DAULAH TURKI UTSMANI
DALAM PANDANGAN TAUHID
(AD
DAULAH AL 'UTSMANIYYAH WA MAUQIF DA'WAH ASY SYAIKH MUHAMMAD
IBNI ABDIL WAHHAB MINHA)
Penulis
Syaikh Nashir Ibnu Hamd Al Fahad
___
Alih Bahasa
Abu Sulaiman Aman Abdurrahman
Tauhid Dan Jihad
Segala puji hanya bagi Allah, shalawat dan salam
semoga dilimpahkan kepada Rasulullah, keluarganya, sahabatnya serta orang yang
mengikutinya.
Wa Ba’du:
Ini adalah bahasan yang singkat yang menjelaskan
hakikat Daulah ‘Utsmaniyyah (Turki Utsmani) yang sering dipuja dan
dipuji oleh banyak kalangan yang mengaku dirinya sebagai aktifis
Islam, dan mereka menyebutnya sebagai benteng terakhir dari
benteng-benteng Islam yang dengan kehancuran daulah tersebut maka hancurlah
kejayaan Islam. Bahasan ini juga menjelaskan sikap dakwah Syaikh
Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah terhadap
daulah ini. Dan saya telah menjadikan bahasan ini menjadi dua pasal:
Pasal Pertama:
Hakikat Daulah ‘Utsmaniyyah.
Pasal Kedua: Sikap
Dakwah Syaikh Muhammad terhadapnya.
Dan semoga shalawat dan
salam dilimpahkan kepada Nabi Muhammad.
PASAL PERTAMA
HAKIKAT DAULAH
‘UTSMANIYYAH
Sesungguhnya orang yang mengamati keadaan Daulah
'Utsmaniyyah –sejak ia berdiri sampai keruntuhannya–, maka tidak akan ragu
bahwa daulah ini telah berandil besar dalam merusak ‘aqidah kaum muslimin, dan
hal itu sangat nyata dari dua sisi:
Pertama:
Andilnya dalam menyebarkan kemusyrikan.
Kedua:
Peranannya dalam memerangi dakwah tauhid.
Daulah 'Utsmaniyyah
ini telah menyebarkan kemusyrikan dengan bentuk mereka menyebarkan paham shufi
syirik yang berdiri di atas prinsip peribadatan kepada kuburan dan para wali.
Ini adalah realita nyata yang tidak membantah di dalamnya seorangpun termasuk orang-orang
yang suka berdebat untuk membela-bela Daulah 'Utsmaniyyah ini. Saya akan menuturkan
berikut ini sebagian pernyataan yang membuktikan hal itu dari ucapan
orang-orang yang masih toleran terhadap Daulah 'Utsmaniyyah ini.
Abdul Aziz Asy Syanawi
di dalam kitabnya (Ad Daulah Al 'Utsmaniyyah
Daulah Islamiyyah Muftara ‘Alaiha)!! 1/59 berkata dalam
konteks memujinya: (Di antara fenomena arus keagamaan di dalam politik negara
ini adalah pemberian support terhadap paham shufi di
kalangan ‘Utsmaniyyin, di mana negara telah membiarkan
para syaikh berbagai thariqat shufiyyah melakukan otoritas yang luas terhadap
para jama’ah dan para pengikutnya. Thariqat-thariqat ini pertama-tama menyebar
dengan penyebaran yang sangat luas di wilayah Asia Tengah kemudian terus
menjamur di mayoritas wilayah kekuasaan Daulah 'Utsmaniyyah… dan negara telah memberikan
suplai bantuan dana kepada sebagian thariqat shufiyyah… dan di antara thariqat terpenting
adalah Naqsyabandiyyah, Mulawiyyah, Baktasyiyyah dan
Rifa’iyyah….) selesai.
Muhammad Quthub
berkata di dalam kitabnya (Waqi’unal Mu’ashir
hal 155): (Sungguh shufiyyah ini telah mulai menyebar di
masyarakat masa ‘Abbasiyyah, namun ia adalah pojok yang terpencil dari
masyarakat. Adapun di bawah payung Daulah 'Utsmaniyyah dan secara khusus di Turki,
maka ia itu telah menjadi fenomena umum masyarakat, dan ia itu telah menjadi
dien (agama) utama). Selesai.
Di dalam (Al Mausu’ah Al
Muyassarah Fil Adyan Wal Madzahib Al Mu’ashirah hal: 348) dikatakan:
(Bakdasyiyyah:
Orang-orang Turki ‘Utsmani adalah menganut paham thariqat ini, dan ia
itu masih tersebar di Albania, di mana ia adalah paham thariqat tashawwuf
yang lebih mendekati kepada Syi’ah daripada kepada Sunni…
dan ia itu memiliki kekuasaan yang besar terhadap para penguasa
dinasti ‘Utsmaniyyah). Selesai.
Dan di dalam kitab (Al
Fikru Ash Shufiy Fi Dlauil Kitab Was Sunnah hal: 411) dikatakan:
(Para sultan dinasti ‘Utsmaniyyah bersaing di dalam membangun sinagog, biara
dan kuburan Baktasyiyyah…. di mana di saat
sebagian para sultan membelanya, maka para sultan yang lain menentangnya seraya
lebih mengedepankan thariqat yang lainnya). Selesai.
Oleh sebab itu tidaklah aneh bila kemusyrikan
dan kekafiran sangat merebak dan tauhid malah lenyap di wilayah-wilayah yang
dikuasai mereka.
Syaikh Husen Ibnu Ghunnam
rahimahullah berkata di dalam penuturan kondisi negeri-negeri
mereka: (Mayoritas manusia di zamannya –yaitu di zaman Syaikh Muhammad Ibnu
Abdil Wahhab– adalah berlumuran dengan kotoran lagi bermandikan najis sampai
mereka bergelimang dengan kotoran kemusyrikan dengan bergulirnya tahun… di mana
mereka berpaling malah mengibadati para wali dan orang-orang saleh serta mereka
melepaskan ikatan tauhid dan dien ini, mereka bersungguh-sungguh dalam beristighatsah
kepada para wali itu di dalam kondisi genting, bencana dan kejadian yang mencekam,
dan mereka menghadapkan wajah kepada para wali itu di dalam pemenuhan berbagai kebutuhan
dan penyelamatan dari berbagai bencana, baik para wali itu masih hidup maupun sudah
meninggal dunia, dan bahkan banyak dari mereka meyakini manfaat dan madlarat di
dalam benda yang mati… –kemudian beliau menuturkan bentuk-bentuk kemusyrikan di
Nejed, Hijaz, ‘Irak, Syam, Mesir dan tempat lainnya–). Selesai.
Al Imam Su’ud Ibnu Abdil Aziz
rahimahullah (wafat 1229 H) berkata di dalam suratnya kepada
gubernur ‘Utsmani di Irak seraya menjelaskan realita negara mereka:
(Syi’ar-syi’ar kekafiran kepada Allah dan kemusyrikan adalah yang nampak di
negara kalian, seperti pembangunan kubah di atas kuburan, penyalaan lampu di
atasnya, pemasangan tirai di atasnya, penziarahannya dengan cara yang tidak
Allah dan Rasul-Nya syari’atkan, penetapannya sebagai (tempat) ied, permintaaan
pemenuhan berbagai kebutuhan dan penyelamatan dari berbagai bencana dan
kesulitan kepada para penghuni kuburan itu. Ini semua terjadi di samping penyia-nyiaan
kewajiban-kewajiban dien yang telah Allah perintahkan untuk ditegakkan, seperti
shalat lima waktu dan yang lainnya. Orang yang ingin melaksanakan shalat, maka
dia shalat sendirian dan orang yang meninggalkannya pun tidak diingkari, begitu
juga zakat. Ini adalah hal yang masyhur, terkenal lagi didengar orang di banyak
wilayah negeri: Syam, ‘Irak, Mesir dan wilayah-wilayah lainnya). Selesai.
Ini adalah realita keadaan Daulah 'Utsmaniyyah
secara ringkas, dan barangsiapa tidak merasa cukup puas dengan
pernyataan-pernyataan yang lalu tentang penjelasan realita negara ini, maka
tidak ada jalan baginya.
Adapun keadaan para sultan
Daulah 'Utsmaniyyah ini –meskipun saya secara global telah mengisyaratkan
kepadanya–, maka ia adalah sejenis ini pula. Dan saya akan menuturkan contoh-contoh
yang beragam dari para sultannya untuk menjelaskan realita keadaan mereka:
Sultan Aurkhan Pertama (meninggal
761 H):
Ia adalah sultan ke dua dinasti Daulah
'Utsmaniyyah setelah ayahnya ‘Utsman (‘Utsman pertama yang meninggal tahun 726
H), dan kekuasaannya berlangsung selama 35 tahun, di mana sultan ini adalah
berpaham shufi thariqat Baktasyiyyah.
Thariqat Baktasyiyyah ini
–di mana ia telah sering disebut dalam banyak tempat– adalah thariqat
shufiyyah yang berpaham syi’ah bathiniyyah yang dirintis oleh
(Khankar Muhammad Baktasy Al Khurasaniy) dan ia menyebarkannya di Turki tahun
761 H, dan thariqah ini adalah campuran dari ‘aqidah Wihadul Wujud, peribadatan
kepada para syaikh dan pentuhanan mereka, serta campuran dari aqidah Rafidlah
dalam pengkultusan para imam. Mereka itu memiliki sikap ghuluw terhadap Nabi shallallaahu
'alaihi wasallam –yang mengeluarkan dari
Islam–, dan di antaranya adalah ucapan si thalib
(anggota jama’ah) dan si murid bila ingin masuk bergabung ke dalam
thariqat:
“Saya
datang di pintu Al Haq dengan penuh kerinduan seraya memohon lagi mengakuinya
sebagai Muhammad dan Haidar, lagi meminta dari keduanya (bagian) dari rahasia
dan pancaran, dan (meminta) dari Az Zahra dan Syabir walau sejengkal” terus
mengatakan “Dan dengan penuh kecintaan saya serahkan diri
ini sebagai pelayan bagi keluarga Al ‘Abbas, dan tempat berlindung hamba adalah
Al Hajj Baktasy quthubul auliya” dan dia berkata kepada
gurunya Wajahmu adalah lentera, dan bagi petunjuk (ia)
adalah menara, dan wajahmu adalah isyarat untuk wajah Al Haq (Allah), wajahmu
adalah haji dan umrah serta ziarah, wajahmu bagi orang-orang yang tunduk adalah
kiblat kepemimpinan, dan wajahmu bagi Al Qur’an adalah ringkasan ungkapan”
Dan wirid-wirid Baktasyiyyin adalah di atas
‘aqidah Rafidlah Itsna ‘Asyariyyah, dan mereka itu di dalam ‘aqidahnya banyak
mengandung wirid-wirid bathiniyyah dan cara-cara ziarah yang bermuatan syirik
yang sangat masyhur.
Sultan
Muhammad Ke Dua (Al Fatih) (meninggal 886 H):
Ia adalah tergolong sultan daulah ini yang
paling terkenal, dan kekuasaannya berlangsung selama 31 tahun:
1.
Sesungguhnya ia setelah menaklukan Kostantinopel tahun 857 H menyingkap tempat
kuburan Abu Ayyub Al Anshari radliyallaahu 'anhu dan
ia membangun bangunan di atasnya, dan ia membangun mesjid di pinggirnya dan
menghiasi mesjid itu dengan marmer putih serta membangun kubah di atas bangunan
kuburan Abu Ayyub. Adalah di antara kebiasaan orang-orang ‘Utsmani di saat
mereka mulai menjabat sebagai sultan, mereka itu datang di dalam rombongan yang
megah menuju mesjid itu kemudian sultan yang baru masuk ke dalam bangunan
kuburan tersebut terus menerima pedang sultan (‘Utsman Pertama) dari syaikh (Thariqat
Mulawiyyah).
2. Sultan inilah yang pertama kali
meletakan dasar-dasar Undang-Undang Sipil dan Undang-Undang Pidana, di mana dia
mengganti hukuman-hukuman syari’at yang bersifat fisik yang ada di dalam Al
Kitab dan As-Sunnah –yaitu qishash gigi dengan gigi, dan mata dengan mata– dan
dia menggantinya dengan denda-denda yang berbentuk uang dengan tata cara yang
jelas yang disempurnakan oleh sultan Sulaiman Al Qanuniy.
3.
Sebagaimana dia menggulirkan undang-undang –yang diberlakukan sesudahnya–,
yaitu bahwa setiap sultan yang menjabat kekuasaan adalah harus membunuh semua
saudara-saudaranya!! agar singgasana mulus baginya.
Sultan Sulaiman Al Qanuniy
(meninggal tahun 974 H):
Dan
ia juga termasuk sultan daulah ini yang paling masyhur, dan ia berkuasa
kira-kira selama 46 tahun:
1.
Dia tatkala masuk ke Baghdad membangun bangunan di atas kuburan Abu Hanifah
serta membangun kubah di atasnya, dan ia menziarahi tempat-tempat yang disucikan
kaum Rafidlah di Najaf dan Karbala, serta dia membangun kembali apa yang pernah
roboh darinya.
2.
Sebagaimana dia digelari Al Qaununiy, karena dia adalah orang pertama yang
memasukan undang-undang Eropa kepada kaum muslimin dan menjadikannya sebagai undang-undang
yang dipakai resmi di lembaga-lembaga hukum (mahkamah), dan dia dalam hal itu
telah disemangati oleh orang-orang Yahudi dan Nashrani.
Sultan Salim Khan Ke Tiga
(meninggal tahun 1223 H):
Al Imam
Su’ud Ibnu Abdil Aziz rahimahullah berkata
di dalam risalahnya kepada gubernur Baghdad yang lalu yang telah kami
isyaratkan kepadanya: (Dan keadaan kalian dan keadaan para pemimpin dan para
sultan kalian adalah menjadi saksi terhadap kebohongan dan kedustaan kalian di
dalam hal itu –yaitu di dalam pengklaiman mereka sebagai orang muslim– di mana
kami saat membuka kamar Nabi shallallaahu 'alaihi
wasallam yang mulia semoga
shalawat dan salam dilimpahkan kepada yang berada di dalamnya, tahun dua puluh
dua kami mendapatkan sebuah surat milik sultan kalian (Salim) yang dikirimkan
oleh saudara sepupunya kepada Rasulullah shallallaahu 'alaihi
wasallam seraya dia
beristighatsah dengannya dan memohon kepadanya serta meminta kemenangan
terhadap musuh kepadanya, di mana di dalamnya terdapat penundukan diri, pemasrahan
diri dan kekhusyuan (kepada Rasulullah) yang menjadi saksi terhadap kebohongan
kalian. Dan inilah awal surat itu:
“Dari
hambamu Sultan Salim, wa ba’du: Wahai Rasulullah, kami telah tertimpa bahaya
dan hal yang tidak disukai telah menimpa kami, hal yang tidak mampu kami
hadapi, dan para penyembah salib telah menguasai hamba-hamba Allah yang Maha
Pemurah!!
Kami
memohon kepadamu kemenangan dan bantuan terhadap mereka.”
Dan dia menuturkan ungkapan yang banyak yang
mana ini adalah inti dan maknanya, maka lihatlah kepada kemusyrikan yang besar
ini dan kekafiran kepada Allah Yang Maha Esa lagi Maha Mengetahui, yang tidak
pernah diminta oleh kaum musyrikin dahulu dari tuhan-tuhan mereka Latta dan
‘Uzza, di mana sesungguhnya mereka bila tertimpa bencana maka mereka memurnikan
ketundukan kepada Allah Pencipta manusia.
Sultan Abdul Hamid Ke Dua
(Meninggal tahun 1327 H):
Sultan ini adalah orang shufi yang sangat
ta’ashshub (fanatik) terhadap thariqat Syadzaliyyah, dan inilah buktinya surat
dia kepada syaikh thariqat Syadzaliyyah di zamannya, di mana dia berkata di
dalam suratnya itu:
“Segala
puji bagi Allah… saya menyampaikan surat pengaduan saya ini kepada syaikh
thariqat Syadzaliyyah yang agung dan kepada yang melimpahkan ruh dan kehidupan!!
syaikh ahli zamannya yaitu Syaikh Mahmud Afandi Abu Asy Syamat, dan saya
mencium kedua tangannya yang penuh barakah, seraya mengharapkan doanya yang
saleh. Tuanku: Sesungguhnya saya dengan taufiq Allah Ta’ala selalu membaca
wirid-wirid Syadzaliyyah malam dan siang, dan saya sampaikan bahwa saya
senantiasa selalu terus membutuhkan kepada doa-doa paduka yang berasal dari
hati”
Thariqat Syadzaliyyah
ini adalah thariqat shufiyyah quburiyyah syirkiyyah yang ajarannya
berisi kekafiran-kekafiran yang nyata lagi jelas yang sebagiannya saja cukup
untuk menggolongkan mereka ke dalam jajaran orang-orang kafir penyembah
berhala.
PASAL
Adapun permusuhan dinasti ‘Utsmaniyyah terhadap
tauhid, maka ini adalah kisah yang sangat masyhur, di mana mereka telah memerangi
dakwah Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah sebagaimana
yang telah terkenal.
يُرِيْدُوْنَ
أَنْ يُطْفِئُوا نُوْرَ اللهِ بِأَفْوَاهِهِمْ
“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut
(ucapan- ucapan) mereka”
(At Taubah: 32).
Mereka mengirimkan berkali-kali gelombang
pasukan untuk memerangi ahli tauhid sampai akhirnya mereka mengarahkan
serangannya ini dengan menghancurkan kota Dir’iyyah ibu kota Dakwah Salafiyyah
tahun 1233 Hijriyah. Dan orang-orang ‘Utsmaniyyah ini di dalam peperangannya
terhadap tauhid, mereka telah meminta bantuan dari saudara-saudara mereka yang
beragama Nashrani, di mana sebagian pengkaji sejarah telah menemukan di Eropa
berbagai dokumen kerjasama antara Napoleon Bonaparte kaisar Prancis dengan Al
Baba Al ‘Aliy –penguasa ‘Utsmaniyyah– khusus prihal menghadapi dakwah Syaikh
Muhammad Ibnu Abdil Wahhab dan tindakan yang semestinya dilakukan untuk
menghadapinya sebagai ancaman bahaya terhadap kepentingan-kepentingan mereka di
kawasan timur.
Di dalam peperangan-peperangan ‘Utsmaniyyah
terhadap ahli tauhid telah terjadi berbagai kejahatan perang yang melebihi
kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang salibis, dan inilah sebagian
contohnya:
1.
Daulah 'Utsmaniyyah ingin menyemangati pasukannya untuk membunuhi ahli tauhid,
maka ia mengeluarkan keputusan bahwa setiap tentara akan mendapatkan bonus
sesuai jumlah korban yang dibunuhnya, dan si tentara harus membuktikan
pembunuhannya tersebut, dan itu dengan cara memotong telinga-telinga si korban
serta mengirimkannya ke Istanah, ibu kota, maka mereka
melakukan hal itu di Al Madinah, Qunfudzah, Qashim, Dlarma dan kota lainnya.
2.
Adapun penghancuran pemukiman dan perkotaan dan bahkan pembakaran banyak mesjid
yang mereka lakukan, maka tidak usah diceritakan lagi.
3.
Dan di antara kejahatan-kejahatan mereka adalah bahwa mereka itu menawan wanita
dan anak-anak –dari kalangan ahli tauhid– dan kemudian mereka menjualnya. Al
Jibritiy berkata di dalam (Tarikh)nya: (Dan bulan Shafar dimulai dengan hari
Jum’at tahun 1235 H… dan di bulan hari itu tibalah sekelompok dari pasukan
Magharibah (kawasan barat) dan pasukan arab yang dahulunya mereka itu ada di
kawasan Hijaz, dan mereka itu disertai dengan tawanan-tawanan wanita,
gadis-gadis dan anak-anak kecil dari kalangan Wahhabiyyah. Pasukan itu singgah
di Hamayil dan mulailah mereka menjual para tawanan itu kepada orang-orang yang
ingin membelinya, padahal mereka itu adalah orang-orang muslim dan merdeka). Selesai.
4.
Dan saya akhiri hal itu dengan suatu kejadian yang diriwayatkan oleh ahli
sejarah berkebangsaan Rusia, di mana dia berkata: (Di tahun 1818 M –yaitu tahun
1234 H– Abdullah dipindahkan lewat jalan
Kairo ke Istanah dengan ditemani dua orang terdekatnya di awal bulan Kanun
pertama –Desember– dan kedutaan Rusia mendapatkan penjelasan dari Istanah:
Pekan yang lalu telah dipenggal kepala pemimpin Wahhabiyyin, menterinya dan
imamnya yang telah ditawan di
Dir’iyyah dan baru dipindahkan ke ibu kota. Dan dalam rangka mengungkapkan rasa
kegembiraan lebih atas kemenangannya terhadap musuh bebuyutan kedua kota yang
dianggap sebagai sumber Islam, maka sultan memerintahkan di hari ini untuk
diadakan majelis di istana lama di ibu kota dan mereka menghadirkan ketiga tawanan
tersebut ke istana dalam keadaan dibelenggu dengan rantai yang sangat berat
serta dikelilingi oleh para penonton. Dan setelah upacara kenegaraan selesai
maka sultan memerintahkan untuk mengeksekusi mati mereka, maka leher si
pimpinan dipenggal di depan pintu utama syaikh shufi yang diagungkan, dan leher
menterinya dipenggal di depan pintu gerbang, serta leher orang yang ke tiga
dipenggal di salah satu pasar utama ibu kota. Dan jasad mereka dipamerkan
sedang kepalanya berada di bawah ketiaknya, dan setelah tiga hari maka mereka
melemparkan jasad-jasadnya itu ke laut. Dan paduka yang mulia memerintahkan
shalat umum dalam rangka bersyukur kepada Allah atas kemenangan pasukan sultan
dan atas pemusnahan kelompok yang telah merusak Mekkah dan Al Madinah dan telah
menebarkan rasa takut di hati kaum muslimin serta menjerumuskan mereka ke dalam
bahaya).
PASAL KEDUA
SIKAP DAKWAH
SYAIKH MUHAMMAD IBNU ABDIL WAHHAB TERHADAPNYA
Sesungguhnya di antara syubhat yang dihembuskan
seputar dakwah Syaikh Muhammad Ibnu Abdil Wahhab rahimahullah adalah
bahwa ia keluar membangkang terhadap Daulah Khilafah 'Utsmaniyyah...!! dan
bahwa dakwahnya itu adalah memecah belah kaum muslimin…!!
Banyak ulama yang membela dakwah Syaikh Muhammad
telah menulis buku di dalam membantah syubhat ini, dan akhir ujung pernyataan
mereka adalah: (Bahwa Nejed itu adalah wilayah tersendiri di luar kekuasaan
Daulah 'Utsmaniyyah, oleh sebab itu kekuasaan dakwah Syaikh di sana itu
bukanlah sebagai sikap pembangkangan terhadapnya).
Dan pada hakikatnya sesungguhnya pernyataan ini adalah tidak benar,
karena tiga hal:
Pertama:
Bahwa penguasaan secara nama terhadap Nejed adalah berada di tangan
Daulah 'Utsmaniyyah, karena penguasaan itu ada di Hijaz, Yaman, Ahsa, Irak dan
Syam, kharaj (upeti) para amir Nejed adalah datang kepada
mereka dari sebagian wilayah-wilayah ini.
Ke
dua: Sesungguhnya andai kita
menerima bahwa Nejed itu adalah wilayah yang berdiri sendiri, namun
sesungguhnya dakwah Syaikh Muhammad telah masuk ke Hijaz, Yaman, Ahsa, kawasan
teluk dan pinggiran Irak dan Syam, dan mereka menyerang Karbela dan mereka mengepung
Damaskus, sedangkan semuanya tanpa diragukan lagi adalah berada di bahwa kekuasaan
Daulah 'Utsmaniyyah.
Ke
tiga: Bahwa pernyataan aimmatud
dakwah rahimahumullah adalah sepakat
bahwa Daulah 'Utsmaniyyah itu adalah Dar Harb (Negara Kafir Harbi) kecuali
orang yang menyambut dakwah tauhid –sebagaimana yang akan datang penjelasannya
insya Allah–.
Dakwah Syaikh rahimahullah adalah
dakwah kepada tauhid yang murni dan perang terhadap syirik dan penganutnya,
sedangkan di antara pelindung kemusyrikan di zaman itu adalah Daulah
'Utsmaniyyah, sehingga dakwah ini pun mengumumkan perang terhadapnya. Dan
berikut ini saya akan menuturkan ucapan-ucapan aimmatud dakwah dan para
pengikutnya yang semuanya menjelaskan sikap mereka terhadap Daulah 'Utsmaniyyah
ini:
1) Al Imam Su’ud Ibnu
‘Abdil ‘Aziz rahimahullah (Wafat 1229 H)
Dan
telah lalu saya nukilkan ucapannya tentang Daulah 'Utsmaniyyah ini, dan di
antara ucapannya juga di dalam surat yang beliau kirim kepada gubernur Baghdad:
(Dan adapun ucapan kalian: “Bagaimana dengan kebodohannya ini berani lancang
membangkitkan fitnah dengan mengkafirkan kaum muslimin dan ahli kiblat serta
memerangi kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhir…” maka kami katakan:
Sungguh telah lalu bahwa kami tidak mengkafirkan dengan sebab dosa, namun kami
hanyalah memerangi orang yang menyekutukan Allah dan menjadikan tandingan
bagi-Nya yang mana dia memohon kepadanya seperti dia memohon kepada Allah, dia berkurban
untuknya seperti dia berkurban untuk Allah, dia nadzar baginya seperti dia
nadzar bagi Allah, dia takut kepadanya seperti dia takut kepada Allah, dia
beristighatsah kepadanya di dalam kondisi susah dan di dalam memohon manfaat,
dia berperang di dalam rangka melindungi berhala-berhala dan kubah-kubah yang
dibangun di atas kuburan yang dijadikan berhala yang disembah selain Allah. Dan
bila kalian memang benar di dalam klaim kalian bahwa kalian berada di atas millatul
islam dan mutaba’ah kepada Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa
sallam, maka hancurkanlah berhala-berhala itu semuanya dan ratakanlah
dengan tanah serta taubatlah kalian kepada Allah dari semua syirik dan
bid’ah-bid’ah itu… terus beliau berkata: Dan adapun bila kalian tetap berada di
atas keadaan kalian ini dan kalian tidak taubat dari syirik yang kalian anut
dan kalian tidak mau komitmen dengan dienullah yang mana Allah telah mengutus
Rasul-Nya dengannya serta kalian tidak meninggalkan syirik, bid’ah-bid’ah dan
khurafat-khurafat itu, maka kami akan senantiasa memerangi kalian sampai kalian
kembali kepada agama Allah yang lurus).
2) Syaikh Sulaiman Ibnu
‘Abdillah Ibnu Muhammad Ibnu ‘Abdil Wahhab rahimahullah (Wafat 1233 H).
Sesungguhnya
Turki tatkala menginvasi negeri tauhid, maka Syaikh Sulaiman Ibnu ‘Abdillah rahimahullah
menulis kitab yang diberi judul –Ad Dalaail–
yang menjelaskan kemurtaddan dan kekafiran orang yang membantu dan
mendukung mereka walaupun dia itu tidak berada di atas ajaran mereka –di dalam
syirik itu– dan di dalamnya beliau menuturkan lebih dari dua puluh dalil
terhadap hal itu, serta beliau menjuluki pasukan yang menginvasi itu dengan julukan
Junud Al Qubab Wasy Syirki (Pasukan
Kubah dan Syirik).
3) Syaikh Abdullathif
Ibnu Abdirrahman Ibnu Hasan rahimahullah (Wafat 1289 H).
Di
dalam suratnya kepada Syaikh Hamd Ibnu ‘Atiq rahimahullah perihal
sikap Abdullah Ibnu Faishal Al Imam yang meminta bantuan saat itu kepada
‘Utsmaniyyin dalam melawan saudaranya Su’ud Ibnu Faishal di kala Su’ud ini
mengalahkannya di dalam peperangan Jaudah kira-kira di tahun 1289 H, di mana
beliau berkata di dalamnya: (Abdullah itu memiliki kepemimpinan dan bai’at yang
syar’iy (sah) secara umum, kemudian nampak bagi saya setelah itu bahwa dia menyurati
Daulah ('Utsmaniyyah) yang kafir itu dan meminta bantuannya serta
mendatangkannya ke negeri kaum muslimin, sehingga dia itu adalah seperti
pribahasa:
Orang yang meminta
perlindungan kepada ‘Amr saat tertimpa kesulitan
Adalah seperti orang
yang meminta perlindungan api dari terik matahari
Maka
saya menyatakan pengingkaran dan keberlepasan diri di hadapannya secara lisan
dan saya berkata pedas kepadanya, dan bahwa hal ini adalah perobohan terhadap
Ushulul Islam dan pencabutan terhadap akar-akarnya, serta ini dan itu, yang
sekarang saya tidak ingat rincian ucapan saya itu, maka diapun menampakan
taubat dan penyesalan serta memperbanyak istighfar. Dan saya menulis atas nama
lisannya kepada gubernur Baghdad: Sesungguhnya Allah telah mencukupkan dan
memberikan kemudahan, maka tunduklah dari kalangan penduduk Nejed dan kaum
badui yang dengannya tujuan sudah bisa tercapai insya Allah Ta’ala, dan kami
tidak membutuhkan kepada pasukan Daulah ('Utsmaniyyah), dan ucapan sejenis ini,
dan dia (Abdullah)pun mengirimkan surat itu sesuai apa yang saya lihat serta
dia berlepas diri dari apa yang telah terjadi… dan surat ini adalah panjang).
Dan
beliau berkata di dalam surat yang lain kepada sebagian para pencari ilmu
tentang masalah yang sama: (Dan adapun Al Imam Abdullah Ibnu Faishal, maka
sesungguhnya saya telah menasehatinya dengan nasehat yang tegas sebagaimana
yang telah lalu… dan saya ingatkan dia di dalam nasehat itu, dan
mengingatkannya dengan ayat-ayat Allah dan hak-Nya, agar lebih mengedepankan
keridloan Allah dan agar menjauhi musuh-musuh agama-Nya yaitu kalangan ahli ta’thil,
ahli syirik dan penganut kekafiran yang nyata, dan diapun menampakkan taubat
dan penyesalan….).
Dan
berkata tentang masuknya orang-orang ‘Utsmaniyyin ke Jazirah (Arab) tahun 1289
H: (Barangsiapa telah mengetahui hal pokok ini –yaitu tauhid–, tentu dia
mengetahui bahaya fitnah-fitnah yang terjadi di zaman sekarang ini dengan sebab
kedatangan pasukan Turki, dan dia mengetahui bahwa fitnah ini bisa
menghancurkan, merobohkan dan menghilangkan pondasi tauhid ini secara total,
dan menyebabkan nampaknya kemusyrikan dan kekafiran yang nyata, serta meningginya
bendera-bendera kekafiran yang diusungnya….).
Dan dalam hal ini
beliau memiliki sya’ir:
Pimpinan kaum mendatangkan kaum Turki sebagai
Negara
Untuk melakukan perbuatan orang yang angkuh
terhadap millatul Islam
Mereka berjalan dengan ahli syirik dan pasrah
terhadap mereka
Dan datang dengan mereka dari kalangan para
pendusta dan tukang sihir
Dan jadilah kekuasaan bagi kaum Rafidlah dan
kaum musyrikin
Dan berdirilah di atas mereka pasar-pasar
kebejatan dan kemungkaran
Dan kembalilah berdirilah milik mereka untuk
liwath dan pelacuran
Pondok-pondok yang disinggahi oleh setiap orang
yang bejat
Berceceranlah ikatan agama dan terurai
tali-talinya
Dan iapun disia-siakan di antara para pasukan
durjana
Kalian berikan kesetiaan kepada penghuni neraka
dengan kedunguan
Dan kalian orang yang paling pertama kafir
terhadap agama Allah
Silahkan tanya kepada penduduk Ahsa, apakah kamu
beriman
Kepada hal ini dan apa yang dimuat oleh
lembaran-lembaran kebenaran?
Dan beliau memiliki
sya’ir lainnya:
Tatkala nampak datang pasukan kesesatan seraya
menghancurkan
Pilar petunjuk dan ajaran-ajaran yang penuh
kebaikan
Kaum yang mabuk yang tidak sadar pula
penyesalannya
Mereka kembali dengan membawa kerugian sepanjang
zaman kehidupan
Kaum yang engkau lihat mereka berbondong menuju
majelis
Yang di dalamnya penuh kebejatan dan segala
kekafiran yang dekat
Bahkan di sana hukum kaum nashrani menjadi
pemegang putusan
Dengan meninggalkan nash yang datang di dalam Al
Qur’an
Maka lihatlah sungai-sungai kekafiran yang
meluap-luap
Yang telah menghantam syari’at Allah Yang Maha
Pemurah.
4) Syaikh Hamd Ibnu
‘Atiq rahimahullah (Wafat 1301 H)
Sesungguhnya
beliau rahimahullah tergolong ulama yang
paling keras sikapnya terhadap Daulah 'Utsmaniyyah ini, dan silahkan lihat
surat-surat yang saling silih bergantian antara beliau dengan Syaikh
Abdullathif Ibnu Abdurrahman Ibnu Hasan dalam jilid ke tujuh dari Ad Durar Assaniyyah,
dan saya telah menuturkan sebagiannya. Tatkala pasukan Daulah 'Utsmaniyyah yang
kafir itu masuk ke Jazirah Arab, maka sebagian para pengkhianat dan orang-orang
badui yang sesat masuk ke dalam barisan mereka. Sebagaimana Syaikh Sulaiman
Ibnu Abdullah menulis kitab Ad Dalaail tatkala orang-orang ‘Utsmaniyyah
masuk ke Jazirah Arab di zamannya prihal hukum membantu mereka, maka Syaikh
Hamd rahimahullah ta’ala menulis kitab yang beliau namai Sabilun
Najah Wal Fikak Min Muwalatil Murtaddin Wal Atrak
prihal pengkafiran orang yang membantu pasukan yang dinamakan pasukan
negara Islam ini!!
5) Syaikh Abdullah Ibnu
Abdillathif rahimahullah (Wafat 1339 H)
Beliau
rahimahullah ditanya tentang orang yang tidak mengkafirkan
Daulah 'Utsmaniyyah dan orang yang mengundang mereka datang menyerang kaum
muslimin dan dia memilih perwalian kepada mereka dan bahwa wajib berjihad
bersama mereka. Sedang orang yang lain adalah tidak berpendapat seperti itu,
namun menurut dia bahwa Daulah 'Utsmaniyyah ini dan orang yang mengundangnya
adalah bughat dan tidak halal dari mereka kecuali apa yang halal dari bughat
serta bahwa apa yang dighanimah dari orang-orang arab badui yang bergabung
dengan mereka adalah haram. Maka Syaikh menjawab: (Orang
yang tidak mengetahui kekafiran daulah ini dan dia tidak membedakannya dengan
bughat dari kalangan kaum muslimin, maka dia itu tidak mengetahui makna laa
ilaaha illallaah. Kemudian bila beserta itu semua dia meyakini
bahwa daulah adalah kaum muslimin, maka dia itu lebih dasyat dan lebih parah,
dan inilah keraguan prihal kekafiran orang yang telah kafir kepada Allah dan menyekutukan-Nya,
sedangkan orang yang mengundang mereka dan membantu mereka terhadap kaum
muslimin dengan bentuk bantuan apa saja, maka ia adalah kemurtaddan yang
nyata…)
6) Syaikh Sulaiman Ibnu
Sahman rahimahullah (Wafat 1349 H).
Beliau rahimahullah
berkata di dalam sya’irnya:
Apa yang dikatakan tentang Turki prihal sifat
kekafiran mereka
Maka itu benar, mereka tergolong yang paling
kafir di dalam semua ajaran
Permusuhan dan kejahatan mereka kepada kaum
muslimin
Adalah melambung dalam kesesatan di atas semua
agama
Barangsiapa tawalli kepada kaum kafir maka dia
seperti mereka
Dan tak diragukan pengkafirannya menurut orang
yang memahami
Dan siapa yang kadang muwalah dan cenderung
kepada mereka
Maka tak diragukan kefasiqannya sedang dia dalam
ketakutan.
7. Syaikh Abdullah Ibnu
Muhammad Ibnu Sulaim rahimahullah (Wafat 1351 H).
Beliau
rahimahullah duduk di sore hari (di pojok Mesjid Jami)
menunggu shalat Maghrib, sedangkan di shaf terdepan ada orang-orang yang tidak
mengetahui keberadaan dan kehadiran Syaikh di sana, maka salah seorang dari
mereka berbicara kepada kawannya seraya berkata: Telah sampai berita kepada
kami bahwa Daulah 'Utsmaniyyah telah jaya dan panji-panjinya telah menang, dan
diapun mulai memuji daulah itu. Kemudian tatkala Syaikh telah selesai
melaksanakan shalat dengan orang-orang, maka beliau memberikan wejangan dengan
wejangan yang menyentuh, dan beliau mencela ‘Utsmaniyyin dan mencela orang yang
mencintai dan memuji mereka:
(Wajib atas
orang yang telah mengatakan ucapan itu untuk bertaubat dan menyesal, dan dien
macam apa bagi orang yang mencintai orang-orang kafir dan dia senang dengan
kejayaan dan kemajuan mereka?! Dan bila orang muslim tidak menisbatkan dirinya
kepada kaum muslimin maka kepada siapa dia menisbatkan dirinya?)
8) Syaikh Husen Ibnu
‘Ali Ibnu Nafisah berkata di dalam sya’irnya:
Hai Negara Turki semoga tidak kembali kejayaan
kalian
Atas kami dan semoga kalian tidak kembali di
negeri kami
Kalian berkuasa, terus kalian malah menyelisihi
jalan Nabi kami
Dan kalian legalkan segala kemungkaran dan
minuman khamr
Kalian jadikan syi’ar kaum musyrikin sebagai
syi’ar kalian
Maka kalian lebih cepat menuju kemusyrikan
daripada mereka
Kalian jadikan ajaran nashrani sebagai acuan
Maka kotoran di atas kotoran besar kalian
memikulnya
Enyahlah kalian, binasalah kalian dan rugilah
kalian
Dan juga orang yang bergabung dan bersanding
dengan kalian.
9) Syaikh Abdurrahman
Ibnu Abdillathif Ibnu Abdillah Ibnu Abdillathif Alu Asy Syaikh berkata:
(Dan
sudah maklum bahwa Daulah Turkiyyah 40 itu adalah negara watsaniyyah (paganisme)
yang menganut syirik dan bid’ah-bid’ah, serta mereka melindunginya).
PASAL
Jelaslah dari uraian yang lalu bahwa aimmah
dakwah itu memandang kekafiran Daulah
'Utsmaniyyah dan bahwa ia adalah Darul
Harbi. Dan ini adalah nampak jelas –yaitu kekafiran Daulah
'Utsmaniyyah– dan saya tidak meyakini seorangpun yang membaca atau mendengar
apa yang mereka anut berupa kemusyrikan atau dia membaca apa yang dikatakan
oleh para aimmah dakwah dalam sikapnya terhadap daulah ini, dan
masih tersisa di dalam dirinya keraguan terhadap status Daulah 'Utsmaniyyah
ini. Dan kalau dia masih ragu terhadap vonis ini maka dia tidak terlepas dari
salah satu dari tiga hal:
1. Dia menuduh bodoh aimmah dakwah.
2. Tauhid baginya adalah nomor dua.
3. Atau dia itu orang yang mengingkari realita
yang dia ketahui.
Kami memohon kepada Allah keikhlasan, mutaba’ah,
ilmu dan amal. Dan semoga shalawat dan salam Allah limpahkan kepada Nabi kita
Muhammad, keluarganya serta para sahabatnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar