9/09/2019

SEJARAH PERTEMPURAN ANTARA KEBENARAN DAN KEBATHILAN


PRINSIP-PRINSIP TAUHID
(SEJARAH PERTEMPURAN
ANTARA KEBENARAN DAN KEBATHILAN)


Allah ta’ala berfirman:

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَىئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيْفَةً قَالُوْا أَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَ نَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ

“Dan ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para malaikat “sesungguhnya Aku akan menjadikan di muka bumi seorang KHOLIFAH” mereka berkata “apakah Engkau akan menjadikan orang yang akan merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman “sungguh Aku mengetahui apa yang tidak kalian ketahui.”
(Q.S. Al-Baqarah; 30)

Allah ingin menjadikan kholifah di bumi ini orang yang menyampaikan kepada manusia perintah dan larangan-Nya, dan membimbing manusia di atas kebenaran, mendekatkan mereka kepada Rabb mereka, sampai mereka mendapatkan surga-Nya dan selamat dari neraka-Nya. Maka Allah menciptakan Adam - ‘alaihis salam –dengan tangan-Nya, lalu meniupkan ruh ke dalamnya, dan memerintahkan malaikat untuk sujud kepada Adam sebagai persiapan baginya dalam mengemban tugas ini, serta menampakkan kedudukan dan keutamaannya di antara para malaikat-Nya.

Maka seluruh malaikat sujud, kecuali iblis, enggan untuk sujud bersama orang-orang yang sujud” Dan dahulu iblis bersama para malaikat, akan tetapi ia enggan untuk sujud karena sombong, membangkang dan merasa lebih mulia dari pada Adam – ‘alaihis salam –

Pembangkangan dan kesombongannya ketika itu merupakan keburukan pertama yang menyebabkan manusia terbagi menjadi dua kelompok dan dua golongan.

Kelompok orang-orang beriman pendahulunya adalah Adam – ‘alaihis salam - dan kelompak orang-orang kafir pendahulunya adalah iblis – semoga Allah melaknatnya.

Ketika iblis mengetahui akan kerugiannya dan kebangkrutannya, yang demikian itu dengan terusirnya dia dari rahmat Allah, sebagaimana Allah jalla jalaaluh berfirman:

قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيْمٌ، وَإِنَّ عَلَيْكَ اللَّعْنَةَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ

Allah berfirman “keluarlah dari surga sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk. Dan atas kamu laknat sampai hari kiamat
(Q.S. Al-Hijr; 34 – 35)

Maka ia meminta kepada Allah untuk memberinya waktu, maka iblis berkata:

قَالَ رَبِّ فَأَنْظِرْنِى إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ

Iblis berkata “Wahai Rabb berilah aku waktu sampai hari kebangkitan
(Q.S. Al-Hijr; 36)

Maka Allah memberinya apa yang ia minta, Allah berfirman:

قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ ٱلۡمُنظَرِينَ ٣٧  إِلَىٰ يَوۡمِ ٱلۡوَقۡتِ ٱلۡمَعۡلُومِ ٣٨ قَالَ رَبِّ بِمَآ أَغۡوَيۡتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ وَلَأُغۡوِيَنَّهُمۡ أَجۡمَعِينَ ٣٩  إِلَّا عِبَادَكَ مِنۡهُمُ ٱلۡمُخۡلَصِينَ ٤٠

Allah berfirman “sesungguhnya engkau termasuk orang yang ditangguhkan. Sampai hari yang telah dtentukan (hari kiamat)”. Iblis berkata “Tuhanku, oleh karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan menjadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semua. Kecuali hamba-hamba-Mu yang terpilih dari mereka”
(Q.S. Al-Hijr; 37 – 40)

Maka iblis mulai membisikkan (keburukan) kepada bapak kita Adam, ia senantiasa seperti itu sampai Adam mendekati kemaksiatan, kemudian Allah menerima taubatnya dan memberinya petunjuk.

Kemudian Allah merealisasikan perkara yang pertama, yaitu menjadikan kholifah di bumi, maka Allah berfirman:

قُلۡنَا ٱهۡبِطُواْ مِنۡهَا جَمِيعٗاۖ فَإِمَّا يَأۡتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدٗى فَمَن تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ ٣٨ وَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ وَكَذَّبُواْ بِ‍َٔايَٰتِنَآ أُوْلَٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُ ٱلنَّارِۖ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ ٣٩

Kami berfirman “Turunlah kalian semua dari surga! Maka jika benar-benar datang petunjuk-Ku kepada kalian, maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.
(Q.S. Al-Baqarah; 38 – 39)

Maka turunlah bapak kita Adam dan Ibu kita Hawa’, dan iblis juga turun bersama mereka.

Semuanya telah turun, dan Adam mempunyai tugas yang senantiasa ia lakukan dan kerjakan, dan keyakinan yang ia berdakwah kepadanya.

Bapak kita Adam hidup bersama anak-anaknya di bumi, sampai Allah mewafatkannya, jumlah manusiapun semakin banyak setelahnya, selama sepuluh abad setelah Adam wafat anak keturunannya berada di atas tauhid dan mentauhidkan Allah dalam ibadah.

Dalam kondisi demikian iblis mencari-cari kesempatan untuk menyesatkan anak Adam, ia tidak lupa dengan janjinya yang ia lakukan atas dirinya, dan ia mengancam Adam dan anak keturunannya dengan janjinya tersebut.

Sampai datanglah zaman Nabi Nuh – ‘alaihis salam. Bahwasannya segolongan laki-laki soleh dari kaumnya, yang mereka dahulu adalah orang-orang yang sibuk dalam beribadah kepada Allah dan senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya, mereka adalah wad, suwaa’, yaghus, ya’uq dan nasr.

Mereka memiliki pengikut yang mengikuti mereka, dan tatkala mereka meninggal dunia setan membisikkan ke dada-dada para pengikutnya: “buatlah gambar-gambar mereka agar ketika kalian mengingat mereka kalian semakin rindu untuk beribadah”. Maka mereka pun membuat gambar orang-orang sholeh tersebut. Lalu ketika mereka meninggal dunia datanglah generasi berikutnya yang tak lepas dari bisikan iblis, maka iblis berkata, “sesungguhnya mereka dahulu menyembah orang-orang sholeh itu, meminta hujan dengan perantara mereka, maka mereka pun menyembah orang-orang sholeh itu.”

Inilah penyelewengan dalam perkara tauhid yang pertama kali terjadi dan juga kesyirikan yang pertama kali terjadi pada bani Adam. Maka Allah mengutus kepada mereka Nuh –‘alaihis salam – yang menyeru mereka kepada ajaran tauhid. Nuh – ‘alaihis salam – tinggal di tengah-tengah kaumnya selama seribu tahun kurang lima puluh tahun, ia menyeru kaumnya untuk beribadah kepada Allah semata, akan tetapi mereka lebih memilih taklid buta kepada bapak-bapak mereka, serta ta’ashub kepada pendapat-pendapat bapak-bapak mereka, sebagian besar mereka tidak menerima seruan kebenaran, dan mereka berkata:

بَلْ قَلُوا وَجِدْنَآ ءَابَآءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّ عَلَى ءَاثَارِهِمْ مٌّهْتَدُوْنَ

Sesungguhnya kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan kami hanya mengikuti petunjuk-petunjuk mereka.”
(Q.S. Az-Zuhruf; 22). Sehingga sebagian besar manusia mendustakannya,

وَمَآ ءَامَنَ مَهَهُ إِلَّا قَلِيْلٌ

dan tidaklah orang yang beriman bersama Nuh kecuali sedikit.”
(Q.S. Hud; 40)

Maka Allah menyelamatkan Nuh dan orang-orang yang beriman dari kaumnya, dan Allah menenggelamkan sisanya sebagai balasan atas kesyirikan dan kekufuran mereka kepada Allah.

Kemudian para nabi pun saling bermunculan, satu dengan yang lainnya saling menggantikan, seluruhnya membawa bendera tauhid, dan memperbaharui bagi manusia ajaran-ajaran agama yang telah hilang, sampai datanglah zaman Nabi Muhammad –shollallahu ‘alaihi wasallam-, maka beliau صلى الله عليه وسلم menyempurnakan perjalanan saudara-saudara beliau صلى الله عليه وسلم dari kalangan para Nabi, sebagaimana Allah berfirman:

وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ

“DAN SUNGGUH TELAH KAMI UTUS PADA TIAP-TIAP UMAT SEORANG ROSUL UNTUK MENYERU SEMBAHLAH ALLAH DAN JAUHILAH THOGHUT”
(Q.S. An-Nahl; 36).

Rosulullah صلى الله عليه وسلم memulai dakwah beliau dengan menancapkan tauhid dan pilar-pilarnya, dan membangun rukun-rukunnya selama sepuluh tahun sebelum menyeru kepada perkara yang lain, Karena tauhid merupakan pondasi agama dan pokoknya.

Kemudian setelah itu Rosulullah صلى الله عليه وسلم tinggal bersama kaumnya selama beberapa tahun, sebagai seorang da’i, murabbi, guru, hakim yang menghukumi dengan syari’at Allah, dan sebagai seorang mujahid untuk menegakkan kalimatullah dan menjadikan kalimat orang-orang kafir di bawah, sampai Allah mewafatkan beliau صلى الله عليه وسلم.

Maka datanglah setelah beliau صلى الله عليه وسلم al-Khulafa’ Ar-Rasyidun, mereka mengikuti jejak beliau صلى الله عليه وسلم dalam bersikap terhadap ahlu syirik, mereka menghancurkan dengan keyakinan mereka orang yang ragu-ragu dan bimbang. Maka Allah tinggikan menara islam melalui tangan-tangan mereka, dan Allah taklukkan bagi mereka banyak negeri dan tempat, sampailah islam ke seluruh tempat. Kemudian berlalulah waktu yang panjang, para penyembah salib dan orang-orang kafir memerangi negeri-negeri islam, syi’ar-syi’ar jahiliyah mereka hidupkan dan syi’ar-syi’ar islam mereka hapus, hari-hari penuh dengan pertempuran dan peperanganpun pasang surut, Sunnah pergiliran kemenangan itu senantiasa terjadi di sepanjang zaman meski panjang

سُنَّةَ اللهِ الَّتِى قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلُ، وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللهِ تَبْدِيْلًا

Sunnah-sunnah Allah yang telah lalu, dan engkau tidak akan mendapati pengganti dari Sunnah-sunnah Allah.”
(Q.S. Al-Fath; 23)

Sampai umat ini menyadari akan realita yang asing dan zaman yang mengherankan yang mana para thoghut menginjak leher-leher kaum muslimin dalam waktu yang panjang, mereka menghalang-halangi dari penegakan syari’at Allah di tengah-tengah manusia sebagai sebuah kedzoliman dan bentuk permusuhan, mereka menimpakan atas kaum muslimin seburuk-buruk siksaan, serta menggiring manusia kepada kekufuran dari seluruh pintu.

Mereka menguasai umat ini lebih dari setengah abad, sehingga umat ini dipenuhi dengan kehinaan dan kerendahan, bahkan mereka menyebarkan kesyirikan di tengah-tengah manusia, mereka menghiasinya agar tauhid tercabut dari perkara asas, maka fitnah apakah yang lebih dahsyat darinya, dan musibah apakah yang lebih besar darinya?

“Dan setiap kali pemuda itu rusak, maka agama yang memperbaikinya....
Sedangkan kerusakan di dalam agama, susah tidak bisa diperbaiki....”

Sehingga manusia marah dan dongkol, karena banyaknya kezaliman dan kekerasan.

Mereka dalam hal ini mempunyai maksud dan tujuan, seluruh mereka mendengung-dengungkan tujuan mereka, dan berbangga-bangga dengan bendera.

Dan Allah subhanahu wa ta’ala memilih di antara mereka orang-orang yang memperbaiki dan membimbing, keyakinan yang lurus, yang mana tujuan dan bendera mereka, (mewujudkan)

حَتَّى لَا تَكُوْنَ فِتْنَةٌ وَيَكُوْنَ الدِّيْنُ كُلُّهُ لِلَّهِ

“SAMPAI TIDAK ADA FITNAH, DAN AGAMA SELURUHNYA HANYA UNTUK ALLAH”.

Maka mereka menyeru untuk mendirikan daulah islam, yang berkumpul di bawahnya kalimat orang-orang yang bertauhid dan bendera mereka. Mereka melaksanakan kewajiban dari Allah atas umat dengan mendirikan khilafah islamiyah yang menerapkan hukum syari’at dan mewujudkan peribadatan kepada Allah dari berbagai sisinya.

Maka hal itu tidak membuat nyaman kelompok orang-orang musyrik, para pengusung bendera dari kalangan sekuler, dan dari orang-orang yang mengajak kepada paham kesukuan, maka mereka mulai menampakkan taring-taring mereka, dan secara terang-terangan menyatakan kepada iblis loyalitas mereka, dan kepada ahlul haq dengan peperangan dan permusuhan mereka!

Maka mereka memerangi daulah islam, untuk memadamkan cahaya Allah, namun tidaklah hal itu menambah baginya (daulah islam) kecuali sikap keras (tegas) dalam kebenaran, dan keteguhan di atasnya.

Dan jelaslah bagi orang-orang yang bertauhid musibah tersebut, dan itu merupakan kondisi yang besar. Tercerai berainya barisan merupakan perkara syar’i, qadari, dan kauni yang mesti terjadi. Dan bahwa mesti mengembalikan manusia kepada pembagian yang Allah menghendaki manusia berada di atasnya, golongan orang-orang beriman dan golongan orang-orang kafir, sebagaimana Allah berfirman:

مَّاكَانَ اللهُ لِيَذَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ عَلَى مَآ أَنْتُمْ عَلَيْهِ حَتَّى يَمِيْزَ الْخَبِيْثَ مِنَ الطَّيِّبِ

Allah tidak akan membiarkan orang-orang beriman sebagaimana dalam keadaan kalian sekarang, sehingga Allah memisahkan yang buruk dari yang baik”
[Q.S. Ali Imran; 179]

Dan Allah jalla jalaaluh juga berfirman:

هُوَ الَّذِى خَلَقَكُمْ فَمِنْكُمْ كَافِرٌ وَمِنْكُمْ مُّؤْمِنٌ

“Dia-lah (Allah) yang telah menciptakan kalian, maka diantara kalian ada yang kafir dan ada yang mukmin”
[Q.S. At-Taghobun; 2]

Dari sini kita mengambil manfaat, yaitu suatu perkara yang ditelantarkan dan dilupakan oleh orang-orang yang mengira bahwa mereka bisa hidup bersama orang-orang kafir dalam keadaan selamat, aman, selamat agama dan murninya tauhid, bahwa persangkaan itu Allah mendustakannya di dalam kitab-Nya, maka Allah jalla jalaaluh berfirman:

وَلَنْ تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُوْدَ وَلَا النَّصَارَي حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ

“ORANG-ORANG YAHUDI DAN NASRANI TIDAK AKAN RIDHO KEPADAMU SAMPAI ENGKAU MENGIKUTI AGAMA MEREKA”
[Q.S. Al-Baqarah; 120.]

SEBAGAIMANA TAUHID DAN SYIRIK, KEDUANYA TIDAK BERKUMPUL DALAM SATU HATI, MAKA BEGITU JUGA AHLU TAUHID YANG MURNI TIDAK MUNGKIN BERKUMPUL DALAM KEHIDUPAN BERSAMA AHLU SYIRIK DAN TANDID.

***********


Source:
Tarjamah at-Taqriirot al-Mufiidah fi Ahammi Abwaabi al-‘Aqidah
Alih bahasa: Abu Khonsa
Muraaja’ah: Abu Mu’adz

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...