9/19/2019

Wajibnya Mengikuti AL-QUR’AN dan SUNNAH


Wajibnya Mengikuti
AL-QUR’AN dan SUNNAH


Sesungguhnya kewajiban seluruh manusia adalah mematuhi perintah Rabb langit dan bumi dan perintah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang diutus sebagai rahmat bagi seluruh manusia; mencampakkan setiap perkataan yang menyelisihi Al-Kitab dan As-Sunnah tanpa penentangan atau pembangakangan. Karena itu merupakan bentuk kesempurnaan kepatuhan yang merupakan salah satu syarat laa ilaaha illallaah.

Tidak ada tauhid tanpa adanya ketaatan kepada Alloh dan Rasul-Nya. Tidak ada kemenangan dan keberuntungan tanpa adanya mendahulukan Al-Kitab dan As-Sunnah atas berbagai pendapat manusia. Pendapat manusia bisa ditolak dan bisa diterima. Setiap orang perkataannya bisa diambil dan bisa ditolak selain Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, yang diutus membawa Al-Furqan (Al-Qur’an, pembeda kebenaran dan kebatilan). Setiap ulama besar pasti punya berbagai pendapat yang tidak disukai oleh Ulin Nuha dan Abshar (orang-orang yang berakal dan cerdas). Orang yang berbahagia adalah yang berpegang teguh dengan dua wahyu (Al-Qur’an dan As-Sunnah) meski orang-orang awam tidak menyukainya. Sedangkan orang yang celaka adalah yang mencampakkan keduanya demi berpegang teguh dengan berbagai pendapat manusia.

Sahl bin Abdullah berkata, “Kalian harus berpegang teguh dengan atsar dan sunnah. Sesungguhnya saya khawatir akan tiba suatu zaman yang tidak lama lagi jika ada seseorang menyebut Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan perintah untuk mengikuti beliau dalam seluruh ihwalnya orang-orang akan mencelanya, lari darinya, berlepas diri darinya, merendahkannya dan menghinakannya.”

Al-‘Allamah Sulaiman bin Abdullah bin Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahumullah berkata, “Semoga Alloh merahmati Sahl, betapa benar firasatnya. Firasatnya benar-benar telah terjadi bahkan lebih besar, yaitu seseorang divonis kafir karena ia memurnikan tauhid dan mutaba’ah (pengikutan kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam); memerintahkan pemurnian ibadah hanya kepada Alloh, meninggalkan ibadah kepada selain-Nya, memerintahkan taat kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan berhakim kepada beliau baik dalam urusan kecil maupun besar.”

Alloh Jalla wa ‘Ala memerintahkan kita taat kepada Rasul-Nya dalam sekitar 33 tempat dari kitab-Nya, maka tidak halal menyelisihinya. Karena itu merupakan kesesatan dan penentangan kepada Alloh dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam.

Alloh Ta'ala bersumpah dengan diri-Nya sendiri dalam surat An-Nisa bahwa mereka tidak beriman sampai berhakim kepada Nabi yang ummi dalam segala urusan baik yang kecil maupun yang besar. Alloh Ta'ala berfirman,

فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُوْنَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيْمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوا فِي أَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيْمًا

Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”
[QS. An-Nisa (4): 65].

Alloh Tabaroka wa Ta’ala tidak mewajibkan kepada setiap individu manusia taat kepada seseorang dari sisi personalnya kecuali hanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Alloh Ta'ala berfirman,

وَأَطِيْعُوا اللهَ وَالرَّسُوْلَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ
“Dan taatilah Alloh dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat.”
[QS. Ali Imran (3): 132].

Dalam ayat ini Alloh Ta'ala memerintahkan para hambanya taat kepada-Nya dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam. Hukum asal perintah adalah wajib berdasarkan pendapat yang paling benar kecuali ada dalil lain yang memalingkannya menjadi sunnah. Dan di sini tidak ada. Bahkan banyak ayat lainnya yang menegaskan wajibnya hal ini. Kemudian sudah menjadi sesuatu yang maklum jika sudah terbukti bahwa hukum asal perintah menunjukkan wajib maka siapa saja yang menyelisihinya berdosa dan bermaksiat kepada Alloh dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam, karena menyelisihi perintah merupakan suatu bentuk maksiat. Alloh Ta'ala berfirman,

فَلْيَحْذَرِ الَّذِيْنَ يُخَالِفُوْنَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيْبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيْبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيْمٌ

“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih.” [QS. An-Nuur (24): 63]. Alloh mengancam siapa saja yang menyelisihi perintah akan tertimpa cobaan atau azab yang pedih.

Imam Ahmad rahimahullah berkata, “Tahukah kamu tahu apakah fitnah itu? Fitnah itu adalah kesyirikan. Barangkali jika ia menolak sebagian firman-Nya hatinya akan tertimpa sedikit kesesatan yang berujuang akan membinasakannya.”
Alloh Ta'ala berfirman,

قُلْ أَطِيْعُوا اللهَ وَأَطِيْعُوا الرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا عَلَيْهِ مَا حُمِّلَ وَعَلَيْكُمْ مَا حُمِّلْتُمْ وَإِنْ تُطِيْعُوهُ تَهْتَدُوْا وَمَا عَلَى الرَّسُوْلِ إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِيْنُ

Katakanlah: "Taat kepada Alloh dan taatlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Alloh) dengan terang.".”
[QS. An-Nuur (24): 54].

Dalam ayat ini terdapat perintah dari Alloh Ta'ala untuk taat kepada-Nya dan Rasul-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam. Kemudian sesungguhnya Alloh Ta'ala berfirman, Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk, petunjuk tidak akan diraih kecuali dengan taat kepada-Nya. Karena dalam ayat ini ada kata kerja sebagai syarat dan sekaligus ada jawabnya. Jawab syarat tidak akan terjadi kecuali dengan kata kerja syarat. Jika kata kerja syaratnya tidak terjadi maka jawabnya juga tidak terjadi.

Atas dasar ini petunjuk tidak akan bisa didapat kecuali dengan adanya ketaatan kepada-Nya. Jika ketaatan kepada-Nya ada maka petunjuk akan didapat, kalau tidak ada maka petunjuk juga tidak mungkin didapat. Oleh karena itu dalam surat Al-Ahzab Alloh menjanjikan bagi siapa saja yang taat kepada-Nya dan kepada Rasul-Nya akan mendapatkan kemenangan dan keberuntungan. Alloh Ta'ala berfirman,

وَمَنْ يُطِعِ اللهِ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
“Dan barangsiapa mentaati Alloh dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” [QS. Al-Ahzab (33): 71].

Alloh Ta'ala juga berfirman memvonis siapa saja yang mendurhakai-Nya dan Rasul-Nya sebagai orang sesat dengan kesesatan yang nyata,

وَمَنْ يَعْصِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ ضَلَّ ضَلَا لًا مُبِيْنًا
“Dan barangsiapa mendurhakai Alloh dan Rasul-Nya maka sungguhlah dia telah sesat, sesat yang nyata.” [QS. Al-Ahzab (33): 36].

Alloh Ta'ala berfirman memerintahkan kita mengambil semua perkataan Rasulullah SAW dan menerimanya tanpa ragu-ragu,

وَمَا آَتَاكُمُ الرَّسُوْلُ فَخُذُوْهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوْا
Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah.[QS. Al-Hasyr (59): 7].

Adapun hadits-hadits yang menunjukkan wajibnya taat kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan mengambil sunnahnya sangat banyak jumlahnya. Diantaranya yang dicantumkan dalam Shahih Bukhari dan Muslim dari hadits Anas bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

مَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِيْ فَلَيْسَ مِنِّي
“BARANG SIAPA YANG MEMBENCI SUNNAHKU
MAKA BUKAN TERMASUK GOLONGANKU.”

Demikian pula yang tercantum dalam Shahih Bukhari dari hadits Abu Hurairah bahwa Nabi SAW bersabda,

كُلُّ أُمَّتِي يَدْخُلُوْنَ الْجِنَّةَ، إِلَّا مَنْ أَبَى، قَالُوْا يَأ رَسُولَ اللهِ وَمَنْ يَأْبَى قَالَ: مَنْ أَطَاعِنِيْ دَخَلَ الْجَنَّةَ، وَمَنْ عَصَانِي فَقَدْ أَبَى

“Seluruh umatku akan masuk surga kecuali yang menolaknya.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah siapakah gerangan orang yang menolaknya?” Beliau,
“Barang siapa yang taat kepadaku pasti masuk surga dan 
Barang siapa mendurhakaiku sungguh ia telah menolak.”


Source:
Al-Haqq wa Al-Yaqin
Tentang
Memusuhi Para Thaghut dan Orang-Orang Murtad

Penulis : Abu Abdirrahman Al-Atsary, 1422H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...