KEMENANGAN ITU
HANYA MILIK ORANG YANG BERTAUHID
Oleh :Abu Usamah JR
Allah Yang Maha Perkasa telah
menetapkan bahwa kekalahan dan kehancuran pasti akan menimpa kaum yang kafir.
Adapun kemenangan pada akhirnya akan menjadi milik bagi orang-orang beriman. Meskipun
bisa jadi terwujudnya kemenangan tersebut setelah melalui waktu yang cukup
panjang. Hal tersebut mengandung hikmah yang hanya diketahui oleh Allah ‘azza
wa jalla saja.
Dipergilirkannya masa kejayaan dan
kehancuran suatu kaum adalah ketetapan Allah sebagai ujian bagi manusia. Namun
kemenangan hakiki tetaplah menjadi milik orang‑orang
beriman sebagai janji yang benar dari Allah ‘azza wa jalla. Dan boleh jadi
kemenangan yang diraih oleh orang-orang beriman setelah melalui masa yang
panjang dan dinikmati oleh sekian generasi setelahnya. Atau kemenangan tersebut
tidak didapatkan dalam kehidupan di dunia, namun kemenangan hakiki diraih
sehingga menjadi orang‑orang yang
beruntung pada kehidupan di akhirat.
Allah
‘azza wa jalla berfirman :
وَلَقَدۡ سَبَقَتۡ
كَلِمَتُنَا لِعِبَادِنَا ٱلۡمُرۡسَلِينَ ١٧١
إِنَّهُمۡ لَهُمُ ٱلۡمَنصُورُونَ ١٧٢ وَإِنَّ جُندَنَا لَهُمُ ٱلۡغَٰلِبُونَ
١٧٣
“Dan
sesungguhnya telah tetap janji Kami kepada hamba‑hamba Kami yang menjadi rasul,
(yaitu) sesungguhnya mereka itulah yang pasti mendapat pertolongan. Dan
sesungguhnya tentara Kami itulah yang pasti menang.”
(QS Ash Shaffat :171‑173).
Inilah yang menjadi ketetapan Allah
bahwa pertolongan‑Nya hanya
bagi para hamba‑Nya. Dan kemenangan
hanya milik tentara‑tentara
Allah,mereka itu adalah para muwahidin. Namun kemenangan yang dimaksud harus
dipahami dalam arti yang luas dan tidak membatasi pada kemenangan yang sifatnya
duniawi. Dan juga harus dipahami kemenangan dalam arti kemenangan yang hakiki.
Sebab bisa jadi seseorang tidak memperoleh kemenangan di dunia dalam arti
kejayaan, namun ia memperoleh kemenangan secara hakiki dan mendapatkan kemenangan
di akhirat.
Seorang yang bertauhid lantas dia
berjuang untuk tingginya kalimat Allah dan tidak memiliki niat lain kecuali untuk
itu,ia tetap diatas jalan tersebut,maka apapun yang terjadi atas dirinya adalah
kemenangan. Jika ia gugur dalam perjuangannya maka ia pun menang. Dan kemudian
islam diberi kemenangan dan tegak di muka bumi, maka berarti itu kemenangan
bagi dirinya juga.
Maka kategori kemenangan bagi seorang
muwahid memiliki cakupan makna yang luas baik secara hakiki maupun secara
maknawi. Diantara kemenangan yang diperoleh oleh muwahidin dalam perjuangan ini
adalah :
1. Kemenangan
berupa keteguhan dalam keimanan.
Seorang
mukmin yang berjihad di jalan Allah ketika ia berada di atas niat dan tujuan
yang benar, maka dalam tahap ini saja ia sudah termasuk kategori orang yang
menang. Sebab itu artinya ia telah membuktikan kebenaran pengakuan imannya.
Dimana salah satu bukti dari kebenaran pengakuan iman seseorang adalah dengan
jihad di jalan Allah. Hal tersebut sebagaimana firman‑Nya :
إِنَّمَا
ٱلۡمُؤۡمِنُونَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ لَمۡ
يَرۡتَابُواْ وَجَٰهَدُواْ بِأَمۡوَٰلِهِمۡ وَأَنفُسِهِمۡ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِۚ
أُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلصَّٰدِقُونَ ١٥
“Sesungguhnya
orang‑orang
yang beriman itu hanyalah orang‑orang
yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul‑Nya, kemudian mereka tidak ragu‑ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan
harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang‑orang yang benar.”
(QS Al Hujurat : 15).
Dan
tidaklah seseorang akan mendapatkan keamanan di akhirat kecuali mereka yang
beriman dengan bersih tanpa dicampuri dengan kesyirikan. Jihad di jalan Allah
menjadi bukti bagi seseorang dalam merealisasikan tauhid dengan benar. Sebab
dengan berjihad seseorang telah membuktikan penyerahan jiwa dan raganya hanya
untuk Allah semata. Sehingga tidak ada yang bisa menghalanginya dari
melaksanakan ketaatan kepada Allah. Dan inilah tauhid yang bersih dari syirik
ketaatan kepada siapa pun.
Jihad
juga sebagai bukti bagi seseorang dalam merealisasikan makna kecintaan yang sesungguhnya.
Bahwa tidak ada yang lebih dicintai kecuali Allah dan siap mengorbankan apa pun
demi dzat yang dicintai tersebut. Dan jihad menjadi pembuktian seseorang dalam
membuktikan makna cinta karena Allah sebagai konsekuensi dari tauhid. Tidak
adanya syirik dalam kecintaan salah satunya dibuktikan oleh seseorang dengan
berjihad.
Allah
berfirman tentang orang yang beriman dengan benar dengan firman‑Nya :
وَمِنَ
ٱلنَّاسِ مَن يَتَّخِذُ مِن دُونِ ٱللَّهِ أَندَادٗا يُحِبُّونَهُمۡ كَحُبِّ ٱللَّهِۖ
وَٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓاْ أَشَدُّ حُبّٗا لِّلَّهِۗ وَلَوۡ يَرَى ٱلَّذِينَ
ظَلَمُوٓاْ إِذۡ يَرَوۡنَ ٱلۡعَذَابَ أَنَّ ٱلۡقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعٗا وَأَنَّ ٱللَّهَ
شَدِيدُ ٱلۡعَذَابِ ١٦٥
“Dan diantara
manusia ada orang‑orang
yang menyembah tandingan‑tandingan
selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun
orang‑orang
yang beriman amat sangat cintanya kepada Allah. Dan jika seandainya orang‑orang yang berbuat zalim itu mengetahui
ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan
Allah semuanya, dan bahwa Allah amat berat siksaan‑Nya (niscaya mereka menyesal).”
(QS Al Baqarah : 165).
Allah
menyebutkan bahwa orang yang beriman dengan benar adalah orang yang memiliki
kecintaan yang sangat besar kepada Allah. Dan dengan berjihad seseorang telah
membuktikan tentang besarnya kecintaan dirinya kepada Allah. Dan itu juga
sebagai bukti bahwa dirinya bukan termasuk orang yang fasik. Yaitu mereka yang
lebih mencintai yang lainnya daripada Allah, Rasul dan dari berjihad di jalan‑Nya. Hal tersebut sebagaimana firman‑Nya :
قُلۡ
إِن كَانَ ءَابَآؤُكُمۡ وَأَبۡنَآؤُكُمۡ وَإِخۡوَٰنُكُمۡ وَأَزۡوَٰجُكُمۡ
وَعَشِيرَتُكُمۡ وَأَمۡوَٰلٌ ٱقۡتَرَفۡتُمُوهَا وَتِجَٰرَةٞ تَخۡشَوۡنَ كَسَادَهَا
وَمَسَٰكِنُ تَرۡضَوۡنَهَآ أَحَبَّ إِلَيۡكُم مِّنَ ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ
وَجِهَادٖ فِي سَبِيلِهِۦ فَتَرَبَّصُواْ حَتَّىٰ يَأۡتِيَ ٱللَّهُ بِأَمۡرِهِۦۗ
وَٱللَّهُ لَا يَهۡدِي ٱلۡقَوۡمَ ٱلۡفَٰسِقِينَ ٢٤
“Katakanlah:
“jika bapa‑bapa,
anak‑anak,
saudara‑saudara,
isteri‑isteri,
kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu
khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu
cintai dari Allah dan Rasul‑Nya
dan dari berjihad di jalan‑Nya,
maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan‑Nya”. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang‑orang
yang fasik.” (QS At Taubah : 24).
Dengan
demikian jihad menjadi pembuktian bahwa seseorang telah mentauhidkan Allah
dengan benar.Dimana tidak ada yang diibadahi dengan penuh ketaatan dan
kecintaan serta penuh pengharapan tanpa ada sekutu bagi‑Nya. Sedangkan orang yang mentauhidkan
Allah tanpa bercampur dengan kesyirikan adalah orang yang mendapatkan
kemenangan dan keamanan di akhirat. Hal tersebut sebagaimana firman‑Nya :
ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ
وَلَمۡ يَلۡبِسُوٓاْ إِيمَٰنَهُم بِظُلۡمٍ أُوْلَٰٓئِكَ لَهُمُ ٱلۡأَمۡنُ وَهُم
مُّهۡتَدُونَ ٨٢
“Orang‑orang yang beriman dan tidak
mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman Orang‑orang yang beriman dan tidak
mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang
mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang‑orang yang mendapat petunjuk.”
(QS Al An’am: 82).
2.Kemenangan
melawan godaan setan yang menghendaki kesesatan.
Seorang
mukmin yang berjihad untuk tingginya kalimat Allah maka sesungguhnya ia telah menang
melawan godaan setan. Sebab setan akan menghalangi anak adam pada jalan islam, jalan
hijrah dan jalan jihad. Ketika ia tidak berhasil menghalangi anak adam di jalan
islam maka ia akan menghalanginya di jalan hijrah,begitu selanjutnya.
Dari
Sabrah bin Abi Fakih berkata, Aku mendengar Rasulullah shalallahu ‘alaihi
wassalam bersabda,
“Sesungguhnya
setan akan menghalangi seorang anak Adam dari berbagai jalan yang dilaluinya.
la akan menghalangi manusia di jalan Islam dengan mengatakan, “Apakah kau akan masuk
Islam dan meninggalkan dienmu juga dien orangtua dan moyangmu?” si anak Adam berpaling
dan tetap masuk Islam. Lalu setan akan menghalanginya di jalan hijrah dan
berkata, ” Apakah kau akan meninggalkan bumi dan langitmu? Padahal orang yang
hijrah tak ubahnya kuda yang dikekang.” Si anak Adam bergeming dan tetap
berhijrah. Setan pun menghalanginya di jalan jihad dan berkata, “Apakah kau
akan berjihad, padahal jihad itu menyusahkan dirimu dan menghabiskan hartamu.
Kau berperang lalu kau akan terbunuh sedang isterimu akan dinikahi orang lalu
hartamu dibagi‑bagi.” Si anak
Adam berpaling dari setan dan tetap berjihad. Lalu Rasulullah bersabda,
“Barangsiapa yang melakukan seperti itu, pastilah Allah akan memasukkannya ke
dalam jannah. Dan barangsiapa yang terbunuh, pastilah Allah akan memasukkannya
ke dalam Jannah, jika dia tenggelam, pastilah Allah akan memasukkannya ke dalam
Jannah, atau ia terjatuh dari kendaraanya, pastilah Allah akan memasukkannya ke
dalam Jannah.” (HR. an Nasa’i dan Ibnu Hibban, shahih).
Dari
hadits diatas bisa dipahami bahwa, seorang hamba yang berjihad di jalan Allah
maka ia telah menang melawan setan yang menghalanginya dari melaksanakan jihad.
Sedangkan mereka yang meninggalkan kewajiban jihad padahal ia tidak memiliki
udzur, maka berarti setan telah berhasil menghalanginya dari menempuh jalan
jihad. Padahal di dalam jihad ada banyak keutamaan, bahkan ia merupakan puncak
amal di dalam islam. Dengan keengganan seseorang dari berjihad itu artinya
setan telah berhasil menghalanginya dari mendapatkan keutamaan dan dari
menggapai puncak amal di dalam islam. Maka mukmin mujahid itulah pemenang sesungguhnya.
3.Kemenangan
berupa keistiqomahan dalam keimanan bagi orang yang gugur di jalan jihad fiesabilillah.
Seorang
mukmin yang berjihad lantas dia gugur maka ia telah memperoleh kemenangan
secara hakiki. Dan kemenangan tersebut secara tunai ia dapatkan bersama
lepasnya ruh dari jasad. Dikatakan ia telah menang karena ia telah mengakhiri
kehidupannya dalam keadaan islam. Dengan keadaannya tersebut ia akan memperoleh
keselamatan pada kehidupan di akhirat. Benarlah apa yang Allah katakan bahwa
seorang mukmin yang berjihad pasti akan mendapatkan kemenangan sekalipun mereka
terbunuh dalam peperangan. Hal tersebut sebagaimana firman Allah Rabbul ‘izzati
:
إِنَّ
ٱللَّهَ ٱشۡتَرَىٰ مِنَ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ أَنفُسَهُمۡ وَأَمۡوَٰلَهُم بِأَنَّ لَهُمُ
ٱلۡجَنَّةَۚ يُقَٰتِلُونَ فِي سَبِيلِ ٱللَّهِ فَيَقۡتُلُونَ وَيُقۡتَلُونَۖ
وَعۡدًا عَلَيۡهِ حَقّٗا فِي ٱلتَّوۡرَىٰةِ وَٱلۡإِنجِيلِ وَٱلۡقُرۡءَانِۚ وَمَنۡ
أَوۡفَىٰ بِعَهۡدِهِۦ مِنَ ٱللَّهِۚ فَٱسۡتَبۡشِرُواْ بِبَيۡعِكُمُ ٱلَّذِي
بَايَعۡتُم بِهِۦۚ وَذَٰلِكَ هُوَ ٱلۡفَوۡزُ ٱلۡعَظِيمُ ١١١
“Sesungguhnya Allah
telah membeli dari orang‑orang
mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka
berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah
menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan
siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka
bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah
kemenangan yang besar.” (QS At Taubah: 111).
Dengan
kematian seseorang dalam keadaan istiqomah di atas keimanan maka ia termasuk
orang yang diselamatkan oleh Allah dari azab neraka yang kekal. Dan seseorang
yang diselamatkan oleh Allah dari azab neraka yang kekal berarti ia adalah
orang yang menang dan beruntung. Allah ‘azza wa jalla berfirman :
كُلُّ
نَفۡسٖ ذَآئِقَةُ ٱلۡمَوۡتِۗ وَإِنَّمَا تُوَفَّوۡنَ أُجُورَكُمۡ يَوۡمَ ٱلۡقِيَٰمَةِۖ
فَمَن زُحۡزِحَ عَنِ ٱلنَّارِ وَأُدۡخِلَ ٱلۡجَنَّةَ فَقَدۡ فَازَۗ وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ
ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا مَتَٰعُ ٱلۡغُرُورِ ١٨٥
“Tiap‑tiap yang berjiwa akan merasakan mati.
Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa
dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah
beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”
(QS Ali Imran: 185).
4.Kemenangan
dalam peperangan sehingga dienullah tegak.
Ini
adalah salah satu jenis kemenangan yang dijanjikan oleh Allah kepada orang‑orang beriman yang berjihad. Meskipun
ada kalanya terwujudnya kemenangan ini membutuhkan waktu yang cukup lama dan
dinikmati oleh sekian generasi setelahnya. Namun kemenangan ini pun pasti akan diperoleh
oleh orang‑orang beriman
sebagai janji yang benar dari Allah ‘azza wa jalla. Dan kemenangan ini telah diraih
dan akan terus disempurnakan oleh Allah untuk kaum muslimin.
Bukti
kemenangan itu adalah berupa telah tegaknya kembali khilafah islamiyah di abad
ini. Dan ini merupakan pembuktian dari janji Allah kepada orang‑orang beriman.
Allah Rabbul ‘izzati berfirman :
وَعَدَ
ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ مِنكُمۡ وَعَمِلُواْ ٱلصَّٰلِحَٰتِ
لَيَسۡتَخۡلِفَنَّهُمۡ فِي ٱلۡأَرۡضِ كَمَا ٱسۡتَخۡلَفَ ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِهِمۡ
وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمۡ دِينَهُمُ ٱلَّذِي ٱرۡتَضَىٰ لَهُمۡ وَلَيُبَدِّلَنَّهُم
مِّنۢ بَعۡدِ خَوۡفِهِمۡ أَمۡنٗاۚ يَعۡبُدُونَنِي لَا يُشۡرِكُونَ بِي شَيۡٔٗاۚ
وَمَن كَفَرَ بَعۡدَ ذَٰلِكَ فَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡفَٰسِقُونَ ٥٥
“Dan Allah
telah berjanji kepada orang‑orang
yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal‑amal yang saleh bahwa Dia sungguh‑sungguh akan menjadikan mereka berkuasa
di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang‑orang sebelum mereka berkuasa, dan
sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai‑Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan
menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa.
Mereka tetap menyembahku‑Ku
dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang
(tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang‑orang yang fasik.”
(QS An Nur :55).
Dengan kembali terwujudnya khilafah
islamiyah berarti telah dimulainya masa kemenangan dan kejayaan bagi kaum
muslimin. Dan telah tiba masanya keruntuhan dan kehancuran kekuasaan orang‑orang kafir. Tegaknya khilafah
islamiyah adalah kemenangan bagi setiap mukmin yang telah berjihad selama ini.
Dan ini bukan hanya kemenangan bagi generasi hari ini, namun ia kemenangan bagi
setiap mukmin yang mendedikasikan dirinya untuk jihad pada setiap kurun.
Kembali terwujudnya khilafah islamiyah
menunjukkan bahwa kemenangan pasti akan diraih oleh orang‑orang beriman meskipun setelah melalui
waktu yang cukup lama. Sebab kembalinya khilafah islamiyah ini terwujud setelah
lebih dari seratus tahun dari waktu kehancuran khilafah islamiyah terakhir di
Andalusia. Maka terpenuhinya janji Allah ini hendaknya menjadi penguat tekad
dan semangat orang‑orang beriman
untuk terus berjihad. Sebab pada akhirnya kemenangan pasti menjadi milik orang‑orang beriman. Tidak akan ada kerugian
atas orang‑orang yang
berjihad selagi mereka diatas niat dan tujuan yang benar.
Itulah sebagian dari kemenangan‑kemenangan yang pasti akan diraih oleh
orang‑orang beriman yang
berjihad. Antara terbunuh dalam peperangan atau menang dan berjaya, seluruhnya
adalah kebaikan. Maka jangan ragu untuk berjihad selagi masih ada kesempatan.
Jangan sampai rugi dan menyesal karena tidak pernah merasakan nikmatnya mendaki
puncak amal di dalam islam. Kalau tidak hari ini, lalu kapan kalian hendak
berjihad?
Wallahu
a’lam
11 Ramadhan 1438H_