8/28/2019

Aqidah Muslim Berikut Penjelasannya ( 45 – 54 )


Aqidah Muslim
Berikut Penjelasannya
( 45 – 54 )
(Kumpulan Risalah Yang Memiliki Faidah)
Penyusun : Abu Sulaiman Aman Abdurrahman

(45) Sumber Hukum Orang Islam

Setiap orang mukmin wajib berhukum dengan Al Qur’an dan sunnah Nabi, sebagaimana firman Allah ‘azza wa jalla:

وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَآ أَنْزَلَ اللهُ

“Dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah”
(Al Maidah: 49)

Dan sabda Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam:

اللهُ هُوَ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ

“Allah adalah penetap hukum, dan kepada-Nya tempat kita kembali”
(HR. Ahmad)

(46) Tujuan Diturunkannya Al Qur’an

Al Qur’an diturunkan Allah untuk beramal dengannya, sebagaimana firman Allah ‘azza wa jalla:

آتَّبِعُوا مَآ أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِّنْ رَّبِّكُمْ

“Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu”.
(Al A’raf: 3)

Al Qur’an diturunkan sebagai petunjuk dan obat, bukan untuk dijadikan ajimat, ditempel di pintu sebagai tolak bala, atau dijadikan hiasan yang dipajang. [Lihat 70 fatwa tentang Al Qur’an]

Dan sabda Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam:

إقرَأُوا الْقُرْآن واعْمَلُوا بِهِ وَلَا تَأْكُلُ بِهِ وَلَا تَسْتَكْثِرُوا بِهِ

“Bacalah Al Qur’an, beramalah dengannya dan jangan (mencari) makan dan kekayaan dengannya”
(HR. Ahmad).

Membaca Al Qur’an baik pada acara-acara ritual atau di kuburan, ketika mayit sebelum di kubur atau kapan saja, terus dia mendapat upah, maka ia termasuk dalam hadits di atas, namun jika orang mengajarkan Al Qur’an atau me-rukiyah dengannya dan dia mendapatkan upah, maka ini halal, berdasarkan hadits Abu Sa’id Al Khudriy radliyallahu 'anhu di dalam Shahih Al Bukhari yang berkenaan dengan rukiyah, dan hadits Bukhari yang berkenaan dengan mengambil upah atas mengajarkan Al Qur’an.

(47) Al Qur’an Dan Sunnah

Kita tidak cukup beramal dengan Al Qur’an saja, tanpa hadits Nabi shalallaahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana firman Allah ‘azza wa jalla:

وَأَنْزَلْنَآ إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ

“Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka”
(An Nahl: 44)

Di dalam ayat ini Allah ‘azza wa jalla menjelaskan bahwa Rasulullah ditugaskan untuk menjelaskan Al Qur’an, dan penjelasan beliau itu adalah sunnahnya.

Dan sabda Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam:

ألَا وَإِنِّي أوتِيت القرآن ومثله معه

“Ketahuilah, sesungguhnya aku diberi AL Qur’an dan yang serupa dengannya bersamaan dengan Al Qur’an itu”
(HR. Abu Dawud).

Dan yang dimaksud sesuatu yang serupa dengannya adalah sunnah beliau shalallaahu ‘alaihi wa sallam.

(48) Bahaya Ta’ashub.

Tidak, kita tidak boleh mendahulukan perkataan seseorang atas firman Allah 'Azza wa Jalla dan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebagaimana firman Allah ‘azza wa jalla:

يَآيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللهِ وَرَسُولِهِ، وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya, dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”
(Al Hujurat: 1)

Di sini larangan mendahulukan segala hal terhadap apa yang bersumber dari Allah dan Rasul-Nya.

Dan sabda Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam:

لَا طَاعَةٌ لِأَحَدٍ فِي مَعْصِيَةِ اللهِ إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي الْمَعْرُوفِ

“Tidak ada ketaatan kepada siapapun untuk bermaksiat kepada Allah, hanya saja ketaatan itu dalam hal yang ma’ruf”
(Muttafaq ‘alaih)

(49) Sikap Dikala Ada Khilaf

Jika kita berbeda pendapat, maka kita harus kembali kepada Al Qur’an dan As Sunnah yang shahih, sebagaimana firman Allah ‘azza wa jalla:

فَإِنْ تَنَزَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللهِ والرَّسُولِ

“Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya”
(An Nisa: 59)

Dan sabda Rasulallah shalallaahu ‘alaihi wa sallam:

تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَبُ اللهِ و سُنَّةِ رَسُولِهِ

“Saya tinggalkan kepada kalian dua perkara, kalian tidak akan sesat selagi kalian teguh berpegang kepada keduanya yaitu: Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya”
(HR. Malik, shahih lighairihi)

(50) Tidak Ada Bid’ah Hasanah

Di dalam agama Islam tidak ada apa yang disebut bid’ah hasanah, sebagaimana firman Allah ‘azza wa jalla:

أَلْيَومَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِيْنًا

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”.
(Al Maidah: 3)

Barangsiapa membuat hal bid’ah, maka dia telah menuduh Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam berkhianat dalam menyampaikan risalah, karena Allah ‘azza wa jalla mengatakan agama-Nya telah sempurna, terus orang ini menambahkan hal baru, berarti tidak meyakini Rasulullah menyampaikan semua risalah, atau dia telah mengklaim bahwa dirinya lebih hebat dari Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam dan para shahabatnya, karena dia melakukan ibadah yang tidak pernah dilakukan oleh mereka.

Dan sabda Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam:

إِيَّاكُمْ وَمحدثاتِ الأُمُّورِ فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ

“Jauhilah oleh kamu perkara yang baru (dalam urusan agama), karena sesungguhnya setiap perkara yang baru itu adalah bid’ah, dan setiap kebid’ahan itu adalah sesat.”
(HR. Abu Dawud).

Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam mengatakan setiap bid’ah itu sesat, sedangkan orang ini mengatakan ada bid’ah hasanah, maka apakah Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam yang benar ataukah orang ini yang benar? Jawablah wahai kaum!

(51) Makna Bid’ah Dalam Agama

Setiap urusan (ibadah) yang tidak ada dalilnya dalam Al Qur’an ataupun sunnah adalah bid’ah, sebagaimana firman Allah ‘azza wa jalla:

أَمْ لَهُمْ شُرَكَىؤُا سَرَعُوا لَهُمْ مِّنَ الدِّيْنِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللهُ

“Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah”
(Asy Syuraa: 21)

Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam:

مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَالَيْسَ مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa yang mengada-ada suatu dalam urusan (agama) kami ini yang bukan dari ajarannya, maka urusan itu ditolak”
(Muttafaq ‘alaih)

Berarti yang berhubungan dengan dunia ini tidak termasuk bid’ah.

(52) Sunnah Hasanah

Sunnah hasanah seperti seseorang yang melakukan perbuatan baik (yang pernah mencontohkan atau dianjurkan Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam di hadapan orang banyak untuk dicontoh. Sebagaiman firman Allah ‘azza wa jalla:

وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا

“Dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”
(Al furqan: 74).

Dan sabda Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam:

من سنَّ فِي الإسلامِ سُنَّة حسنة فله أجرها وأجرٌ من عمِل بِها من بعدِهِ مِن غَيرِ أن ينقص من أجورهم شَيْئًا

“Barangsiapa yang mencontohkan suatu tradisi (sunnah) hasanah di dalam Islam, maka dia akan memperoleh pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya setelah dia tanpa mengurangi sedikitpun dari pahala-pahala mereka”
(HR. Muslim)

(53) Diri Sendiri Tidak Cukup

Seorang muslim mesti dia memperbaiki dirinya dan juga orang lain (semampunya). Sebagaimana firman Allah ‘azza wa jalla:

وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَونَ عَنِ الْمُنْكَرِ

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar”.
(Ali Imran: 104)

Amar ma’ruf dan nahyi mungkar merupakan upaya memperbaiki orang lain setelah diri kita baik.

Dan sabda Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam:

مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيْمَانِ

“Barangsiapa yang melihat kemungkaran maka hendaklah ia merobahnya dengan tangannya, jika ia tidak sanggup, maka robahlah dengan lidahnya, dan jika ia tidak sanggup maka dengan hatinya, maka yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman”
(HR. Muslim)

(54) Kejayaan Islam

Orang muslim akan memperoleh kemenangnan jika mereka kembali kepada Al Qur’an dan sunnah nabi mereka dan mengamalkannya. Sebagaimana firman Allah  ‘azza wa jalla:

يَأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا إِنْ تَنْصُرُوا اللهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ

“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (Muhammad: 7)

Dan sabda Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam:

لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي مَنْصُورِيْن

“Akan selalu ada segolongan dari umatku yang mendapat pertolongan”
(HR. Ibnu Maajah)

Dakwah kepada kejayaan Islam tanpa merujuk kepada Al Qur’an dan As Sunnah pasti gagal. Iman dan taqwa serta amal shaleh merupakan syarat adanya pertolongan Allah dan kejayaan umat Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...