DAULAH ISLAM, PENGULANGAN SEJARAH DAN
PENGGENAPAN NUBUWWAH
(BAGIAN 1)
Oleh: Abu Usamah JR
سَنُرِيْهِمْ
آيَاتِنَا فِيْ الْآفَاقِ وَفِي أَنْفُسِهِمْ حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُ
الْحَقُّ، أَوَلَمْ يَكْفِ بِرَبِّكَ أَنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ شَهِيْدٌ
“Kami
akan memperlihatkan kepada mereka tanda‑tanda
(kebesaran) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga
jelaslah bagi mereka bahwa Al‑Qur’an
itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas
segala sesuatu?” (QS.
Fussilat [41] : 53)
Sesungguhnya segala peristiwa yang
terjadi di alam semesta ini adalah tanda kebesaran Allah dan sebagai cara Allah
untuk menunjukkan kebenaran al‑Qur’an.
Maka tidaklah terjadi suatu peristiwa di alam semesta ini melainkan akan
semakin menunjukkan kebenaran dienullah. Sehingga apa yang telah dikabarkan
oleh Allah dan rasulNya akan terjadi di alam semesta ini untuk menunjukkan
kebenaran dari kabar tersebut. Memahami dengan benar apa yang telah Allah dan rasulNya
kabarkan dan menjadi panduan bagi kaum muslimin untuk tidak tersesat dalam mengarungi
kehidupan ini.
Perjalanan sejarah umat Islam di
dunia ini telah dikabarkan oleh Rasulullah akan peristiwa-peristiwa yang akan
dilaluinya. Adakalanya peristiwa‑peristiwa
tersebut adalah semacam pengulangan dari peristiwa yang pernah dialami oleh
generasi Islam pertama. Dan peristiwa tersebut satu demi satu menjadi penggenap
dari apa yang telah dinubuwwahkan oleh Rasulullah.
Sehingga rangkaian peristiwa tersebut
seakan adalah potongan‑potongan
puzzle yang saling menggenapi untuk menampakkan wujud sebuah gambar. Dan kini
kita tengah hidup di akhir zaman yang dengan karunia Allah kita menjadi saksi
sejarah kembalinya Khilafah Islamiyah. Maka sungguh kembalinya Khilafah
Islamiyah ‘ala minhajin nubuwwah pada zaman ini adalah pengulangan sejarah
sebelumnya sekaligus penggenapan dari nubuwwah Rasulullah dikarenakan
kembalinya Khilafah ‘ala minhajin nubuwwah sudah dikabarkan oleh Rasulullah
sejak 14 abad yang lalu.
Dikarenakan kembalinya Khilafah
Islamiyah adalah pengulangan sejarah dan penggenapan nubuwwah, maka peristiwa‑peristiwa yang menyertainya juga
merupakan pengulangan sejarah dan penggenapan nubuwwah Rasulullah. Di antara
peristiwa‑peristiwa
besar yang terjadi pada hari ini yang memiliki hubungan erat dengan Khilafah
Islamiyah adalah peristiwa hijrah dan jihad. Dua peristiwa tersebut adalah
peristiwa terpenting yang mengiringi sejarah kembalinya Khilafah Islamiyah di
era ini. Dan dua peristiwa tersebut adalah pengulangan sejarah sebelumnya dan penggenapan
nubuwwah Rasulullah akan kembalinya kejayaan Islam.
Peristiwa terpenting pertama yang
tidak bisa dipisahkan dari kembalinya Khilafah Islamiyah di era ini adalah
hijrahnya kaum muslimin dari berbagai belahan bumi ke wilayah Khilafah. Para muhajirin
menuju wilayah Khilafah Islamiyah dengan harapan bisa hidup di bawah naungan syari’at
Islam dan berjihad untuk membela Khilafah. Peristiwa yang sama telah terjadi
ketika Daulah Islam pertama tegak di Madinah dibawah kepemimpinan Muhammad
shallallahu ‘alaihi wasallam. Kaum muslimin dari Makkah dan tempat lain
berbondong‑bondong
hijrah ke Madinah demi untuk menyelamatkan agama mereka dan melanjutkan
perjuangan menegakkan dienullah.
Dan ternyata, peristiwa dan kejadian
yang dialami oleh kaum muslimin yang hijrah ke wilayah Khilafah Islamiyah pada
hari ini, juga pernah dialami oleh kaum muslimin generasi pertama ketika berhijrah
ke Madinah. Apa yang dicapai oleh kaum muhajirin generasi pertama di Madinah,
juga dicapai oleh kaum muhajirin di Syam pada hari ini. Hijrahnya kaum muslimin
pada hari ini ke Syam juga ternyata adalah bagian dari penggenapan nubuwwah
Rasulullah. Bahkan dari hijrahnya kaum muslimin ke Syam akan diikuti secara
berlanjut dengan penggenapan nubuwwah yang lain.
