PRINSIP-PRINSIP TAUHID
(SEJARAH PERTEMPURAN
ANTARA KEBENARAN DAN KEBATHILAN)
Allah ta’ala berfirman:
وَإِذْ
قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلَىئِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الْأَرْضِ خَلِيْفَةً قَالُوْا
أَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَ نَحْنُ
نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لَا
تَعْلَمُوْنَ
“Dan
ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para malaikat “sesungguhnya Aku akan
menjadikan di muka bumi seorang KHOLIFAH” mereka berkata “apakah Engkau akan
menjadikan orang yang akan merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan
kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman “sungguh Aku
mengetahui apa yang tidak kalian ketahui.”
(Q.S.
Al-Baqarah; 30)
Allah
ingin menjadikan kholifah di bumi ini orang yang menyampaikan kepada manusia
perintah dan larangan-Nya, dan membimbing manusia di atas kebenaran,
mendekatkan mereka kepada Rabb mereka, sampai mereka mendapatkan surga-Nya dan
selamat dari neraka-Nya. Maka Allah menciptakan Adam - ‘alaihis salam –dengan
tangan-Nya, lalu meniupkan ruh ke dalamnya, dan memerintahkan malaikat untuk
sujud kepada Adam sebagai persiapan baginya dalam mengemban tugas ini, serta
menampakkan kedudukan dan keutamaannya di antara para malaikat-Nya.
“Maka
seluruh malaikat sujud, kecuali iblis, enggan untuk sujud bersama orang-orang
yang sujud” Dan dahulu iblis bersama para malaikat, akan
tetapi ia enggan untuk sujud karena sombong, membangkang dan merasa lebih mulia
dari pada Adam – ‘alaihis salam –
Pembangkangan
dan kesombongannya ketika itu merupakan keburukan pertama yang menyebabkan
manusia terbagi menjadi dua kelompok dan dua golongan.
Kelompok
orang-orang beriman pendahulunya adalah Adam – ‘alaihis salam - dan kelompak
orang-orang kafir pendahulunya adalah iblis – semoga Allah melaknatnya.
Ketika
iblis mengetahui akan kerugiannya dan kebangkrutannya, yang demikian itu dengan
terusirnya dia dari rahmat Allah, sebagaimana Allah jalla jalaaluh berfirman:
قَالَ فَاخْرُجْ
مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيْمٌ، وَإِنَّ عَلَيْكَ اللَّعْنَةَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
“Allah
berfirman “keluarlah dari surga sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk.
Dan atas kamu laknat sampai hari kiamat”
(Q.S.
Al-Hijr; 34 – 35)
Maka ia meminta kepada Allah untuk memberinya
waktu, maka iblis berkata:
قَالَ رَبِّ
فَأَنْظِرْنِى إِلَى يَوْمِ يُبْعَثُوْنَ
“Iblis
berkata “Wahai Rabb berilah aku waktu sampai hari kebangkitan”
(Q.S.
Al-Hijr; 36)
Maka Allah memberinya apa yang ia minta, Allah
berfirman:
قَالَ فَإِنَّكَ مِنَ ٱلۡمُنظَرِينَ
٣٧ إِلَىٰ يَوۡمِ ٱلۡوَقۡتِ ٱلۡمَعۡلُومِ
٣٨ قَالَ رَبِّ بِمَآ أَغۡوَيۡتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ
وَلَأُغۡوِيَنَّهُمۡ أَجۡمَعِينَ ٣٩ إِلَّا عِبَادَكَ مِنۡهُمُ ٱلۡمُخۡلَصِينَ ٤٠
“Allah
berfirman “sesungguhnya engkau termasuk orang yang ditangguhkan. Sampai hari
yang telah dtentukan (hari kiamat)”. Iblis berkata “Tuhanku, oleh karena Engkau
telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti akan menjadikan (kejahatan) terasa
indah bagi mereka di bumi, dan aku akan menyesatkan mereka semua. Kecuali
hamba-hamba-Mu yang terpilih dari mereka”
(Q.S.
Al-Hijr; 37 – 40)
Maka
iblis mulai membisikkan (keburukan) kepada bapak kita Adam, ia senantiasa
seperti itu sampai Adam mendekati kemaksiatan, kemudian Allah menerima
taubatnya dan memberinya petunjuk.
Kemudian
Allah merealisasikan perkara yang pertama, yaitu menjadikan kholifah di bumi,
maka Allah berfirman:
قُلۡنَا ٱهۡبِطُواْ مِنۡهَا
جَمِيعٗاۖ فَإِمَّا يَأۡتِيَنَّكُم مِّنِّي هُدٗى فَمَن تَبِعَ هُدَايَ فَلَا
خَوۡفٌ عَلَيۡهِمۡ وَلَا هُمۡ يَحۡزَنُونَ ٣٨ وَٱلَّذِينَ كَفَرُواْ وَكَذَّبُواْ
بَِٔايَٰتِنَآ أُوْلَٰٓئِكَ أَصۡحَٰبُ ٱلنَّارِۖ هُمۡ فِيهَا خَٰلِدُونَ ٣٩
“Kami berfirman “Turunlah kalian semua
dari surga! Maka jika benar-benar datang petunjuk-Ku kepada kalian, maka
barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka
tidak bersedih hati. Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami,
mereka itu penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya.”
(Q.S.
Al-Baqarah; 38 – 39)
Maka
turunlah bapak kita Adam dan Ibu kita Hawa’, dan iblis juga turun bersama
mereka.
Semuanya
telah turun, dan Adam mempunyai tugas yang senantiasa ia lakukan dan kerjakan,
dan keyakinan yang ia berdakwah kepadanya.
Bapak
kita Adam hidup bersama anak-anaknya di bumi, sampai Allah mewafatkannya,
jumlah manusiapun semakin banyak setelahnya, selama sepuluh abad setelah Adam
wafat anak keturunannya berada di atas tauhid dan mentauhidkan Allah dalam
ibadah.
Dalam
kondisi demikian iblis mencari-cari kesempatan untuk menyesatkan anak Adam, ia
tidak lupa dengan janjinya yang ia lakukan atas dirinya, dan ia mengancam Adam
dan anak keturunannya dengan janjinya tersebut.
Sampai
datanglah zaman Nabi Nuh – ‘alaihis salam. Bahwasannya segolongan laki-laki
soleh dari kaumnya, yang mereka dahulu adalah orang-orang yang sibuk dalam
beribadah kepada Allah dan senantiasa mendekatkan diri kepada-Nya, mereka
adalah wad, suwaa’, yaghus, ya’uq dan nasr.
Mereka
memiliki pengikut yang mengikuti mereka, dan tatkala mereka meninggal dunia
setan membisikkan ke dada-dada para pengikutnya: “buatlah gambar-gambar mereka
agar ketika kalian mengingat mereka kalian semakin rindu untuk beribadah”. Maka
mereka pun membuat gambar orang-orang sholeh tersebut. Lalu ketika mereka
meninggal dunia datanglah generasi berikutnya yang tak lepas dari bisikan
iblis, maka iblis berkata, “sesungguhnya mereka dahulu
menyembah orang-orang sholeh itu, meminta hujan dengan perantara mereka, maka mereka
pun menyembah orang-orang sholeh itu.”
Inilah
penyelewengan dalam perkara tauhid yang pertama kali terjadi dan juga
kesyirikan yang pertama kali terjadi pada bani Adam. Maka Allah mengutus kepada
mereka Nuh –‘alaihis salam – yang menyeru mereka kepada ajaran tauhid. Nuh –
‘alaihis salam – tinggal di tengah-tengah kaumnya selama seribu tahun kurang
lima puluh tahun, ia menyeru kaumnya untuk beribadah kepada Allah semata, akan
tetapi mereka lebih memilih taklid buta kepada bapak-bapak mereka, serta ta’ashub
kepada pendapat-pendapat bapak-bapak mereka, sebagian besar mereka tidak
menerima seruan kebenaran, dan mereka berkata:
بَلْ قَلُوا
وَجِدْنَآ ءَابَآءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّ عَلَى ءَاثَارِهِمْ مٌّهْتَدُوْنَ
“Sesungguhnya
kami mendapati bapak-bapak kami menganut suatu agama, dan kami hanya mengikuti
petunjuk-petunjuk mereka.”
(Q.S.
Az-Zuhruf; 22). Sehingga sebagian besar manusia mendustakannya,
وَمَآ ءَامَنَ
مَهَهُ إِلَّا قَلِيْلٌ
“dan tidaklah orang yang beriman bersama
Nuh kecuali sedikit.”
(Q.S.
Hud; 40)
Maka
Allah menyelamatkan Nuh dan orang-orang yang beriman dari kaumnya, dan Allah
menenggelamkan sisanya sebagai balasan atas kesyirikan dan kekufuran mereka
kepada Allah.
Kemudian
para nabi pun saling bermunculan, satu dengan yang lainnya saling menggantikan,
seluruhnya membawa bendera tauhid, dan memperbaharui bagi manusia ajaran-ajaran
agama yang telah hilang, sampai datanglah zaman Nabi Muhammad –shollallahu
‘alaihi wasallam-, maka beliau صلى الله عليه وسلم
menyempurnakan perjalanan saudara-saudara beliau صلى الله عليه وسلم dari kalangan para Nabi, sebagaimana Allah
berfirman:
وَلَقَدْ
بَعَثْنَا فِي كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا
الطَّاغُوتَ
“DAN
SUNGGUH TELAH KAMI UTUS PADA TIAP-TIAP UMAT SEORANG ROSUL UNTUK MENYERU
SEMBAHLAH ALLAH DAN JAUHILAH THOGHUT”
(Q.S.
An-Nahl; 36).
Rosulullah
صلى الله عليه وسلم memulai dakwah beliau dengan menancapkan tauhid
dan pilar-pilarnya, dan membangun rukun-rukunnya selama sepuluh tahun sebelum
menyeru kepada perkara yang lain, Karena tauhid merupakan pondasi agama dan
pokoknya.
Kemudian
setelah itu Rosulullah صلى
الله عليه وسلم tinggal
bersama kaumnya selama beberapa tahun, sebagai seorang da’i, murabbi, guru,
hakim yang menghukumi dengan syari’at Allah, dan sebagai seorang mujahid untuk
menegakkan kalimatullah dan menjadikan kalimat orang-orang kafir di bawah,
sampai Allah mewafatkan beliau صلى الله عليه وسلم.
Maka
datanglah setelah beliau صلى
الله عليه وسلم al-Khulafa’
Ar-Rasyidun, mereka mengikuti jejak beliau صلى الله عليه وسلم
dalam bersikap terhadap ahlu syirik, mereka menghancurkan dengan
keyakinan mereka orang yang ragu-ragu dan bimbang. Maka Allah tinggikan menara
islam melalui tangan-tangan mereka, dan Allah taklukkan bagi mereka banyak
negeri dan tempat, sampailah islam ke seluruh tempat. Kemudian berlalulah waktu
yang panjang, para penyembah salib dan orang-orang kafir memerangi
negeri-negeri islam, syi’ar-syi’ar jahiliyah mereka hidupkan dan syi’ar-syi’ar
islam mereka hapus, hari-hari penuh dengan pertempuran dan peperanganpun pasang
surut, Sunnah pergiliran kemenangan itu senantiasa terjadi di sepanjang zaman
meski panjang
سُنَّةَ اللهِ
الَّتِى قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلُ، وَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّةِ اللهِ تَبْدِيْلًا
“Sunnah-sunnah
Allah yang telah lalu, dan engkau tidak akan mendapati pengganti dari
Sunnah-sunnah Allah.”
(Q.S.
Al-Fath; 23)
Sampai
umat ini menyadari akan realita yang asing dan zaman yang mengherankan yang
mana para thoghut menginjak leher-leher kaum muslimin dalam waktu yang panjang,
mereka menghalang-halangi dari penegakan syari’at Allah di tengah-tengah
manusia sebagai sebuah kedzoliman dan bentuk permusuhan, mereka menimpakan atas
kaum muslimin seburuk-buruk siksaan, serta menggiring manusia kepada kekufuran
dari seluruh pintu.
Mereka
menguasai umat ini lebih dari setengah abad, sehingga umat ini dipenuhi dengan
kehinaan dan kerendahan, bahkan mereka menyebarkan kesyirikan di tengah-tengah
manusia, mereka menghiasinya agar tauhid tercabut dari perkara asas, maka
fitnah apakah yang lebih dahsyat darinya, dan musibah apakah yang lebih besar
darinya?
“Dan setiap
kali pemuda itu rusak, maka agama yang memperbaikinya....
Sedangkan
kerusakan di dalam agama, susah tidak bisa diperbaiki....”
Sehingga
manusia marah dan dongkol, karena banyaknya kezaliman dan kekerasan.
Mereka
dalam hal ini mempunyai maksud dan tujuan, seluruh mereka mendengung-dengungkan
tujuan mereka, dan berbangga-bangga dengan bendera.
