Aqidah Muslim
Berikut Penjelasannya
( 45 – 54 )
(Kumpulan Risalah Yang Memiliki Faidah)
Penyusun : Abu Sulaiman
Aman Abdurrahman
(45) Sumber Hukum Orang Islam
Setiap orang
mukmin wajib berhukum dengan Al Qur’an dan sunnah Nabi, sebagaimana firman
Allah ‘azza wa jalla:
وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَآ أَنْزَلَ
اللهُ
“Dan
hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka menurut apa yang diturunkan Allah”
(Al
Maidah: 49)
Dan sabda Rasulullah shalallaahu
‘alaihi wa sallam:
اللهُ هُوَ الْحُكْمُ وَإِلَيْهِ الْمَصِيرُ
“Allah adalah penetap hukum, dan kepada-Nya tempat kita kembali”
(HR.
Ahmad)
(46) Tujuan Diturunkannya Al Qur’an
Al Qur’an diturunkan Allah untuk
beramal dengannya, sebagaimana firman Allah ‘azza wa jalla:
آتَّبِعُوا مَآ أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِّنْ
رَّبِّكُمْ
“Ikutilah
apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu”.
(Al
A’raf: 3)
Al Qur’an diturunkan sebagai
petunjuk dan obat, bukan untuk dijadikan ajimat, ditempel di pintu sebagai
tolak bala, atau dijadikan hiasan yang dipajang. [Lihat
70 fatwa tentang Al Qur’an]
Dan sabda Rasulullah shalallaahu
‘alaihi wa sallam:
إقرَأُوا الْقُرْآن واعْمَلُوا بِهِ وَلَا
تَأْكُلُ بِهِ وَلَا تَسْتَكْثِرُوا بِهِ
“Bacalah
Al Qur’an, beramalah dengannya dan jangan (mencari) makan dan kekayaan dengannya”
(HR.
Ahmad).
Membaca Al
Qur’an baik pada acara-acara ritual atau di kuburan, ketika mayit sebelum di
kubur atau kapan saja, terus dia mendapat upah, maka ia termasuk dalam hadits
di atas, namun jika orang mengajarkan Al Qur’an atau me-rukiyah
dengannya
dan dia mendapatkan upah, maka ini halal, berdasarkan hadits Abu Sa’id Al
Khudriy radliyallahu 'anhu di dalam Shahih Al Bukhari
yang berkenaan dengan rukiyah, dan hadits Bukhari yang berkenaan dengan
mengambil upah atas mengajarkan Al Qur’an.
(47) Al Qur’an Dan Sunnah
Kita tidak cukup
beramal dengan Al Qur’an saja, tanpa hadits Nabi shalallaahu
‘alaihi wa sallam sebagaimana firman Allah ‘azza wa jalla:
وَأَنْزَلْنَآ إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ
لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَيْهِمْ
“Dan
Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang
telah diturunkan kepada mereka”
(An
Nahl: 44)
Di dalam ayat
ini Allah ‘azza wa jalla menjelaskan bahwa Rasulullah ditugaskan untuk
menjelaskan Al Qur’an, dan penjelasan beliau itu adalah sunnahnya.
Dan sabda Rasulullah shalallaahu
‘alaihi wa sallam:
ألَا وَإِنِّي أوتِيت القرآن ومثله معه
“Ketahuilah,
sesungguhnya aku diberi AL Qur’an dan yang serupa dengannya bersamaan dengan Al
Qur’an itu”
(HR.
Abu Dawud).
Dan yang dimaksud sesuatu
yang serupa dengannya adalah sunnah beliau shalallaahu
‘alaihi wa sallam.
(48) Bahaya Ta’ashub.
Tidak, kita
tidak boleh mendahulukan perkataan seseorang atas firman Allah 'Azza wa Jalla
dan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sebagaimana firman Allah
‘azza wa jalla:
يَآيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا لَا
تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللهِ وَرَسُولِهِ، وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ
سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ
“Hai
orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya, dan bertakwalah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui”
(Al
Hujurat: 1)
Di sini larangan mendahulukan segala hal terhadap apa
yang bersumber dari Allah dan Rasul-Nya.
Dan sabda Rasulullah shalallaahu
‘alaihi wa sallam:
لَا طَاعَةٌ لِأَحَدٍ فِي مَعْصِيَةِ اللهِ
إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِي الْمَعْرُوفِ
“Tidak
ada ketaatan kepada siapapun untuk bermaksiat kepada Allah, hanya saja ketaatan
itu dalam hal yang ma’ruf”
(Muttafaq
‘alaih)
(49) Sikap Dikala Ada Khilaf
Jika kita
berbeda pendapat, maka kita harus kembali kepada Al Qur’an dan As Sunnah yang
shahih, sebagaimana firman Allah ‘azza wa jalla:
فَإِنْ تَنَزَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ
إِلَى اللهِ والرَّسُولِ
“Kemudian
jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada
Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya”
(An
Nisa: 59)
Dan sabda Rasulallah shalallaahu
‘alaihi wa sallam:
تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا
مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَبُ اللهِ و سُنَّةِ رَسُولِهِ
“Saya
tinggalkan kepada kalian dua perkara, kalian tidak akan sesat selagi kalian
teguh berpegang kepada keduanya yaitu: Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya”
(HR.
Malik, shahih lighairihi)
(50) Tidak Ada Bid’ah Hasanah
Di dalam agama Islam tidak
ada apa yang disebut bid’ah hasanah, sebagaimana firman Allah
‘azza wa jalla:
أَلْيَومَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِيْنَكُمْ
وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيْتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِيْنًا
“Pada
hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”.
(Al
Maidah: 3)
Barangsiapa
membuat hal bid’ah, maka dia telah menuduh Rasulullah shalallaahu
‘alaihi wa sallam berkhianat
dalam menyampaikan risalah, karena Allah ‘azza wa jalla mengatakan agama-Nya
telah sempurna, terus orang ini menambahkan hal baru, berarti tidak meyakini
Rasulullah menyampaikan semua risalah, atau dia telah mengklaim bahwa dirinya
lebih hebat dari Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa
sallam dan
para shahabatnya, karena dia melakukan ibadah yang tidak pernah dilakukan oleh
mereka.
Dan sabda Rasulullah shalallaahu
‘alaihi wa sallam:
إِيَّاكُمْ وَمحدثاتِ الأُمُّورِ فَإِنَّ كُلَّ
مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ
“Jauhilah
oleh kamu perkara yang baru (dalam urusan agama), karena sesungguhnya setiap perkara
yang baru itu adalah bid’ah, dan setiap kebid’ahan itu adalah sesat.”
(HR.
Abu Dawud).
Rasulullah shalallaahu
‘alaihi wa sallam mengatakan
setiap bid’ah itu sesat, sedangkan orang ini mengatakan ada bid’ah hasanah,
maka apakah Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa
sallam yang
benar ataukah orang ini yang benar? Jawablah wahai kaum!
(51) Makna Bid’ah Dalam Agama
Setiap urusan (ibadah) yang
tidak ada dalilnya dalam Al Qur’an ataupun sunnah adalah bid’ah, sebagaimana
firman Allah ‘azza wa jalla:
أَمْ لَهُمْ شُرَكَىؤُا سَرَعُوا لَهُمْ مِّنَ
الدِّيْنِ مَا لَمْ يَأْذَنْ بِهِ اللهُ
“Apakah
mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka
agama yang tidak diizinkan Allah”
(Asy
Syuraa: 21)
Dan sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam:
مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَالَيْسَ
مِنْهُ فَهُوَ رَدٌّ
“Barangsiapa
yang mengada-ada suatu dalam urusan (agama) kami ini yang bukan dari ajarannya,
maka urusan itu ditolak”
(Muttafaq
‘alaih)
Berarti yang berhubungan dengan dunia ini tidak
termasuk bid’ah.
(52) Sunnah Hasanah
Sunnah hasanah
seperti seseorang yang melakukan perbuatan baik (yang pernah mencontohkan atau
dianjurkan Rasulullah shalallaahu ‘alaihi wa sallam di hadapan orang banyak untuk
dicontoh. Sebagaiman firman Allah ‘azza wa jalla:
وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا
“Dan
jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa”
(Al
furqan: 74).
Dan sabda Rasulullah shalallaahu
‘alaihi wa sallam:
من سنَّ فِي الإسلامِ سُنَّة حسنة فله أجرها
وأجرٌ من عمِل بِها من بعدِهِ مِن غَيرِ أن ينقص من أجورهم شَيْئًا
“Barangsiapa
yang mencontohkan suatu tradisi (sunnah) hasanah di dalam Islam, maka dia akan memperoleh
pahalanya dan pahala orang yang mengamalkannya setelah dia tanpa mengurangi sedikitpun
dari pahala-pahala mereka”
(HR.
Muslim)
(53) Diri Sendiri Tidak Cukup
Seorang muslim
mesti dia memperbaiki dirinya dan juga orang lain (semampunya). Sebagaimana
firman Allah ‘azza wa jalla:
وَلْتَكُنْ مِّنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى
الْخَيْرِ وَ يَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَونَ عَنِ الْمُنْكَرِ
“Dan
hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar”.
(Ali
Imran: 104)
Amar ma’ruf dan nahyi mungkar merupakan upaya
memperbaiki orang lain setelah diri kita baik.
Dan sabda Rasulullah shalallaahu
‘alaihi wa sallam:
مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ
بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ
فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الْإِيْمَانِ
“Barangsiapa
yang melihat kemungkaran maka hendaklah ia merobahnya dengan tangannya, jika ia
tidak sanggup, maka robahlah dengan lidahnya, dan jika ia tidak sanggup maka
dengan hatinya, maka yang demikian itu adalah selemah-lemahnya iman”
(HR.
Muslim)
(54) Kejayaan Islam
Orang muslim
akan memperoleh kemenangnan jika mereka kembali kepada Al Qur’an dan sunnah
nabi mereka dan mengamalkannya. Sebagaimana firman Allah ‘azza wa jalla:
يَأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا إِنْ
تَنْصُرُوا اللهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
“Hai
orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan
menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu”. (Muhammad:
7)
Dan sabda Rasulullah shalallaahu
‘alaihi wa sallam:
لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي
مَنْصُورِيْن
“Akan
selalu ada segolongan dari umatku yang mendapat pertolongan”
(HR.
Ibnu Maajah)
Dakwah kepada
kejayaan Islam tanpa merujuk kepada Al Qur’an dan As Sunnah pasti gagal. Iman
dan taqwa serta amal shaleh merupakan syarat adanya pertolongan Allah dan kejayaan
umat Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar