8/18/2019

SEKUTU AL-QA’IDAH DI SYAM Bag 1


SEKUTU AL-QA’IDAH DI SYAM
.... BAG 1

Abu Hamzah (rahimahullah) menyebutkan di dalam nasihatnya kepada kelompok-kelompok nasionalis di Iraq, beliau mengatakan: “Kepada mereka yang berperang demi membebaskan Negara dan di bawah panji nasionalis dan fanatisme golongan, aku kata-kata, bukankah telah datang kepada Rasulullah (shallallahu alaihi wa sallam) seorang laki-laki, seperti yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim, dari Abu Musa (radhiyallahu anhu), laki-laki ini berkata; “Wahai Rasulullah, apa itu perang di jalan Allah? Sesungguhnya ada seorang lelaki dari kita yang berperang karena marah, atau berperang karena hamiyyah (fanatisme)”, Rasulullah kemudian mengangkat kepalanya dan bersabda; “Barangsiapa yang berperang untuk menjadikan kalimat Allah yang tertinggi maka dia di jalan Allah Azza wa Jalla”. An-Nawawi, Ibnu Hajar dan yang lainnya berkata; Hamiyyah adalah berperang karena kebanggaan, rasa cemburu, atau ingin membela suku, sedangkan menurut Al-Hafizh di dalam Al-Fath; “Bisa jadi menafsirkan perang karena hamiyyah adalah perang untuk menolak mudharat dan perang karena marah adalah perang untuk mencari keuntungan”. Maka apakah perang kalian, wahai manusia, pergi kepada apa yang dikhawatirkan oleh Rasulullah (shallallahu alaihi wa sallam)?  Bahkan itu semua menjadi tujuan kalian, karena seharusnya di dalam syariat Allah adalah apa yang dikatakan oleh Al-Hafizh di dalam Al-Fath: “Tidaklah disebut fi sabilillah kecuali jika sebab berperangnya adalah berusaha meninggikan kalimat Allah semata”. Maka membebaskan negeri dan tujuan lainnya bisa masuk ke dalamnya namun bukan menjadi tujuan utama, dan kalian telah mengetahui keburukan hal ini di dalam perang, karena sebagian besar para pemimpin Arab hari ini telah datang setelah usai peperangan untuk mengangkat bendera nasionalisme, dan tidakkah kalian lihat hasil itu semua hanyalah kerugian di dunia dan akhirat. [Makalah Kedua].

Amirul Mukminin Abu Umar Al-Baghdadi (rahimahullah) berkata: “Sesungguhnya ide nasionalisme dan kesukuan merupakan hal yang berlawanan dengan dien dalam berbagai ushulnya; 

Pertama: Sesungguhnya perbedaan antara manusia ditentukan dengan takwanya bukan dengan darahnya.
Allah berfirman: {Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya kami telah menciptakan kalian dari laki-laki dan perempuan, dan menjadikan kalian bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling mengenal, sesungguhnya yang paling mulia dari kalian di sisi Allah adalah yang paling bertakwa} [Al-Hujurat: 13].
Kedua: Bertentangan dengan aqidah al-Wala` wa al-Bara`
- yang ini termasuk dari pokok paling agung di dalam dien – sehingga orang Arab Iraq beragama Nashrani adalah seorang saudara dan berhak mendapat seluruh haknya, sedangkan orang India dan Turki Muslim maka tidak ada hak baginya, dan syari’at mereka ini mengharuskan mendahulukan Uqbah bin Abi Mu’ayth dan Abu Jahal daripada Bilal yang orang Habasyah dan Salman yang orang Persia.
Ketiga: Bertentangan dengan ikatan persatuan antara kaum mukminin,
karena Rasulullah (shallallahu alaihi wa sallam) bersabda; “Seorang mukmin dengan mukmin lainnya ibarat satu ban-gunan yang saling menguatkan satu sama lain”. [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiayallahu anhu]. Juga di dalam hadits Rasulullah (shallallahu alaihi wa sallam); “Permisalan orang-orang yang beriman di dalam cinta, kasih sayang dan kelembutan mereka ibarat satu tubuh, apabila ada salah satu yang merasakan sakit, maka yang lain akan ikut merasakannya dengan susah tidur dan demam” [diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari Nu’man bin Basyir radhiyallahu anhu].
Keempat: Ini dibangun di atas pijakan seruan kepada jahiliah dan ‘ashabiyah,
Allah berfirman {Ketika orang-orang kafir menenamkan di dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliah} [Al-Fath: 26]. Dan sabda Rasulullah (shallallahu alaihi wa sallam); “Bukan termasuk golongan kami orang yang menyeru kepada ‘ashabiyah” [Diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Jubair bin Muth’im]. ‘Adzillatan ‘Ala Al-Mukminin A’izzatan ‘Ala al-Kafirin].

Berkata juga Amirul mukminin Abu Umar Al-Baghdadi  (rahimahullah); “Namun sayang, beberapa anak burung sekularisme menyebarkan kebohongan penjajahan, merumuskan dasar untuk itu, berargumen mendukung hal itu, dan mengangkat panji buta dengan nama nasionalisme dan patriotisme, padahal itu adalah hal yang sama dengan apa yang ada di dalam ajaran Majusi, sehingga mereka menjadikan kekayaan negeri Irak, khususnya air dan minyaknya hanya untuk orang yang memiliki kewarganegaraan Irak, lalu apakah seandainya dulu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam hijrah ke negeri kita, karena beliau sesungguhnya beliau telah hijrah ke negeri yang bukan negerinya, dan tinggal di negeri yang bukan negerinya, maka apakah halal baginya dan juga bagi para sahabatnya kekayaan itu semua sesuai dengan doktrin orang-orang ini? Tidak, dan tidak ada jalan bagi Rasulullah dan muhajirin untuk mendapatkan kepemimpinan dan kekuasaan, dan harus mendapatkan apa yang mereka butuhkan dengan susah payah dan kasar. Bagaimana tidak, mereka inilah yang mengatakan bahwa Irak adalah untuk orang-orang Irak dan kekayaannya adalah milik mereka. Ya, bagi setiap warga Irak, tidak peduli walau dia adalah penyembah setan Yazidiah, Shabi`ah atau Mandian, semua mereka memiliki kesamaan hak, baik dia muslim sunni, atau seorang rafidhi majusi, dan tidak penting apakah orang Irak ini menyembah Rabb kita yang mulia atau setan yang hina, maka haknya tetap terjaga! Wahai muwahhidin, sesungguhnya akidah kita adalah seorang muslim adalah saudara kita walau dia orang Asia Filipina, dan penyembah setan adalah musuh kita walau dia adalah orang Irak seutuhnya! [Fa Amma Zubadu fa Yadzhabu Jufa].
 
Syrian National Coalition
Pada tanggal 25 Desember 2014, telah dibentuk Jabhah Syamiah di Aleppo, termasuk di dalamnya adalah Jabhah ‘Islamiah’, Jaisy ‘al-Mujahidin’, Harakah ‘Nuruddin Zanki’, grup ‘Fastaqim Kama Umirta’, Jabhah Ashalah wa Tanmiah, dan yang terakhir adalah Harakah Hazm, dan mayoritas grup ini adalah anggota wadah nasionalis Dewan Komando Revolusi Suriah (Majlis Qiyadah Ats-Tsaurah As-Suriah). Grup-grup ini juga mendapat sokongan dana “tanpa syarat” dari rezim Negara-negara teluk dan juga CIA, SNC (Syrian National Coalition), Jaisy Al-Hurr (FSA), Supreme Military Council juga mendapatkan bantuan walau mereka tidak bergabung kepada arah mana pun dari ini semua. Pada bulan Februari 2015, jabhah baru ini bersepakat dengan kelompok Kurdi; Partai Demokrasi Otonomi Kurdi (PKK) Unit Pelindung Rakyat (YPG) sayap militer Partai Persatuan Demokrasi (YPD) untuk menegakkan syari’at di ‘Afrin! Bagaimana caranya kaum Nasionalis ‘Islamis’ berencana menegakkan syariat bersama kaum Marxis dan Demokratis sekuleris? Satu pertanyaan untuk mereka adalah; Apakah pesawat-pesawat Salibis yang membantu partai PKK di Ain Al-Islam juga akan membantu penegakkan “syariat”..
 
SDF/YPJ female fighters
YPG army
Skenario yang dijalankan oleh para Nasionalis ‘Islamis’ bersama para nasionalis sekuler untuk membentuk pemerintahan nasionalis yang mencakup undang-undangnya islam dan demokrasi, adalah skenario yang sama yang telah selesai diuji coba di Mesir, Tunisia dan Libya. Dan orang-orang salib tahu bahwa pada akhirnya di sana ada perbedaan antara dua kue ini, dan tinggal duduk sambil menunggu kelompok mana yang lebih menguntungkan kepentingan mereka untuk segera mereka bantu. Dan dua kelompok ini pun saling berlomba untuk bersaing dalam memperlihatkan kemurtadan sebanyak-banyaknya hingga menang dalam mencari keridhoan Barat dan sekutu mereka—para haghut Arab. 

Akan tetapi permainan ini sangat jelas terlihat bagi mereka yang memiliki iman dan memahami waqi’, tetapi hal ini tidak demikian bagi para pengklaim jihad di Syam (Jabhah Jaulani). Orang-orang yang menyimpang ini justru memerangi Daulah Islamiah berdampingan bersama para kelompok Shahawat yang kelak akan membangun Jabhah Syamiah sembari mengatakan bahwa mereka adalah battalion mujahid yang ikhlas, hanya saja “keikhlasan” yang dikatakan oleh Jabhah Jaulani ketika menggambarkan kelompok ini semakin tampak jelas hakikatnya hari demi hari. 

Dan berikut adalah transkip ceramah yang disampaikan oleh ketua Departemen Politik dan Informasi Jabhah Syamiah -Zakaria Malahifji- di dalam muktamar yang diselenggarakan oleh “Pasukan Revolusioner Aleppo” yang diadakan di Turki pada 1 maret 2015: 

“Dalam rangka menjawab tuntutan revolusi, dan memenuhi permintaan masyarakat revolusioner di Aleppo, terutama dalam masalah persatuan dan organisasi demi menghadapi agresi tiran, dan atas nama Jabhah Syamiah, dengan ini saya ingin membacakan kepada hadirin sekalian beberapa dasar keputusan berikut ini” 

Pertama: Jabhah Syamiah adalah bagian dari Dewan Tinggi Revolusi yang wajib untuk mempersatukan kekuatannya demi meraih kemenangan, karena persatuan adalah satu-satunya jalan untuk meraih kemenangan dan perpecahan hanyalah menyenangkan rezim yang jahat.”

Kedua: Jabhah Syamiah adalah faksi yang merepresentasikan Suriah dan warganya, dan menganggap bahwa Suriah untuk warga Suriah, dan prioritas kami adalah membebaskan Suriah dari Iran dan melengserkan rezim yang jahat untuk mengakhiri kedzaliman dan membangun bangsa yang merdeka”.

Ketiga: Kami menganggap bahwa identitas kewarganegaraan Suriah adalah untuk setiap warga Suriah, baik itu Arab, Kurdi, Turkman, Asyirian, Druz, sebagaimana kami juga mengakui agama-agama lain.”

Keempat: Suriah sebagaimana yang ada sekarang dengan garis batas internasional yang telah diakui, adalah sebuah Negara untuk seluruh warga Suriah, dan Jabhah Syamiah menolak pembentukan Suriah menurut salah satu faksi, atau agenda politik atau kelompok tertentu.”

Kelima: Seluruh dunia mengetahu, bahwa rezim Suriah dahulu dan hingga sekarang menjadi sponsor utama terrorisme di wilayah ini, dia telah melatih kelompok-kelompok terror dan menggunakan mereka untuk membunuh dan melakukan terror di Negara-negara tetangga dan sekarang dia menggunakannya untuk membunuh revolusi warga Suriah.”

Keenam: Hal yang sangat jelas, bahwa revolusi Suriah menghadapi persekongkolan yang terdiri dari berbagai rezim jahat dan terror di wilayah ini, yang dipimpin oleh Iran yang menjajah negeri Suriah, pada saat yang sama, masyarakat internasional dan seluruh lembaga meninggalkan tanggung jawab mereka secara moral dan hukum untuk menghentikan pembantaian atas warga Suriah yang telah berlangsung selama empat tahun, dan tidak melindungi keselamatan warga yang keluar dalam demonstrasi besar-besaran pada tahun pertama revolusi.”

Ketujuh: Jabhah Syamiah mengucapkan terimakasih kepada semua mitra dan sahabat rakyat Suriah, terutama kepada Turki, Saudi, Qatar, dan Negara-negara lain, dan mengajak mereka untuk bersama mengambil sikap tegas terhadap penjajahan Iran, kelompok-kelompok Iran dan kejahatan rezim.”

Kedelapan: Jabhah Syamiah percaya bahwa proposal Demistora bukan merupakan solusi politik bagi Suriah sekarang, tidak juga sebagai dokumen tertulis, yang justru mengusulkan gencatan senjata di Aleppo untuk menyelamatkan rezim dari kekalahan terus menerus, dan memberikan kesempatan untuk memusnahkan Douma, Daraa, dan semua daerah Suriah lainnya. Demistora ingin melompati Konferensi Genewa I dan II, di mana di dalamnya para revolusionis sepakat untuk mengganti rezim yang jahat dengan Suriah yang merdeka dan mandiri. Wahai saudara sekalian, ini menekankan bagi kita pentingnya mengeluarkan kesepakatan bersatu terhadap proposal Demistora dan lainnya, dan jangan sampai kita terpecah belah dalam membuat kesepakatan melawan proposal itu, demi tanggung jawab kita terhadap darah para syuhada dan masyarakat besar revolusi.”

Kesembilan: Jabhah Syamiah mengajak kepada usaha yang lebih keras lagi untuk menghentikan solusi senjata dalam memutuskan perselisihan antara para revolusionis perselisihan terakhir adalah apa yang terjadi di Aleppo. Dan kami mengajak kepada peradilan yang independen yang bisa menempatkan semuanya pada tempat yang benar, dan menghindari pertumpahan darah yang itu hanya menguntungkan pihak rezim jahat”.

Kesepuluh: Kami berterima kasih kepada saudara-saudara yang hadir di dalam konferensi ini, dan kami berterima kasih juga kepada saudara-saudara di Koalisi Nasional Suriah (SNC) dan Pemerintah Interim Suriah, dan kami meminta kepada mereka untuk terus menerus memberikan dukungan secara konstan dan terorganisir terhadap kaum revolusioner di Aleppo, dan bekerja terus menerus dengan sekutu dan sahabat warga Suriah dengan tidak memutus atau mengurangi bantuan ini, dengan demikian mesin kriminal ini bisa terus kita hadapi. Kita juga menegaskan kembali kepada seluruh warga kami untuk tetap memberikan dukungan dengan karunia dari Allah, hingga meraih Syahadah atau kemenangan.

Terakhir, kami sangat senang dengan pertemuan ini, yang kami harap kita bisa menjadi front yang bersatu untuk revolusi di seluruh kota Aleppo dan selainnya, dan seluruh tanah Suriah, karena di sana ada kenyataan yang sangat jelas ketika kita bersatu maka akan tumbanglah rezim ini. Dan terakhir, kami berterima kasih kepada kalian semua.”

Inilah kalimat terakhirnya yang menyimpang, dan beginilah menurut sekutu tanzhim Al-Qaeda di Suriah, yang tidak membedakan antara Muslim dan Kristen (Assyrian/ Syriac), Nusairi, Rafidi, Durz, dan Isma’ili, Suriah adalah Negara untuk semua! Menurut sekutu tanzhim Al-Qaeda di Suriah, Koalisi Nasional Suriah (SNC), Pemerintah Interim Suriah, pemerintah Turki, keluarga Saud dan Qatar semua adalah saudara muslim¹! Menurut sekutu tanzhim Al-Qaeda di Suriah, dalam pandangan mereka bersatu demi nasionalisme dan patriotisme bangsa lebih penting dari pada perpecahan lantaran tauhid dan kebenaran! Dan mereka membuat pernyataan yang menyimpang ini sambil berdiri di bawah bendera jahiliyah nasionalis, bendera dua orang Salib, Sykes dan Picot! 
Syrian Druze
Pertanyaan bagi setiap para pengikut pengklaim jihad: Mengapa para komandan Jabhah Jaulani melakukan kerja sama dengan faksi ini demi melawan Daulah Islamiah? Apa hukum orang-orang yang masuk ke dalam ruang-ruang operasi dan kerjasama bersama dengan para faksi menyimpang ini untuk melawan Daulah Islamiah? Apa hukum mereka yang telah bekerja sama dengan kelompong-kelompok buruk ini untuk melawan Daulah Islamiah? Mengapa kelompok ini dengan lantang membuat pernyataan publik dengan membawa slogan nasionalisme jahiliah – sejumlah pernyataanya sebenarnya juga mengandung kekufuran – dan Jabhah Jaulani terus menerus mengabaikan kesalahan ini dan tidak mencela mereka secara publik (terkadang bahkan membela mereka!), dan justru memfokuskan kampanye media mereka untuk melawan Daulah Islamiah! Apakah kesalahan Nasionalisme sesat ini tidak sebanding dengan ‘kesalahan’ Daulah Islamiah!

Terakhir, apa perbedaan haqiqi antara Harakah Hazm dan Jabhah Tsuwar Suria (Mantan sekutu Jabhah Jaulani yang dulu) dan antara Jaisy ‘al-Mujahidin’, ‘Zanki’, ‘Fastaqim Kama Umirt’ dan Jabhah Ashalah wa Tanmiah, dan berbagai faksi dari front-front ‘Islami’? Apakah perbedaannya hanya pada panjangnya sentimeter jenggot, dan perbedaan tipis antara Mursi dan Sisi, yang kedua-duanya mengatur dengan undang-undang thaghut dan memimpin kampanye melawan mujahidin di Sinai?

Jabhah Jaulani akan mendapati akibat dari pengkhianatannya terhadap para muhajirin dan anshar Daulah Islamiah, ini akan berakhir pada pengkhianatan Shahwah terhadap Jabhah Jaulani, dan sedikit demi sedikit hal ini telah terlihat…


Source: DABIQ 8

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...