perantaraan) tangan-tanganmu dan Allah akan menghinakan mereka dan menolong kamu
terhadap mereka, serta melegakan hati orang-orang yang beriman dan
menghilangkan panas hati orang-orang mukmin. Dan Allah menerima taubat orang
yang dikehendaki-Nya. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (QS.At Taubah: 13-15)
Ini adalah support (dukungan) dari Allah ta’ala, penyemangat dan
memanas-manasi untuk memerangi kafirin dan membabat mereka dan terutama kaum
murtadin itu dengan cara yang dilakukan oleh As Salaf Ash Shalih dari kalangan
sahabat dan tabi’iin yang mana mereka adalah sebaik-baik manusia untuk manusia.
Di mana Abu Bakar Ash Shidiq radliyallahu 'anhu menulis surat kepada Khalid
Ibnu Walid seraya menyemangatinya saat
datang berita kepada beliau bahwa ia (Khalid) menganggap besar (betapa kuatnya)
Thulaihah dan orang-orang yang bersamanya, beliau (Abu Bakar) berkata:
“Hendaklah apa yang Allah karuniakan kepadamu menambah bagimu
kebaikan dan taqwalah dalam urusanmu karena sesungguhnya Allah beserta
orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat baik. Tegaslah dalam
urusanmu dan jangan lembek, dan janganlah kamu
mendapatkan kesempatan menghajar orang musyrik melainkan kamu membabatnya! serta orang-orang yang engkau tangkap dari kalangan yang
menentang Allah atau melawan-Nya dari kalangan yang engkau pandang bahwa dalam
hal itu terdapat (kemungkinan) penyelesaian (baik-baik) maka BUNUHLAH !!”
Maka Khalid radliyallahu
'anhu pun mengejar-ngejar mereka satu bulan
seraya membalaskan dendam kaum muslimin yang dibunuh mereka yang berada di
antara merekasaat mereka murtad, di antara mereka ada yang Khalid bakar dengan api,
ada juga yang ia ancurkan
kepalanya dengan batu, dan di antara
mereka ada yang dijatuhkan dari
atas gunung, kemudian Khalid memanggil
Malik Ibnu Nuwairah dan ia kabarkan kepadanya tentang apa yang muncul darinya,
berupa sikap mengikuti Sajah –yang
mengaku nabi– dan sikap dia menolak
memberikan zakat, dan Khalid berkata: “Apa
kamu tidak tahu bahwa ia penyerta shalat?” Maka
ia berkata: “Sesungguhnya sahabat kamu
mengklaim itu.” Maka Kholid
berkata, “Apa dia sahabat saya dan
bukan sahabatmu?, hai Dhirar penggal lehernya !”. Maka ia menebas lehernya, kemudian beliau perintahkan agar kepalanya disertakan dengan jarin (alas jemur kurma) dan
dimasak pada tiga periuk.
Semua ini, agar mengambil pelajaran dengannya orang yang mendengar
berita mereka, yaitu orang-orang Arab yang murtad. Sehingga Khalid ibnul Walid radliyallahu 'anhu jelas
adalah sebagai pedang Allah terhadap musyrikin dan murtaddin, dimana Ash Shidiq radliyallahu
'anhu menugaskannya untuk memerangi mereka,
sehingga lega dan melegakan.
Inilah Zaid Ibnul
Khaththab radliyallahu 'anhu dalam peperangan melawan ahlul Yamamah, beliau
menyemangati para sahabat untuk terus memerangi seraya berkata: “Hai manusia, gigitkan geraham kalian, pukul mundur musuh
kalian dan terus maju ke depan!”
Ini juga putera Abu Quhafah Ash Shidiq radliyallahu 'anhu berkata
: “Bakar Fuja’ah di Baqi!” dan sebabnya adalah bahwa ia (Fuja’ah) datang kepadanya,
terus ia mengklaim bahwa ia telah masuk Islam dan meminta beliau agar
menyiapkan pasukan bersamanya untuk memerangi kaum murtaddin, maka beliaupun
menyiapkan bersama pasukan, dan tatkala sudah jadi maka ia (Fuja’ah) –dan
pasukan yang dibawanya tersebut– tidak melewati seorang muslim pun dan orang
murtad melainkan ia membunuhnya dan mengambil hartanya –semuanya, dengan ngawur–.
Tatkala Ash Shiddiq mendengar berita itu, maka beliau mengirim pasukan di
belakangnya –untuk menangkap Fuja’ah–, kemudian pasukan itu membawa dia (Fuja’ah),
dan tatkala beliau menguasainya maka beliau mengirim dia ke Baqi’, terus kedua
tangannya diikat ke belakangnya dan kemudian dilemparkan ke dalam api dan
membakarnya sedang ia (Fuja’ah) tertelungkup.
