KARENA MEREKA
MENGIKUTI PETUNJUK SETAN
Oleh: Abu Usamah JR
وَأَنَّ هَٰذَا صِرَٰطِي
مُسۡتَقِيمٗا فَٱتَّبِعُوهُۖ وَلَا تَتَّبِعُواْ ٱلسُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمۡ عَن
سَبِيلِهِۦۚ ذَٰلِكُمۡ وَصَّىٰكُم بِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ ١٥٣
“DAN SUNGGUH, INILAH JALAN-KU YANG LURUS,
MAKA IKUTILAH !.
JANGAN KAMU IKUTI JALAN‑JALAN (YANG LAIN) YANG AKAN MENCERAI‑BERAIKAN KAMU DARI JALAN‑NYA.
DEMIKIANLAH DIA MEMERINTAHKAN KEPADAMU AGAR KAMU
BERTAQWA.”
(QS. Al An’am: 153).
Allah ‘Azza wa Jalla yang menciptakan
manusia dan menempatkannya di bumi adalah yang paling mengetahui hakikat
keadaan manusia dan hakikat alam semesta. Untuk itulah agar manusia selamat
dalam mengarungi kehidupan dunia serta tercapai tujuan penciptaannya, yaitu untuk
beribadah kepada Allah, maka Allah menurunkan petunjuk kepada manusia. Petunjuk
yang dibawa para utusan Allah tersebut akan menuntun manusia kepada jalan
keselamatan di dunia dan keselamatan pada kehidupan selanjutnya di alam
akhirat. Maka siapa yang mengikuti petunjuk tersebut akan mendapatkan kebaikan,
keselamatan dan kemuliaan di dunia dan akhirat.
Namun siapa yang enggan atau bahkan
berpaling dari petunjuk tersebut maka ia akan mengalami kesempitan hidup di
dunia dan kesengsaraan hidup di akhirat. Diutusnya para Rosul oleh Allah kepada
manusia adalah untuk menyeru mereka agar mengikuti petunjukNya saja dan tidak
mengikuti petunjuk lain yang akan membawa mereka kepada kesesatan. Ini
menunjukkan bahwa di dunia akan ada petunjuk‑petunjuk
lain yang akan menyesatkan manusia dari jalan Allah. Dan petunjuk lain yang
memalingkan manusia dari jalan Allah itu adalah petunjuk setan yang menyeru
manusia untuk menempuh jalan‑jalan
setan yang sesat. Maka terbagilah manusia dalam dua kelompok besar, yaitu
mereka yang berjalan di atas
jalan
Allah dan para menempuh jalan setan. Hal tersebut sebagaimana firmanNya:
فَرِيقًا
هَدَىٰ وَفَرِيقًا حَقَّ عَلَيۡهِمُ ٱلضَّلَٰلَةُۚ إِنَّهُمُ ٱتَّخَذُواْ ٱلشَّيَٰطِينَ
أَوۡلِيَآءَ مِن دُونِ ٱللَّهِ وَيَحۡسَبُونَ أَنَّهُم مُّهۡتَدُونَ ٣٠
“Sebagian diberiNya
petunjuk dan sebagian lagi sepantasnya sesat. Mereka menjadikan setan‑setan sebagai pelindung selain Allah.
Mereka mengira bahwa mereka mendapat petunjuk.” (QS.
Al‑A’raf:
30).
Pada ayat diatas Allah menyebut bahwa
sebagian manusia menempuh jalan yang lurus, yaitu jalan keselamatan dan jalan
kebenaran yang ditunjukkan oleh Allah. Sementara sebagian yang lain berjalan
diatas jalan kesesatan disebabkan mereka menjadikan setan sebagai teman dan pembimbing
dalam menempuh kehidupan dunia. Allah menyesatkan mereka sebagai hukuman dikarenakan
mereka berpaling dari petunjuk Allah dan menjadikan setan sebagai teman.
Meskipun mereka telah sesat namun
mereka mengira berada diatas jalan yang benar. Sungguh sebuah nestapa dan
kerugian yang sempurna, yaitu sudah tersesat tapi tidak tahu dirinya tersesat bahkan
mengira berada diatas kebenaran. Seorang hamba tidak akan selamat dan tidak
akan bisa mencapai derajat taqwa kecuali dengan mengikuti petunjuk Allah. Sebab
Allah yang menciptakan si hamba agar beribadah kepadaNya dan dengan ibadah itu
diharapkan si hamba mencapai derajat taqwa. Maka untuk sampai kepada derajat
tersebut Allah membimbing dengan petunjukNya.
Keselamatan seorang hamba di akhirat
tergantung dari ketaatannya dalam mengikuti petunjuk Allah yang disampaikan
melalui utusanNya. Hal tersebut sebagaimana firman Allah ‘azza wa jalla:
وَأَطِيعُواْ
ٱللَّهَ وَٱلرَّسُولَ لَعَلَّكُمۡ تُرۡحَمُونَ ١٣٢
“Dan taatlah kepada Allah dan Rosul (Muhammad) agar kamu
diberi rahmat.”
(QS. Ali Imran: 132).
Maka tidaklah seorang hamba akan
mendapatkan rahmat kecuali dengan jalan mentaati Allah dan RosulNya. Dan
seorang hamba akan masuk surganya Allah bukan karena amalnya, melainkan karena
ia mendapatkan rahmat Allah. Maka surganya Allah hanya akan dimasuki oleh hamba
yang mentaati Allah dan RosulNya.
Dan seorang hamba akan diberi
kemudahan untuk mengikuti petunjuk Allah adalah ketika ia melapangkan dadanya
terhadap Al‑Qur’an.
Sementara mereka yang disesatkan adalah karena dadanya merasa sesak dengan Al‑Qur’an.
Hal tersebut sebagaimana firmanNya:
كِتَٰبٌ أُنزِلَ إِلَيۡكَ فَلَا يَكُن فِي
صَدۡرِكَ حَرَجٞ مِّنۡهُ لِتُنذِرَ بِهِۦ وَذِكۡرَىٰ لِلۡمُؤۡمِنِينَ ٢ ٱتَّبِعُواْ
مَآ أُنزِلَ إِلَيۡكُم مِّن رَّبِّكُمۡ وَلَا تَتَّبِعُواْ مِن دُونِهِۦٓ
أَوۡلِيَآءَۗ قَلِيلٗا مَّا تَذَكَّرُونَ ٣
“(Inilah)
kitab yang diturunkan kepadamu (Muhammad), maka janganlah engkau sesak dada karenanya,
agar engkau memberi peringatan dengan (Kitab) itu, dan menjadi pelajaran bagi
orang yang beriman. Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, dan
janganlah kamu ikuti selain dia sebagai pemimpin. Sedikit sekali kamu mengambil
pelajaran.” (QS Al‑A’raf:
2‑3).
Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan
RosulNya terlebih dahulu melapangkan dadanya terhadap Al‑Qur’an.
Dengan itu maka Rosul bisa memberi peringatan dan pelajaran bagi orang‑orang beriman. Dan akan ada kemudahan
untuk mengikut petunjuk Al‑Qur’an
bagi orang yang melapangkan dada terhadapnya dan ridho dengan pimpinan Allah.
Sedangkan mereka yang tidak ridho dengan pimpinan Allah maka ia tidak akan
senang untuk mengikuti petunjuk Al‑Qur’an
dan akan berakibat kesesatan.
Adapun mereka yang berpaling dari
petunjuk Al‑Qur’an
maka Allah akan memberikan beberapa hukuman sebagaimana firmanNya:
وَمَن يَعۡشُ عَن ذِكۡرِ ٱلرَّحۡمَٰنِ
نُقَيِّضۡ لَهُۥ شَيۡطَٰنٗا فَهُوَ لَهُۥ قَرِينٞ ٣٦ وَإِنَّهُمۡ لَيَصُدُّونَهُمۡ
عَنِ ٱلسَّبِيلِ وَيَحۡسَبُونَ أَنَّهُم مُّهۡتَدُونَ ٣٧
“Dan
barangsiapa yang berpaling dari pengajaran Allah Yang Maha Pengasih (Al‑Qur’an),
Kami biarkan setan (menyesatkannya) dan menjadi teman karibnya. Dan sungguh
mereka (setan‑setan
itu) benar‑benar
menghalangi mereka dari jalan yang benar, sedangkan mereka menyangka bahwa
mereka mendapat petunjuk.” (QS Az‑Zukhruf: 36‑37).
>> DAN HUKUM
BAGI ORANG YANG BERPALING DARI PETUNJUK AL‑QUR’AN
adalah:
1.
Akan Didatangkan Baginya Setan Yang Menjadi Pembimbing Dan Teman Yang
Menyesatkan.
Jika
seseorang atau suatu kaum meninggalkan ajaran Allah (Al‑Qur’an
atau Islam) maka bisa dipastikan ia akan mengikuti ajaran setan. Disaat manusia
berpaling dari ajaran Allah maka setan akan hadir untuk menjadi pembimbingnya,
baik setan itu berbentuk jin maupun yang berbentuk manusia. Lihatlah apa yang
terjadi atas manusia yang lampau maupun sekarang ketika mereka tidak ridho
dengan ajaran Islam. Maka kemudian hadirlah setan membawa petunjuk dan ajaran untuk
diikuti oleh mereka yang ingkar dari ajaran Allah.
Ada banyak
setan yang hadir ditengah manusia dengan membawa ajarannya masing‑masing dan menyeru manusia untuk
mengikutinya. Diantara setan‑setan
itu ada yang bernama Karl Mark, Marxis dan Lenin yang membawa ajaran Komunis.
Setan yang lain bernama Jhon Jaques Rouso dan Montesque dengan membawa ajaran
Demokrasi. Ada juga setan yang bernama Sun Yat Sen dengan ajaran Nasionalisme
kebangsaan. Itu adalah setan‑setan
yang ajarannya banyak diikuti oleh manusia di dunia. Dan masih banyak lagi
setan‑setan kelas
lokal yang ajarannya diikuti oleh manusia pada kawasan yang terbatas pada satu
wilayah negara.
Semua setan‑setan tersebut menggelincirkan
manusia dari ajaran Allah ‘Azza
wa Jalla. Namun dengan kecerdikannya para setan tersebut memperindah ajarannya
dengan logika‑logika yang menipu
manusia sehingga seolah ajaran tersebut baik dan benar. Akibatnya kemudian manusia
yang telah lari dari petunjuk Allah mengikuti ajaran setan dengan anggapan
bahwa ajaran tersebut baik dan benar. Akibatnya kemudian manusia yang telah
lari dari petunjuk Allah mengikuti ajaran setan dengan anggapan bahwa ajaran
tersebut lebih bisa diterima akal dan sesuai dengan hawa nafsunya. Jadilah
kemudian para manusia ingkar tersebut menjadi pengikut setan dengan meyakini
bahwa dirinya adalah penempuh jalan kebenaran.
2.
Setan Menghalangi Mereka Dari Jalan Allah.
Bisa
dipastikan bahwa semua ajaran yang dibawa oleh setan yang berbentuk manusia
akan menghalangi manusia dari jalan Allah. Sebab ajaran‑ajaran tersebut bersumber dari hawa
nafsu yang menyelisihi ajaran yang bersumber dari wahyu Allah. Logika‑logika nafsu kemudian akan berbenturan
dengan wahyu Allah. Yang terjadi kemudian logika akan diunggulkan dari wahyu Allah.
Maka hal selanjutnya yang terjadi adalah ajaran setan akan menjauhkan para
pengikutnya dari jalan Allah yang lurus.
Sang Trouble
Maker dan panglima para setan telah bersumpah sebagaimana yang Allah abadikan dalam
Al‑Qur’an:
قَالَ
فَبِعِزَّتِكَ لَأُغۡوِيَنَّهُمۡ أَجۡمَعِينَ ٨٢
“(Iblis) menjawab, “Demi kemuliaanMu, pasti
aku akan menyesatkan mereka (manusia) semuanya.” (QS.
Sad: 82).
Maka untuk
mewujudkan sumpahnya kemudian Iblis mengerahkan seluruh bala tentaranya dari kalangan
jin dan manusia. Maka tidaklah yang diserukan oleh setan melainkan kemungkaran yang
menyelisihi ajaran Allah. Sehingga ajaran apapun namanya baik itu Demokrasi,
Komunis, Nasionalis ataupun Pancasila pasti menjauhkan manusia dari ajaran
Islam dan merusak tujuan hidup manusia. Sebab semua ajaran tersebut memalingkan
manusia dari peribadatan kepada Allah menuju ibadah kepada selain Allah.
Allah ‘azza wa jalla berfirman:
إِنَّمَا
يَأۡمُرُكُم بِٱلسُّوٓءِ وَٱلۡفَحۡشَآءِ وَأَن تَقُولُواْ عَلَى ٱللَّهِ مَا لَا
تَعۡلَمُونَ ١٦٩
“Sesungguhnya
(setan) itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan apa yang
tidak kamu ketahui tentang Allah.” (QS. Al‑Baqarah: 169).
Siapa yang
meninggalkan ajaran Islam dan mengikuti ajaran atau ideologi buatan manusia
yang pada hakikatnya adalah petunjuk setan akan menjerumuskan ia pada perbuatan
keji dan jahat serta berkata yang tidak benar tentang Allah. Adapun perbuatan
keji dan jahat itu adalah berpalingnya ia dari ketaatan kepada Allah kepada
ketaatan kepada selain Allah. Inilah beberapa contohnya:
—
Orang yang mengikuti paham Demokrasi akan memalingkan dirinya dari penyandaran hukum
kepada Allah menjadi penyandaran hukum kepada selain Allah. Sebab dalam ajaran
Islam menetapkan atau membuat hukum adalah hak Allah, sedangkan dalam ajaran
demokrasi membuat atau menetapkan hukum adalah hak anggota Legislatif atau
dewan perwakilan rakyat. Dan ketika ajaran demokrasi diterapkan pada kehidupan
kaum muslimin maka akan memalingkan mereka dari berhukum dengan hukum Allah
menjadi berhukum dengan hukum buatan manusia. Dan ini termasuk perbuatan keji
dan jahat.
—
Ketika seorang muslim mengikuti ajaran nasionalisme maka ia harus menanggalkan al‑wala’
wal baro’ atas
dasar iman berganti dengan al‑wala’
wal baro’ atas
dasar kebangsaan. Ia harus meninggalkan persaudaraan atas dasar Islam (ukhuwah Islamiyah)
berganti dengan persaudaraan sesama anak bangsa tanpa memandang apa agama
mereka dan apa sesembahan mereka. Padahal Allah menetapkan:
إِنَّمَا ٱلۡمُؤۡمِنُونَ
إِخۡوَةٞ
“Sesungguhnya
orang‑orang
mukmin itu bersaudara.”
(QS. Al‑Hujurat:
10).
Maka siapa
yang mengikuti persaudaraan atas dasar kebangsaan dan bukan atas dasar keimanan
berarti ia telah berbuat keji dan jahat.
—
Ketika seorang muslim mengikuti dan membenarkan ajaran Pancasila maka ia harus
mengakui bahwa sumber dari segala sumber hukum adalah pancasila. Dan ia juga harus
mengakui persaudaraan dengan orang‑orang
kafir yang juga mengikuti ajaran pancasila. Serta harus mengutamakan pengamalan
ajaran pancasila dari pada pengamalan ajaran Islam. Dan itu semua adalah
perbuatan keji dan jahat. Sebab SUMBER HUKUM utama dalam Islam adalah Al‑Qur’an
dan As‑Sunnah.
Adapun persaudaraan dan persatuan yang diakui dalam Islam adalah persatuan dan persaudaraan
atas dasar Iman. Dan seorang muslim harus berpegang teguh dan mengamalkan ajaran
Islam meskipun bertentangan dengan kebanyakan manusia dan meskipun bertentangan
dengan semua ajaran yang ada dimuka bumi.
Dan seorang
hamba tidak dikatakan mengikuti petunjuk Allah kecuali dengan cara menerima dan
mentaati seluruh ajaran Islam. Siapa yang menerima dan mentaati ajaran Islam
pada hal tertentu namun menolaknya pada persoalan yang lain maka ia masih
dikategorikan mengikuti petunjuk setan. Hal tersebut sebagaimana firmanNya:
يَٰٓأَيُّهَا
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱدۡخُلُواْ فِي ٱلسِّلۡمِ كَآفَّةٗ وَلَا تَتَّبِعُواْ
خُطُوَٰتِ ٱلشَّيۡطَٰنِۚ إِنَّهُۥ لَكُمۡ عَدُوّٞ مُّبِينٞ ٢٠٨
“Wahai orang‑orang yang beriman!, Masuklah kalian
kedalam Islam secara keseluruhan dan janganlah kalian mengikuti langkah‑langkah setan. Sesungguhnya setan itu
musuh yang nyata bagimu.”
(QS Al‑Baqarah:
208).
Siapa yang
menerima dan mentaati ajaran Islam dalam ranah ritual ibadah seperti sholat,
puasa dan haji, namun menolak ajaran Islam sebagai sistem kenegaraan maka ia
masih dikategorikan mengikuti langkah‑langkah
setan. Hal tersebut seperti orang‑orang
yang mengucapkan dua kalimat syahadat, mendirikan sholat, menunaikan zakat,
berpuasa di bulan Romadhon dan menunaikan ibadah haji, namun membenarkan dan
mengikuti ajaran demokrasi sebagai sistem pemerintahan, perpolitikan dan
kenegaraan. Atau orang yang mengaku muslim dan melaksanakan ajaran Islam dalam
hal ibadah ritual namun ia menolak Islam sebagai hukum rujukan dan pemutus
perkara dalam setiap urusan. Bahkan kemudian ia malah rela menjadikan KUHP dan
KUHAP yang merupakan hukum buatan penjajah Belanja sebagai rujukan dan pemutus
perkara. Semua jenis manusia diatas adalah pengikut setan, bukan muslim, bahkan
ia adalah orang‑orang yang
kafir dengan sebenarnya, sebagaimana firman Allah:
إِنَّ
ٱلَّذِينَ يَكۡفُرُونَ بِٱللَّهِ وَرُسُلِهِۦ وَيُرِيدُونَ أَن يُفَرِّقُواْ
بَيۡنَ ٱللَّهِ وَرُسُلِهِۦ وَيَقُولُونَ نُؤۡمِنُ بِبَعۡضٖ وَنَكۡفُرُ بِبَعۡضٖ
وَيُرِيدُونَ أَن يَتَّخِذُواْ بَيۡنَ ذَٰلِكَ سَبِيلًا ١٥٠ أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡكَٰفِرُونَ
حَقّٗاۚ وَأَعۡتَدۡنَا لِلۡكَٰفِرِينَ عَذَابٗا مُّهِينٗا ١٥١
“Sesungguhnya orang‑orang yang ingkar kepada Allah dan
RosulNya dan bermaksud membeda-bedakan antara (keimanan kepada) Allah dan Rosul‑RosulNya dengan mengatakan, “Kami
beriman kepada sebagian dan kami mengingkari sebagian (yang lain)”, Serta
bermaksud (mengambil) jalan tengah (iman dan kafir), merekalah orang‑orang kafir yang sebenarnya. Dan kami
sediakan untuk orang‑orang
kafir itu azab yang menghinakan.”
(QS. An‑Nisa’:
150‑151).
3.
Berada Di Atas Kesesatan Namun Merasa Di Atas Petunjuk Jalan Yang Benar.
Hukuman
selanjutnya atas orang‑orang yang
berpaling dari ajaran Allah (Islam) adalah mereka merasa berada diatas
kebenaran padahal hakekatnya mereka tersesat. Sebab ajaran yang benar hanyalah
ajaran yang bersumber dari Allah Rabbnya manusia dan Rabbnya alam semesta. Hal tersebut
sebagaimana firmanNya:
ٱلۡحَقُّ
مِن رَّبِّكَ فَلَا تَكُونَنَّ مِنَ ٱلۡمُمۡتَرِينَ ١٤٧
“Kebenaran
itu dari Rabbmu, maka janganlah sekali‑kali
engkau (Muhammad) termasuk orang‑orang
yang ragu.” (QS. Al‑Baqarah:
147).
Adapun
seluruh ajaran, ideologi dan hukum diluar Islam adalah kebatilan dan kesesatan.
Sebab hanya Islam yang bersumber dari Zat Yang Maha Benar. Maka kebenaran hanya
ada pada Islam, sedangkan yang lainnya adalah batil lagi sesat. Tentang hal ini
Allah berfirman:
فَمَاذَا
بَعۡدَ ٱلۡحَقِّ إِلَّا ٱلضَّلَٰلُۖ فَأَنَّىٰ تُصۡرَفُونَ ٣٢
“Maka tidak
ada setelah kebenaran itu melainkan kesesatan. Maka mengapa kamu berpaling
(dari kebenaran)?” (QS. Yunus: 32).
Lalu apakah
sebabnya orang‑orang yang
mengikuti petunjuk setan itu merasa berada di atas kebenaran?. Karena setan
memperindah kesesatan yang diajarkannya, sehingga manusia tertipu dengan
polesan dan kemasan indah yang dibuat oleh setan. Hal tersebut sebagaimana yang
Allah sebutkan dalam Al‑Qur’an:
قَالَ
رَبِّ بِمَآ أَغۡوَيۡتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ
وَلَأُغۡوِيَنَّهُمۡ أَجۡمَعِينَ ٣٩ إِلَّا عِبَادَكَ مِنۡهُمُ ٱلۡمُخۡلَصِينَ ٤٠
“Ia (Iblis)
berkata: “Tuhanku karena Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, aku pasti
akan jadikan (kejahatan) terasa indah bagi mereka di bumi, dan aku akan
menyesatkan mereka semuanya kecuali hamba‑hambaMu
yang terpilih diantara mereka.” (QS. Al‑Hijr: 39‑40).
Perhatikanlah bagaimana setan telah
memperindah ajaran sesat bernama demokrasi, sehingga para pemeluknya merasa berada
di atas kebenaran dan bangga ketika disebut orang yang demokratis. Setan
memperindah ajaran demokrasi sebagai ajaran kesetaraan atas semua manusia dan
kebebasan dalam berkeyakinan dan berekspresi. Sehingga demokrasi dianggap
sebagai simbol masyarakat modern dan maju oleh para pemeluknya. Sedangkan
keteguhan dalam memegang ajaran Islam dianggap sebagai keterbelakangan dan
kemunduran.
Dan untuk mencari pengikut sebanyak‑banyaknya maka sesama setan saling
bekerjasama untuk memperindah dan mengkampanyekan ajaran kesesatannya. Inilah
yang Allah ungkapkan tentang kolaborasi sesama setan dengan firmanNya:
وَكَذَٰلِكَ
جَعَلۡنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوّٗا شَيَٰطِينَ ٱلۡإِنسِ وَٱلۡجِنِّ يُوحِي
بَعۡضُهُمۡ إِلَىٰ بَعۡضٖ زُخۡرُفَ ٱلۡقَوۡلِ غُرُورٗاۚ
“Dan
demikianlah untuk setiap Nabi kami menjadikan musuh yang terdiri dari setan‑setan manusia dan jin, sebagian
mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah sebagai tipuan.”
(QS. Al‑An’am:
112).
Para pengikut ajaran kesesatan tidak
sadar bahwa sesungguhnya ajaran yang mereka ikuti adalah bisikan atau wahyu
setan yang dibisikkan oleh setan kepada teman‑temannya.
Bisikan tersebut kemudian diperindah agar manusia tertipu dan menganggapnya
kebenaran. Maka sesungguhnya semua ajaran, ideologi dan hukum yang menyelisihi
ajaran Allah adalah wahyu atau bisikan setan.
Jadi ideologi seperti demokrasi,
komunis, nasionalis dan yang lainnya serta hukum seperti KUHP atau hukum buatan
manusia lainnya adalah bisikan setan. Sebab ajaran, ideologi dan hukum tersebut
memalingkan manusia dari ketaatan kepada Allah. Hal tersebut sebagaimana
firmanNya:
وَلَا
تَأۡكُلُواْ مِمَّا لَمۡ يُذۡكَرِ ٱسۡمُ ٱللَّهِ عَلَيۡهِ وَإِنَّهُۥ لَفِسۡقٞۗ
وَإِنَّ ٱلشَّيَٰطِينَ لَيُوحُونَ إِلَىٰٓ أَوۡلِيَآئِهِمۡ لِيُجَٰدِلُوكُمۡۖ
وَإِنۡ أَطَعۡتُمُوهُمۡ إِنَّكُمۡ لَمُشۡرِكُونَ ١٢١
“Dan
janganlah kamu memakan dari apa (daging hewan) yang (ketika disembelih) tidak
disebut nama Allah, benar‑benar
perbuatan itu suatu kefasikan. Sesungguhnya setan‑setan itu membisikkan kepada kawan‑kawannya agar mereka membantah kamu.
Dan jika kamu menuruti mereka, tentu kamu menjadi orang musyrik.” (QS
Al‑An’am:
121).
Allah ‘Azza wa Jalla menerangkan
dalam ayat di atas bahwa logika orang kafir ketika mendebat Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dalam persoalan pengharaman bangkai dengan ucapan, “Kambing
yang disembelih Allah (maksudnya bangkai) kalian katakan haram, sedangkan kambing
yang disembelih dengan tangan kalian itu yang halal, maka itu artinya
sembelihan kalian lebih baik dari sembelihan Allah”, adalah wahyu setan. Tujuan
dari bantahan orang kafir Quraisy kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam dengan ucapan diatas adalah agar Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam berpaling dari hukum Allah yang mengharamkan bangkai dan
mengikuti hukum mereka yang menghalalkan bangkai. Dan jika Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam menyetujui atau menerima hukum mereka maka akan
menyebabkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam jatuh kedalam
perbuatan kemusyrikan.
Maka siapa saja yang mengikuti atau
membenarkan satu saja dari ajaran, ideologi atau hukum selain Islam berarti ia telah
mengikuti dan membenarkan wahyu setan. Dan yang berbuat demikian telah jatuh
kedalam perbuatan kemusyrikan yang menghilangkan keimanan dari dirinya. Maka
siapa yang menghendaki keselamatan di dunia dan di akhirat hendaknya menerima dan
mengikuti ajaran Islam secara totalitas.
Tidaklah dibedakan antara yang
menolak satu, sebagian atau seluruh ajaran Islam, mereka semua Tidaklah
dibedakan antara yang menolak satu, sebagian atau seluruh ajaran Islam, mereka
semua sama dalam kekafiran. Maka terima dan ikuti ajaran Islam secara
keseluruhan yang dengannya berarti seorang hamba telah beriman dengan sempurna.
Jangan kalian menolak sebagian ajaran Islam dan menerima sebagian yang lain.
Sebab di akhirat hanya ada dua tempat yaitu surga bagiorang beriman yang tunduk
dan patuh dengan ajaran Islam. Dan neraka bagi orang kafir yang menolak ajaran
Islam. Yakinlah di akhirat tidak ada tempat ketiga.
Maka selamatkanlah diri kalian dengan
meninggalkan ajaran setan, dan berpegang teguhlah dengan ajaran Rabb kalian, sebelum
datangnya waktu seperti yang Allah sebutkan:
حَتَّىٰٓ إِذَا جَآءَنَا
قَالَ يَٰلَيۡتَ بَيۡنِي وَبَيۡنَكَ بُعۡدَ ٱلۡمَشۡرِقَيۡنِ فَبِئۡسَ ٱلۡقَرِينُ
٣٨ وَلَن يَنفَعَكُمُ ٱلۡيَوۡمَ إِذ ظَّلَمۡتُمۡ أَنَّكُمۡ فِي ٱلۡعَذَابِ
مُشۡتَرِكُونَ ٣٩
“Sehingga
apabila orang‑orang
yang berpaling itu datang kepada Kami (pada hari kiamat), dia berkata, “Wahai
sekiranya jarak antara aku dan kamu seperti jarak antara timur dan barat !
Memang setan itu teman yang paling jahat (bagi manusia)”. Dan (harapanmu) itu
sekali‑kali
tidak akan memberi manfaat kepadamu pada hari itu karena kamu telah mendzalimi
(dirimu sendiri). Sesungguhnya kamu pantas bersama‑sama dalam azab”.
(QS. Az‑Zukhruf:
38‑39)
Masih
mau mengikuti ajaran setan?
Wallahu
Musta’an.
10
Rabiutsani 1438 H
Tidak ada komentar:
Posting Komentar