Dan
Allah subhanahu wa ta’ala
memilih di antara mereka orang-orang yang memperbaiki dan membimbing,
keyakinan yang lurus, yang mana tujuan dan bendera mereka, (mewujudkan)
حَتَّى
لَا تَكُوْنَ فِتْنَةٌ وَيَكُوْنَ الدِّيْنُ كُلُّهُ لِلَّهِ
“SAMPAI
TIDAK ADA FITNAH, DAN AGAMA SELURUHNYA HANYA UNTUK ALLAH”.
Maka
mereka menyeru untuk mendirikan daulah islam, yang berkumpul di bawahnya
kalimat orang-orang yang bertauhid dan bendera mereka. Mereka melaksanakan
kewajiban dari Allah atas umat dengan mendirikan khilafah islamiyah yang
menerapkan hukum syari’at dan mewujudkan peribadatan kepada Allah dari berbagai
sisinya.
Maka
hal itu tidak membuat nyaman kelompok orang-orang musyrik, para pengusung
bendera dari kalangan sekuler, dan dari orang-orang yang mengajak kepada paham
kesukuan, maka mereka mulai menampakkan taring-taring mereka, dan secara
terang-terangan menyatakan kepada iblis loyalitas mereka, dan kepada ahlul haq
dengan peperangan dan permusuhan mereka!
Maka
mereka memerangi daulah islam, untuk memadamkan cahaya Allah, namun tidaklah
hal itu menambah baginya (daulah islam) kecuali sikap keras (tegas) dalam
kebenaran, dan keteguhan di atasnya.
Dan
jelaslah bagi orang-orang yang bertauhid musibah tersebut, dan itu merupakan
kondisi yang besar. Tercerai berainya barisan merupakan perkara syar’i, qadari,
dan kauni yang mesti terjadi. Dan bahwa mesti mengembalikan manusia kepada
pembagian yang Allah menghendaki manusia berada di atasnya, golongan
orang-orang beriman dan golongan orang-orang kafir, sebagaimana Allah
berfirman:
مَّاكَانَ اللهُ
لِيَذَرَ الْمُؤْمِنِيْنَ عَلَى مَآ أَنْتُمْ عَلَيْهِ حَتَّى يَمِيْزَ
الْخَبِيْثَ مِنَ الطَّيِّبِ
“Allah tidak akan membiarkan orang-orang
beriman sebagaimana dalam keadaan kalian sekarang, sehingga Allah memisahkan
yang buruk dari yang baik”
[Q.S.
Ali Imran; 179]
Dan Allah jalla jalaaluh juga berfirman:
هُوَ الَّذِى
خَلَقَكُمْ فَمِنْكُمْ كَافِرٌ وَمِنْكُمْ مُّؤْمِنٌ
“Dia-lah
(Allah) yang telah menciptakan kalian, maka diantara kalian ada yang kafir dan
ada yang mukmin”
[Q.S.
At-Taghobun; 2]
Dari
sini kita mengambil manfaat, yaitu suatu perkara yang ditelantarkan dan
dilupakan oleh orang-orang yang mengira bahwa mereka bisa hidup bersama
orang-orang kafir dalam keadaan selamat, aman, selamat agama dan murninya
tauhid, bahwa persangkaan itu Allah mendustakannya di dalam kitab-Nya, maka
Allah jalla
jalaaluh
berfirman:
وَلَنْ
تَرْضَى عَنْكَ الْيَهُوْدَ وَلَا النَّصَارَي حَتَّى تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ
“ORANG-ORANG YAHUDI DAN NASRANI TIDAK AKAN RIDHO KEPADAMU SAMPAI
ENGKAU MENGIKUTI AGAMA MEREKA”
[Q.S.
Al-Baqarah; 120.]
SEBAGAIMANA
TAUHID DAN SYIRIK, KEDUANYA TIDAK BERKUMPUL DALAM SATU HATI, MAKA BEGITU JUGA
AHLU TAUHID YANG MURNI TIDAK MUNGKIN BERKUMPUL DALAM KEHIDUPAN BERSAMA AHLU
SYIRIK DAN TANDID.
***********
Source:
Tarjamah at-Taqriirot
al-Mufiidah fi Ahammi Abwaabi al-‘Aqidah
Alih bahasa: Abu Khonsa
Muraaja’ah: Abu Mu’adz
Tidak ada komentar:
Posting Komentar