Jika kaum muslimin dahulu di halang‑halangi oleh kaum kafir ketika
berangkat hijrah baik ke Habasyah maupun ke Madinah, maka demikian juga hari
ini ketika kaum muslimin hendak hijrah ke Syam atau ke wilayah Khilafah
lainnya. Ada banyak kisah tentang dihalanginya kaum muslimin dahulu ketika
hendak berhijrah ke Habasyah atau ke Madinah. Di antaranya adalah:
1.
Kaum musyrikin Quraisy mengirimkan delegasi yang terdiri dari Amr bin al‑Ash dan Abdullah bin Abi Rabi’ah ke
Habasyah untuk menemui Raja Najasyi.
Tujuan dari
pengiriman delegasi ini adalah untuk membujuk Raja Najasyi agar mengembalikan
kaum muslimin yang telah berhijrah ke Habasyah ke Madinah. Kaum musyrikin
Quraisy tidak senang melihat kaum muslimin mendapatkan tempat bernaung untuk
secara bebas menjalankan agamanya. Namun upaya kaum musyrikin ini gagal. Bahkan
di kemudian hari, Raja Najasyi pun memeluk Islam.
2.
Kaum musyrikin Quraisy menghalangi keluarga Abu Salamah untuk berhijrah ke
Madinah.
Pihak
keluarga Ummu Salamah tidak mengizinkan Ummu Salamah menyertai suaminya untuk berhijrah
ke Madinah. Akhirnya Abu Salamah pun ke Madinah seorang diri dengan
meninggalkan istrinya di bawah kekuasaan keluarga dari pihak istri, sedang
anaknya Salamah di bawah kekuasaan keluarga Abu Salamah. Setelah kepergian
suaminya untuk berhijrah, maka Ummu Salamah setiap hari dari pagi hingga petang
pergi ke suatu tempat yang bernama Al‑Abthah
dan ia menangis disana. Setelah berlalu setahun, salah seorang kerabat Ummu
Salamah tidak tega melihat kondisinya lalu berkata, “Tidakkah kalian keluarkan
wanita yang sengsara ini? Kalian telah memisahkan antara dirinya, suaminya dan
putranya!” Mereka pun akhirnya berkata kepada Ummu Salamah, “Susullah suamimu
jika kau mau.” Lalu dia meminta putranya dikembalikan dari tangan keluarga
suaminya. Akhirnya Ummu Salamah dan putranya berangkat menuju Madinah, sebuah
perjalanan berjarak sekitar 500 Km. Tidak ada seorang makhluk Allah pun yang
menyertainya, hingga ia sampai di Tan’im. Disini ia bertemu dengan Utsman bin
Thalhah bin Abi Thalhah yang kemudian membantu mengantarnya ke Madinah. Tatkala
Utsman sudah bisa melihat Quba’, ia berkata, “Di perkampungan inilah suamimu
itu. Masuklah, semoga Allah memberkatimu.” Kemudian Utsman pun kembali menuju Mekkah.
3.
Shuhaib bin Sinan ar‑Rumi
berhijrah setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam.
Ketika hendak
berhijrah, kaum kafir Quraisy berkata kepadanya, “Saat kamu datang kemari
kondisimu miskin dan hina. Lalu hartamu menjadi banyak ketika berada di negeri
kami. Dan sekarang kamu telah mencapai kekayaan seperti kondisimu saat ini.
Apakah setelah ini semua kamu akan kabur begitu saja membawa harta dan jiwamu?
Demi Allah hal itu tidak boleh terjadi!” Shuhaib bin Sinan ar‑Rumi kemudian berkata kepada kaum
kafir Quraisy, “Bagaimana
pendapat kalian jika aku serahkan semua hartaku kepada kalian, apakah kalian
akan membiarkanku pergi?” Mereka pun menjawab, “Baiklah”. Shuhaib pun berkata
kembali, “Sesungguhnya aku telah menyerahkan hartaku ini kepada kalian.”
Hal tersebut
sampai ke telinga Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan Beliau pun
bersabda, “Mudah‑mudahan
Shuhaib mendapatkan keberuntungan, mudah‑mudahan
Shuhaib mendapatkan keberuntungan.”
4.
Kaum kafir Quraisy melakukan upaya pemulangan paksa Iyasy bin Abi Rabi’ah yang
hijrah sampai ke Madinah.
Atas tipu
daya Abu Jahal dan Al‑Harits
akhirnya Iyasy dibawa kembali ke Makkah dalam kondisi terikat. Setelah sampai
di Makkah lantas Abu Jahal dan Al‑Harits
berkata, “Wahai
penduduk Makkah, beginilah yang harus kalian lakukan terhadap orang‑orang bodoh di kalangan kalian!
Seperti yang kami lakukan terhadap orang‑orang
bodoh di kalangan kami.”
Itulah beberapa contoh perlakuan kaum
kafir dalam menghalangi kaum muslimin generasi pertama yang hendak berhijrah.
Namun demikian kaum muslimin tetap berbondong‑bondong
berhijrah. Sebagian mereka mengikuti sebagian yang lain.
Apa yang pernah dilakukan oleh kaum
kafir dahulu dalam menghalangi kaum muslimin dari berhijrah, juga dilakukan
oleh kaum kafir hari ini. Mereka menghalangi kaum muslimin yang hendak
berhijrah ke Syam. Bahkan kaum kafir saling bahu‑membahu
antar negara demi mencegah kaum muslimin dari berhijrah. Namun demikian tidak
mematahkan semangat kaum muslimin yang hendak berhijrah ke bumi Syam. Setiap
hari kaum muslimin dari berbagai negara tetap berbondong‑bondong mencoba untuk berhijrah ke
Syam.
Penguasa kafir negeri ini (Indonesia)
termasuk yang aktif menghalangi kaum muslimin dari berhijrah ke wilayah Daulah
Islam di Syam.
Membuat opini yang menyesatkan dan
black campaign tentang Daulah Islam kepada kaum muslimin di negeri ini, adalah
salah satu upaya untuk menghalangi kaum muslimin dari mendukung Daulah Islam
dan dari berhijrah ke bumi Syam. Media dan para ulama corong thagut menggambar
Daulah Islam sebagai kelompok radikal, teroris, khawarij dan segudang sematan buruk
lainnya. Bahkan intelijen thaghut mengawasi kaum muslimin yang diduga mendukung
Daulah Islam dan diduga hendak berhijrah ke Syam.
Telah banyak kisah pilu dari kaum
muslimin negeri ini yang hendak berhijrah ke negeri Syam dan digagalkan oleh
aparat thaghut. Banyak kaum muslimin yang telah sampai di Turki yang ditangkap
oleh aparat thaghut Turki. Kemudian mereka dideportasi oleh pihak Turki dan diserahkan
ke pihak thaghut Indonesia. Tidak sedikit kemudian di antara kaum muslimin yang
dideportasi kemudian dipidanakan oleh thaghut dan dijerat undang‑undang anti‑terorisme. Minimal thaghut negeri ini
akan mencabut paspor kaum muslimin yang yang berhasil dideportasi. Dengan
dicabutnya paspor maka akan menghalangi kaum muslimin dari upaya mereka untuk kembali
mencoba berhijrah ke Syam.
Kaum kafir dulu dan sekarang sama‑sama tidak menginginkan kaum muslimin
memiliki tempat bernaung untuk menjalankan ajaran diennya secara bebas. Mereka
menghalangi kaum muslimin dari upaya menegakkan Islam di negeri sendiri. Dan
mereka juga menghalangi dari berhijrah ke wilayah Daulah Islam demi keinginan
hidup di bawah naungan syari’at Islam. Sebab yang diinginkan kaum kafir adalah
kaum muslimin menjadi murtad dengan mengikuti agama / ideologi mereka.
Maka kaum kafir akan berupaya keras
untuk menghalangi manusia dari jalan Allah. Hal tersebut sebagai mana
firmanNya:
وَلَا
يَزَالُوْنَ يُقَاتِلُوْنَكُمْ حَتَّى يَرُدُّوْكُمْ عَنْ دِيْنِكُمْ إِنِ
اسْتَطَاعُوا
“… Mereka tidak akan berhenti memerangi kamu sampai kamu
murtad (keluar) dari agamamu, jika mereka sanggup.”
(QS. Al‑Baqarah
[2]: 217)
Dengan berhasil hijrahnya kaum
muslimin ke wilayah Daulah Islam sesungguhnya itu merupakan kemenangan Islam
dan kaum muslimin. Hal tersebut sebagai mana firmanNya:
الَّذِيْنَ
آَمَنُوا وَهَاجَرُوا وَجَاهَدُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللهِ بِأَمْوَالِهِمْ
وَأَنْفُسِهِمْ أَعْظَمُ دَرَجَةَ عِنْدَ اللهِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْفَائِزُوْنَ
“Orang‑orang
yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah, dengan harta dan jiwa
mereka adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah. Mereka itulah orang‑orang yang memperoleh kemenangan.”
(QS. At‑Taubah
[9]: 20)
Allah ‘azza wa jalla menyebutkan
bahwa seorang mukmin yang berhijrah termasuk orang yang memperoleh kemenangan.
Kaum mukminin yang berhijrah memperoleh kemenangan, baik kemenangan secara
individu maupun kemenangan secara jama’i. Sebab dengan hijrah terselamatkannya
iman seorang mukmin, tersatukannya potensi kaum muslimin di wilayah hijrah sehingga
semakin kuat, terus berlanjutnya cita‑cita
dan usaha perjuangan, kaum muslimin memiliki negara yang berdaulat dan menjadi
titik balik perjuangan Islam menuju kemenangan-kemenangan selanjutnya. Seluruh
kemenangan tersebut telah diperoleh oleh kaum muslimin yang hari ini telah
berhijrah ke Syam.
Hijrahnya kaum beriman ke Syam pada
hari ini, disamping pengulangan sejarah, ia juga merupakan penggenapan nubuwwah
Rasulullah. Sebab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menyebutkan
tentang akan berhijrahnya kaum beriman ke Syam pada akhir zaman. Hal tersebut
sebagaimana disebutkan dalam hadits:
Abdullah bin Amr radhiyallahu ‘anhu
berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
“Akan ada hijrah setelah hijrah. Orang‑orang
terbaik di muka bumi adalah mereka yang tinggal di tempat hijrahnya Nabi
Ibrahim (Syam). Lalu yang akan tersisa di bumi (selain Syam) adalah seburuk‑buruk manusia. Bumi memuntahkan
mereka, Allah akan membenci mereka, dan api akan mengumpulkan mereka bersama
kera dan babi.” (Hadits
hasan diriwayatkan oleh Ahmad, Abu Daud dan al‑Hakim)
Perkataan Rasulullah “… Lalu yang
akan tersisa di bumi (selain Syam) adalah seburuk‑buruk
manusia (sampai akhir hadits)” mengacu kepada periode setelah “Allah
mengirimkan angin lembut yang mencabut nyawa setiap orang yang memiliki iman
dalam hatinya walau seberat biji sawi. Kemudian yang tersisa hanyalah mereka
yang tidak memiliki kebaikan apapun dalam diri mereka.” (HR. Muslim, shahih)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
rahimahullah berkata: “Islam pada saat mendekati hari kiamat akan lebih
berwujud di Syam… jadi orang‑orang
terbaik di muka bumi pada akhir zaman adalah mereka yang tinggal di tempat
hijrahnya Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, yang mana itu adalah Syam.” (Majmu
Fatawa)
Ibnu Taimiyah
juga berkata, “Demikian pula hadits ini berisi tentang penjelasan bahwa hijrah yang
dilakukan sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menuju Madinah,
karena hijrah itu dilakukan dimana para Nabi itu berada dan meninggalkan
dampak. Dan bumi tempat hijrah Nabi Ibrahim ‘alaihissalam, telah bagi kita
setara dengan bumi hijrah Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Karena hijrah menuju Madinah telah berhenti setelah penaklukan Makkah.” (Majmu
Fatawa).
Jika pada hari ini Khilafah Islamiyah
kembali tegak di Syam, sehingga ia menjadi tempat hijrahnya kaum beriman, maka
sungguh ia bukan faktor kebetulan. Namun ini adalah skenario Allah Rabb semesta
alam untuk menggenapi nubuwwah Rasulullah. Allah ‘azza wa jalla sedang
menggiring dan mengumpulkan orang‑orang
beriman untuk menuju Syam. Sebab akan ada peristiwa-peristiwa besar di Syam yang akan
terjadi atas kaum beriman sebagaimana yang telah dikabarkan oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam.
Maka para muhajirin dan mujahidin di
Syam pada hari ini, kita berharap bahwa mereka adalah kaum terbaik dari umat
ini. InSyaa Allah, mereka adalah orang‑orang
yang akan menjadi pelaku sejarah pada peristiwa‑peristiwa
yang akan terjadi di bumi Syam sebagaimana yang dikabarkan oleh Rasulullah. Dan
kita berharap mereka adalah orang‑orang
yang akan menjadi pilar dan tonggak kembalinya kejayaan Islam. Semoga Allah
memudahkan aku, kalian dan semua orang beriman untuk sampai ke bumi Syam.
Aamiin.
Wallahua’lam,
17
Jumadil’ula 1438H
Bersambung…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar