Sesungguhnya
Allah Tidak Akan Menyia-Nyiakan Pahala Orang-Orang Yang Berbuat Kebaikan
Dahulu
sebelum Fathu (penaklukan) Mosul, kebiasaan Rafidhah Irak adalah mengerahkan
ribuan tentara dan polisi mereka untuk melintas di gurun Anbar Dan Badiyah
Jazirah, Demi mencari kamp-kamp Daulah Islam dan tempat-tempat persembunyian
pasukannya. Itu adalah konvoi-konvoi besar yang terkadang mencapai ratusan
kendaraan baja, dengan gambaran berupa unjuk kekuatan (militer), sedang harapan
setiap perwira dan pasukan mereka adalah agar di jalan mereka tidak berpapasan
dengan satu mujahid pun karena bisa-bisa mereka terpaksa untuk kontak senjata
dengannya. Kemudian biasanya agresi tersebut diakhiri dengan foto-foto para
komandannya di tengah lembah atau dekat puing-puing perkampungan, yang
memungkinkan bagi mereka untuk mengklaim bahwa tempat-tempat tersebut
terindikasi dilewati oleh pasukan Daulah Islam saat itu.
Dan
biasanya euforia unjuk kekuatan yang kosong tersebut berakhir dengan kejutan
yang menimpa Murtaddin, jauh dari tempat-tempat kemenangan yang mereka klaim,
dimana mereka dikejutkan unit Intelijen Mujahidin dengan hantaman-hantaman
keras pada berbagai distrik kuat di dalam Baghdad, Mosul, Samara', Karkuk Dan
Ba'qubah, agar mereka terbangun sekali lagi dari mimpi-mimpi indahnya, atas
berbagai petaka mengejutkan yang menumbangkan para komandan keamanan dan
militer mereka, serta memaksa mereka untuk menghimpun ulang kekuatan dan
mengorganisir formasi mereka, kemudian bertolak kembali ke gurun, menuju mimpi
baru berupa kemenangan mutlak terhadap Daulah Islam.
Sungguh
orang yang mengamati dalam hal agresi-agresi tersebut, di mana saat ini para
Rafidhah kembali mengulangi uslubnya secara terus menerus dan dengan skala
besar-besaran, ia akan mendapati bahwasanya itu adalah strategi yang lemah
serta sebuah pilihan yang tiada pilihan lainnya. Jika (tidak begitu) berarti
gantinya adalah mereka harus duduk saja di pangkalan dan barak mereka, sembari
menunggu roket dan mortar jatuh menimpa mereka, atau perjalanan mereka dihadang
oleh IED dan Ambush (Penyergapan).
Disaat
yang sama, sungguh agresi-agresi ini menjadi permisalan bagi mereka berupa
suatu bentuk dari penguasaan terhadap (hamparan) bumi yang mana mereka berupaya
untuk menjaganya. Dengan terputusnya ini semua, maka distrik-distrik yang mana
saat ini pasukan Daulah Islam melakukan pergerakan di dalamnya, dikategorikan
sebagai jatuh secara militer. Sehingga para Murtaddin terkepung pada
distrik-distrik perkotaan yang mana mereka berupaya untuk mengamankannya, lalu
sedikit demi sedikit berubah menjadi benteng-benteng (dipenuhi) rasa takut,
jika pasukan Daulah Islam menyerangnya kembali. Begitu pula hal Yang paling
ditakutkan oleh Rafidhah dan koalisi Salibis mereka saat ini adalah berubahnya
Mujahidin dalam penyebaran mereka dari pasukan berkapasitas kecil yang
melancarkan sejumlah serangan militer dengan kekuatan terbatas, kepada
pembentukan pasukan semi terorganisir yang -dengan izin Allah- mampu untuk
melakukan operasi-operasi (militer) terkordinasi skala menengah bahkan skala
besar dari segi jangkauan dan tabiat sasarannya.
Karena
itu dengan berbagai agresi yang dilakukan secara terus menerus mereka berupaya
untuk membuat Mujahidin tetap dalam kondisi selalu berpindah-pindah serta
terbagi dan terpencar, lewat pengejaran yang terus menerus dengan jangka
panjang serta mencegah mereka dari membuat tempat-tempat menetap dengan mencari
dan menghancurkannya, dan juga mempersempit mereka dengan mencegah mereka agar
tidak bisa menerima sejumlah besar Muhajirin yang menuju mereka, khususnya pada
area-area operasi yang berdekatan dengan kota-kota dan jalan-jalan pusat.
Begitulah
kita dapati para Rafidhah sekarang ini, tidaklah mereka mendengar suatu tenda
berdiri di Padang Sahara melainkan mereka menggerakkan konvoi-konvoi mereka ke
arahnya untuk memastikan bahwa yang bernaung di tenda bukan dari pasukan
Khilafah, Dan jika ada Intel yang mengabari mereka bahwa ia melihat beberapa
orang pada daerah pegunungan tandus, maka mereka melakukan operasi penyisiran
lantaran takut jika mereka itu termasuk dari Mujahidin Daulah Islam. Rasa takut
ini tidak hanya sebatas pada Rafidhah di Irak saja, bahkan alhamdulillah
menyeluruh terhadap jiwa-jiwa Kuffar dan Murtaddin di berbagai tempat. Sejak
dideklarasikannya Khilafah mereka selalu dalam kondisi siaga, tidak
henti-hentinya pernyataan yang mereka klaim berupa kemenangan akhir terhadap
Daulah Islam, yang mana mereka sendiri sudah tahu sebelum yang lainnya, bahwa
klaim mereka hanyalah sekedar kedustaan yang tidak berguna sama sekali terhadap
realitanya.
Untuk
itulah hendaknya Mujahidin Daulah Islam bergembira dengan keutaaman yang besar
ini, dari Rabb mereka Jalla Jalaaluh, karena hanya sekedar rayah (panji) mereka
menjulang tinggi, telah menjadikan sumber kemarahan, ketakutan dan kecemasan,
dan menyebabkan Kuffar kepayahan dan terkuras (energinya) dan juga menjadikan
mereka melakukan pergerakan terus menerus.
Semua
hal tersebut yang mereka masukkan ke dalam hati musuh-musuh Allah, adalah
terhitung jihad di jalan Allah Ta'ala, dengannya mereka akan memperoleh pahala
kebaikan, dengannya iman mereka akan semakin besar, dengannya semua perbuatan
buruk mereka akan diampuni, dan dengannya pula derajat mereka akan diangkat.
Barang kali mereka menganggap hal tersebut hanya biasa-biasa saja, karena mereka
mengarah kepada amalan yang lebih besar dan lebih tinggi, serta lebih
memberikan nikayah (kerugian) dan lebih keras bagi musuh-musuh Allah Rabb
semesta 'alam. Lalu bagaimakah jika hal tersebut berkumpul dengan apa-apa yang
menimpa mereka berupa kelaparan, ketakutan, kegundahan dan kegelisahan,
sedangkan mereka tetap berpegang teguh dengan Dien (Agama) mereka, menggengam
erat Tauhid mereka?
Allah
berfirman: "Tidak sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang
Arab Badui yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah
(berperang) dan tidak patut (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka
daripada mencintai diri Rasul. Yang demikian itu ialah karena mereka tidak
ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak (pula)
menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang Kafir, dan tidak
menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka
dengan yang demikian itu suatu amal shalih. Sesungguhnya Allah tidak
menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS.
At-Taubah : 120-121)
Maka
hendaknya mereka yakin, bahwasanya dengan izin Allah mereka mendapat
pertolongan dari Rabb mereka dengan (menanamkan) rasa takut (pada diri musuh)
dan pasukan yang dikehendaki-Nya. Bisa jadi seorang Mujahid lemah penolongnya,
sedikit bantuannya, terbatas perbekalan dan amunisinya, pesawat-pesawat Salibis
berputar-putar di atas kepalanya, gerombolan Murtaddin mengepungnya, dia
memandang bahwa dirinya itu tertindas dan terus diburu, sedangan dalam
pandangan musuhnya ia adalah salah satu dari ksatria yang hampir-hampir hendak
menaklukkan kota kembali, jiwa-jiwa mereka terpatahkan di hadapannya, tidak
kuat untuk tegar di hadapan langkahnya yang ganas lagi menggentarkan. Maka
hendaknya mereka berusaha untuk lebih banyak menteror musuh-musuh mereka,
hendaknya mereka bersungguh-sungguh untuk lebih banyak menggentarkan
musuh-musuh mereka, dan hendaknya mereka bersabar atas apa saja yang menimpa
mereka di jalan Allah Ta'ala, karena semua amalan mereka tidak lain adalah
ibadah, dan buahnya tidak lain adalah kebaikan dan tambahan. Sungguh Rabb
mereka yang Maha Suci telah berfirman: "Dan Katakanlah: "Beramallah
kalian, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat
pekerjaan kalian itu, dan kelak kalian akan dikembalikan kepada (Allah) yang
Mengetahui akan yang ghoib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kalian
apa yang telah kalian kerjakan". (QS. At-Taubah : 105)
Buletin Pekanan an-Naba' - Seri 192 Kamis 22 Dzul Qa'dah 1440 H
Diterjemahkan oleh: MEDIA DAKWAH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar