9/03/2019

Allah Tidak Akan Menyia-Nyiakan Pahala Orang Yang Berbuat Kebaikan


Sesungguhnya Allah Tidak Akan Menyia-Nyiakan Pahala Orang-Orang Yang Berbuat Kebaikan


Dahulu sebelum Fathu (penaklukan) Mosul, kebiasaan Rafidhah Irak adalah mengerahkan ribuan tentara dan polisi mereka untuk melintas di gurun Anbar Dan Badiyah Jazirah, Demi mencari kamp-kamp Daulah Islam dan tempat-tempat persembunyian pasukannya. Itu adalah konvoi-konvoi besar yang terkadang mencapai ratusan kendaraan baja, dengan gambaran berupa unjuk kekuatan (militer), sedang harapan setiap perwira dan pasukan mereka adalah agar di jalan mereka tidak berpapasan dengan satu mujahid pun karena bisa-bisa mereka terpaksa untuk kontak senjata dengannya. Kemudian biasanya agresi tersebut diakhiri dengan foto-foto para komandannya di tengah lembah atau dekat puing-puing perkampungan, yang memungkinkan bagi mereka untuk mengklaim bahwa tempat-tempat tersebut terindikasi dilewati oleh pasukan Daulah Islam saat itu.

Dan biasanya euforia unjuk kekuatan yang kosong tersebut berakhir dengan kejutan yang menimpa Murtaddin, jauh dari tempat-tempat kemenangan yang mereka klaim, dimana mereka dikejutkan unit Intelijen Mujahidin dengan hantaman-hantaman keras pada berbagai distrik kuat di dalam Baghdad, Mosul, Samara', Karkuk Dan Ba'qubah, agar mereka terbangun sekali lagi dari mimpi-mimpi indahnya, atas berbagai petaka mengejutkan yang menumbangkan para komandan keamanan dan militer mereka, serta memaksa mereka untuk menghimpun ulang kekuatan dan mengorganisir formasi mereka, kemudian bertolak kembali ke gurun, menuju mimpi baru berupa kemenangan mutlak terhadap Daulah Islam.

Sungguh orang yang mengamati dalam hal agresi-agresi tersebut, di mana saat ini para Rafidhah kembali mengulangi uslubnya secara terus menerus dan dengan skala besar-besaran, ia akan mendapati bahwasanya itu adalah strategi yang lemah serta sebuah pilihan yang tiada pilihan lainnya. Jika (tidak begitu) berarti gantinya adalah mereka harus duduk saja di pangkalan dan barak mereka, sembari menunggu roket dan mortar jatuh menimpa mereka, atau perjalanan mereka dihadang oleh IED dan Ambush (Penyergapan).

Disaat yang sama, sungguh agresi-agresi ini menjadi permisalan bagi mereka berupa suatu bentuk dari penguasaan terhadap (hamparan) bumi yang mana mereka berupaya untuk menjaganya. Dengan terputusnya ini semua, maka distrik-distrik yang mana saat ini pasukan Daulah Islam melakukan pergerakan di dalamnya, dikategorikan sebagai jatuh secara militer. Sehingga para Murtaddin terkepung pada distrik-distrik perkotaan yang mana mereka berupaya untuk mengamankannya, lalu sedikit demi sedikit berubah menjadi benteng-benteng (dipenuhi) rasa takut, jika pasukan Daulah Islam menyerangnya kembali. Begitu pula hal Yang paling ditakutkan oleh Rafidhah dan koalisi Salibis mereka saat ini adalah berubahnya Mujahidin dalam penyebaran mereka dari pasukan berkapasitas kecil yang melancarkan sejumlah serangan militer dengan kekuatan terbatas, kepada pembentukan pasukan semi terorganisir yang -dengan izin Allah- mampu untuk melakukan operasi-operasi (militer) terkordinasi skala menengah bahkan skala besar dari segi jangkauan dan tabiat sasarannya.

Karena itu dengan berbagai agresi yang dilakukan secara terus menerus mereka berupaya untuk membuat Mujahidin tetap dalam kondisi selalu berpindah-pindah serta terbagi dan terpencar, lewat pengejaran yang terus menerus dengan jangka panjang serta mencegah mereka dari membuat tempat-tempat menetap dengan mencari dan menghancurkannya, dan juga mempersempit mereka dengan mencegah mereka agar tidak bisa menerima sejumlah besar Muhajirin yang menuju mereka, khususnya pada area-area operasi yang berdekatan dengan kota-kota dan jalan-jalan pusat.

Begitulah kita dapati para Rafidhah sekarang ini, tidaklah mereka mendengar suatu tenda berdiri di Padang Sahara melainkan mereka menggerakkan konvoi-konvoi mereka ke arahnya untuk memastikan bahwa yang bernaung di tenda bukan dari pasukan Khilafah, Dan jika ada Intel yang mengabari mereka bahwa ia melihat beberapa orang pada daerah pegunungan tandus, maka mereka melakukan operasi penyisiran lantaran takut jika mereka itu termasuk dari Mujahidin Daulah Islam. Rasa takut ini tidak hanya sebatas pada Rafidhah di Irak saja, bahkan alhamdulillah menyeluruh terhadap jiwa-jiwa Kuffar dan Murtaddin di berbagai tempat. Sejak dideklarasikannya Khilafah mereka selalu dalam kondisi siaga, tidak henti-hentinya pernyataan yang mereka klaim berupa kemenangan akhir terhadap Daulah Islam, yang mana mereka sendiri sudah tahu sebelum yang lainnya, bahwa klaim mereka hanyalah sekedar kedustaan yang tidak berguna sama sekali terhadap realitanya.

Untuk itulah hendaknya Mujahidin Daulah Islam bergembira dengan keutaaman yang besar ini, dari Rabb mereka Jalla Jalaaluh, karena hanya sekedar rayah (panji) mereka menjulang tinggi, telah menjadikan sumber kemarahan, ketakutan dan kecemasan, dan menyebabkan Kuffar kepayahan dan terkuras (energinya) dan juga menjadikan mereka melakukan pergerakan terus menerus.

Semua hal tersebut yang mereka masukkan ke dalam hati musuh-musuh Allah, adalah terhitung jihad di jalan Allah Ta'ala, dengannya mereka akan memperoleh pahala kebaikan, dengannya iman mereka akan semakin besar, dengannya semua perbuatan buruk mereka akan diampuni, dan dengannya pula derajat mereka akan diangkat. Barang kali mereka menganggap hal tersebut hanya biasa-biasa saja, karena mereka mengarah kepada amalan yang lebih besar dan lebih tinggi, serta lebih memberikan nikayah (kerugian) dan lebih keras bagi musuh-musuh Allah Rabb semesta 'alam. Lalu bagaimakah jika hal tersebut berkumpul dengan apa-apa yang menimpa mereka berupa kelaparan, ketakutan, kegundahan dan kegelisahan, sedangkan mereka tetap berpegang teguh dengan Dien (Agama) mereka, menggengam erat Tauhid mereka?

Allah berfirman: "Tidak sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab Badui yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah (berperang) dan tidak patut (pula) bagi mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri Rasul. Yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan, kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak (pula) menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang Kafir, dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh, melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu suatu amal shalih. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan." (QS. At-Taubah : 120-121)

Maka hendaknya mereka yakin, bahwasanya dengan izin Allah mereka mendapat pertolongan dari Rabb mereka dengan (menanamkan) rasa takut (pada diri musuh) dan pasukan yang dikehendaki-Nya. Bisa jadi seorang Mujahid lemah penolongnya, sedikit bantuannya, terbatas perbekalan dan amunisinya, pesawat-pesawat Salibis berputar-putar di atas kepalanya, gerombolan Murtaddin mengepungnya, dia memandang bahwa dirinya itu tertindas dan terus diburu, sedangan dalam pandangan musuhnya ia adalah salah satu dari ksatria yang hampir-hampir hendak menaklukkan kota kembali, jiwa-jiwa mereka terpatahkan di hadapannya, tidak kuat untuk tegar di hadapan langkahnya yang ganas lagi menggentarkan. Maka hendaknya mereka berusaha untuk lebih banyak menteror musuh-musuh mereka, hendaknya mereka bersungguh-sungguh untuk lebih banyak menggentarkan musuh-musuh mereka, dan hendaknya mereka bersabar atas apa saja yang menimpa mereka di jalan Allah Ta'ala, karena semua amalan mereka tidak lain adalah ibadah, dan buahnya tidak lain adalah kebaikan dan tambahan. Sungguh Rabb mereka yang Maha Suci telah berfirman: "Dan Katakanlah: "Beramallah kalian, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaan kalian itu, dan kelak kalian akan dikembalikan kepada (Allah) yang Mengetahui akan yang ghoib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan". (QS. At-Taubah : 105)


Buletin Pekanan an-Naba' - Seri 192 Kamis 22 Dzul Qa'dah 1440 H

Diterjemahkan oleh: MEDIA DAKWAH

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...