9/29/2019

PARA PENDUSTA YANG MENGAKU BERIMAN


PARA PENDUSTA
YANG MENGAKU BERIMAN
Oleh: Abu Usamah JR

“Dan diantara manusia ada yang berkata, “Kami beriman kepada Allah dan hari akhir”. Padahal sesungguhnya mereka bukanlah orangorang yang beriman. Mereka menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanyalah menipu diri sendiri tanpa mereka sadari.” (QS. AlBaqarah: 89).

Allah ‘azza wa jalla menyebutkan ada orangorang yang mengaku dan merasa dirinya telah beriman. Namun sesungguhnya pengakuan iman mereka dusta dan ditolak oleh Allah. Bahkan Allah menyebut mereka sebagai pendusta yang mencoba menipu Allah dan orangorang beriman. Padahal yang tertipu dengan pengakuan mereka yang dusta tiada lain adalah diri mereka sendiri.

Keadaan manusia yang demikian telah ada dan banyak pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam masih hidup. Lalu bagaimana dengan keadaan manusia pada akhir zaman ini? Tentu keadaannya lebih parah, sebab tidaklah berlalu suatu zaman melainkan zaman sesudahnya lebih buruk dari zaman sebelumnya. Bahkan boleh jadi para pendusta yang mengaku beriman pada zaman ini menjadi umat mayoritas, sedangkan mereka yang beriman dengan sebenarnya menjadikelompok minoritas lagi terasing. Sebab masa keterasingan Islam akan kembali sebagaimana keadaan awal kedatangan Islam yang asing.

Dan boleh jadi mereka yang mengaku beriman namun keimanannya ditolak oleh Allah, adalah orangorang yang mengaku beriman namun ia tidak mengetahui makna hakikat iman yang benar. Atau dia mengetahui tuntutan dari keimanan dan konsekwensinya, namun dia enggan untuk memenuhi tuntutan dan konsekwensi keimanan tersebut. Jika keadaan mereka yang mengaku beriman seperti salah satu dari dua hal diatas maka statusnya sama, yaitu pengakuan imannya dusta. Yang pertama tidak diudzur karena ketidaktahuannya dalam perkara pokok iman, yang keduapun tidak diudzur karena pembangkangannya.

Maka sesungguhnya mengetahui persoalan iman dan kafir adalah persoalan terpenting yang diketahui untuk pertama kali oleh setiap hamba. Sebab dengan mengetahui persoalan ini seorang hamba akan memilih dengan pengetahuan dan kesadarannya antara iman atau kafir. Dan sesungguhnya semua hukum di dalam Islam dibangun di atas persoalan iman dan kafir. Kebodohan dalam persoalan ini pada diri seseorang akan berdampak pada rusaknya amalamal dia dalam Islam.

Dan diantara kerusakan besar akibat kebodohan seorang hamba dalam memahami iman dan kafir, adalah dia mengakui dirinya beriman namun dia tidak mengetahui hakikat iman. Akibatnya dia mengaku beriman namun konsekuensi dari keimanan tidak dilaksanakan. Dengan keadaan yang demikian pada hakekatnya ia tidak beriman.

Diantara orangorang yang berdusta dalam pengakuan imannya adalah:

1. Mengaku beriman tapi membenarkan ajaran selain Islam.

“Sesungguhnya agama (yang diridloi) disisi Allah adalah Islam.” (QS. Ali Imran: 19).

Ayat diatas bermakna bahwa Allah tidak pernah meridloi ajaran apapun selain Islam. Dan ajaran apapun selain Islam adalah ajaran kebatilan. Konsekwensi dari orang yang mengaku sebagai seorang muslim atau mukmin adalah meyakini bahwa ajaran yang benar hanyalah Islam dan selainnya adalah kebatilan. Maka dia hanya ridho/puas dan merasa cukup dengan ajaran Islam saja dan tidak merasa membutuhkan dengan ajaran selainnya. Sebab Islam adalah ajaran yang telah sempurna sehingga ia tidak membutuhkan tambahan, revisi ataupun pengurangan.

Namun ditengah mewabahnya kebodohan dikalangan umat Islam, banyak diantara umat yang tidak bisa membedakan antara ajaran Islam dan ajaran kekafiran. Akibatnya mereka kemudian membenarkan dan mengikuti paham atau ajaran selain Islam. Padahal konsekwensi dari penerimaan dia terhadap ajaran selain Islam adalah mengakibatkan batalnya keislaman pada dirinya. Namun dengan keadaan dia yang demikian ia tetap merasa atau mengaku dirinya adalah orang beriman. Padahal sekiranya dia paham akan persoalan iman dan kafir, dia akan tahu bahwa dirinya telah murtad.

Contoh yang paling nyata dalam hal ini adalah orangorang yang mengaku dirinya beriman, dia melaksanakan perbuatanperbuatan iman seperti sholat, puasa, zakat dan yang lainnya, namun dia membenarkan dan mengikuti ajaran demokrasi. Padahal demokrasi adalah ajaran kekafiran, yang berkonsekwensi pada murtadnya seseorang yang membenarkan atau mengikuti ajaran demokrasi. Para pengikut dan penikmat demokrasi diantara mereka meyakini bahwa dirinya adalah seorang mukmin, karena dia masih sholat, puasa serta melaksanakan ajaran Islam lainnya.

Padahal pengakuan iman mereka dusta, karena ia telah melakukan perbuatan yang merusak atau membatalkan keimanan mereka.

Demokrasi hanyalah salah satu dari ajaran kekafiran yang jika seorang muslim membenarkannya akan berakibat pada kemurtadan atas pelakunya. Dan mayoritas para pengikut demokrasi yang mengaku muslim tidak paham akan hakekat demokrasi. Disinilah pentingnya seorang muslim mengetahui persoalan iman dan kafir, agar ia tidak menjadi kafir tanpa sadar.

2. Mengaku mukmin tapi rela berhukum dengan hukum thoghut.

“Tidaklah engkau (Muhammad) memperhatikan orangorang yang mengaku bahwa mereka telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu dan kepada apa yang diturunkan sebelummu?, Tetapi mereka masih menginginkan ketetapan hukum kepada thoghut, padahal mereka telah diperintahkan untuk mengingkari thoghut itu. Dan setan bermaksud menyesatkan mereka dengan kesesatan yang sejauhjauhnya. (QS. AnNisa: 60).

Pada ayat diatas Allah ‘azza wa jalla mengungkapkan keheranannya kepada orangorang yang mengaku beriman kepada kitabkitab Allah, namun mereka masih mau berhukum dengan hukum thoghut. Padahal salah satu konsekwensi dari beriman kepada kitab AlQuran adalah menjadikannya sebagai petunjuk, pedoman, rujukan hukum dan pemutus perkara diantara mereka. Namun pada kenyataannya mereka justru menjadikan hukum buatan manusia yang diberlakukan oleh penguasa thoghut sebagai rujukan dan pemutus perkara diantara mereka.

Padahal dengan kerelaan mereka berhukum dengan hukum thoghut, menunjukkan akan ketidak ridhoan mereka dengan hukum yang telah Allah turunkan berupa AlQuran.

Itulah keadaan dari sebagian besar kaum muslimin yang jahil terhadap agamanya. Dimana mereka mengaku mengimani AlQuran namun menolak menjadikan AlQuran sebagai sumber hukum dan pemutus perkara diantara mereka. Bahkan mereka juga turut menjadi penentang atas ditegakkannya hukum syariat Islam. Dan mereka ridho pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum bagi mereka, dan KUHP buatan penjajah Belanda sebagai pemutus perkara diantara mereka. Maka sungguh aneh keadaan para pendusta yang mengaku dirinya beriman itu. Iman seperti apa dan bagaimanakah yang dipahami oleh otak mereka yang sudah rusak itu?

3. Mengaku mukmin tapi beriman kepada sebagian ajaran Islam tapi mengingkari sebagian yang lainnya.

“Sesungguhnya orangorang yang ingkar kepada Allah dan RasulRasulNya, dan bermaksud membedabedakan antara (keimanan kepada) Allah dan RasulNya, dengan mengatakan, “Kami beriman kepada sebagian dan kami mengingkari sebagian (yang lain)”, serta bermaksud mengambil jalan tengah (iman atau kafir), merekalah orangorang kafir yang sebenarnya. Dan kami sediakan untuk orangorang kafir itu adzab yang menghinakan.” (QS. AnNisa: 150151).

Sebagian besar dari mereka yang mengaku beriman beranggapan bahwa dia sudah menjadi mukmin yang taat dengan melaksanakan sholat, puasa, zakat, haji dan melakukan ibadahibadah ritual lainnya. Dengan melakukan ibadahibadah tersebut mereka meyakini bahwa dirinya telah menjadi seorang mukmin yang sempurna. Inilah keadaan sebagian besar kaum muslimin di negeri ini. Dimana mereka memahami bahwa ajaran Islam hanya sebatas ibadah ritual yang tidak ada kaitannya dengan sistem sosial.

Akibat dari pemahaman yang demikian mereka menolak ketika ada pihak yang memperjuangkan Islam sebagai sistem kenegaraan dan sosial. Mereka beranggapan bahwa seorang muslim tidak wajib untuk menegakkan hukum syariat Islam dalam sebuah sistem kenegaraan. Sebab dalam anggapan mereka agama dan negara adalah dua hal yang berbeda. Inilah pemikiran sekularisme yang kini banyak dianut oleh mereka yang mengaku muslim.

Jika seorang muslim membenarkan paham sekularisme itu berarti sama dengan mereka menerima Jika seorang muslim membenarkan paham sekularisme itu berarti sama dengan mereka menerima ajaran Islam yang sebagian dan menolak sebagian yang lainnya. Mereka menerima ajaran Islam sebagai aturan dalam ibadah ritual, namun menolak ajaran Islam sebagai sistem hukum, politik, kenegaraan dan sosial. Padahal Islam adalah ajaran yang sempurna yang mengatur urusan ibadah seorang hamba dengan Rabbnya, dan juga mengatur urusan kehidupan manusia dari urusan pribadi, rumah tangga, sosial hingga negara. Maka konsekwensi dari pengakuan dirinya sebagai seorang muslim adalah menerima semua ajaran Islam baik secara global maupun terperinci.

Fenomena kemurtadan / kekafiran berupa penolakan sebagian ajaran Islam dan menerima sebagian yang lainnya nampak sangat jelas di negeri ini. Mereka yang mengaku muslim menegakkan sholat, puasa Romadhon dan yang lainnya, namun mereka menolak ditegakkannya hukum syariat Islam. Lihatlah apa yang dilakukan oleh mereka yang mengaku sebagai kaum santri, namun mereka menyatakan ikrar setia kepada ideologi syirik dan menolak tegaknya sistem khilafah di negeri ini. Dengan perbuatannya mereka meyakini bahwa itulah yang diajarkan oleh Islam.

Pengakuan seorang muslim akan keimanannya, namun ia menolak Islam sebagai aturan hukum, sosial dan negara, adalah pengakuan iman yang dusta. Sebab seorang muslim dituntut untuk menerima dan melaksanakan semua ajaran Islam dalam seluruh sisi kehidupan. Penolakan terhadap satu atau sebagian dari ajaran Islam sama dengan menolak seluruh ajaran Islam. Siapa yang menolak satu atau sebagian dari ajaran Islam sama halnya dengan menolak seluruh ajaran Islam. Siapa yang menolak satu atau sebagian ajaran Islam maka dia kafir, meskipun dia menerima sebagian ajaran Islam lainnya dan meskipun dia mengaku muslim.

4. Mengaku mukmin tapi mengangkat orang kafir sebagai pemimpin.

“Wahai orangorang yang beriman!, Janganlah kamu menjadikan orang yahudi dan nasrani sebagai pemimpinmu, mereka satu sama lain sebagai pemimpin bagi yang lain, barangsiapa diantara kamu menjadikan mereka sebagai pemimpin, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka. Sungguh Allah tidak memberi petunjuk kepada orangorang dzalim. (QS. AlMaidah: 51).

Allah ‘azza wa jalla melarang orangorang beriman menjadikan orang kafir sebagai pemimpin. Konsekwensi dari mengangkat orang kafir sebagai pemimpin menjadikan pelakunya sama kafirnya dengan yang diangkat sebagai pemimpin. Termasuk orang kafir adalah para pemimpin / penguasa yang memberlakukan hukum selain hukum Allah. Dan kini karena meratanya kebodohan, banyak orangorang yang mengaku beriman mendatangi tempattempat pemungutan suara untuk berpartisipasi mengangkat orangorang kafir sebagai pemimpin.

Maka jika ada orangorang yang mengaku beriman, namun ia dengan sukarela turut berpartisipasi dalam mengangkat orangorang kafir sebagai pemimpin, hal ini menunjukkan kedustaan dia dalam pengakuan imannya. Meskipun boleh jadi perbuatannya tersebut karena kebodohannya ataupun karena pembangkangannya.

5. Mengaku beriman tapi berkasih sayang dan saling membantu dengan kaum kafir.

“Engkau (Muhammad) tidak akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan “Engkau (Muhammad) tidak akan mendapatkan suatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orangorang yang menentang Allah dan RasulNya, sekalipun orangorang itu bapaknya, anaknya, saudaranya atau keluarganya. (QS. AlMujadilah: 22).

Allah ‘azza wa jalla meniadakan keimanan atas orangorang yang berkasih sayang dengan orang-orang kafir, meskipun orang tersebut mengaku beriman. Perbuatan mereka yang secara dzahir menampakkan kasih sayang dengan orangorang kafir menunjukkan akan hakekat kekafiran batin mereka. Maka jika hari ini kita melihat penguasa Saudi, penguasa Turki, penguasa Mesir dan penguasa negara Arab lainnya, bekerjasama dengan Amerika dalam rangka memerangi Daulah Islam, itu menunjukkan secara pasti kafirnya para penguasa tersebut secara lahir dan batin. Dan mereka sama sekali tidak diudzur atas perbuatannya tersebut.

Dan begitu pula dipastikan kekafirannya atas orangorang yang mengaku beriman namun mereka menjadi bala tentara bagi penguasa thoghut. Termasuk mereka yang menjadi penolongpenolong thoghut dari kalangan sipil seperti para ulama su’, wartawan dan para ahli, yang turut membantu menguatkan para penguasa tersebut, mereka semua adalah orangorang kafir. Meskipun mereka mengaku mukmin, mengaku mencintai Islam dan menampakkan perbuatanperbuatan iman, namun itu semua bukan penghalang dari dikafirkannya mereka.

Jika kemudian semua orangorang yang telah disebut sebelumnya adalah orangorang kafir dan pengakuan iman mereka dusta, lalu seperti apakah orang mukmin sebenarnya yang pengakuan mereka benar?. Inilah jawabannya:

Allah ‘azza wa jalla berfirman:

“Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga) kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau berikan dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS. AnNisa: 65).

Dalam ayat diatas Allah ‘azza wa jalla hanya akan mengakui keimanan seseorang dengan tiga syarat, yaitu:

Ø  Berhukum dengan hukum yang dibawa oleh Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ø  Tidak ada rasa keberatan dalam hati dengan hukum tersebut.
Ø  Menerima sepenuhnya setiap ketentuan dari hukum yang dibawa oleh Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut.

Jika saja salah satu dari tiga syarat tersebut tidak ada, maka keimanan seorang hamba ditolak, meskipun dia mengaku beriman dan mengaku mencintai Islam.

Allah ‘azza wa jalla berfirman:

“Dan tidaklah pantas bagi lakilaki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah “Dan tidaklah pantas bagi lakilaki yang mukmin dan perempuan yang mukmin, apabila Allah dan RasulNya telah menetapkan suatu ketetapan akan ada pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barangsiapa mendurhakai Allah dan RasulNya, maka sungguh dia telah tersesat dengan kesesatan yang nyata.” (QS. AlAhzab: 36).

Allah telah menyebutkan bahwa tidaklah mungkin seseorang akan berpaling dari aturan dan ketetapan Allah dan RasulNya dengan memilih diluar apa yang telah ditetapkan oleh Allah dan RasulNya. Maka tidalah mungkin seorang mukmin akan meninggalkan ajaran dan hukum Islam, kemudian ia memilih ajaran demokrasi dan hukum buatan manusia. Bahkan, jika dia melakukannya, itu menunjukkan kedustaan pengakuan mereka, dan Allah menyebut mereka sebagai orang yang telah tersesat dengan kesesatan yang jauh. Sehingga seorang mukmin yang benar adalah yang mentaati semua ketetapan Allah dan RasulNya baik dalam persoalan ibadah maupun muamalah, dengan ketaatan yang penuh dengan ketulusan dan tanpa ada keberatan sedikitpun.


Wallahu a’lam.

13 Jumadil Ula 1438 H.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...