Surat Terbuka Untuk Para Pemimpin
Oleh : Ibnu Taimiyah
Bismillah ar-Rahman ar-Rahim.
Dari Ahmad bin Taimiyah untuk
pemimpin umat Islam, pemimpin yang mengurusi urusan kaum beriman, wakil
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada umatnya agar menegakkan
kewajiban agama dan Sunnah (syariat)nya semoga Allah memberikan dukungan
kepadanya-sehingga dengan dukungan tersebut, dia mampu memperbaiki dirinya dan
umat Islam, urusan dunia dan akhirat, serta dapat menegakkan segala urusan,
baik lahir maupun batin. Sehingga dia termasuk dalam kategori firman-Nya,
ٱلَّذِينَ إِن
مَّكَّنَّٰهُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ أَقَامُواْ ٱلصَّلَوٰةَ وَءَاتَوُاْ ٱلزَّكَوٰةَ
وَأَمَرُواْ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَنَهَوۡاْ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۗ وَلِلَّهِ عَٰقِبَةُ ٱلۡأُمُورِ
٤١
"(Yaitu) orang-orang
yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka
mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang ma'ruf dan mencegah
dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah segala urusan kembali." (Al-Hajj: 41).
Dan termasuk dalam kategori
sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
سَبْعَةٌ
يُظِلُّهُمُ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لَا طِلًّ إِلَّا ظِلُّهُ: إِمَامٌ عَادِلٌ
... الخ
"Ada tujuh golongan
yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari yang tiada naungan kecuali
naunganNya: Imam yang adil..." hingga akhir hadits.
[Al-Bukhari dalam aLHudud, no. 6806; dan
Muslim dalam az-Zakah, 1031/ 91, keduanya dari Abu Hurairah]
Dan sabda beliau,
مَنْ
دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الْأَجْرِ مِثْلُ أُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ لَا
يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئًا
"Barangsiapa mengajak
kepada petunjuk, maka ia mendapatkan pahala seperti pahala orang yang
mengikutinya, tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun.” [Muslim dalam al-Ilm, 2473/ 16]
Allah 'M mengabulkan doa bagi
penguasa, lalu Dia memasukkan dalam dirinya kebajikan yang disaksikan oleh hati
umat yang melebihkannya di atas selainnya.
Allah-lah Dzat yang dimohon
supaya menolongnya. Sebab dialah manusia yang paling membutuhkan kepada pertolongan
Allah dan dukunganNya. Dia berfirman,
وَعَدَ ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ
ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ لَيَسۡتَخۡلِفَنَّهُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ
كَمَا ٱسۡتَخۡلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمۡ دِينَهُمُ ٱلَّذِي
ٱرۡتَضَىٰ لَهُمۡ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم مِّنۢ بَعۡدِ خَوۡفِهِمۡ أَمۡنٗاۚ
يَعۡبُدُونَنِي لَا يُشۡرِكُونَ بِي شَيۡٔٗاۚ وَمَن كَفَرَ بَعۡدَ ذَٰلِكَ
فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ ٥٥
"Dan Allah telah
berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan
amal-amal yang shalih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa
di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka
berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah
diridhaiNya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka,
sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap
menyembahKu dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku." (An-Nur: 55).
Keteraturan masalah pemerintahan
hanya bisa terwujud dengan mengikuti Kitabullah dan Sunnah RasulNya serta
mengajak manusia kepada perkara tersebut. Sebab Allah menjadikan kebaikan Ahlut
Tamkin (penguasa/pemimpin) dalam empat perkara: mendirikan shalat,
menunaikan zakat, menyeru yang ma'ruf dan mencegah kemungkaran. Jika dia menegakkan
shalat tepat pada waktunya secara berjamaah -dia beserta bawahannya- serta
memerintahkan demikian kepada semua rakyatnya dan memberi sanksi kepada siapa
saja yang meremehkan hal itu dengan hukuman yang disyariatkan oleh Allah, maka
sempurnalah prinsip ini. Kemudian dia sangat membutuhkan Allah subhanahu wa
at’ala. Jika dia bermunajat kepada Tuhannya dan beristighatsah kepadaNya
pada malam hari dengan mengucapkan,
يَا
حَيُّ يَا قَيُّوْمُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، بِرَحْمِتِكَ أَسْتَغِيْثُ
"Wahai Yang Mahahidup,
wahai Yang Maha Mengatur segala urusan, tiada tuhan yang berhak disembah
melainkan Engkau. Dengan rahmatMu aku memohon pertolongan"
Maka Allah akan memberikan
kepadanya keteguhan luar biasa yang hanya diketahui oleh Allah. Dia berfirman,
وَلَوۡ أَنَّا كَتَبۡنَا
عَلَيۡهِمۡ أَنِ ٱقۡتُلُوٓاْ أَنفُسَكُمۡ أَوِ ٱخۡرُجُواْ مِن دِيَٰرِكُم مَّا
فَعَلُوهُ إِلَّا قَلِيلٞ مِّنۡهُمۡۖ وَلَوۡ أَنَّهُمۡ فَعَلُواْ مَا يُوعَظُونَ
بِهِۦ لَكَانَ خَيۡرٗا لَّهُمۡ وَأَشَدَّ تَثۡبِيتٗا ٦٦ وَإِذٗا لَّأٓتَيۡنَٰهُم
مِّن لَّدُنَّآ أَجۡرًا عَظِيمٗا ٦٧ وَلَهَدَيۡنَٰهُمۡ صِرَٰطٗا مُّسۡتَقِيمٗا ٦٨
"Dan sesungguhnya kalau
mereka melaksanakan pelajaran i/ang diberikan kepada mereka, tentulah hal yang
demikian itu lebih baik bagi mereka dan lebih menguatkan (iman mereka), dan
kalau demikian, pasti Kami berikan kepada mereka pahala yang besar dari sisi
Kami, dan pasti Kami tunjuki mereka kepada jalan yang lurus." (An-Nisa': 66-68).
Kemudian segala kemanfaatan
dan kebajikan yang diberikan kepada manusia adalah sejenis zakat. Sebab salah
satu ibadah yang paling agung ialah menutup kemiskinan, memenuhi kebutuhan,
membela orang yang dizhalimi, membantu orang yang berduka, dan memerintahkan
kepada kebajikan -yaitu memerintahkan apa yang diperintahkan Allah dan RasulNya
berupa keadilan dan kebajikan, memerintahkan para wakil negeri dan para pejabat
agar mengikuti hukum al-Qur'an dan as-Sunnah serta menjauhi berbagai larangan
Allah- serta mencegah kemungkaran, yaitu mencegah apa yang dilarang oleh Allah
dan RasulNya.
Jika penguasa -semoga Allah
mendukungnya- melakukan demikian di semua negeri Islam, maka itu adalah
kebaikan dunia dan akhirat baginya dan bagi umat Islam yang hanya diketahui
oleh Allah. Semoga Allah memberi taufik kepadanya terhadap segala yang dicintai
dan diridhaiNya.
Source:
KUMPULAN FATWA IBNU TAIMIYAH
[Tentang Amar Ma’ruf Nahi Munkar & Kekuasaan, Siyasah Syar’iyah
dan Jihad Fi Sabilillah]
Penerjemah: Ahmad Syaikhu, S.Ag
Muraja’ah: Tim Pustaka DH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar