SEKUTU AL-QA’IDAH DI SYAM
.... BAG 1
Abu Hamzah (rahimahullah)
menyebutkan di dalam nasihatnya kepada kelompok-kelompok nasionalis di Iraq,
beliau mengatakan: “Kepada mereka yang berperang demi membebaskan Negara dan di
bawah panji nasionalis dan fanatisme golongan, aku kata-kata, bukankah telah
datang kepada Rasulullah (shallallahu alaihi wa sallam) seorang laki-laki,
seperti yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim, dari Abu Musa
(radhiyallahu anhu), laki-laki ini berkata; “Wahai Rasulullah, apa itu perang
di jalan Allah? Sesungguhnya ada seorang lelaki dari kita yang berperang karena
marah, atau berperang karena hamiyyah (fanatisme)”, Rasulullah kemudian
mengangkat kepalanya dan bersabda; “Barangsiapa yang berperang untuk menjadikan
kalimat Allah yang tertinggi maka dia di jalan Allah Azza wa Jalla”. An-Nawawi,
Ibnu Hajar dan yang lainnya berkata; Hamiyyah adalah berperang karena
kebanggaan, rasa cemburu, atau ingin membela suku, sedangkan menurut Al-Hafizh
di dalam Al-Fath; “Bisa jadi menafsirkan perang karena hamiyyah adalah perang untuk
menolak mudharat dan perang karena marah adalah perang untuk mencari
keuntungan”. Maka apakah perang kalian, wahai manusia, pergi kepada apa yang
dikhawatirkan oleh Rasulullah (shallallahu alaihi wa sallam)? Bahkan itu semua menjadi tujuan kalian, karena
seharusnya di dalam syariat Allah adalah apa yang dikatakan oleh Al-Hafizh di
dalam Al-Fath: “Tidaklah disebut fi sabilillah kecuali jika sebab
berperangnya adalah berusaha meninggikan kalimat Allah semata”. Maka
membebaskan negeri dan tujuan lainnya bisa masuk ke dalamnya namun bukan
menjadi tujuan utama, dan kalian telah mengetahui keburukan hal ini di dalam
perang, karena sebagian besar para pemimpin Arab hari ini telah datang setelah
usai peperangan untuk mengangkat bendera nasionalisme, dan tidakkah kalian
lihat hasil itu semua hanyalah kerugian di dunia dan akhirat. [Makalah Kedua].
Amirul Mukminin Abu Umar
Al-Baghdadi (rahimahullah) berkata: “Sesungguhnya ide nasionalisme dan kesukuan
merupakan hal yang berlawanan dengan dien dalam berbagai ushulnya;
Pertama: Sesungguhnya perbedaan antara manusia
ditentukan dengan takwanya bukan dengan darahnya.
Allah berfirman: {Hai orang-orang
yang beriman sesungguhnya kami telah menciptakan kalian dari laki-laki dan
perempuan, dan menjadikan kalian bersuku-suku dan berbangsa-bangsa untuk saling
mengenal, sesungguhnya yang paling mulia dari kalian di sisi Allah adalah yang
paling bertakwa} [Al-Hujurat: 13].
Kedua: Bertentangan dengan aqidah
al-Wala` wa al-Bara`
- yang ini termasuk dari pokok
paling agung di dalam dien – sehingga orang Arab Iraq beragama Nashrani adalah
seorang saudara dan berhak mendapat seluruh haknya, sedangkan orang India dan
Turki Muslim maka tidak ada hak baginya, dan syari’at mereka ini mengharuskan
mendahulukan Uqbah bin Abi Mu’ayth dan Abu Jahal daripada Bilal yang orang
Habasyah dan Salman yang orang Persia.
Ketiga: Bertentangan dengan ikatan
persatuan antara kaum mukminin,
karena Rasulullah (shallallahu
alaihi wa sallam) bersabda; “Seorang mukmin dengan mukmin lainnya ibarat satu ban-gunan
yang saling menguatkan satu sama lain”. [Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan
Muslim dari Abu Musa Al-Asy’ari radhiayallahu anhu]. Juga di dalam hadits
Rasulullah (shallallahu alaihi wa sallam); “Permisalan orang-orang yang beriman
di dalam cinta, kasih sayang dan kelembutan mereka ibarat satu tubuh, apabila
ada salah satu yang merasakan sakit, maka yang lain akan ikut merasakannya
dengan susah tidur dan demam” [diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim dari
Nu’man bin Basyir radhiyallahu anhu].
Keempat: Ini dibangun di atas pijakan
seruan kepada jahiliah dan ‘ashabiyah,
Allah berfirman {Ketika orang-orang
kafir menenamkan di dalam hati mereka kesombongan (yaitu) kesombongan jahiliah}
[Al-Fath: 26]. Dan sabda Rasulullah (shallallahu alaihi wa sallam); “Bukan
termasuk golongan kami orang yang menyeru kepada ‘ashabiyah” [Diriwayatkan oleh
Abu Dawud dari Jubair bin Muth’im]. ‘Adzillatan ‘Ala Al-Mukminin A’izzatan ‘Ala
al-Kafirin].
Berkata juga Amirul mukminin Abu
Umar Al-Baghdadi (rahimahullah); “Namun sayang,
beberapa anak burung sekularisme menyebarkan kebohongan penjajahan, merumuskan
dasar untuk itu, berargumen mendukung hal itu, dan mengangkat panji buta dengan
nama nasionalisme dan patriotisme, padahal itu adalah hal yang sama dengan apa
yang ada di dalam ajaran Majusi, sehingga mereka menjadikan kekayaan negeri
Irak, khususnya air dan minyaknya hanya untuk orang yang memiliki
kewarganegaraan Irak, lalu apakah seandainya dulu Rasulullah shallallahu alaihi
wa sallam hijrah ke negeri kita, karena beliau sesungguhnya beliau telah hijrah
ke negeri yang bukan negerinya, dan tinggal di negeri yang bukan negerinya,
maka apakah halal baginya dan juga bagi para sahabatnya kekayaan itu semua
sesuai dengan doktrin orang-orang ini? Tidak, dan tidak ada jalan bagi
Rasulullah dan muhajirin untuk mendapatkan kepemimpinan dan kekuasaan, dan
harus mendapatkan apa yang mereka butuhkan dengan susah payah dan kasar.
Bagaimana tidak, mereka inilah yang mengatakan bahwa Irak adalah untuk
orang-orang Irak dan kekayaannya adalah milik mereka. Ya, bagi setiap warga
Irak, tidak peduli walau dia adalah penyembah setan Yazidiah, Shabi`ah atau
Mandian, semua mereka memiliki kesamaan hak, baik dia muslim sunni, atau
seorang rafidhi majusi, dan tidak penting apakah orang Irak ini menyembah Rabb
kita yang mulia atau setan yang hina, maka haknya tetap terjaga! Wahai
muwahhidin, sesungguhnya akidah kita adalah seorang muslim adalah saudara kita
walau dia orang Asia Filipina, dan penyembah setan adalah musuh kita walau dia
adalah orang Irak seutuhnya! [Fa Amma Zubadu fa Yadzhabu Jufa].
Pada
tanggal 25 Desember 2014, telah dibentuk Jabhah Syamiah di Aleppo, termasuk di
dalamnya adalah Jabhah ‘Islamiah’, Jaisy ‘al-Mujahidin’, Harakah ‘Nuruddin
Zanki’, grup ‘Fastaqim Kama Umirta’, Jabhah Ashalah wa Tanmiah, dan yang
terakhir adalah Harakah Hazm, dan mayoritas grup ini adalah anggota wadah
nasionalis Dewan Komando Revolusi Suriah (Majlis Qiyadah Ats-Tsaurah
As-Suriah). Grup-grup ini juga mendapat sokongan dana “tanpa syarat” dari rezim
Negara-negara teluk dan juga CIA, SNC (Syrian National Coalition), Jaisy
Al-Hurr (FSA), Supreme Military Council juga mendapatkan bantuan walau mereka
tidak bergabung kepada arah mana pun dari ini semua. Pada bulan Februari 2015,
jabhah baru ini bersepakat dengan kelompok Kurdi; Partai Demokrasi Otonomi
Kurdi (PKK) Unit Pelindung Rakyat (YPG) sayap militer Partai Persatuan
Demokrasi (YPD) untuk menegakkan syari’at di ‘Afrin! Bagaimana caranya kaum
Nasionalis ‘Islamis’ berencana menegakkan syariat bersama kaum Marxis dan
Demokratis sekuleris? Satu pertanyaan untuk mereka adalah; Apakah
pesawat-pesawat Salibis yang membantu partai PKK di Ain Al-Islam juga akan membantu
penegakkan “syariat”..
Skenario
yang dijalankan oleh para Nasionalis ‘Islamis’ bersama para nasionalis sekuler
untuk membentuk pemerintahan nasionalis yang mencakup undang-undangnya islam
dan demokrasi, adalah skenario yang sama yang telah selesai diuji coba di
Mesir, Tunisia dan Libya. Dan orang-orang salib tahu bahwa pada akhirnya di
sana ada perbedaan antara dua kue ini, dan tinggal duduk sambil menunggu
kelompok mana yang lebih menguntungkan kepentingan mereka untuk segera mereka
bantu. Dan dua kelompok ini pun saling berlomba untuk bersaing dalam
memperlihatkan kemurtadan sebanyak-banyaknya hingga menang dalam mencari
keridhoan Barat dan sekutu mereka—para haghut Arab.
Akan
tetapi permainan ini sangat jelas terlihat bagi mereka yang memiliki iman dan
memahami waqi’, tetapi hal ini tidak demikian bagi para pengklaim jihad di Syam
(Jabhah Jaulani). Orang-orang yang menyimpang ini justru memerangi Daulah
Islamiah berdampingan bersama para kelompok Shahawat yang kelak akan membangun
Jabhah Syamiah sembari mengatakan bahwa mereka adalah battalion mujahid yang
ikhlas, hanya saja “keikhlasan” yang dikatakan oleh Jabhah Jaulani ketika
menggambarkan kelompok ini semakin tampak jelas hakikatnya hari demi hari.
Dan
berikut adalah transkip ceramah yang disampaikan oleh ketua Departemen Politik
dan Informasi Jabhah Syamiah -Zakaria Malahifji- di dalam muktamar yang
diselenggarakan oleh “Pasukan Revolusioner Aleppo” yang diadakan di Turki pada
1 maret 2015:
“Dalam
rangka menjawab tuntutan revolusi, dan memenuhi permintaan masyarakat
revolusioner di Aleppo, terutama dalam masalah persatuan dan organisasi demi menghadapi
agresi tiran, dan atas nama Jabhah Syamiah, dengan ini saya ingin membacakan
kepada hadirin sekalian beberapa dasar keputusan berikut ini”
“Pertama:
Jabhah Syamiah adalah bagian dari Dewan Tinggi Revolusi yang wajib untuk
mempersatukan kekuatannya demi meraih kemenangan, karena persatuan adalah satu-satunya
jalan untuk meraih kemenangan dan perpecahan hanyalah menyenangkan rezim yang
jahat.”
“Kedua:
Jabhah Syamiah adalah faksi yang merepresentasikan Suriah dan warganya, dan
menganggap bahwa Suriah untuk warga Suriah, dan prioritas kami adalah
membebaskan Suriah dari Iran dan melengserkan rezim yang jahat untuk mengakhiri
kedzaliman dan membangun bangsa yang merdeka”.
“Ketiga:
Kami menganggap bahwa identitas kewarganegaraan Suriah adalah untuk setiap
warga Suriah, baik itu Arab, Kurdi, Turkman, Asyirian, Druz, sebagaimana kami
juga mengakui agama-agama lain.”
“Keempat:
Suriah sebagaimana yang ada sekarang dengan garis batas internasional yang
telah diakui, adalah sebuah Negara untuk seluruh warga Suriah, dan Jabhah
Syamiah menolak pembentukan Suriah menurut salah satu faksi, atau agenda
politik atau kelompok tertentu.”
“Kelima:
Seluruh dunia mengetahu, bahwa rezim Suriah dahulu dan hingga sekarang menjadi
sponsor utama terrorisme di wilayah ini, dia telah melatih kelompok-kelompok
terror dan menggunakan mereka untuk membunuh dan melakukan terror di
Negara-negara tetangga dan sekarang dia menggunakannya untuk membunuh revolusi
warga Suriah.”
“Keenam:
Hal yang sangat jelas, bahwa revolusi Suriah menghadapi persekongkolan yang
terdiri dari berbagai rezim jahat dan terror di wilayah ini, yang dipimpin oleh
Iran yang menjajah negeri Suriah, pada saat yang sama, masyarakat internasional
dan seluruh lembaga meninggalkan tanggung jawab mereka secara moral dan hukum
untuk menghentikan pembantaian atas warga Suriah yang telah berlangsung selama
empat tahun, dan tidak melindungi keselamatan warga yang keluar dalam
demonstrasi besar-besaran pada tahun pertama revolusi.”
“Ketujuh:
Jabhah Syamiah mengucapkan terimakasih kepada semua mitra dan sahabat rakyat
Suriah, terutama kepada Turki, Saudi, Qatar, dan Negara-negara lain, dan
mengajak mereka untuk bersama mengambil sikap tegas terhadap penjajahan Iran,
kelompok-kelompok Iran dan kejahatan rezim.”
“Kedelapan:
Jabhah Syamiah percaya bahwa proposal Demistora bukan merupakan solusi politik
bagi Suriah sekarang, tidak juga sebagai dokumen tertulis, yang justru
mengusulkan gencatan senjata di Aleppo untuk menyelamatkan rezim dari kekalahan
terus menerus, dan memberikan kesempatan untuk memusnahkan Douma, Daraa, dan
semua daerah Suriah lainnya. Demistora ingin melompati Konferensi Genewa I dan
II, di mana di dalamnya para revolusionis sepakat untuk mengganti rezim yang
jahat dengan Suriah yang merdeka dan mandiri. Wahai saudara sekalian, ini
menekankan bagi kita pentingnya mengeluarkan kesepakatan bersatu terhadap
proposal Demistora dan lainnya, dan jangan sampai kita terpecah belah dalam
membuat kesepakatan melawan proposal itu, demi tanggung jawab kita terhadap
darah para syuhada dan masyarakat besar revolusi.”
“Kesembilan:
Jabhah Syamiah mengajak kepada usaha yang lebih keras lagi untuk menghentikan
solusi senjata dalam memutuskan perselisihan antara para revolusionis
perselisihan terakhir adalah apa yang terjadi di Aleppo. Dan kami mengajak
kepada peradilan yang independen yang bisa menempatkan semuanya pada tempat
yang benar, dan menghindari pertumpahan darah yang itu hanya menguntungkan
pihak rezim jahat”.
“Kesepuluh:
Kami berterima kasih kepada saudara-saudara yang hadir di dalam konferensi ini,
dan kami berterima kasih juga kepada saudara-saudara di Koalisi Nasional Suriah
(SNC) dan Pemerintah Interim Suriah, dan kami meminta kepada mereka untuk terus
menerus memberikan dukungan secara konstan dan terorganisir terhadap kaum
revolusioner di Aleppo, dan bekerja terus menerus dengan sekutu dan sahabat
warga Suriah dengan tidak memutus atau mengurangi bantuan ini, dengan demikian
mesin kriminal ini bisa terus kita hadapi. Kita juga menegaskan kembali kepada
seluruh warga kami untuk tetap memberikan dukungan dengan karunia dari Allah,
hingga meraih Syahadah atau kemenangan.
Terakhir, kami sangat
senang dengan pertemuan ini, yang kami harap kita bisa menjadi front yang
bersatu untuk revolusi di seluruh kota Aleppo dan selainnya, dan seluruh tanah
Suriah, karena di sana ada kenyataan yang sangat jelas ketika kita bersatu maka
akan tumbanglah rezim ini. Dan terakhir, kami berterima kasih kepada kalian
semua.”
Inilah kalimat
terakhirnya yang menyimpang, dan beginilah menurut sekutu tanzhim Al-Qaeda di
Suriah, yang tidak membedakan antara Muslim dan Kristen (Assyrian/ Syriac),
Nusairi, Rafidi, Durz, dan Isma’ili, Suriah adalah Negara untuk semua! Menurut
sekutu tanzhim Al-Qaeda di Suriah, Koalisi Nasional Suriah (SNC), Pemerintah
Interim Suriah, pemerintah Turki, keluarga Saud dan Qatar semua adalah saudara
muslim¹! Menurut sekutu tanzhim Al-Qaeda di Suriah, dalam pandangan mereka
bersatu demi nasionalisme dan patriotisme bangsa lebih penting dari pada
perpecahan lantaran tauhid dan kebenaran! Dan mereka membuat pernyataan yang
menyimpang ini sambil berdiri di bawah bendera jahiliyah nasionalis, bendera
dua orang Salib, Sykes dan Picot!
Syrian Druze |
Pertanyaan bagi
setiap para pengikut pengklaim jihad: Mengapa para komandan Jabhah Jaulani
melakukan kerja sama dengan faksi ini demi melawan Daulah Islamiah? Apa hukum
orang-orang yang masuk ke dalam ruang-ruang operasi dan kerjasama bersama
dengan para faksi menyimpang ini untuk melawan Daulah Islamiah? Apa hukum
mereka yang telah bekerja sama dengan kelompong-kelompok buruk ini untuk
melawan Daulah Islamiah? Mengapa kelompok ini dengan lantang membuat pernyataan
publik dengan membawa slogan nasionalisme jahiliah – sejumlah pernyataanya
sebenarnya juga mengandung kekufuran – dan Jabhah Jaulani terus menerus
mengabaikan kesalahan ini dan tidak mencela mereka secara publik (terkadang
bahkan membela mereka!), dan justru memfokuskan kampanye media mereka untuk
melawan Daulah Islamiah! Apakah kesalahan Nasionalisme sesat ini tidak sebanding
dengan ‘kesalahan’ Daulah Islamiah!
Terakhir, apa
perbedaan haqiqi antara Harakah Hazm dan Jabhah Tsuwar Suria (Mantan sekutu
Jabhah Jaulani yang dulu) dan antara Jaisy ‘al-Mujahidin’, ‘Zanki’, ‘Fastaqim
Kama Umirt’ dan Jabhah Ashalah wa Tanmiah, dan berbagai faksi dari front-front
‘Islami’? Apakah perbedaannya hanya pada panjangnya sentimeter jenggot, dan
perbedaan tipis antara Mursi dan Sisi, yang kedua-duanya mengatur dengan
undang-undang thaghut dan memimpin kampanye melawan mujahidin di Sinai?
Jabhah Jaulani akan
mendapati akibat dari pengkhianatannya terhadap para muhajirin dan anshar
Daulah Islamiah, ini akan berakhir pada pengkhianatan Shahwah terhadap Jabhah
Jaulani, dan sedikit demi sedikit hal ini telah terlihat…
Source: DABIQ 8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar