6/24/2019

WAHAI MUJAHID BAGAIMANA KAMU TEGUH DALAM JIHAD, Abu Hafsh asy-Syami


Wahai Mujahid
Bagaimana Kamu Teguh
Dalam Jihad

oleh Fadhilatus Syaikh al-Mujahid
Abu Hafsh asy-Syami –rohimahulloh-
(anggota Maktab al-Buhuts Wad Dirosat)

Tarjamah oleh : al-Akh Abu Salik –‘afaAllohu ‘anh-u
Shofar 1440 H

Wahai Mujahid ...

Ketahuilah bahwa jalah jihad itu berat dan rumit, dikelilingi dengan hal-hal yang dibenci oleh syahwat, dipenuhi dengan hal-hal yang menakutkan dan berbahaya, akan tetapi hasil darinya adalah tamkin di dunia dan kebahagiaan, juga mendapatkan kemuliaan di akhirat dan surga.

Dan sesungguhnya penyakit paling berbahaya yang ada padanya ada dua perkara;

Pertama :    jenuh dari jihad, meninggalkan jama’ah dan condong kepada dunia.
Kedua :       lari dari peperangan.

Kedua hal tersebut termasuk dari bentuk meninggalkan jihad dan berpaling dari jalan yang lurus, yang menghasilkan kehinaan dan kerugian.
Meninggalkan jama’ah dan berpaling dari jihad adalah jalan orang-orang jahiliyah, dan kesesatan setelah datangnya hidayah. Diriwayatkan dari Ibnu Umar –rodhiyaAlloh ‘anhuma- ia berkata, aku mendengar Rosululloh –shollaAllohu ‘alaihi wa sallam- bersabda :

مَنْ خَلَعَ يَدًا مِنْ طَاعَةٍ لَقِيَ اللَّهَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ لَا حُجَّةَ لَهُ وَمَنْ مَاتَ وَلَيْسَ فَي عُنُقِهِ بَائِعَةٌ مَاتَ مِيْتَةً جَهِلِيَّةً

“Barangsiapa yang melepas tangannya dari ketaatan, maka ia akan menemui Alloh di hari kiamat sedangkan tidak ada hujah yang membelanya, dan barangsiapa yang mati sedangkan tidak ada baiat di lehernya maka ia mati dengan mati jahiliyah.” [HR. Muslim]

Adapun lari dari peperangan ia merupakan bagian dari dosa-dosa besar, yang menyebabkan masuknya ia ke neraka dan mengundang murka dari Alloh Al-Jabbar. Alloh –ta’ala- berfirman :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا لَقِيتُمُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ زَحۡفٗا فَلَا تُوَلُّوهُمُ ٱلۡأَدۡبَارَ ١٥ وَمَن يُوَلِّهِمۡ يَوۡمَئِذٖ دُبُرَهُۥٓ إِلَّا مُتَحَرِّفٗا لِّقِتَالٍ أَوۡ مُتَحَيِّزًا إِلَىٰ فِئَةٖ فَقَدۡ بَآءَ بِغَضَبٖ مِّنَ ٱللَّهِ وَمَأۡوَىٰهُ جَهَنَّمُۖ وَبِئۡسَ ٱلۡمَصِيرُ ١٦

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bertemu dengan orang-orang yang kafir yang sedang menyerangmu, maka janganlah kamu membelakangi mereka (mundur). Barangsiapa yang membelakangi mereka (mundur) di waktu itu, kecuali berbelok untuk (sisat) perang atau hendak menggabungkan diri dengan pasukan yang lain, maka Sesungguhnya orang itu kembali dengan membawa kemurkaan dari Alloh, dan tempatnya ialah neraka jahannam. dan amat buruklah tempat kembalinya.” [Qs. Al-Anfal 15-16]

Ketahuilah sesungguhnya barangsiapa yang mati dalam keadaan lari dari peperangan maka dia tidaklah syahid, sungguh meruginya orang tersebut, ia telah kehilangan keutaman, ganjaran kebaikan telah sirna darinya, dan ia tidak mendapatkan apapun dari jihadnya kecuali keletihan dan terjatuhnya diri kepada kondisi yang berbahaya dan mengerikan.

Dan tidaklah diragukan bahwa jihad adalah ibadah yang besar dan berat ...
Di dalamnya terdapat kepada-kepala yang berterbangan ...
Cabikan-cabikan tubuh yang berserakan ...
Di dalamnya terdapat kesulitan dan jerih payah ...
Memikul beban berat dan melelahkan ...
Jauh dari keluarga dan para sahabat ...
Terasing dari kampung halaman dan orang-orang yang tersayang ...
Padanya terdapat kesukaran dan ujian ...
Dan bersinggungan dengan bala’ dan fitnah-fitnah ...
Telah diriwayatkan dari Imam An-Nasa’i dan selainnya
أَنَّ رَجُلًا قَالَ: يَارَسُولَ اللهِ مَا بَالُ الْمُؤْمِنِيْنَ يُفْتَنُوْنَ فِيْ قُبُورِهِمْ إِلَّا الشَّهِيدُ؟ قَالَ: كَفَى بِبَرِيْقَةِ السُّيُوفِ عَلَى رَأْسِهِ  فَتْنَةٌ

bahwa ada seorang laki-laki berkata : “wahai Rosululloh, ada apa dengan orang-orang beriman yang di kubur mereka mendapatkan fitnah (ujian) sedangkan orang yang syahid tidak?” beliau menjawab : “cukuplah dengan kilatan pedang yang ada di atas kepalanya menjadi fitnah baginya.”

Oleh sebab itu maka sudah seharusnya bagi seorang mujahid untuk bangkit agar mengetahui sebab-sebab yang bisa menjadikannya untuk tetap tsabat (teguh)..
Hingga ia tetap teguh walaupun dalam keadaan yang sangat mencekam, yaitu saat ia mendengar peluru-peluru yang melesat..

Suara-suara roket ... Suara-suara mortar ... Dan suara-suara pesawat yang melintas ...

Keteguhan dan Pengukuhan adalah dari Alloh

Ketahuilah bahwasannya keteguhan dari Alloh –subhanahu- adalah keteguhan yang Dia berikan kepada siapa yang Dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya, keteguhan bukanlah berasal dari keberanian dan kegagahan seseorang, melainkan ia adalah keutamaan yang hanya Alloh berikan kepada hamba-Nya..

Dan Alloh –subhanahu- memberikan ketegukan bagi siapa yang melakukan sebab-sebab datangnya keteguhan tersebut, dan bagi siapa yang jujur untuk mencarinya. Maka marilah saudara jihadku, kita belajar bersama bagaimana agar kita teguh dalam jihad!

1. Janganlah Kamu Berperang karena
Mengharapkan Dunia

Sesungguhnya di antara sebab-sebab keteguhan dalam jihad adalah apabila kamu berperang di jalan Alloh dan kamu meniatkannya untuk meninggikan kalimat Alloh, karena apabila kamu meniatkannya demi ghanimah, sum’ah (ingin disebut-sebut orang), ketenaran, ingin diakui dan ingin mendapatkan kedudukan, maka peperangan tersebut tidaklah berkah. Alloh tidak akan menerimanya dan tidak akan memberikan keteguhan bagi pelakunya.

Orang yang seperti itu akan lebih cepat kabur dan kalah, karena sesungguhnya ia tidak sedang berperang di jalan Alloh, melainkan demi tujuan yang fana, bahkan ia mendapatkan kerugian besar dikarenakan ia telah kehilangan pahala dan keutamaan jihad, dan kesungguhannya disaat itu sia-sia. Jika ia terbunuh dalam keadaan itu maka nerakalah ancamannya. Sebagaimana dalam hadits Abu Hurairah –rodhiyaAlloh ‘anhu- ia berkata, aku mendengar Rosululloh –shollaAllohu ‘alaihi wa sallam- bersabda :

إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَ الْيَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُسْهِدَ, فَأُتِيِ بِهِ, فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ, فَعَرَفَهَا, قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا ؟ قَالَ: قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى تُشْهِدْتُ, قَالَ: كَذَبْتَ, وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ لِأَنْ يُقَالِ: جَرِيءٌ, فَقَدْ قِيْلَ. ثَمَّ أُمِرَ بِهِ, قَحُسِبَ عَلَى وِجْهِهِ, حَتَّى أُلْقِيَ فَيْ النَّارِ

“Sesungguhnya orang pertama yang diberikkan keputusan di hari kiamat adalah seseorang yang mati dalam peperangan, ia dihadirkan dan diberitahukan kepadanya mengenai nikmat-nikmat Alloh dan dia mengetahuinya, lalu Alloh berfirman : “maka apa yang kamu lakukan denganya?” dia menjawab : “aku berperang karenamu hingga aku terbunuh.” Alloh berfirman : “kamu dusta, akan tetapi kamu berperang agar dikatakan pemberani, maka kamu telah mendapatkannya.” Lalu ia diperintahkan dan diseret di atas wajahnya hingga ia dilemparkan ke dalam api neraka.” [HR. Muslim]

2. Niat yang baik dan Ikhlas

Sesungguhnya mewujudkan ikhlas adalah bagian terbesar yang meneguhkan seorang mujahid. Karena kamu berjihad dan kamu mengharapkan apa yang ada di sisi Alloh, berupa pahala yang besar, kedudukan yang mulia, dan ini akan memberikan tekat yang keras untuk seseorang hingga ia teguh dan tenang (sakinah) ketika berperang.

Dan di antara yang bisa menjadi dalil mengenai pengaruh jujurnya niat dalam ketegukan dan datangnya sakinah adalah firman Alloh –‘azza wa jalla- :
۞لَّقَدۡ رَضِيَ ٱللَّهُ عَنِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ إِذۡ يُبَايِعُونَكَ تَحۡتَ ٱلشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمۡ فَأَنزَلَ ٱلسَّكِينَةَ عَلَيۡهِمۡ وَأَثَٰبَهُمۡ فَتۡحٗا قَرِيبٗا ١٨ وَمَغَانِمَ كَثِيرَةٗ يَأۡخُذُونَهَاۗ وَكَانَ ٱللَّهُ عَزِيزًا حَكِيمٗا

“Sesungguhnya Alloh telah ridho terhadap orang-orang mu’min ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon itu, maka Alloh mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat, serta harta rampasan yang banyak yang dapat mereka ambil. Dan adalah Alloh Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” [QS. Al-Fath 18-19]

Firman Alloh ta’ala {maka Alloh mengetahui apa yang ada di dalam hati mereka} yaitu : berupa keikhlasan dan kejujuran kepada Alloh. Ibnul Jauzi berkata dalam tafsirnya [4/133] : “Alloh mengetahui bahwasannya mereka ikhlas hingga Alloh menurunkan sakinah (ketenangan) atas mereka. Yaitu ketentraman dan kerelaan.”

Maka ini adalah dalil yang jelas bahwasannya orang yang ikhlas dan memiliki niat yang jujur akan Alloh berikan kepadanya ketenangan di saat-saat mencekam dan dalam peperangan, itu semua disebakan keikhlasan dan kejujuranya.

Berkata penulis tafsir Adwaul Bayan [7/397] : “sakinah mencakup ketenangan dan ketentraman kepada kebenaran, keteguhan dan keberanian ketika mendapatkan masalah.”

Maka marilah saudara jihadku, perkuatlah niat baikmu ketika berjihad, berjihadlah untuk memenuhi perintah Alloh! inilah niat yang benar dan ikhlas.

Berjihadlah untuk mengembalikan hukum Alloh ke bumi! inilah niat yang benar dan ikhlas.

Berjihadlah untuk membela orang-orang yang lemah dari kalangan kaum muslimin karena Alloh telah memerintahkan yang demikian! inilah niat yang benar.

Berjihadlah agar kamu mendapatkan keridhoan Alloh dan ampunanNya!

Ini adalah niat yang Alloh akan menjadikanmu teguh di atasnya dengan keteguhan dan ketenangan.

3. Memperbanyak Dzikrulloh (Mengingat Alloh)

Sesungguhnya kebanyakan manusia mereka lalai terhadap pengaruh dari dzikir, padahal dzikrulloh termasuk hal terbesar yang dapat meneguhkan seseorang. Dzikir memiliki pengaruh yang menakjubkan terhadap keteguhan, ia meneguhkan hati, menghibur jiwa dan menguatkan badan.

Dan sesungguhnya keteguhan badan itu mengikuti keteguhan hati, jika hati itu teguh maka badan juga. Dan keteguhan hati itu berada pada ketenangannya, sedangkan ketenanngan hati diperoleh dengan berdzikir, sebagaimana firman Alloh :

ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَتَطۡمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكۡرِ ٱللَّهِۗ أَلَا بِذِكۡرِ ٱللَّهِ تَطۡمَئِنُّ ٱلۡقُلُوبُ ٢٨

 “dan ketahuilah dengan berdzikir kepada Alloh maka hati menjadi tenang.” [QS. Ar-Ro’d : 28]

Sebagian salaf berkata sebagaimana yang dinukilkan oleh Imam Al-Qurthubiy dalam tafsirnya [9/315] : “yaitu hati mereka tetap dalam ketenangan dengan dzikrulloh pada lisan mereka.”

Jika hati itu menjadi tenang dengan dzikrulloh maka badan akan teguh, menjadi semakin kuat dalam mengikuti peperangan dan mampu menopang hal-hal yang sulit sekalipun. Oleh karena itu kita menemukan bahwa Alloh memerintahkan kaum mu’minin untuk memperbanyak berdzikir ketika berhadapan dengan musuh. Sebagaimana dalam firman-Nya :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ إِذَا لَقِيتُمۡ فِئَةٗ فَٱثۡبُتُواْ وَٱذۡكُرُواْ ٱللَّهَ كَثِيرٗا لَّعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ ٤٥

“Hai orang-orang yang beriman, pabila kamu memerangi pasukan musuh, maka berteguh hatilah kamu dan berdzikirlah kepada Alloh sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.” [QS. Al-Anfal 45]

maka janganlah kamu lalai dari memperbanyak berdzikir kepada Alloh wahai Mujahid! Karena Alloh telah menjadikannya di antara sebab keteguhan, keberuntungan dan kemenanngan. Janganlah kamu meremehkan dzikir pagi dan petang wahai Mujahid! Karena ia adalah perisai pertahanan. Betapa banyak seorang mujahid tertangkap musuh disebabkan ia melupakan dzikir pagi dan petang. Maka jadikanlah ia wirid harian untukmu, tasbih, tahlil dan takbir. Dan perbanyaklah istigfar, karena ia memiliki pengaruh yang besar, karena dzikir dan istigfar termasuk sebab kemenangan dan keteguhan.
4. Mempelajari keutamaan dan ganjaran Jihad

Ketika kamu mengetahui ganjaran peperangan dan jihad dan keutamaan ribath dan kesyahidan, maka itu akan membuahkan semangat dalam keteguhan hingga kamu meraih ganjaran tersebut. Maka hendaknya seorang muslim jangan sampai bodoh terhadap ganjaran-ganjaran dan keutamaan jihad dan kesyahidan, karena itu merupakan sebab seseorang akan meninggalkan jihad dan hilangnya kesabaran padanya. Sebagaimana firman Alloh ta’ala :

وَكَيۡفَ تَصۡبِرُ عَلَىٰ مَا لَمۡ تُحِطۡ بِهِۦ خُبۡرٗا

“maka bagaimana kamu bisa sabar terhadap sesuatu yang kamu tidak memiliki ilmunya.” [QS. Al-Kahf : 68]

Maka hendaknya bagi seorang mujahid agar ia memperbanyak membaca dan mentadabburi ayat-ayat Al-Qur’an dan Hadits-Hadits Nabi yang menyebutkan keutamaan-keutamaan jihad, ribath dan kesyahidan hingga keteguhan itu terus terperbaharui.

5. Rindu Terhadap Surga

Sesungguhnya kerinduan terhadap surga, cinta terhadap akhirat dan zuhud terhadap dunia menjadikan seseorang memiliki semangat yang kuat dalam keteguhan atas jihad. Dan ini merupakan petunjuk yang Nabi –shollaAllohu ‘alaihi wa sallam- ajarkan, yaitu beliau menjadikan para Shahabat rindu akan jihad, dengan menyebutkan ganjaran-ganjaran yang Alloh telah siapkan untuk para mujahidin. Sebagaimana yang Nabi –shollaAllohu ‘alaihi wa sallam- lakukan di perang Badar ketika kaum musyrikin maju menyerang, Rosululloh –shAllohu ‘alaihi wa sallam- bersabda :

"قَومُوا إِلَى جَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَ الْأَرْضُ"قَالَ: يَقُولُ عُمَيْرُ بْنُ الْحُمَامِ الِأَنْصَارِيُّ: يَا رَسُولَ اللهِ, جَنَّةٌ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالْأَرْضُ؟ قَالَ: نَعَمْ, قَالَ: بَخٍ بَخٍ. فَقَالَ رَسُوَ لُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :"مَا يَحْمِلُكَ عَلَى قَوِلِكَ: بَخٍ بَخٍ؟ قَالَ: لَا وَ اللهِ يَا رَسُولَ اللهِ, إِلَّا رَجَاءَةَ أَنْ أَكُوْنَ مِنْ أَهْلِهَأ.قَالَ:" فَأِنَّكَ مَنْ أَهْلِهَا". فَأَخْرَجَ تَمَرَاتٍ مِنْ قَرَنِهِ, فَجَعَلَ يَاْكُلُ مِنْهُنَّ, ثُمَّ قَالَ: لِئِنْ اَنَا حَيِّيتُ حَتَّى أَكُلَ تَمَرَاتِيْ هَذِهِ إِنَّهَا لَحَيَاةٌ طَوِيْلَةٌ. قَالَ: فَرَمَى بِمَا كَانَ مَعَهُ مِنَ التَّمْرِ, ثُمَّ قَاتَلَهُمْ, حَتَّى قُتِلَ

“Bangkitlah kalian menuju Surga yang luasnya tujuh lapis langit dan bumi.” Lalu berkata ‘Umair Ibnu Al-Humam Al-Anshari : “Wahai Rosululloh, Surga yang luasnya tujuh lapis langit dan bumi?” Rosul menjawab : “iya” ‘Umair berkata : “wah.. wah..” Rosul bertanya : “apa yang membuatmu berkata wah wah.” ‘Umair menjawab : “tidak lain, Demi Alloh wahai Rosululloh, kecuali pengharapan agar aku menjadi salah satu penghuninya.” Rosul menjawab : “sesungguhnya kamu adalah salah satu penghuninya.” Lalu ‘Umair mengeluarkan beberapa kurma dari wadahnya dan memakan kurma tersebut, lalu berkata : “jika aku masih hidup hingga aku sempat memakan kurma-kurma ini tentu itu adalah kehidupan yang cukup panjang.” Lalu ia melemparkan kurma tersebut dan ia berangkat berperang hingga ia terbunuh. [HR.Muslim]

6. Menanamkan Kecintaan kepada Alloh di dalam Hati

Imam Ibnu Qayyim –rohimahullah- berkata dalam Ighatsatul Lahfan [1/72] : “sebagian orang-orang yang ‘arif berkata : orang-orang miskin di dunia keluar meninggalkan dunia sedangkan apa yang mereka rasakan lebih baik dari apa yang ada di dalamnya. Ditanyakan : apa yang lebih baik dari apa yang ada di dalamnya? Ia menjawab : mahabbatulloh (mencintai Alloh), rindu berjumpa dengan-Nya, dan menikmati berdzikir dan mentaati-Nya.”

Yang lainnya berkata : “telah berlalu bagiku saat-saat yang menurutku jika penduduk surga juga merasakannya sungguh mereka berada dalam kehidupan yang indah.”
Yang lainnya berkata : “demi Alloh tidaklah dunia itu baik kecuali dengan mencintai Alloh dan mentaatiNya, tidak juga surga kecuali dengan memandang Alloh dan menyaksikan-Nya.”

Sungguh kebergantungan seseorang dengan Alloh dan mencintai-Nya dapat menarik hati dan menggerakkannya menuju yang dicintainya dan berusaha untuk menggapai ridho-Nya, sehingga mudah baginya untuk bertahan pada keadaan-keadaan yang berat sekalipun disebabkan cinta kepadaNya dan dalam rangka ketaatan kepadaNya, saat itu keteguhan seorang mujahid semakin kuat dengan izin Alloh, karena setiap perbuatannya didasari dengan kecintaan.

Maka hendaknya bagi seorang mujahid untuk memperkuat kecintaannya kepada Alloh dan selalu berusaha untuk menjadi hamba yang dicintai-Nya, sehingga semakin kecintaan itu bertambah maka keteguhan semakin sempurna.

Cukuplah bagi seorang mujahid mengetahui bahwa kecintaan Alloh adalah di antara tujuan kita diciptakan, karena pondasi dari tauhid dan ibadah adalah kecintaan disertai merendahkan diri di hadapan Alloh.

Bahkan hubungan antara cinta dan jihad adalah kedua jenis yang saling terhubung, sebagaimana firman Alloh ta’ala :

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مَن يَرۡتَدَّ مِنكُمۡ عَن دِينِهِۦ فَسَوۡفَ يَأۡتِي ٱللَّهُ بِقَوۡمٖ يُحِبُّهُمۡ وَيُحِبُّونَهُۥٓ أَذِلَّةٍ عَلَى ٱلۡمُؤۡمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى ٱلۡكَٰفِرِينَ يُجَٰهِدُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوۡمَةَ لَآئِمٖۚ ذَٰلِكَ فَضۡلُ ٱللَّهِ يُؤۡتِيهِ مَن يَشَآءُۚ وَٱللَّهُ وَٰسِعٌ عَلِيمٌ ٥٤

“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Alloh akan mendatangkan suatu kaum yang Alloh mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu’min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Alloh, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Alloh, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Alloh Maha luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” [Qs. Al-Maidah 54]

Barangsiapa yang ingin mengokohkan kecintaan kepada Alloh di dalam hati maka hendaknya ia harus menerapkan tauhidnya kepada Alloh dan loyalitasnya kepada Alloh, Rosul-Nya dan orangg-orang mu’min, juga memusuhi kekafiran dan orang-orang kafir, berjihad di jalan Alloh, memperbanyak mengingat nikmat-nikmat Alloh, karena barangsiapa yang banyak mengingat nikmat-nikmat yang Alloh karuniakan, kelembutan dan kebaikan Alloh kepadanya, maka akan semakin bertambah kecintaannta kepada Alloh, ketawakkalan dan keterikatannya kepada-Nya. Dan yang mendukung kepada itu seua di antaranya dengan berdoa sebagaimana yang telah Nabi ajarkan di antara do’a-do’anya :

“dan aku memohon kepadaMu kenikmatan memandang wajah-Mu dan kerinduan untuk bertemu dengan-Mu tanpa bahaya yang membahayakan, maupun fitnah yang menyesatkan.” [HR. Ahmad, An-Nasa’I dan Ibnu Majah]

Maka telah semestinya untuk menanamkan kecintaan di dalam hati kepada Alloh dan selalu memotivasi diri untuk rindu bertemu dengan-Nya.

7. Mempelajari Keutamaan Tsabat (Keteguhan)

Adalah keharusan sebagai seorang mujahid untuk mengetahui keutamaan tetap teguh dan hukuman bagi orang yang melarikan diri atau kabur, karena hal tersebut lebih membawa seseorang kepada kekokohan dan kesabaran. Sesungguhnya keteguhan itu adalah penjaga bagi orang beriman, karunia dari Ar-Rahman, kemuliaan bagi pemiliknya, pintu dari kemenangan, derajat yang tinggi bagi jiwa manusia, ia adalah sebab seseorang memperoleh kejayaan dan ganjaran.

Sedangkan lari dan kabur dari jihad, bosan darinya, maka itu adalah kesesatan setelah datangnya petunjuk, keterlantaran setelah datangnya taufiq (bimbingan), kecenderungan terhadap dunia dan kerendahan terhadap kondisi alam.

Dan sesungguhnya teguh dalam jihad adalah sebab Alloh memberikannya kemenangan besar yang tidak pernah terlintas di fikiran seseorang, kemenangan pada dinnya maupun pada dunianya. Sebagaimana para sahabat ketika mereka teguh Alloh memberikan mereka kemenangan dan kekuasaan di bumi.

8. Do’a

Alloh telah memerintahkan untuk berdo’a dan Dia menjanjikan pengkabulan do’a tersebut, berfirman :

وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدۡعُونِيٓ أَسۡتَجِبۡ لَكُمۡ

Dan Robbmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu..” [QS. Ghafir 60]

Maka barangsiapa yang menginginkan keteguhan hendaknya ia menggantungkan dirinya kepada Alloh, berdo’a kepadaNya dan selalu menyadarkan diri bahwa ia butuh kepadaNya. Adapun bersandarnya seseorang dengan keteguhan dirinya sendiri dan kemampuannya maka itu merupakan ciri dari keterlantaran dan kekalahan.

إِذَا لَمْ يَكُنْ عَوْنٌ مِنَ اللهِ لِلْفَتَى .... فَأَوَّلُ مَايَجْنِي عَلَيْهِ اجْتِهَادُهُ

“jika belum ada pertolongan Alloh yang datang pada seseorang..
Maka hal yang pertama ia jauhi adalah (bergantungnya ia) pada kesungguhan dirinya sendiri.”

Sesungguhnya permintaan keteguhan kepada Alloh ia adalah ajaran para Nabi –‘alaihimusshalatu wassalam- sebagaimana Nabi Ibrohim berdo’a :

وَٱجۡنُبۡنِي وَبَنِيَّ أَن نَّعۡبُدَ ٱلۡأَصۡنَامَ

“(ya Alloh) jauhkan aku dan anakku dari peribadahan kepada berhala.” [QS. Ibrohim 35]
Sebagaimana Nabi Yusuf berdo’a :

تَوَفَّنِي مُسۡلِمٗا وَأَلۡحِقۡنِي بِٱلصَّٰلِحِينَ

“wafatkanlah aku dalam keadaan muslim dan susulkanlah aku bersama orang-orang yang shalih.” [QS. Yusuf: 101]

Sebagaimana yang diriwayakan oleh Syahr Ibnu Hausyab, ia berkata : aku berkata kepada Ummu Salamah : “wahai Ummul Mu’minin, do’a apa yang paling sering Nabi baca ketika ia sedang didekatmu?” ia menjawab : “bahwasannya do’anya yang paling banyak ialah :
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِيْنِكَ

“wahai Yang membolak-balikan hati, teguhkanlah hatiku di atas dinmu.” Ummu Salamah berkata : aku berkata : “wahai Rosululloh mengapa engkau banyak berdoa dengan (wahai Yang membolak-balikan hati, teguhkanlah hatiku di atas dinmu).” Nabi bersabda :
يَا أُمَّ سَلَمَةَ إِنَّهُ لَيْسَ أْدَمِيٌّ إِلَّا وَ قَلْبُهُ بَيْنَ أُصْبُعَيْنِ مِنْ أَصَابِعَ اللهِ فَمَنْ شَاءَ أَقَامَ وَمَنْ شَاءَ أَزَاغَ
“wahai Ummu Salamah, sesungguhnya tidak ada seorangpun kecuali hatinya berada di antara dua jari dari jari-jari Alloh, siapa yang Dia kehendaki Dia luruskan, siapa yang Dia kehendaki Dia palingkan.” [HR. At-Tirmidzi]

Wahai Mujahid, maka perbanyaklah membaca :

رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوبَنَا بَعۡدَ إِذۡ هَدَيۡتَنَا
“wahai Robb kami, janganlah Engkau palingkan hati kami setelah Engkau berikan hidayah kepada kami.” [QS. Ali Imran: 8]

“wahai yang membolak-balikan hati, teguhkanlah hatiku di atas dinmu.”
“Yaa Alloh, aku memohon keteguhan kepadaMu...”
“Yaa Alloh, aku berindung padaMu dari perbuatan lari dari peperangan...”

9. Melakukan Ketaatan dan Meninggalkan Maksiat

Sesungguhnya ketaatan kepada Alloh dan RosulNya ia dapat memberikan pengaruh yang bersar pada peneguhan dan keteguhan, karena Alloh telah menjadikan ketaatan bagian dari sebab-sebab keteguhan, Alloh berfirman :

وَلَوۡ أَنَّهُمۡ فَعَلُواْ مَا يُوعَظُونَ بِهِۦ لَكَانَ خَيۡرٗا لَّهُمۡ وَأَشَدَّ تَثۡبِيتٗا ٦٦

“Sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan mereka.” [QS. An-Nisa : 66]

Imam Al-Baghowi pada tafsirnya [1/658] berkata: “(Sesungguhnya kalau mereka melaksanakan pelajaran yang diberikan kepada mereka) yaitu perintah yang ditujukan kepada mereka berupa ketaan kepada Rosul dan ridho terhadap hukumnya (tentulah hal yang demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan mereka).”

Oleh karenanya barangsiapa yang merasalkan kelemahan dan ketakutan hati ketika berperang hendaknya ia mengamalkan kewajiban-kewajiban, meninggalkan ha-hal yang diharamkan, dan membersihkan hatinya dari kedengkian, riya, sombong dan egois, Alloh berfirman :
وَيَقُولُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لَوۡلَا نُزِّلَتۡ سُورَةٞۖ فَإِذَآ أُنزِلَتۡ سُورَةٞ مُّحۡكَمَةٞ وَذُكِرَ فِيهَا ٱلۡقِتَالُ رَأَيۡتَ ٱلَّذِينَ فِي قُلُوبِهِم مَّرَضٞ يَنظُرُونَ إِلَيۡكَ نَظَرَ ٱلۡمَغۡشِيِّ عَلَيۡهِ مِنَ ٱلۡمَوۡتِۖ فَأَوۡلَىٰ لَهُمۡ ٢٠ طَاعَةٞ وَقَوۡلٞ مَّعۡرُوفٞۚ فَإِذَا عَزَمَ ٱلۡأَمۡرُ فَلَوۡ صَدَقُواْ ٱللَّهَ لَكَانَ خَيۡرٗا لَّهُمۡ ٢١

“Maka apabila diturunkan suatu surah yang jelas maksudnya dan disebutkan di dalamnya (perintah) perang, kamu lihat orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya memandang kepadamu seperti pandangan orang yang pingsan karena takut mati, dan kecelakaanlah bagi mereka. Maka Ketaatan dan perkataan yang baik (adalah lebih baik bagi mereka).” [QS. Muhammad : 20-21]

Maka hendaknya seseorang itu berhati-hati akan dicabutnya keteguhan itu disebabkan dosa yang diperbuatnya, berhati-hatilah wahai mujahid dari sifat meremehkan kewajiban-kewajiban, dan tinggalkanlah hal-hal yang diharamkan, hindarilah ghibah, namimah (mengadu domba), hindarilah sifat tidak mendengar dan tidak taat kepada hal yang ma’ruf.

10. Memenuhi Bai’at (janji) dan Bertahan dalam Jama’ah

Sesungguhnya di antara sebab besar keteguhan ialah slalu berjamaah, memenuhi baiat dan tetap bersabar walau merasa diterlantarkan. Alloh berfirman :

لَّقَدۡ رَضِيَ ٱللَّهُ عَنِ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ إِذۡ يُبَايِعُونَكَ تَحۡتَ ٱلشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمۡ فَأَنزَلَ ٱلسَّكِينَةَ عَلَيۡهِمۡ وَأَثَٰبَهُمۡ فَتۡحٗا قَرِيبٗا ١٨

“Sesungguhnya Alloh Telah ridha terhadap orang-orang mu’min ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon itu, maka Alloh mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat.” [QS. Al-Fath 18]

Melalui sebab keikhlasan dan kejujuran mereka dalam memenuhi bai’at maka Alah menjadikan mereka teguh dan menurunkan atas mereka sakinah (ketenangan).

Sedangkan berselisih, berbantah-bantahan dan tidak As-Sam’u Wath-Tha’ah (mendengar dan taat) pada hal yang ma’ruf, maka itu adalah sebab terbesar terpecahnya barisan kaum musimin, kegagalan mereka dan hilangnya keteguhan mereka. Alloh berfirman :

وَأَطِيعُواْ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ وَلَا تَنَٰزَعُواْ فَتَفۡشَلُواْ وَتَذۡهَبَ رِيحُكُمۡۖ وَٱصۡبِرُوٓاْۚ إِنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلصَّٰبِرِينَ ٤٦

“Dan taatlah kepada Alloh dan rosul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu gagal dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Alloh beserta orang-orang yang sabar.”[QS. Al-Anfal: 46]

Dan bahwasannya meninggalkan jama’ah dan membatalkan bai’at adalah jalan menuju kehancuran, mengikuti jalan jahiliyah, bersahabat dengan syaitan, dan menjebloskan diri ke dalam fitnah. Diriwayatkan dari Abdullah Ibnu Umar, ia berkata : Umar berkhutbah di hadapan kami di Jabiyah, ia berkata : sesungguhnya aku berdiri di hadapan kalian sebagaimana dahulu Nabi –shollaAllohu ‘alaihi wa sallam- berdiri di hadapan kami, dan ia bersabda :

أُوصِيْكُمْ بِأَصْحَابِي ثُمَّ الَّذِيْنَ يَلُونَهُمْ ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ, ثُمَّ يَفْشُو الْكَذِبُ حَتَّى يَحْلِفَ الرَّجُلُ وَلَا يُسْتَحْلَفُ, وَيَشْهَدَ الشَّاهِدُ وَلَايُسْتَشْهَدُ, أَلَا لَا يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلَّا كَانَ ثَالِثُهُمَا الشَّيْطَانُو عَلَيْكُمْ بِلْجَمَاعَةِ, وَإِيَّاكُمْ وَالْفُرْقَةَ, فَإِنَّ الشَّيْطَانَ مَعَ الوَاحِدِ, وَهُوَ مِنْ الأِثْنَيْنِ أَبْعَدُ, مَنْ أَرَادَ بُحْبُوحَةَ الْجَنَّةِ فَاْيَلْزَمِ الْجَمَاعَةَ, مَنْ سَرَّتْهُ حَسَنَتُهُ وَسَاءَتْهُ سَيِّئَتُهُ فَذَلِكُمُ الْمُؤْمِنُ

“aku berwasiat kepada kalian untuk senantiasa bersama para shahabatku, lalu orang-orang yang ada setelah mereka dan orang-orang yang ada setelah mereka, (karena) akan tersebar setelahnya itu kedustaan, yang mana di saat itu seseorang yang bersumpah akan tetapi ia mendustai sumpahnya, dan ia bersaksi akan tetapi ia menyelisihi kesaksiannya. Janganlah seorang laki-laki berkhalwat (menyendiri) bersama seorang perempuan (beliau mengulangi perkataan tersebut tiga kali), kecuali orang ketiga dari mereka berdua itu adalah syaithan. Hendaknya kalian berkumpul dalam jama’ah, dan hindarilah perpecahan, karena syaithan bersama orang yang sendiri, sedangkan ia lebih jauh dari dua orang yang bersama. Barangsiapa yang menginginkan buhbuhatul jannah (surga terbaik/ bagian tengah) maka hendaknya ia tetap di dalam jama’ah. barangsiapa yang senang dengan perbuatan baiknya dan tidak senang dengan berbuatan buruknya maka ia adalah seorang mu’min.” [HR. At-Tirmidzi dan An-Nasa’i]

Diriwayatkan dari Al-Harits Al-Asy’ariy bahwasannya Nabi –shollaAllohu ‘alaihi wa sallam- bersabda :

أَنَا أَمُرُكُمْ بِخَمْسٍ, اللهُ أَمَرَنْي بِهِنَّ بِلْجَمَاعَةِ, وَبِالسَّمْعِ, وَالطَّاعَةِ, وَالْهِجْرَةِ, وَالْجَهَادِ فِي سَبِيلِ اللهِ, فَإِنَّهُ مَنْ خَرَجَ مِنَ الْجَمَاعَةِ قِيْدَ شِبْرٍ فَقَدْ خَلَعَ رِبْقَ الْإِسِلَامِ مِنْ عُنُقِهِ إِلَى أَنْ يَرْجِعَ

“… dan aku memerintahkan kalian lima hal yang Alloh memerintahkan aku atasnya; yaitu berjama’ah, mendengar, taat, hijrah dan jihad fii sabilillah. Karena barangsiapa yang keluar dari jama’ah sejengkal saja maka ia telah melepas ikatan islam dari lehernya, hingga ia kembali …” [HR. Ahmad, Ibnu Hibban, At-Tirmidzi dan beliau menshohihkannya]

11. Yakin dengan janji Alloh dan Menghindari Irjaf (penggembosan)

Sesungguhnya di antara sebab ketenangan dan ketentraman ialah menghindari penggembosan dari para pencela dan berita-berita dusta dari orang-orang yang hina dan jahat. Dan wajib bagi setiap mu’min agar ia tidak menoleh kepada penggembosan dan berita dusta dari mereka. Alloh berfirman :

قَدۡ يَعۡلَمُ ٱللَّهُ ٱلۡمُعَوِّقِينَ مِنكُمۡ وَٱلۡقَآئِلِينَ لِإِخۡوَٰنِهِمۡ هَلُمَّ إِلَيۡنَاۖ وَلَا يَأۡتُونَ ٱلۡبَأۡسَ إِلَّا قَلِيلًا

“Sesungguhnya Alloh mengetahui orang-orang yang menghalang- halangi di antara kamu dan orang-orang yang berkata kepada saudara- saudaranya: "Marilah kepada kami". dan mereka tidak mendatangi peperangan melainkan sebentar.” [QS. Al-Ahzab: 18]

Alloh telah memperingatkan agar tidak mendengarkan mereka, dalam firmannya :

لَوۡ خَرَجُواْ فِيكُم مَّا زَادُوكُمۡ إِلَّا خَبَالٗا وَلَأَوۡضَعُواْ خِلَٰلَكُمۡ يَبۡغُونَكُمُ ٱلۡفِتۡنَةَ وَفِيكُمۡ سَمَّٰعُونَ لَهُمۡۗ وَٱللَّهُ عَلِيمُۢ بِٱلظَّٰلِمِينَ

“Jika mereka berangkat bersama-sama kamu, niscaya mereka tidak menambah apapun untukmu kecuali kerusakan, dan tentu mereka akan bergegas maju ke muka di celah-celah barisanmu, untuk mengadakan kekacauan di antara kamu; sedang di antara kamu ada orang-orang yang amat suka mendengarkan perkataan mereka. dan Alloh mengetahui orang-orang yang zalim.” [At-Taubah: 47]

Karena mendengarkan mereka dapat menumbuhkan sifat wahn (lemah) di dalam hati, dan menggerogroti kekuatan mujahidin, tidaklah hal tersebut melaikan tiupan iblis yang ingin menakut-nakuti orang beriman. Alloh berfirman :

إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ ٱلشَّيۡطَٰنُ يُخَوِّفُ أَوۡلِيَآءَهُۥ فَلَا تَخَافُوهُمۡ وَخَافُونِ إِن كُنتُم مُّؤۡمِنِينَ

“Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepadaKu, jika kamu benar-benar orang yang beriman.” [QS. Ali Imran 175]

Mu’min yang cerdas ia tidaklah memandang kepada hal-hal yang menggugurkan dan merusak perjalanan jihadnya kecuali hanya untuk mengambil pelajaran darinya, akan tetapi ia menyaksikan dengan nur yang ada di dalam hatinya kelembutan Alloh dan kebersamaan Alloh dengan para wali-waliNya, pertolongan Alloh untuk tentaranya dan bimbingan Alloh untuk mereka. Yang diharapkan mereka –dengan izin Alloh- hanyalah kemuliaan, kesyahidan, tamkin dan kekuasaan. Penggembosan tidaklah membingungkan mereka dan celaan tidaklah mempengaruhi mereka, tetap berjuang di atas jalannya, yang selalu menemaninya ialah firman Alloh ta’ala :

قُل لَّن يُصِيبَنَآ إِلَّا مَا كَتَبَ ٱللَّهُ لَنَا هُوَ مَوۡلَىٰنَاۚ وَعَلَى ٱللَّهِ فَلۡيَتَوَكَّلِ ٱلۡمُؤۡمِنُونَ

Katakanlah: "Sekali-kali tidak akan menimpa kami melainkan apa yang telah ditetapkan Alloh untuk kami. Dialah pelindung kami, dan hanya kepada Alloh orang-orang yang beriman harus bertawakal." [QS. At-Taubah 51]

Juga hadits Nabi –shollaAllohu ‘alaihi wa sallam- kepada Ibnu Abbas :
يَا غُلَامُ, إِنَّى أُعَلَّمُكَ كَلِماتٍ, احْفَظِ اللهَ يَحْفَظْكَ, احْفَظِ اللهَ تَجِدْهُ تُجَاهَكَ, إِذَا سَأَلْتَ فَسْأَلِ الله, وَإِذَا اسْتَعَنْتَ فَاسْتَعِنْ بِاللهِ, وَاعْلَمْ أَنَّ الْأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ لَكَ, وَلَوِ اجْتَمَعُو عَلَى أَنْ يَضُرَّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللهُ عَلَيْكَ, رُفِعَتِ الْأَقْلَامُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ

“wahai ghulam, aku mengajarkanmu beberapa kalimat; jagalah Alloh maka Alloh akan menjagamu, jagalah Alloh maka kamu akan mendapatiNya di hadapanmu, jika kamu meminta maka mintalah kepada Alloh, jika kamu memohon pertolongan maka mintalah kepada Alloh. ketahuilah, jika umat berkumpul untuk memberimu suatu manfaat, mereka tidak akan bisa memberimu manfaat kecuali dengan sesuatu yang telah Alloh tetapkan untukmu, jika mereka berkumpul untuk memberimu suatu bahaya, mereka tidak akan bisa memberimu bahaya kecuali dengan sesuatu yang telah Alloh tetapkan atasmu, pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering.” [HR. Ahmad dan At-Tirmidzi_hasan shahih]

12. Menanamkan Tauhid  dan Memperkuat Aqidah di dalam Hati

Ini adalah perkara terbesar dan puncaknya, ia adalah inti dari keteguhan, yang mana bagaimana mungkin seseorang bisa tenang dan menetap dalam perjuangan sedangkan ia di atas aqidah yang goncang, yang dikuasai oleh banyak syubhat, diliputi oleh prasangka-prasangka, dan mudah goyah walau disebabkan masalah kecil sekalipun.

Seseorang tidak akan bisa menikmati keteguhan diri kecuali dengan keteguhan aqidah dan kekokohannya terlebih dahulu, dan din juga dinamakan dengan iman disebabkan padanya terdapat ketetapan, ketenangan dan kestabilan. Alloh mengabarkan bahwa Dia memberikan keteguhan kepada muwahhidin/ orang-orang yang bertauhid, dalam firmannya :

يُثَبِّتُ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱلۡقَوۡلِ ٱلثَّابِتِ فِي ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِ

“Alloh meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh1 itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” [QS. Ibrohim: 27]

Alloh telah memperumpamakan kalimat tauhid dengan kekokohan, keteguhan dan ketetapannya dengan pohon kurma, yang mana ia merupakan di antara pohon yang paling kuat, sebagaimana dalam firmanNya :

1 Yang dimaksud ucapan-ucapan yang teguh di sini ialah kalimatun thayyibah yang disebut dalam ayat 24 dalam surat ini.

أَلَمۡ تَرَ كَيۡفَ ضَرَبَ ٱللَّهُ مَثَلٗا كَلِمَةٗ طَيِّبَةٗ كَشَجَرَةٖ طَيِّبَةٍ أَصۡلُهَا ثَابِتٞ وَفَرۡعُهَا فِي ٱلسَّمَآءِ

“Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Alloh telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit.” [QS. Ibrohim : 24]

Oleh karenanya telah seharusnya bagi seorang mujahid dalam perjalannya menuju Alloh untuk mempelajari tauhid, mengenali Alloh dengan Asma dan Shifat-Nya, mengikat hatinya di atas aqidah pemutusan hukum dengan apa yang diturunkan Alloh dan berhukum dengan syari’atNya, juga hendaknya ia memahami permasalahan-permasalahan kufr bit Thagut, al-Wala wal Baro’ (loyal kepada orang-orang beriman, mencintai dan menolong mereka, dan memusuhi orang-orang kafir, membenci dan berlepas diri dari mereka), mengenali jalan-jalan orang-orang yang mujrim (jahat) agar bisa mewaspadainya dan menjauhinya, memahami kekufuran undang-undang buatan manusia, kekufuran demokrasi, kesesatan pemilu dan parlemen-parlemen, juga wajib baginya untuk mencari kejelasan mengenai permasalahan-permasalahan syirik lainnya agar dapat mewaspadainya dan berlepas diri darinya.

Lalu setelahnya ia harus mempelajari perincian-perincian permasalahan aqidah yang lainnya; seperti iman dengan kitab-kitab, rosul-rosul dan hari akhir, mempelajari hikmah-hikmah yang terdapat di dalamnya, juga tidak melupakan permasalahan iman kepada qodar dan pengaruhnya terhadap ketenangan jiwa dan ketentraman hati, dan nampaknya peribadahan roja’ dan yaqin. Kemudian tidak melupakan kedudukan para shahabat Nabi dan apa-apa yang memberikan pengaruh besar dan ikatan yang kuat yang ada pada mereka, yang mana di antara ajaran yang mereka lakukan adalah bersama-sama mempelajari al-iman dan at-tauhid, sebagaimana dalam hadits Jundub Ibnu Abdillah Al-bajaliy –rodhiyaAlloh ‘anhu- ia berkata :

كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ فِتْيَانُحَزَاوِرَةٌ, فَتَعَلَّمْنَا الْإِيمَانَ قَبْلَ أَنْ نَتَعَلَّمَ الْقُرْآنَ, ثُمَّ تَعَلَّمْنَا الْقُرْآنَ, فَازْدَدْنَا بِهِ إِيْمَانًا
“dahulu kami bersama-sama Nabi –shollaAllohu ‘alaihi wa sallam-, sedangkan kami saat itu adalah pemuda-pemuda yang kuat, kami mempelajari al-iman sebelum kami mempelajari al-qur’an, sehingga ketika kami mempelajari al-qur’an maka dengannya iman kami semakin bertambah.” [HR. Ibnu Majah]

Di antara pedoman Nabi ialah ia memerintahkan untuk menjaga Iman dan Tauhid, sebagaimana dalam hadits mengenai utusan yang dikirim oleh Abdul Qais, ketika Nabi bertanya kepada mereka :

هَلْ تَدْرُونَ مَا الْإِيمَانُ بِاللهِ وَحْدَهُ؟
“apakah kalian mengetahui apa itu beriman pada Alloh saja?”

mereka berkata : “Alloh dan Rosul-Nya yang lebih mengetahui.” Nabi bersabda :

شَهَادَةٌ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أللهُ, وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ, وَإِقَامُ الصَّلَاةِ, وَإِيتَاءُ الزَّكَاةِ, وَصَوْمُ رَمَضَانَ, وَتُعْطُوا الْخُمُسَ مِنَ الْمَغْنَمِ

“(yaitu) bersaksi bahwa Laa ilaaha illaAlloh dan bahwa Muhammad adalah Rosululloh, mendirikan shalat, menunaikan zakat, shoum Romadhon dan memberikan seperlima dari ghanimah…” Nabi bersabda lagi : “jagalah perkara tersebut dan kabarkanlah tentangnya kepada orang-orang yang ada di belakang kalian.” [Muttafaq ‘alaih]

Oleh sebab itu bahwa memahami tentang Alloh dan tentang Rosul-Nya, mengokohkan tauhid dan menetapkan aqidah di dalam hati dapat menumbuhkan keteguhan yang besar, kesabaran dan ketabahan, disertai dengan ketenangan, ketentraman dan kecintaan dengan kondisi jihad, yang mana dengannya manusia menjadi mulia, dan didalamnya ia bisa benar-benar menyaksikan hakikat Laa ilaaha illaAlloh.

Wahai Mujahid..

Ketika kamu berperang untuk mengembalikan hukum Alloh di bumi milikNya, untuk memenangkan syari’at dan mengangkatnya di negri-negri..

Ketika kamu berperang untuk menyebarkan tauhid dan menerapkan beribadahan kepada Alloh..

Ketika kamu berperang untuk membasmi fitnah kesyirikan dan kekafiran demi mengamalkan perintah Alloh;

وَقَٰتِلُوهُمۡ حَتَّىٰ لَا تَكُونَ فِتۡنَةٞ وَيَكُونَ ٱلدِّينُ كُلُّهُۥ لِلَّهِ

“Dan perangilah mereka, sehingga tidak ada lagi gitnah (kesyirikan dan kekafiran) dan supaya din itu semata-mata untuk Alloh.” [QS. Al-Anfal: 39]

Ketika kamu berperang untuk merobohkan kesyirikan konterporer (undang-undang kufur buatan manusia dan pemilu) yang mana para Nabi terdahulu telah mendahului perjuanganmu itu..

Ketika kamu berperang untuk melawan kezhaliman terhadap orang-orang yang lemah, dan untuk menyebarkan keadilan di seluruh alam..
Ketika qodarulloh melalui perjuanganmu, pondasi-pondasi thagut yang jahat itu roboh, kesyirikan mereka itu hancur dan singgasana-singgasana mereka itu tergoncang..

Maka berbahagialah kamu wahai mujahid yang teguh, karena kamu lah orang yang Alloh berfirman tentangnya :

ثُمَّ أَوۡرَثۡنَا ٱلۡكِتَٰبَ ٱلَّذِينَ ٱصۡطَفَيۡنَا مِنۡ عِبَادِنَا

“Kemudian Kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih di antara hamba-hamba kami.”[QS. Fathir 32]

Berbahagialah dengan hidayah;
وَٱلَّذِينَ جَٰهَدُواْ فِينَا لَنَهۡدِيَنَّهُمۡ سُبُلَنَاۚ وَإِنَّ ٱللَّهَ لَمَعَ ٱلۡمُحۡسِنِينَ ٦٩

“Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) kami, benar- benar akan kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan kami. dan Sesungguhnya Alloh benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.”[QS. Al-Ankabut: 69]

Berbahagialah karena kamu adalah sebaik-baiknya manusia, dan seutama-utamanya manusia, siapakah yang mengutamakanmu? Dialah Alloh;

ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ وَهَاجَرُواْ وَجَٰهَدُواْ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡ أَعۡظَمُ دَرَجَةً عِندَ ٱللَّهِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡفَآئِزُونَ ٢٠

“Orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Alloh dengan harta, benda dan diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Alloh; dan itulah orang-orang yang mendapat kemenangan.” [QS. At-Taubah: 20]

لَّا يَسۡتَوِي ٱلۡقَٰعِدُونَ مِنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ غَيۡرُ أُوْلِي ٱلضَّرَرِ وَٱلۡمُجَٰهِدُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡۚ فَضَّلَ ٱللَّهُ ٱلۡمُجَٰهِدِينَ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡ عَلَى ٱلۡقَٰعِدِينَ دَرَجَةٗۚ وَكُلّٗا وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلۡحُسۡنَىٰۚ وَفَضَّلَ ٱللَّهُ ٱلۡمُجَٰهِدِينَ عَلَى ٱلۡقَٰعِدِينَ أَجۡرًا عَظِيمٗا ٩٥

“Tidaklah sama antara mu’min yang duduk (yang tidak ikut berperang) yang tidak mempunyai 'uzur dengan orang-orang yang berjihad di jalan Alloh dengan harta mereka dan jiwanya. Alloh melebihkan orang-orang yang berjihad dengan harta dan jiwanya atas orang-orang yang duduk satu derajat. kepada masing-masing mereka Alloh menjanjikan pahala yang baik (surga) dan Alloh melebihkan orang-orang yang berjihad atas orang yang duduk dengan pahala yang besar.” [QS. An-Nisa: 95]

Berbahagialah karena kamu di atas jalan para Nabi;

أُوْلَٰٓئِكَ ٱلَّذِينَ هَدَى ٱللَّهُۖ فَبِهُدَىٰهُمُ ٱقۡتَدِهۡۗ

“Mereka Itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Alloh, maka ikutilah petunjuk mereka.” [QS. Al-An’am 90]

Maka nikmatilah hidayah yang Alloh berikan.
Berbahagialah karena dengan jihadmu kamu menjadi semakin dekat dengan Alloh, maka nikmatilah kedekatanmu dengan Ar-Rahman Ar-Rohim.

Berbahagialah –dengan izin Alloh- karena beberapa derajat/tingkatan dan surga yang Alloh janjikan, sebagaimana dalam hadits Abu Hurairah, bahwa Rosululloh –shollaAllohu ‘alaihi wa sallam- bersabda :

إِنَّ فِي الْجَنَّةِ مِئَةَ دَرَجَةٍ اَعَدَهَا اللهُ لِلْمُجَاهِدِينَ فِي سَبِيلِ اللهِ, مَابَيْنَ الدَّرَجَتَيْنِ كَمَا بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ, فَإِذَا سَئَلْتُمُ اللهَ فَاسْئَلُوهُ الْفِرْدَوْسَ, فَإِنَّهُ أَوْسَطِ الْجَنَّةِ, وَأَعْلَى الْجَنَّةِ, أُرَاهُ: فَوْقَهُ عَرْشُ الرَّحْمَنِ, وَمِنْهُ تَفَجَّرُ أَنْهَارُ الْجَنَّةِ

“sesungguhnya di surga terdapat seratus tingkatan yang telah Alloh sediakan untuk para mujahidin fii sabilillah, yang antara satu tingkatan dengan tingkatan lainnya sebagaimana jarak antara langit dan bumi, jika kamu meminta kepada Alloh maka mintalah surga Firdaus, karena ia surga yang paling tengah dan paling atas, di atasnya ada ‘Arsy Alloh Ar-Rahman, darinya mengalir sungai-sungai surga.” [HR. Bukhori]

Ketika seorang Mujahid telah berhasil mendatangkan perkara yang besar ini, yaitu
ketika aqidah tauhid dan ke-Hakim-an Alloh telah mengokoh di dalam hati..
Ketika Alloh telah menjadikanmu suatu sebab kemuliaan din-Nya dan kejayaan syari’at-Nya di bumi..
Ketika kamu telah mendapati bahwa dirimu telah berada di atas jalan para Nabi..
Maka berbahagialah dengan keteguhan, keutamaan dan ganjaran yang Alloh berikan !!!


وصلى الله وسلم على عبده ورسوله محمد وعلى أله وصحبه أجمعين,
والحمد لله رب العالمين

Ditulis oleh : Asy-Syaikh Al-Mujahid
Abu Hafsh Asy-Syami –rohimahulloh-
(anggota Maktab Al-Buhuts Wad Dirosat)
Ditarjamah oleh :
Al-Akh Abu Salik –‘afaAlloh ‘anh-
Shofar 1440 H



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...