Ini juga Ali Ibnu Abi Thalib radliyallahu
'anhu saat beliau memberikan support sahabat
untuk memerangi Khawarij, musuh-musuh Allah, maka sahabat tidak memperlambat
diri sedikitpun dalam hal itu. Dan apa yang beliau lakukan terhadap syi’ah adalah dalil
yang paling nyata terhadap sikap ini, dimana beliau menyalakan api besar dan melemparkan
mereka di dalamnya.
Sungguh para sahabat radliyallahu
'anhu itu memiliki sikap kasar terhadap kaum murtaddin dan sikap cemburu
terhadap dien ini, dan andai kata
mereka berada pada zaman ini tentu mereka tidak akan duduk walau sebentar atau
libur sesaat dari memerangi mereka atau membabat mereka. Jadi, kita mengikuti
tapak lacak mereka. Dan kami ber’azzam kuat untuk menghidupkan sunnah mereka,
serta kami akan terus berperang, membunuh, membakar, mencincang musuh-musuh
Allah –sebagai pembalasan atas apa yang diderita ikhwan kami, semoga Allah
melimpahkan rahmat kepada mereka– dan bersikap kasar terhadap mereka serta setiap
apa yang dilakukan oleh As Sabiquun
al Awwaluun (kelompok awal umat ini yang terdahulu masuk Islam)
terhadap orang-orang yang keluar dari ajaran Rabbul ‘aalamiin; sumpah demi
Allah seandainya kami mendapatkan sunnah lain tentang dahsyatnya qital dan terror
bagi musuh yang belum kami ketahui, tentu kami akan bergegas mengamalkannya dan
menghidupkannya sehingga kami benar-benar salafiyyin sesungguhnya)1* dan tergolong at
tabi’iina lahum bi ihsan
(orang-orang
yang mengikuti mereka dengan baik) yang Allah ridha kepada mereka dan mereka ridha
terhadap-Nya, serta Dia persiapkan bagi mereka jannah yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai seraya mereka kekal selama-lamanya di dalamnya. Itulah kemenangan
yang besar.
Jadi, operasi-operasi (jihad) yang dilakukan ikhwan kami hafidzahumullah (semoga
Allah menjaga mereka) di banyak tempat berupa peledakan dan penghancuran
berbagai markas thaghut-thaghut yang kokoh, auliyaa
(wali-wali, mitra, koalisi, sekutu)
mereka dan kaki tangannya dan juga tempat-tempat kerusakan dan kemungkaran,
membakarnya dan memberikan pelajaran terhadap para pelakunya yang memungkinkan
untuk menghabisi kaum murtaddin dan memukul mereka secara telak, adalah bukti
terbesar atas sikap kasar kaum mujahidin terhadap orang-orang yang keluar dari
dien ini dan bukti bahwa mereka itu mencontoh para pendahulu mereka yang
sholeh, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
مَا
كَانَ لِنَبِيٍّ أَن يَكُونَ لَهُۥٓ أَسۡرَىٰ حَتَّىٰ يُثۡخِنَ فِي ٱلۡأَرۡضِ
“Tidak
patut bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya
di muka bumi.” (QS. Al Anfaal :
67).
حَتَّىٰٓ
إِذَآ أَثۡخَنتُمُوهُمۡ
Dan Dia berfirman: “Sehingga
apabila kamu telah mengalahkan mereka.” (QS.
Muhammad : 4).
Dan kami akan terus memberikan support demi tetap teguh di atas
jalan ini, sebagaimana yang dilakukan oleh Ash Shiddiq radliyallahu 'anhu dan
diikuti Khalid radliyallahu
'anhu dan sahabat lainnya radliyallahu 'anhum berupa
pembunuhan, pemberian pelajaran, pembakaran dan sikap kasar.
Dan kami belum melegakan dada kami sama sekali, karena kami belum
melakukan pembunuhan seperti yang dilakukan para sahabat radliyallahu 'anhum,
dimana mereka, para sahabat
radliyallahu 'anhum, telah membunuh pada perang Yamamah melawan Bani Hanifah
sekitar 10.000 tentara, dan ada yang mengatakan 21.000 tentara, dan di satu
hari membunuh 14.000 orang, 7000 di waktu pagi dan 7000 lagi di waktu sore.
Dan berkata Abu Bakar radliyallahu
'anhu, memanggil Khalid Ibnu Walid, maka
Khalid pun datang ke Madinah dengan mengenakan baju besinya yang berkarat
karena banyak terkena darah, dan pada sorbannya beliau tancapkan anak panah
yang berlumuran darah. Begitu juga Ali ibnu Abi Thalib radliyallahu 'anhu pada
masa kekhalifahannya beliau dalam satu peperangan membunuh 4000 orang Khowarij dan tidak selamat darinya kecuali 400 orang, di mana para
sahabat tidak mendapatkan pimpinannya karena banyaknya mayat yang bertumpuk
satu sama lain, dan begitu pula kepala-kepala mereka diambil dan diletakkan di
jalanan menuju masjid Al Kabiir di Damaskus, kemudian dijadikan berumpak-umpak.
Dan ini semua karena banyaknya yang
dibunuh yang mana kita hari ini masih jauh darinya !!!
Inilah sunnah sahabat radliyallahu
'anhum, jalan mereka, dan manhaj mereka
bagi orang-orang yang ingin menjadi salafy sebenarnya, bahkan ia adalah jala
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Dan dengan ini Allah ta’ala memerintahkannya dalam surat
At Taubah dan At Tahrim. Dia berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّبِيُّ
جَٰهِدِ ٱلۡكُفَّارَ وَٱلۡمُنَٰفِقِينَ وَٱغۡلُظۡ عَلَيۡهِمۡۚ وَمَأۡوَىٰهُمۡ
جَهَنَّمُۖ وَبِئۡسَ ٱلۡمَصِيرُ ٩
“Hai
Nabi, perangilah orang-orang kafir dan orang-orang munafiq, dan bersikap
keraslah terhadap mereka. Tempat mereka adalah neraka jahannam dan itu adalah
seburuk-buruknya tempat kembali.” (QS. At Tahrim : 9).
Dan ia adalah
sifat mukminin yang jujur yang sabar lagi berjalan di atas manhaj ini, Allah ta’ala
berfirman tentang mereka:
مُّحَمَّدٞ رَّسُولُ ٱللَّهِۚ
وَٱلَّذِينَ مَعَهُۥٓ أَشِدَّآءُ عَلَى ٱلۡكُفَّارِ رُحَمَآءُ بَيۡنَهُمۡۖ
تَرَىٰهُمۡ رُكَّعٗا سُجَّدٗا
“Muhammad
itu adalah utusan Allah, dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih saying sesama mereka. Kamu melihat mereka
ruku’ dan sujud….” (QS. Al Fath: 29)
Maka antum ikhwani al
mujahidin (saudaraku mujahidin),
teruskan upaya penghancuran para perusak –yang kotor lagi najis–
itu serta taqarub-lah kepada
Allah dengan memenggal leher-leher mereka, sebagaimana firman Allah ta’ala:
فَإِمَّا
تَثۡقَفَنَّهُمۡ فِي ٱلۡحَرۡبِ فَشَرِّدۡ بِهِم مَّنۡ خَلۡفَهُمۡ لَعَلَّهُمۡ
يَذَّكَّرُونَ ٥٧
“Jika
kamu menemui mereka dalam peperangan, maka cerai beraikanlah orang-orang yang berada
di belakang meraka dengan (menumpas) mereka. Supaya mereka mengambil pelajaran.”
(QS. Al Anfaal: 57)
Dengan hal itu kita mengharap ridha Allah ta’ala dan kemenangan
dengan meraih jannatun na’im (surga kenikmatan) bersama para Nabi, Ash Shiddiqiin, Asy
Syuhadaa dan Ash Shalihiin dan mereka itu sebaik-baik teman…
(Dan kamu sungguh
akan mengetahui (kebenaran) berita ini setelah beberapa waktu lagi.)
Wa subhaanallahi wal hamdu
lillah wa laa ilaaha illallaahu wallahu akbar…!
________________________________________
1* (Ya.
Salafiyyin sebenarnya, bukan salafiyyin sekedar pengakuan dan klaim saja
sebagaimana realita sekarang, di mana mereka membela-bela para thaghut murtaddun,
lembut terhadap mereka, tidur di pangkuannya, bahkan ada yang menjadi anshor
setia bagi mereka, membai’atnya sebagai pemimpin, loyal penuh terhadapnya, dan
bahkan di antara mereka ada yang menjadi thaghut. Di sisi lain mereka bersikap
kasar dan bahkan memusuhi kaum memusuhi kaum muwahhidin yang bara’ dari para
thaghut itu. Itulah realitas salafy maz’um…..-pent)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar