Wahai Mujahid
Bagaimana Kamu Teguh
Dalam Jihad
oleh Fadhilatus Syaikh al-Mujahid
Abu Hafsh asy-Syami –rohimahulloh-
(anggota Maktab al-Buhuts Wad Dirosat)
Tarjamah oleh : al-Akh Abu Salik –‘afaAllohu ‘anh-u
Shofar 1440 H
Wahai Mujahid ...
Ketahuilah bahwa jalah jihad itu berat
dan rumit, dikelilingi dengan hal-hal yang dibenci oleh syahwat, dipenuhi
dengan hal-hal yang menakutkan dan berbahaya, akan tetapi hasil darinya adalah
tamkin di dunia dan kebahagiaan, juga mendapatkan kemuliaan di akhirat dan
surga.
Dan sesungguhnya penyakit paling berbahaya yang ada padanya ada dua
perkara;
Pertama : jenuh dari jihad, meninggalkan jama’ah
dan condong kepada dunia.
Kedua : lari dari peperangan.
Kedua hal tersebut termasuk dari bentuk meninggalkan
jihad dan berpaling dari jalan yang lurus, yang menghasilkan kehinaan dan
kerugian.
Meninggalkan jama’ah dan berpaling dari
jihad adalah jalan orang-orang jahiliyah, dan kesesatan setelah datangnya
hidayah. Diriwayatkan dari Ibnu Umar –rodhiyaAlloh ‘anhuma- ia berkata, aku
mendengar Rosululloh –shollaAllohu ‘alaihi wa sallam- bersabda :
مَنْ
خَلَعَ يَدًا مِنْ طَاعَةٍ لَقِيَ اللَّهَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ لَا حُجَّةَ لَهُ
وَمَنْ مَاتَ وَلَيْسَ فَي عُنُقِهِ بَائِعَةٌ مَاتَ مِيْتَةً جَهِلِيَّةً
“Barangsiapa yang melepas tangannya dari
ketaatan, maka ia akan menemui Alloh di hari kiamat sedangkan tidak ada hujah
yang membelanya, dan barangsiapa yang mati sedangkan tidak ada baiat di
lehernya maka ia mati dengan mati jahiliyah.” [HR. Muslim]
Adapun lari dari peperangan ia merupakan
bagian dari dosa-dosa besar, yang menyebabkan masuknya ia ke neraka dan
mengundang murka dari Alloh Al-Jabbar. Alloh –ta’ala- berfirman :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُوٓاْ إِذَا لَقِيتُمُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ زَحۡفٗا فَلَا تُوَلُّوهُمُ ٱلۡأَدۡبَارَ
١٥ وَمَن يُوَلِّهِمۡ يَوۡمَئِذٖ دُبُرَهُۥٓ إِلَّا مُتَحَرِّفٗا لِّقِتَالٍ أَوۡ
مُتَحَيِّزًا إِلَىٰ فِئَةٖ فَقَدۡ بَآءَ بِغَضَبٖ مِّنَ ٱللَّهِ وَمَأۡوَىٰهُ
جَهَنَّمُۖ وَبِئۡسَ ٱلۡمَصِيرُ ١٦
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah
kamu membelakangi mereka (mundur). Barangsiapa yang membelakangi mereka
(mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (sisat) perang atau hendak
menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka Sesungguhnya orang itu
kembali dengan membawa kemurkaan dari Alloh, dan tempatnya ialah neraka
jahannam. dan amat buruklah tempat kembalinya.” [Qs. Al-Anfal 15-16]
Ketahuilah sesungguhnya barangsiapa yang
mati dalam keadaan lari dari peperangan maka dia tidaklah syahid, sungguh
meruginya orang tersebut, ia telah kehilangan keutaman, ganjaran kebaikan telah
sirna darinya, dan ia tidak mendapatkan apapun dari jihadnya kecuali keletihan
dan terjatuhnya diri kepada kondisi yang berbahaya dan mengerikan.
Dan tidaklah diragukan bahwa jihad adalah ibadah yang besar dan berat
...
Di dalamnya terdapat kepada-kepala yang berterbangan ...
Cabikan-cabikan tubuh yang berserakan ...
Di dalamnya terdapat kesulitan dan jerih payah ...
Memikul beban berat dan melelahkan ...
Jauh dari
keluarga dan para sahabat ...
Terasing
dari kampung halaman dan orang-orang yang tersayang ...
Padanya
terdapat kesukaran dan ujian ...
Dan
bersinggungan dengan bala’ dan fitnah-fitnah ...
Telah
diriwayatkan dari Imam An-Nasa’i dan selainnya
أَنَّ رَجُلًا قَالَ: يَارَسُولَ اللهِ مَا بَالُ الْمُؤْمِنِيْنَ
يُفْتَنُوْنَ فِيْ قُبُورِهِمْ إِلَّا الشَّهِيدُ؟ قَالَ: كَفَى بِبَرِيْقَةِ
السُّيُوفِ عَلَى رَأْسِهِ فَتْنَةٌ
bahwa ada seorang laki-laki berkata :
“wahai Rosululloh, ada apa dengan orang-orang beriman yang di kubur mereka
mendapatkan fitnah (ujian) sedangkan orang yang syahid tidak?” beliau menjawab
: “cukuplah dengan kilatan pedang yang ada di atas kepalanya menjadi fitnah
baginya.”
Oleh sebab itu maka sudah seharusnya bagi
seorang mujahid untuk bangkit agar mengetahui sebab-sebab yang bisa
menjadikannya untuk tetap tsabat (teguh)..
Hingga ia tetap teguh walaupun dalam
keadaan yang sangat mencekam, yaitu saat ia mendengar peluru-peluru yang
melesat..
Suara-suara roket ... Suara-suara mortar
... Dan suara-suara pesawat yang melintas ...
Keteguhan dan Pengukuhan adalah dari Alloh
Ketahuilah bahwasannya keteguhan dari
Alloh –subhanahu- adalah keteguhan yang Dia berikan kepada siapa yang Dia
kehendaki dari hamba-hamba-Nya, keteguhan bukanlah berasal dari keberanian dan
kegagahan seseorang, melainkan ia adalah keutamaan yang hanya Alloh berikan
kepada hamba-Nya..
Dan Alloh –subhanahu- memberikan ketegukan bagi
siapa yang melakukan sebab-sebab datangnya keteguhan tersebut, dan bagi siapa
yang jujur untuk mencarinya. Maka marilah saudara jihadku, kita belajar bersama
bagaimana agar kita teguh dalam jihad!
1.
Janganlah Kamu Berperang karena
Mengharapkan
Dunia
Sesungguhnya di antara sebab-sebab
keteguhan dalam jihad adalah apabila kamu berperang di jalan Alloh dan kamu
meniatkannya untuk meninggikan kalimat Alloh, karena apabila kamu meniatkannya
demi ghanimah, sum’ah (ingin disebut-sebut orang), ketenaran, ingin diakui dan
ingin mendapatkan kedudukan, maka peperangan tersebut tidaklah berkah. Alloh
tidak akan menerimanya dan tidak akan memberikan keteguhan bagi pelakunya.
Orang yang seperti itu akan lebih cepat
kabur dan kalah, karena sesungguhnya ia tidak sedang berperang di jalan Alloh,
melainkan demi tujuan yang fana, bahkan ia mendapatkan kerugian besar
dikarenakan ia telah kehilangan pahala dan keutamaan jihad, dan kesungguhannya
disaat itu sia-sia. Jika ia terbunuh dalam keadaan itu maka nerakalah
ancamannya. Sebagaimana dalam hadits Abu Hurairah –rodhiyaAlloh ‘anhu- ia
berkata, aku mendengar Rosululloh –shollaAllohu ‘alaihi wa sallam- bersabda :
إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ
يُقْضَ الْيَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُسْهِدَ, فَأُتِيِ بِهِ,
فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ, فَعَرَفَهَا, قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا ؟
قَالَ: قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى تُشْهِدْتُ, قَالَ: كَذَبْتَ, وَلَكِنَّكَ
قَاتَلْتَ لِأَنْ يُقَالِ: جَرِيءٌ, فَقَدْ قِيْلَ. ثَمَّ أُمِرَ بِهِ, قَحُسِبَ
عَلَى وِجْهِهِ, حَتَّى أُلْقِيَ فَيْ النَّارِ
“Sesungguhnya orang pertama yang diberikkan
keputusan di hari kiamat adalah seseorang yang mati dalam peperangan, ia
dihadirkan dan diberitahukan kepadanya mengenai nikmat-nikmat Alloh dan dia
mengetahuinya, lalu Alloh berfirman : “maka apa yang kamu lakukan denganya?”
dia menjawab : “aku berperang karenamu hingga aku terbunuh.” Alloh berfirman :
“kamu dusta, akan tetapi kamu berperang agar dikatakan pemberani, maka kamu
telah mendapatkannya.” Lalu ia diperintahkan dan diseret di atas wajahnya
hingga ia dilemparkan ke dalam api neraka.” [HR. Muslim]
2. Niat
yang baik dan Ikhlas
Sesungguhnya mewujudkan ikhlas adalah
bagian terbesar yang meneguhkan seorang mujahid. Karena kamu berjihad dan kamu
mengharapkan apa yang ada di sisi Alloh, berupa pahala yang besar, kedudukan
yang mulia, dan ini akan memberikan tekat yang keras untuk seseorang hingga ia
teguh dan tenang (sakinah) ketika berperang.
Dan di antara yang bisa menjadi dalil
mengenai pengaruh jujurnya niat dalam ketegukan dan datangnya sakinah adalah
firman Alloh –‘azza wa jalla- :
۞لَّقَدۡ رَضِيَ ٱللَّهُ عَنِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ
إِذۡ يُبَايِعُونَكَ تَحۡتَ ٱلشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمۡ فَأَنزَلَ ٱلسَّكِينَةَ
عَلَيۡهِمۡ وَأَثَٰبَهُمۡ فَتۡحٗا قَرِيبٗا ١٨ وَمَغَانِمَ كَثِيرَةٗ
يَأۡخُذُونَهَاۗ وَكَانَ ٱللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمٗا
“Sesungguhnya Alloh telah ridho terhadap
orang-orang mu’min ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon itu,
maka Alloh mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan
atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat,
serta harta rampasan yang banyak yang dapat mereka ambil. Dan adalah Alloh Maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [QS. Al-Fath 18-19]
Firman Alloh ta’ala {maka Alloh
mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka} yaitu : berupa keikhlasan dan
kejujuran kepada Alloh. Ibnul Jauzi berkata dalam tafsirnya [4/133] : “Alloh
mengetahui bahwasannya mereka ikhlas hingga Alloh menurunkan sakinah
(ketenangan) atas mereka. Yaitu ketentraman dan kerelaan.”
Maka ini adalah dalil yang jelas
bahwasannya orang yang ikhlas dan memiliki niat yang jujur akan Alloh berikan
kepadanya ketenangan di saat-saat mencekam dan dalam peperangan, itu semua
disebakan keikhlasan dan kejujuranya.
Berkata penulis tafsir Adwaul Bayan
[7/397] : “sakinah mencakup ketenangan dan ketentraman kepada kebenaran, keteguhan
dan keberanian ketika mendapatkan masalah.”
Maka marilah saudara jihadku, perkuatlah
niat baikmu ketika berjihad, berjihadlah untuk memenuhi perintah Alloh! inilah
niat yang benar dan ikhlas.
Berjihadlah untuk mengembalikan hukum
Alloh ke bumi! inilah niat yang benar dan ikhlas.
Berjihadlah untuk membela orang-orang
yang lemah dari kalangan kaum muslimin karena Alloh telah memerintahkan yang
demikian! inilah niat yang benar.
Berjihadlah agar kamu mendapatkan
keridhoan Alloh dan ampunanNya!
Ini adalah niat yang Alloh akan menjadikanmu
teguh di atasnya dengan keteguhan dan ketenangan.
3.
Memperbanyak Dzikrulloh (Mengingat Alloh)
Sesungguhnya kebanyakan manusia mereka
lalai terhadap pengaruh dari dzikir, padahal dzikrulloh termasuk hal terbesar yang
dapat meneguhkan seseorang. Dzikir memiliki pengaruh yang menakjubkan terhadap
keteguhan, ia meneguhkan hati, menghibur jiwa dan menguatkan badan.
Dan sesungguhnya keteguhan badan itu
mengikuti keteguhan hati, jika hati itu teguh maka badan juga. Dan keteguhan
hati itu berada pada ketenangannya, sedangkan ketenanngan hati diperoleh dengan
berdzikir, sebagaimana firman Alloh :
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ
وَتَطۡمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ
٢٨
“dan ketahuilah dengan berdzikir kepada Alloh maka hati menjadi
tenang.” [QS. Ar-Ro’d : 28]
Sebagian salaf berkata sebagaimana yang
dinukilkan oleh Imam Al-Qurthubiy dalam tafsirnya [9/315] : “yaitu hati mereka
tetap dalam ketenangan dengan dzikrulloh pada lisan mereka.”
Jika hati itu menjadi tenang dengan
dzikrulloh maka badan akan teguh, menjadi semakin kuat dalam mengikuti
peperangan dan mampu menopang hal-hal yang sulit sekalipun. Oleh karena itu
kita menemukan bahwa Alloh memerintahkan kaum mu’minin untuk memperbanyak
berdzikir ketika berhadapan dengan musuh. Sebagaimana dalam firman-Nya :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُوٓاْ إِذَا لَقِيتُمۡ فِئَةٗ فَٱثۡبُتُواْ وَٱذۡكُرُواْ ٱللَّهَ كَثِيرٗا
لَّعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ ٤٥
“Hai orang-orang yang beriman, pabila kamu
memerangi pasukan musuh, maka berteguh hatilah kamu dan berdzikirlah kepada
Alloh sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” [QS. Al-Anfal 45]
maka janganlah kamu lalai dari memperbanyak
berdzikir kepada Alloh wahai Mujahid! Karena Alloh telah menjadikannya di
antara sebab keteguhan, keberuntungan dan kemenanngan. Janganlah kamu
meremehkan dzikir pagi dan petang wahai Mujahid! Karena ia adalah perisai
pertahanan. Betapa banyak seorang mujahid tertangkap musuh disebabkan ia
melupakan dzikir pagi dan petang. Maka jadikanlah ia wirid harian untukmu,
tasbih, tahlil dan takbir. Dan perbanyaklah istigfar, karena ia memiliki
pengaruh yang besar, karena dzikir dan istigfar termasuk sebab kemenangan dan
keteguhan.
4.
Mempelajari keutamaan dan ganjaran Jihad
Ketika kamu mengetahui
ganjaran peperangan dan jihad dan keutamaan ribath dan kesyahidan, maka itu
akan membuahkan semangat dalam keteguhan hingga kamu meraih ganjaran tersebut.
Maka hendaknya seorang muslim jangan sampai bodoh terhadap ganjaran-ganjaran dan
keutamaan jihad dan kesyahidan, karena itu merupakan sebab seseorang akan
meninggalkan jihad dan hilangnya kesabaran padanya. Sebagaimana firman Alloh
ta’ala :
وَكَيۡفَ
تَصۡبِرُ عَلَىٰ مَا لَمۡ تُحِطۡ بِهِۦ خُبۡرٗا
“maka bagaimana kamu bisa
sabar terhadap sesuatu yang kamu tidak memiliki ilmunya.” [QS. Al-Kahf : 68]
Maka hendaknya bagi seorang
mujahid agar ia memperbanyak membaca dan mentadabburi ayat-ayat Al-Qur’an dan
Hadits-Hadits Nabi yang menyebutkan keutamaan-keutamaan jihad, ribath dan
kesyahidan hingga keteguhan itu terus terperbaharui.
5.
Rindu Terhadap Surga
Sesungguhnya kerinduan
terhadap surga, cinta terhadap akhirat dan zuhud terhadap dunia menjadikan
seseorang memiliki semangat yang kuat dalam keteguhan atas jihad. Dan ini
merupakan petunjuk yang Nabi –shollaAllohu ‘alaihi wa sallam- ajarkan, yaitu
beliau menjadikan para Shahabat rindu akan jihad, dengan menyebutkan
ganjaran-ganjaran yang Alloh telah siapkan untuk para mujahidin. Sebagaimana
yang Nabi –shollaAllohu ‘alaihi wa sallam- lakukan di perang Badar ketika kaum
musyrikin maju menyerang, Rosululloh –shAllohu ‘alaihi wa sallam- bersabda :
"قَومُوا إِلَى جَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَ
الْأَرْضُ"قَالَ: يَقُولُ عُمَيْرُ بْنُ الْحُمَامِ الِأَنْصَارِيُّ: يَا
رَسُولَ اللهِ, جَنَّةٌ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ؟ قَالَ: نَعَمْ,
قَالَ: بَخٍ بَخٍ. فَقَالَ رَسُوَ لُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
:"مَا يَحْمِلُكَ عَلَى قَوِلِكَ: بَخٍ بَخٍ؟ قَالَ: لَا وَ اللهِ يَا
رَسُولَ اللهِ, إِلَّا رَجَاءَةَ أَنْ أَكُوْنَ مِنْ أَهْلِهَأ.قَالَ:"
فَأِنَّكَ مَنْ أَهْلِهَا". فَأَخْرَجَ تَمَرَاتٍ مِنْ قَرَنِهِ, فَجَعَلَ
يَاْكُلُ مِنْهُنَّ, ثُمَّ قَالَ: لِئِنْ اَنَا حَيِّيتُ حَتَّى أَكُلَ
تَمَرَاتِيْ هَذِهِ إِنَّهَا لَحَيَاةٌ طَوِيْلَةٌ. قَالَ: فَرَمَى بِمَا كَانَ
مَعَهُ مِنَ التَّمْرِ, ثُمَّ قَاتَلَهُمْ, حَتَّى قُتِلَ
“Bangkitlah kalian menuju Surga yang
luasnya tujuh lapis langit dan bumi.” Lalu berkata ‘Umair Ibnu Al-Humam
Al-Anshari : “Wahai Rosululloh, Surga yang luasnya tujuh lapis langit dan
bumi?” Rosul menjawab : “iya” ‘Umair berkata : “wah.. wah..” Rosul bertanya :
“apa yang membuatmu berkata wah wah.” ‘Umair menjawab : “tidak lain, Demi Alloh
wahai Rosululloh, kecuali pengharapan agar aku menjadi salah satu penghuninya.”
Rosul menjawab : “sesungguhnya kamu adalah salah satu penghuninya.” Lalu ‘Umair
mengeluarkan beberapa kurma dari wadahnya dan memakan kurma tersebut, lalu
berkata : “jika aku masih hidup hingga aku sempat memakan kurma-kurma ini tentu
itu adalah kehidupan yang cukup panjang.” Lalu ia melemparkan kurma tersebut
dan ia berangkat berperang hingga ia terbunuh. [HR.Muslim]
6.
Menanamkan Kecintaan kepada Alloh di dalam Hati
Imam Ibnu Qayyim
–rohimahullah- berkata dalam Ighatsatul Lahfan [1/72] : “sebagian orang-orang
yang ‘arif berkata : orang-orang miskin di dunia keluar meninggalkan dunia
sedangkan apa yang mereka rasakan lebih baik dari apa yang ada di dalamnya.
Ditanyakan : apa yang lebih baik dari apa yang ada di dalamnya? Ia menjawab :
mahabbatulloh (mencintai Alloh), rindu berjumpa dengan-Nya, dan menikmati
berdzikir dan mentaati-Nya.”
Yang lainnya berkata : “telah
berlalu bagiku saat-saat yang menurutku jika penduduk surga juga merasakannya
sungguh mereka berada dalam kehidupan yang indah.”
Yang lainnya berkata : “demi
Alloh tidaklah dunia itu baik kecuali dengan mencintai Alloh dan mentaatiNya,
tidak juga surga kecuali dengan memandang Alloh dan menyaksikan-Nya.”
Sungguh kebergantungan
seseorang dengan Alloh dan mencintai-Nya dapat menarik hati dan menggerakkannya
menuju yang dicintainya dan berusaha untuk menggapai ridho-Nya, sehingga mudah
baginya untuk bertahan pada keadaan-keadaan yang berat sekalipun disebabkan
cinta kepadaNya dan dalam rangka ketaatan kepadaNya, saat itu keteguhan seorang
mujahid semakin kuat dengan izin Alloh, karena setiap perbuatannya didasari
dengan kecintaan.
Maka hendaknya bagi seorang
mujahid untuk memperkuat kecintaannya kepada Alloh dan selalu berusaha untuk
menjadi hamba yang dicintai-Nya, sehingga semakin kecintaan itu bertambah maka
keteguhan semakin sempurna.
Cukuplah bagi seorang mujahid
mengetahui bahwa kecintaan Alloh adalah di antara tujuan kita diciptakan,
karena pondasi dari tauhid dan ibadah adalah kecintaan disertai merendahkan
diri di hadapan Alloh.
Bahkan hubungan antara cinta
dan jihad adalah kedua jenis yang saling terhubung, sebagaimana firman Alloh
ta’ala :
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ مَن يَرۡتَدَّ مِنكُمۡ عَن دِينِهِۦ فَسَوۡفَ يَأۡتِي ٱللَّهُ بِقَوۡمٖ
يُحِبُّهُمۡ وَيُحِبُّونَهُۥٓ أَذِلَّةٍ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى ٱلۡكَٰفِرِينَ
يُجَٰهِدُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوۡمَةَ لَآئِمٖۚ ذَٰلِكَ
فَضۡلُ ٱللَّهِ يُؤۡتِيهِ مَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ ٥٤
“Hai orang-orang yang
beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Alloh
akan mendatangkan suatu kaum yang Alloh mencintai mereka dan merekapun
mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang
bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Alloh, dan
yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Alloh,
diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Alloh Maha luas
(pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” [Qs. Al-Maidah 54]
Barangsiapa yang ingin mengokohkan
kecintaan kepada Alloh di dalam hati maka hendaknya ia harus menerapkan
tauhidnya kepada Alloh dan loyalitasnya kepada Alloh, Rosul-Nya dan
orangg-orang mu’min, juga memusuhi kekafiran dan orang-orang kafir, berjihad di
jalan Alloh, memperbanyak mengingat nikmat-nikmat Alloh, karena barangsiapa
yang banyak mengingat nikmat-nikmat yang Alloh karuniakan, kelembutan dan
kebaikan Alloh kepadanya, maka akan semakin bertambah kecintaannta kepada
Alloh, ketawakkalan dan keterikatannya kepada-Nya. Dan yang mendukung kepada
itu seua di antaranya dengan berdoa sebagaimana yang telah Nabi ajarkan di
antara do’a-do’anya :
“dan aku memohon kepadaMu
kenikmatan memandang wajah-Mu dan kerinduan untuk bertemu dengan-Mu tanpa
bahaya yang membahayakan, maupun fitnah yang menyesatkan.” [HR. Ahmad,
An-Nasa’I dan Ibnu Majah]
Maka telah semestinya untuk
menanamkan kecintaan di dalam hati kepada Alloh dan selalu memotivasi diri
untuk rindu bertemu dengan-Nya.
7.
Mempelajari Keutamaan Tsabat (Keteguhan)
Adalah keharusan sebagai
seorang mujahid untuk mengetahui keutamaan tetap teguh dan hukuman bagi orang
yang melarikan diri atau kabur, karena hal tersebut lebih membawa seseorang
kepada kekokohan dan kesabaran. Sesungguhnya keteguhan itu adalah penjaga bagi
orang beriman, karunia dari Ar-Rahman, kemuliaan bagi pemiliknya, pintu dari
kemenangan, derajat yang tinggi bagi jiwa manusia, ia adalah sebab seseorang
memperoleh kejayaan dan ganjaran.
Sedangkan lari dan kabur dari
jihad, bosan darinya, maka itu adalah kesesatan setelah datangnya petunjuk,
keterlantaran setelah datangnya taufiq (bimbingan), kecenderungan terhadap
dunia dan kerendahan terhadap kondisi alam.
Dan sesungguhnya teguh dalam
jihad adalah sebab Alloh memberikannya kemenangan besar yang tidak pernah
terlintas di fikiran seseorang, kemenangan pada dinnya maupun pada dunianya.
Sebagaimana para sahabat ketika mereka teguh Alloh memberikan mereka kemenangan
dan kekuasaan di bumi.
8.
Do’a
Alloh telah memerintahkan
untuk berdo’a dan Dia menjanjikan pengkabulan do’a tersebut, berfirman :
وَقَالَ
رَبُّكُمُ ٱدۡعُونِيٓ أَسۡتَجِبۡ لَكُمۡ
Dan Robbmu berfirman:
"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu..” [QS. Ghafir 60]
Maka barangsiapa yang
menginginkan keteguhan hendaknya ia menggantungkan dirinya kepada Alloh,
berdo’a kepadaNya dan selalu menyadarkan diri bahwa ia butuh kepadaNya. Adapun
bersandarnya seseorang dengan keteguhan dirinya sendiri dan kemampuannya maka
itu merupakan ciri dari keterlantaran dan kekalahan.
إِذَا لَمْ يَكُنْ عَوْنٌ مِنَ اللهِ لِلْفَتَى .... فَأَوَّلُ
مَايَجْنِي عَلَيْهِ اجْتِهَادُهُ
“jika belum ada pertolongan
Alloh yang datang pada seseorang..
Maka hal yang pertama ia
jauhi adalah (bergantungnya ia) pada kesungguhan dirinya sendiri.”
Sesungguhnya permintaan
keteguhan kepada Alloh ia adalah ajaran para Nabi –‘alaihimusshalatu wassalam-
sebagaimana Nabi Ibrohim berdo’a :
وَٱجۡنُبۡنِي
وَبَنِيَّ أَن نَّعۡبُدَ ٱلۡأَصۡنَامَ
“(ya Alloh) jauhkan aku dan
anakku dari peribadahan kepada berhala.” [QS. Ibrohim 35]
Sebagaimana
Nabi Yusuf berdo’a :
تَوَفَّنِي
مُسۡلِمٗا وَأَلۡحِقۡنِي بِٱلصَّٰلِحِينَ
“wafatkanlah aku dalam
keadaan muslim dan susulkanlah aku bersama orang-orang yang shalih.” [QS.
Yusuf: 101]
Sebagaimana yang diriwayakan
oleh Syahr Ibnu Hausyab, ia berkata : aku berkata kepada Ummu Salamah : “wahai
Ummul Mu’minin, do’a apa yang paling sering Nabi baca ketika ia sedang
didekatmu?” ia menjawab : “bahwasannya do’anya yang paling banyak ialah :
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكَ
“wahai Yang membolak-balikan hati,
teguhkanlah hatiku di atas dinmu.” Ummu Salamah berkata : aku berkata : “wahai
Rosululloh mengapa engkau banyak berdoa dengan (wahai Yang membolak-balikan
hati, teguhkanlah hatiku di atas dinmu).” Nabi bersabda :
يَا أُمَّ سَلَمَةَ إِنَّهُ لَيْسَ أْدَمِيٌّ إِلَّا وَ قَلْبُهُ بَيْنَ
أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعَ اللهِ فَمَنْ شَاءَ أَقَامَ وَمَنْ شَاءَ أَزَاغَ
“wahai Ummu Salamah,
sesungguhnya tidak ada seorangpun kecuali hatinya berada di antara dua jari dari
jari-jari Alloh, siapa yang Dia kehendaki Dia luruskan, siapa yang Dia
kehendaki Dia palingkan.” [HR. At-Tirmidzi]
Wahai Mujahid, maka
perbanyaklah membaca :
رَبَّنَا
لَا تُزِغۡ قُلُوبَنَا بَعۡدَ إِذۡ هَدَيۡتَنَا
“wahai Robb kami, janganlah Engkau palingkan
hati kami setelah Engkau berikan hidayah kepada kami.” [QS. Ali Imran: 8]
“wahai yang membolak-balikan
hati, teguhkanlah hatiku di atas dinmu.”
“Yaa Alloh, aku memohon
keteguhan kepadaMu...”
“Yaa Alloh, aku berindung
padaMu dari perbuatan lari dari peperangan...”
9. Melakukan Ketaatan dan
Meninggalkan Maksiat
Sesungguhnya ketaatan kepada
Alloh dan RosulNya ia dapat memberikan pengaruh yang bersar pada peneguhan dan
keteguhan, karena Alloh telah menjadikan ketaatan bagian dari sebab-sebab
keteguhan, Alloh berfirman :
وَلَوۡ
أَنَّهُمۡ فَعَلُواْ مَا يُوعَظُونَ بِهِۦ لَكَانَ خَيۡرٗا لَّهُمۡ وَأَشَدَّ
تَثۡبِيتٗا ٦٦
“Sesungguhnya kalau mereka
melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian
itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan mereka.” [QS. An-Nisa : 66]
Imam Al-Baghowi pada
tafsirnya [1/658] berkata: “(Sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran
yang diberikan kepada mereka) yaitu perintah yang ditujukan kepada mereka
berupa ketaan kepada Rosul dan ridho terhadap hukumnya (tentulah hal yang
demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan mereka).”
Oleh karenanya barangsiapa
yang merasalkan kelemahan dan ketakutan hati ketika berperang hendaknya ia
mengamalkan kewajiban-kewajiban, meninggalkan ha-hal yang diharamkan, dan
membersihkan hatinya dari kedengkian, riya, sombong dan egois, Alloh berfirman
:
وَيَقُولُ ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ لَوۡلَا نُزِّلَتۡ سُورَةٞۖ فَإِذَآ أُنزِلَتۡ سُورَةٞ مُّحۡكَمَةٞ
وَذُكِرَ فِيهَا ٱلۡقِتَالُ رَأَيۡتَ ٱلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٞ يَنظُرُونَ
إِلَيۡكَ نَظَرَ ٱلۡمَغۡشِيِّ عَلَيۡهِ مِنَ ٱلۡمَوۡتِۖ فَأَوۡلَىٰ لَهُمۡ ٢٠ طَاعَةٞ
وَقَوۡلٞ مَّعۡرُوفٞۚ فَإِذَا عَزَمَ ٱلۡأَمۡرُ فَلَوۡ صَدَقُواْ ٱللَّهَ لَكَانَ
خَيۡرٗا لَّهُمۡ ٢١
“Maka apabila diturunkan
suatu surah yang jelas maksudnya dan disebutkan di dalamnya (perintah) perang,
kamu lihat orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya memandang kepadamu
seperti pandangan orang yang pingsan karena takut mati, dan kecelakaanlah bagi
mereka. Maka Ketaatan dan perkataan yang baik (adalah lebih baik bagi mereka).”
[QS. Muhammad : 20-21]
Maka hendaknya seseorang itu
berhati-hati akan dicabutnya keteguhan itu disebabkan dosa yang diperbuatnya,
berhati-hatilah wahai mujahid dari sifat meremehkan kewajiban-kewajiban, dan
tinggalkanlah hal-hal yang diharamkan, hindarilah ghibah, namimah (mengadu
domba), hindarilah sifat tidak mendengar dan tidak taat kepada hal yang ma’ruf.
10. Memenuhi Bai’at (janji)
dan Bertahan dalam Jama’ah
Sesungguhnya di antara sebab
besar keteguhan ialah slalu berjamaah, memenuhi baiat dan tetap bersabar walau
merasa diterlantarkan. Alloh berfirman :
لَّقَدۡ رَضِيَ ٱللَّهُ
عَنِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ إِذۡ يُبَايِعُونَكَ تَحۡتَ ٱلشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي
قُلُوبِهِمۡ فَأَنزَلَ ٱلسَّكِينَةَ عَلَيۡهِمۡ وَأَثَٰبَهُمۡ فَتۡحٗا قَرِيبٗا ١٨
“Sesungguhnya Alloh Telah
ridha terhadap orang-orang mu’min ketika mereka berjanji setia kepadamu di
bawah pohon itu, maka Alloh mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu
menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan
kemenangan yang dekat.” [QS. Al-Fath 18]
Melalui sebab keikhlasan dan
kejujuran mereka dalam memenuhi bai’at maka Alah menjadikan mereka teguh dan
menurunkan atas mereka sakinah (ketenangan).
Sedangkan berselisih,
berbantah-bantahan dan tidak As-Sam’u Wath-Tha’ah (mendengar dan taat) pada hal
yang ma’ruf, maka itu adalah sebab terbesar terpecahnya barisan kaum musimin,
kegagalan mereka dan hilangnya keteguhan mereka. Alloh berfirman :
وَأَطِيعُواْ ٱللَّهَ
وَرَسُولَهُۥ وَلَا تَنَٰزَعُواْ فَتَفۡشَلُواْ وَتَذۡهَبَ رِيحُكُمۡۖ وَٱصۡبِرُوٓاْۚ
إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ ٤٦
“Dan taatlah kepada Alloh dan
rosul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu gagal
dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Alloh beserta orang-orang
yang sabar.”[QS. Al-Anfal: 46]
Dan bahwasannya meninggalkan
jama’ah dan membatalkan bai’at adalah jalan menuju kehancuran, mengikuti jalan
jahiliyah, bersahabat dengan syaitan, dan menjebloskan diri ke dalam fitnah.
Diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Umar, ia berkata : Umar berkhutbah di hadapan
kami di Jabiyah, ia berkata : sesungguhnya aku berdiri di hadapan kalian
sebagaimana dahulu Nabi –shollaAllohu ‘alaihi wa sallam- berdiri di hadapan
kami, dan ia bersabda :
أُوصِيْكُمْ بِأَصْحَابِي
ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ, ثُمَّ يَفْشُو
الْكَذِبُ حَتَّى يَحْلِفَ الرَّجُلُ وَلَا يُسْتَحْلَفُ, وَيَشْهَدَ الشَّاهِدُ وَلَايُسْتَشْهَدُ,
أَلَا لَا يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلَّا كَانَ ثَالِثُهُمَا
الشَّيْطَانُو عَلَيْكُمْ بِلْجَمَاعَةِ, وَإِيَّاكُمْ وَالْفُرْقَةَ, فَإِنَّ
الشَّيْطَانَ مَعَ الوَاحِدِ, وَهُوَ مِنْ الأِثْنَيْنِ أَبْعَدُ, مَنْ أَرَادَ
بُحْبُوحَةَ الْجَنَّةِ فَاْيَلْزَمِ الْجَمَاعَةَ, مَنْ سَرَّتْهُ حَسَنَتُهُ
وَسَاءَتْهُ سَيِّئَتُهُ فَذَلِكُمُ الْمُؤْمِنُ
“aku berwasiat kepada kalian untuk
senantiasa bersama para shahabatku, lalu orang-orang yang ada setelah mereka
dan orang-orang yang ada setelah mereka, (karena) akan tersebar setelahnya itu
kedustaan, yang mana di saat itu seseorang yang bersumpah akan tetapi ia
mendustai sumpahnya, dan ia bersaksi akan tetapi ia menyelisihi kesaksiannya.
Janganlah seorang laki-laki berkhalwat (menyendiri) bersama seorang perempuan
(beliau mengulangi perkataan tersebut tiga kali), kecuali orang ketiga dari
mereka berdua itu adalah syaithan. Hendaknya kalian berkumpul dalam jama’ah,
dan hindarilah perpecahan, karena syaithan bersama orang yang sendiri,
sedangkan ia lebih jauh dari dua orang yang bersama. Barangsiapa yang
menginginkan buhbuhatul jannah (surga terbaik/ bagian tengah) maka hendaknya ia
tetap di dalam jama’ah. barangsiapa yang senang dengan perbuatan baiknya dan
tidak senang dengan berbuatan buruknya maka ia adalah seorang mu’min.” [HR.
At-Tirmidzi dan An-Nasa’i]
Diriwayatkan dari Al-Harits
Al-Asy’ariy bahwasannya Nabi –shollaAllohu ‘alaihi wa sallam- bersabda :
أَنَا أَمُرُكُمْ بِخَمْسٍ,
اللهُ أَمَرَنْي بِهِنَّ بِلْجَمَاعَةِ, وَبِالسَّمْعِ, وَالطَّاعَةِ,
وَالْهِجْرَةِ, وَالْجَهَادِ فِي سَبِيلِ اللهِ, فَإِنَّهُ مَنْ خَرَجَ مِنَ
الْجَمَاعَةِ قِيْدَ شِبْرٍ فَقَدْ خَلَعَ رِبْقَ الْإِسِلَامِ مِنْ عُنُقِهِ
إِلَى أَنْ يَرْجِعَ
“… dan aku memerintahkan kalian lima hal
yang Alloh memerintahkan aku atasnya; yaitu berjama’ah, mendengar, taat, hijrah
dan jihad fii sabilillah. Karena barangsiapa yang keluar dari jama’ah sejengkal
saja maka ia telah melepas ikatan islam dari lehernya, hingga ia kembali …”
[HR. Ahmad, Ibnu Hibban, At-Tirmidzi dan beliau menshohihkannya]
11. Yakin dengan janji Alloh
dan Menghindari Irjaf (penggembosan)
Sesungguhnya di antara sebab
ketenangan dan ketentraman ialah menghindari penggembosan dari para pencela dan
berita-berita dusta dari orang-orang yang hina dan jahat. Dan wajib bagi setiap
mu’min agar ia tidak menoleh kepada penggembosan dan berita dusta dari mereka.
Alloh berfirman :
قَدۡ يَعۡلَمُ ٱللَّهُ ٱلۡمُعَوِّقِينَ
مِنكُمۡ وَٱلۡقَآئِلِينَ لِإِخۡوَٰنِهِمۡ هَلُمَّ إِلَيۡنَاۖ وَلَا يَأۡتُونَ ٱلۡبَأۡسَ
إِلَّا قَلِيلًا
“Sesungguhnya Alloh
mengetahui orang-orang yang menghalang- halangi di antara kamu dan orang-orang
yang berkata kepada saudara- saudaranya: "Marilah kepada kami". dan
mereka tidak mendatangi peperangan melainkan sebentar.” [QS. Al-Ahzab: 18]
Alloh telah memperingatkan
agar tidak mendengarkan mereka, dalam firmannya :
لَوۡ خَرَجُواْ فِيكُم مَّا
زَادُوكُمۡ إِلَّا خَبَالٗا وَلَأَوۡضَعُواْ خِلَٰلَكُمۡ يَبۡغُونَكُمُ ٱلۡفِتۡنَةَ
وَفِيكُمۡ سَمَّٰعُونَ لَهُمۡۗ وَٱللَّهُ عَلِيمُۢ بِٱلظَّٰلِمِينَ
“Jika mereka berangkat
bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah apapun untukmu kecuali
kerusakan, dan tentu mereka akan bergegas maju ke muka di celah-celah
barisanmu, untuk mengadakan kekacauan di antara kamu; sedang di antara kamu ada
orang-orang yang amat suka mendengarkan perkataan mereka. dan Alloh mengetahui
orang-orang yang zalim.” [At-Taubah: 47]
Karena mendengarkan mereka
dapat menumbuhkan sifat wahn (lemah) di dalam hati, dan menggerogroti kekuatan
mujahidin, tidaklah hal tersebut melaikan tiupan iblis yang ingin
menakut-nakuti orang beriman. Alloh berfirman :
إِنَّمَا
ذَٰلِكُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ يُخَوِّفُ أَوۡلِيَآءَهُۥ فَلَا تَخَافُوهُمۡ وَخَافُونِ
إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ
“Sesungguhnya mereka itu
tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya
(orang-orang musyrik Quraisy), Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka,
tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” [QS. Ali
Imran 175]
Mu’min yang cerdas ia tidaklah
memandang kepada hal-hal yang menggugurkan dan merusak perjalanan jihadnya
kecuali hanya untuk mengambil pelajaran darinya, akan tetapi ia menyaksikan
dengan nur yang ada di dalam hatinya kelembutan Alloh dan kebersamaan Alloh
dengan para wali-waliNya, pertolongan Alloh untuk tentaranya dan bimbingan
Alloh untuk mereka. Yang diharapkan mereka –dengan izin Alloh- hanyalah
kemuliaan, kesyahidan, tamkin dan kekuasaan. Penggembosan tidaklah
membingungkan mereka dan celaan tidaklah mempengaruhi mereka, tetap berjuang di
atas jalannya, yang selalu menemaninya ialah firman Alloh ta’ala :
قُل
لَّن يُصِيبَنَآ إِلَّا مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَنَا هُوَ مَوۡلَىٰنَاۚ وَعَلَى ٱللَّهِ
فَلۡيَتَوَكَّلِ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ
Katakanlah: "Sekali-kali
tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Alloh untuk kami.
Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Alloh orang-orang yang beriman harus
bertawakal." [QS. At-Taubah 51]
Juga hadits Nabi
–shollaAllohu ‘alaihi wa sallam- kepada Ibnu Abbas :
يَا غُلَامُ, إِنَّى أُعَلَّمُكَ كَلِماتٍ, احْفَظِ اللهَ
يَحْفَظْكَ, احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ, إِذَا سَأَلْتَ فَسْأَلِ الله,
وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ, وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوِ
اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ
قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ, وَلَوِ اجْتَمَعُو عَلَى أَنْ يَضُرَّوكَ إِلَّا
بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ, رُفِعَتِ الْأَقْلَامُ وَجَفَّتِ
الصُّحُفُ
“wahai ghulam, aku mengajarkanmu beberapa
kalimat; jagalah Alloh maka Alloh akan menjagamu, jagalah Alloh maka kamu akan
mendapatiNya di hadapanmu, jika kamu meminta maka mintalah kepada Alloh, jika
kamu memohon pertolongan maka mintalah kepada Alloh. ketahuilah, jika umat
berkumpul untuk memberimu suatu manfaat, mereka tidak akan bisa memberimu manfaat
kecuali dengan sesuatu yang telah Alloh tetapkan untukmu, jika mereka berkumpul
untuk memberimu suatu bahaya, mereka tidak akan bisa memberimu bahaya kecuali
dengan sesuatu yang telah Alloh tetapkan atasmu, pena-pena telah diangkat dan
lembaran-lembaran telah kering.” [HR. Ahmad dan At-Tirmidzi_hasan shahih]
12. Menanamkan Tauhid dan Memperkuat Aqidah di dalam Hati
Ini adalah perkara terbesar
dan puncaknya, ia adalah inti dari keteguhan, yang mana bagaimana mungkin
seseorang bisa tenang dan menetap dalam perjuangan sedangkan ia di atas aqidah
yang goncang, yang dikuasai oleh banyak syubhat, diliputi oleh
prasangka-prasangka, dan mudah goyah walau disebabkan masalah kecil sekalipun.
Seseorang tidak akan bisa
menikmati keteguhan diri kecuali dengan keteguhan aqidah dan kekokohannya
terlebih dahulu, dan din juga dinamakan dengan iman disebabkan padanya terdapat
ketetapan, ketenangan dan kestabilan. Alloh mengabarkan bahwa Dia memberikan
keteguhan kepada muwahhidin/ orang-orang yang bertauhid, dalam firmannya :
يُثَبِّتُ
ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱلۡقَوۡلِ ٱلثَّابِتِ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا
وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِ
“Alloh meneguhkan (iman)
orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh1 itu dalam kehidupan di dunia
dan di akhirat.” [QS. Ibrohim: 27]
Alloh telah memperumpamakan
kalimat tauhid dengan kekokohan, keteguhan dan ketetapannya dengan pohon kurma,
yang mana ia merupakan di antara pohon yang paling kuat, sebagaimana dalam
firmanNya :
1 Yang dimaksud ucapan-ucapan
yang teguh di sini ialah kalimatun thayyibah yang disebut dalam ayat 24 dalam
surat ini.
أَلَمۡ تَرَ كَيۡفَ ضَرَبَ ٱللَّهُ
مَثَلٗا كَلِمَةٗ طَيِّبَةٗ كَشَجَرَةٖ طَيِّبَةٍ أَصۡلُهَا ثَابِتٞ وَفَرۡعُهَا
فِي ٱلسَّمَآءِ
“Tidakkah kamu perhatikan
bagaimana Alloh telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang
baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit.” [QS. Ibrohim : 24]
Oleh karenanya telah
seharusnya bagi seorang mujahid dalam perjalannya menuju Alloh untuk
mempelajari tauhid, mengenali Alloh dengan Asma dan Shifat-Nya, mengikat
hatinya di atas aqidah pemutusan hukum dengan apa yang diturunkan Alloh dan
berhukum dengan syari’atNya, juga hendaknya ia memahami
permasalahan-permasalahan kufr bit Thagut, al-Wala wal Baro’ (loyal kepada
orang-orang beriman, mencintai dan menolong mereka, dan memusuhi orang-orang
kafir, membenci dan berlepas diri dari mereka), mengenali jalan-jalan
orang-orang yang mujrim (jahat) agar bisa mewaspadainya dan menjauhinya,
memahami kekufuran undang-undang buatan manusia, kekufuran demokrasi, kesesatan
pemilu dan parlemen-parlemen, juga wajib baginya untuk mencari kejelasan
mengenai permasalahan-permasalahan syirik lainnya agar dapat mewaspadainya dan
berlepas diri darinya.
Lalu setelahnya ia harus
mempelajari perincian-perincian permasalahan aqidah yang lainnya; seperti iman
dengan kitab-kitab, rosul-rosul dan hari akhir, mempelajari hikmah-hikmah yang
terdapat di dalamnya, juga tidak melupakan permasalahan iman kepada qodar dan
pengaruhnya terhadap ketenangan jiwa dan ketentraman hati, dan nampaknya
peribadahan roja’ dan yaqin. Kemudian tidak melupakan kedudukan para shahabat Nabi
dan apa-apa yang memberikan pengaruh besar dan ikatan yang kuat yang ada pada
mereka, yang mana di antara ajaran yang mereka lakukan adalah bersama-sama
mempelajari al-iman dan at-tauhid, sebagaimana dalam hadits Jundub Ibnu
Abdillah Al-bajaliy –rodhiyaAlloh ‘anhu- ia berkata :
كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ
فِتْيَانُحَزَاوِرَةٌ, فَتَعَلَّمْنَا الْإِيمَانَ قَبْلَ أَنْ نَتَعَلَّمَ
الْقُرْآنَ, ثُمَّ تَعَلَّمْنَا الْقُرْآنَ, فَازْدَدْنَا بِهِ إِيْمَانًا
“dahulu kami bersama-sama Nabi
–shollaAllohu ‘alaihi wa sallam-, sedangkan kami saat itu adalah pemuda-pemuda
yang kuat, kami mempelajari al-iman sebelum kami mempelajari al-qur’an,
sehingga ketika kami mempelajari al-qur’an maka dengannya iman kami semakin
bertambah.” [HR. Ibnu Majah]
Di antara pedoman Nabi ialah
ia memerintahkan untuk menjaga Iman
dan Tauhid, sebagaimana dalam hadits mengenai
utusan yang dikirim oleh Abdul Qais, ketika Nabi bertanya kepada mereka :
هَلْ تَدْرُونَ مَا الْإِيمَانُ بِاللهِ وَحْدَهُ؟
“apakah kalian
mengetahui apa itu beriman pada Alloh saja?”
mereka berkata : “Alloh dan
Rosul-Nya yang lebih mengetahui.” Nabi bersabda :
شَهَادَةٌ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أللهُ, وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ
اللهِ, وَإِقَامُ الصَّلَاةِ, وَإِيتَاءُ الزَّكَاةِ, وَصَوْمُ رَمَضَانَ,
وَتُعْطُوا الْخُمُسَ مِنَ الْمَغْنَمِ
“(yaitu) bersaksi bahwa Laa ilaaha
illaAlloh dan bahwa Muhammad adalah Rosululloh, mendirikan shalat, menunaikan zakat,
shoum Romadhon dan memberikan seperlima dari ghanimah…” Nabi bersabda lagi :
“jagalah perkara tersebut dan kabarkanlah tentangnya kepada orang-orang yang
ada di belakang kalian.” [Muttafaq ‘alaih]
Oleh sebab itu bahwa memahami
tentang Alloh dan tentang Rosul-Nya, mengokohkan tauhid dan menetapkan aqidah
di dalam hati dapat menumbuhkan keteguhan yang besar, kesabaran dan ketabahan,
disertai dengan ketenangan, ketentraman dan kecintaan dengan kondisi jihad,
yang mana dengannya manusia menjadi mulia, dan didalamnya ia bisa benar-benar
menyaksikan hakikat Laa ilaaha illaAlloh.
Wahai Mujahid..
Ketika kamu berperang untuk
mengembalikan hukum Alloh di bumi milikNya, untuk memenangkan syari’at dan
mengangkatnya di negri-negri..
Ketika kamu berperang untuk
menyebarkan tauhid dan menerapkan beribadahan kepada Alloh..
Ketika kamu berperang untuk
membasmi fitnah kesyirikan dan kekafiran demi mengamalkan perintah Alloh;
وَقَٰتِلُوهُمۡ
حَتَّىٰ لَا تَكُونَ فِتۡنَةٞ وَيَكُونَ ٱلدِّينُ كُلُّهُۥ لِلَّهِ
“Dan perangilah mereka,
sehingga tidak ada lagi gitnah (kesyirikan dan kekafiran) dan supaya din itu
semata-mata untuk Alloh.” [QS. Al-Anfal: 39]
Ketika kamu berperang untuk
merobohkan kesyirikan konterporer (undang-undang kufur buatan manusia dan
pemilu) yang mana para Nabi terdahulu telah mendahului perjuanganmu itu..
Ketika kamu berperang untuk
melawan kezhaliman terhadap orang-orang yang lemah, dan untuk menyebarkan
keadilan di seluruh alam..
Ketika qodarulloh melalui
perjuanganmu, pondasi-pondasi thagut yang jahat itu roboh, kesyirikan mereka
itu hancur dan singgasana-singgasana mereka itu tergoncang..
Maka berbahagialah kamu wahai
mujahid yang teguh, karena kamu lah orang yang Alloh berfirman tentangnya :
ثُمَّ
أَوۡرَثۡنَا ٱلۡكِتَٰبَ ٱلَّذِينَ ٱصۡطَفَيۡنَا مِنۡ عِبَادِنَا
“Kemudian Kitab itu kami
wariskan kepada orang-orang yang kami pilih di antara hamba-hamba kami.”[QS.
Fathir 32]
Berbahagialah dengan hidayah;
وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُواْ
فِينَا لَنَهۡدِيَنَّهُمۡ سُبُلَنَاۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ٦٩
“Dan orang-orang yang
berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan kami tunjukkan
kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Alloh benar-benar beserta
orang-orang yang berbuat baik.”[QS. Al-Ankabut: 69]
Berbahagialah karena kamu
adalah sebaik-baiknya manusia, dan seutama-utamanya manusia, siapakah yang
mengutamakanmu? Dialah Alloh;
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ
وَهَاجَرُواْ وَجَٰهَدُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡ
أَعۡظَمُ دَرَجَةً عِندَ ٱللَّهِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡفَآئِزُونَ ٢٠
“Orang-orang yang beriman dan
berhijrah serta berjihad di jalan Alloh dengan harta, benda dan diri mereka,
adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Alloh; dan itulah orang-orang yang
mendapat kemenangan.” [QS. At-Taubah: 20]
لَّا يَسۡتَوِي ٱلۡقَٰعِدُونَ
مِنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ غَيۡرُ أُوْلِي ٱلضَّرَرِ وَٱلۡمُجَٰهِدُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ
بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡۚ فَضَّلَ ٱللَّهُ ٱلۡمُجَٰهِدِينَ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ
وَأَنفُسِهِمۡ عَلَى ٱلۡقَٰعِدِينَ دَرَجَةٗۚ وَكُلّٗا وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلۡحُسۡنَىٰۚ
وَفَضَّلَ ٱللَّهُ ٱلۡمُجَٰهِدِينَ عَلَى ٱلۡقَٰعِدِينَ أَجۡرًا عَظِيمٗا ٩٥
“Tidaklah sama antara mu’min
yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai 'uzur dengan
orang-orang yang berjihad di jalan Alloh dengan harta mereka dan jiwanya. Alloh
melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang
yang duduk satu derajat. kepada masing-masing mereka Alloh menjanjikan pahala
yang baik (surga) dan Alloh melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang
yang duduk dengan pahala yang besar.” [QS. An-Nisa: 95]
Berbahagialah karena kamu di
atas jalan para Nabi;
أُوْلَٰٓئِكَ
ٱلَّذِينَ هَدَى ٱللَّهُۖ فَبِهُدَىٰهُمُ ٱقۡتَدِهۡۗ
“Mereka Itulah orang-orang
yang telah diberi petunjuk oleh Alloh, maka ikutilah petunjuk mereka.” [QS.
Al-An’am 90]
Maka nikmatilah hidayah yang
Alloh berikan.
Berbahagialah karena dengan
jihadmu kamu menjadi semakin dekat dengan Alloh, maka nikmatilah kedekatanmu
dengan Ar-Rahman Ar-Rohim.
Berbahagialah –dengan izin
Alloh- karena beberapa derajat/tingkatan dan surga yang Alloh janjikan,
sebagaimana dalam hadits Abu Hurairah, bahwa Rosululloh –shollaAllohu ‘alaihi
wa sallam- bersabda :
إِنَّ فِي الْجَنَّةِ مِئَةَ دَرَجَةٍ اَعَدَهَا اللهُ
لِلْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِ اللهِ, مَابَيْنَ الدَّرَجَتَيْنِ كَمَا بَيْنَ
السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ, فَإِذَا سَئَلْتُمُ اللهَ فَاسْئَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ,
فَإِنَّهُ أَوْسَطِ الْجَنَّةِ, وَأَعْلَى الْجَنَّةِ, أُرَاهُ: فَوْقَهُ عَرْشُ
الرَّحْمَنِ, وَمِنْهُ تَفَجَّرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ
“sesungguhnya di surga terdapat seratus
tingkatan yang telah Alloh sediakan untuk para mujahidin fii sabilillah, yang
antara satu tingkatan dengan tingkatan lainnya sebagaimana jarak antara langit
dan bumi, jika kamu meminta kepada Alloh maka mintalah surga Firdaus, karena ia
surga yang paling tengah dan paling atas, di atasnya ada ‘Arsy Alloh Ar-Rahman,
darinya mengalir sungai-sungai surga.” [HR. Bukhori]
Ketika
seorang Mujahid telah berhasil mendatangkan perkara yang besar ini, yaitu
ketika
aqidah tauhid dan ke-Hakim-an Alloh telah mengokoh di dalam hati..
Ketika
Alloh telah menjadikanmu suatu sebab kemuliaan din-Nya dan kejayaan syari’at-Nya
di bumi..
Ketika
kamu telah mendapati bahwa dirimu telah berada di atas jalan para Nabi..
Maka
berbahagialah dengan keteguhan, keutamaan dan ganjaran yang Alloh berikan !!!
وصلى الله وسلم على عبده ورسوله محمد وعلى أله وصحبه أجمعين,
والحمد لله رب العالمين
Ditulis oleh : Asy-Syaikh
Al-Mujahid
Abu Hafsh Asy-Syami
–rohimahulloh-
(anggota Maktab Al-Buhuts Wad
Dirosat)
Ditarjamah oleh :
Al-Akh Abu Salik –‘afaAlloh
‘anh-
Shofar
1440 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar