Bab Keabsahan lslam Seseorang yang Akan Meninggal
Dunia Sebelum Sekarat (Naza’),
Nasakh Hukum tentang Pembolehan Ber-lstighfar (Memohon
Ampunan) untuk Orang-Orang Musyrik
Penjelasan Orang yang meninggal dalam Kemusyrikan, maka
Orang tersebut Termasuk Penghuni Neraka dan Tidak Ada Perantara Apa pun yang Dapat
Menyelamatkannya dari Neraka ltu
131. Dari Harmalah bin Yahya At-Tujibi telah
memberitahukan kepadaku, Abdullah bin wahb telah mengabarkan kepada kami, dia
berkata, 'yunus telah mengabarkan kepadaku, dari lbnu Syihab berkata, ‘Sa’id bin
Al-Musayyab telah mengabarkan kepadaku, dari ayahnya berkata,
Ketika Abu Thalib
hendak meninggal dunia, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mendatanginya. Kemudian
beliau mendapati Abu Jahal dan Abdullah bin Abu umayyah bin Al-Mughirah berada di
sisinya. Lalu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata, 'Wahai pamanku, ucapkanlah
Laa llaaha lllallaah, sebuah kalimat yang dengannya aku bersaksi untukmu di sisi
Allah." Kemudian Abu Jahal dan Abdullah bin Abu Umayyah berkata, 'Wahai Abu
Thalib, apalah kamu benci terhadap agama Abdul Muththalib?' Namun Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam terus menawarkan dan mengulang-ngulang perkataan itu kepadanya.
Sampai Abu Thalib berkata kepada mereka, 'Dia di atas agama Abdul Muththalib.' Dia
menolak untuk mengucaplan La llaaha lllallaah. Maka Rasulullah Shallallahu Alaihi
wa Sallam pun berkata, "Demi Allah, sungguh aku akan beristighfar (memohon
ampunan) untukmu selama aku tidak dilarang."
Lalu Allah Azza wa
lalla menurunkan: "Tiadalah sepatutnya bagi nabi dan orang-orang yang beriman
memintakan ampun (kepada Allah) bagi orang-orang musyrik, walaupun orang-orang musyrik
itu adalah kaum kerabat(nya), sesudah jelas bagi mereka, bahwasanya orang-orang
musyrik itu adalah penghuni neraka jahnnam." (QS. At-Taubah: 113).
Allah Ta'ala juga
menurunkan (ayat) berkenaan tentang Abu Thalib, Dia berfirman kepada Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam: "Sesungguhnya kamu tidak akan dapat
memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada
orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima
petunjuk." (QS. Al-Qashash: 56).
Bab Dalil bahwa Barangsiapa yang Mati
dalam Keadaan BERTAUHID,
maka Orang Tersebut Pasti Akan Masuk Surga
138. Sahl bin Utsman dan Abu kuraib Muhammad bin Al-Alaa'
telah memberitahukan kepada kami, semuanya dari Abu Mu'awiyah. Abu Kuraib berkata,
'Abu Mu'awiyah telah memberitahukan kepada kami, dari Al-A'masy, dari Abu Shaleh,
dari Abu Hurairah (Radhiyallahu Anhu) atau dari Abu Sa'id (Radhiyallahu Anhu) Al-A'masy
ragu berkata,
"Dahulu,
waktu terjadi perang Tabuk, orang-orang tertimpa kelaparan. Kemudian mereka berkata,
"Wahai Rasulullah, jila engkau izinkan kami, maka kami akan menyembelih unta-unta
kami, sehingga kami dapat memakannya dan membuat minyak darinya." Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam meniawab, "lakukanlah." Dia berkata, "Maka
Umar pun datang seraya berkata, "Wahai Rasulullah, apabila engkau melakukannya,
maka hewan-hewan alan menjadi berkurang. Akan tetapi, panggillah mereka untuk membawa
sisa perbekalan-perbekalan mereka, lalu mohonlah keberkatan kepada Allah Ta'ala
untuk mereka atas sisa perbekalan tersebut. Semoga Allah Ta'ala mengabulkan permohonan
ini.' Maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Ya."
Dia berkata, 'Lalu
beliau meminta hamparan kulit dan menggelarnya. Kemudian meminta sisa perbekalan-perbekalan
mereka. " Dia berkata, "Maka seseorang datang dengan segenggam gandum.'
Dia berkata, "Yang lainnya datang dengan segenggam kurma." Dia berkata,
"Dan yang lainnya datang dengan remukan roti. Sehingga berkumpullah di atas
hamparan kulit itu sejumlah kecil dari hal tersebut.' Dia berkata, 'Rasulullah Shallallahu
Alaihi wa Sallam pun mendoakan keberkahan kepadanya, lalu bersabda kepada mereka,
"Simpanlah di dalam bejana-bejana kalian." Dia berkata, 'Lalu mereka menyimpannya
di bejana-bejana, sampai mereka tidak menyisakan satu bejana pun di dalam perkemahan
melainkan mengisinya.' Dia berkata, 'lalu mereka pun makan sampai kenyang, bahkan
masih ada tersisa makanan.'
Lalu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
"Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan (yang berhak disembah) kecuali Allah; dan
sesungguhnya aku adalah utusan Allah. Tidak ada seorang pun hamba yang
menjumpai Allah dengan keduanya (bertauhid, dengan kedua syahadat tersebut), tanpa
ragu, akan terhalangi dari surga (yakni, akan masuk surga)."
143. Abu Bakar bin Abu syaibah telah membeitahukan kepada
kami, Abu Al-Ahwash sallam bin sulaim telah memberitahukan kepada kami, dari Abu
lshaq, dari Amr bin Maimun, dari Mu' adz bin Jabal (Radhiyallahu Anhu) berkata,
'Aku pernah dibonceng Rasulullah shallallahu Alaihi wa sallam di atas keledai yang
biasa dipanggil Ufair.'
Dia berkata, 'Lalu
beliau bersabda, "Wahai Mu'adz, tahukah kamu apa hak Allah terhadap para hamba;
dan apa hak para hamba terhadap Allah?" Aku menjawab, “Allah dan rasul-Nya
yang lebih mengetahui."
Beliau bersabda,
"Sesungguhnya hak Allah terhadap para hamba adalah agar mereka menyembah Allah
dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Sedangkan hak para hamba
terhadap Allah Azza wa jalla adalah Dia tidak menyiksa orang yang tidak menyekutukan-Nya
dengan sesuatu apa pun."
Dia berkata, 'Akupun
bertanya, 'Wahai Rasulullah, bolehkah aku kabarkan berita gembira ini kepada, manusia?"
Beliau menjawab, "Janganlah kamu kabarkan berita gembira ini kepada mereka,
karena mereka akan berpangku tangan."
Source: SYARAH SHAHIH MUSLIM;
Kitab Iman – Iman An-Nawawi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar