8/10/2019

Ikhwanul Murtaddin [Bag. 5]


Para Pengklaim Jihād dan Ikhwan

Ini adalah penyimpangan terang-terangan dari Ikhwān, meskipun begitu ia mampu menyusup ke dalam gerakan "Salafī" beberapa dekade lalu. Termasuk yang pertama dari gerakan-gerakan itu adalah yang dikenal sebagai Surūriyyah, nama ini berasal dari penggerak "ideolog" utamanya, sejarawan Muhammad Surūr. Dalam perwujudan pertama dari Surūriyyah, mereka mengutuk rezim tāghūt dan menghati-hatikan dari berpartisipasi dalam pemilu syirkī, tetapi mereka menghindar dari masalah takfīr dan jihād. Namun, ketika beberapa kelompok "Islami" murtad mengambil bagian di pemilu Aljazair tahun "1991," Surūriyyah segera mengubah sikap mereka dalam masalah ini, dan mendukung partai-partai ini di pemilu syirkī. Mereka lalu mulai meningkatkan propaganda mereka melawan mujāhidīn. Setelah operasi 11 September dan operasi di Semenanjung Arab setelahnya, Surūriyyah membuat kompensasi dengan tawāghīt, terutama dari keluarga Saudi. Orang-orang Surūriyyah yang telah dilarang memasuki negara yang dirampas oleh tawāghīt diizinkan untuk kembali guna mengambil bagian dalam perang melawan mujāhidīn.

Fenomena Surūrī ini diikuti oleh fenomena "Hizb al-Ummah" (Kelompok Umat) yang dipimpin oleh Hākim al-Mutayrī. Ia juga mencoba untuk menggabungkan aspek-aspek dari manhaj Ikhwānī ke "Salafiyah." Ikhwānī "Salafiyah" akhirnya menemukan jalan ke barisan al-Qā'idah, karena banyakdari para pemimpinnya masih menaruh hormat pada ulamā’ Ikhwānī dan ulamā’ yang berorientasi Ikhwānī.

Mengenai hal ini, dapat ditemukan banyak contoh dari berbagai tulisan para pengklaim jihād. Abu Mus'ab as-Sūrī, misalnya, berkata, "Gerakan Ikhwānul Muslimīn adalah benar-benar, seperti yang mereka klaim, ‘kelompok induk’ yang melahirkan mayoritas dari gerakan politik fundamentalis dan bahkan banyak gerakan jihādī di Arab dan dunia Islam" [Da'wah al-Muqāwamah].

Dia juga berkata, "Gerakan Ikhwānul  Muslimīn adalah inkubator alami utama  dimana pemikiran jihādī dapat tersebar,  karena dakwah Hasan al-Bannā adalah lingkungan yang sesuai untuk perkembangan  tersebut. Tidak ada yang dapat  menunjukkan hal itu dengan lebih jelas  daripada slogan Ikhwānul Muslimīn yang  menggambarkan manhaj Ikhwānī secara  ringkas: 'Allah adalah tujuan kami. Rasūlullāh  teladan kami. Al-Qur'an pedoman  hidup kami. Jihād adalah jalan kami. Mati  di jalan Allah adalah cita-cita tertinggi kami’  … Praktek-praktek jihādī pertamanya juga  merupakan bukti bahwa ia adalah inkubator  yang sesuai untuk lahirnya gerakan  dan ideologi jihādī dari rahimnya" [Da'wah  al-Muqāwamah].

Dia juga berkata, "Aspek-aspek ‘aqidah jihādī ada di sebagian besar seruan-seruan itu [untuk reformasi yang menyeluruh] dan tidak ada yang lebih menunjukkan hal ini daripada slogan terkenal dari induk dan jantung semua gerakan Islam – seruan Ikhwānul Muslimīn dan berbagai gerakan yang ia lahirkan di Arab dan dunia Islam… Aku tidak menemukan karya mengesankan dari semua penulis modern umat ini yang lebih komprehensif dalam mengumpulkan dasar-dasar ‘aqidah jihād seperti yang terkumpul dalam slogan Ikhwān, yang mencakup semua aspek, prinsip, dan cabang dari agama" [Da'wah al- Muqāwamah].

Dia juga berkata, "Ideologi revolusioner dari gerakan jihād dan inkubator ideologis pertamanya - aksudku ideologi Ikhwānul Muslimīn – terutama memasuki Arab dan dunia Islam melalui Mesir dan Suriah. Ideologi organisasi yang dibentuk di dalam gerakan Ikhwānul Muslimīn ini … adalah salah satu dari dua bagian dari komposisi ideologi gerakan jihādī modern" [Da'wah al-Muqāwamah].

Jadi, as-Sūrī menganggap Ikhwān sebagai pembaharu dari jihād di zaman ini, seolah-olah ia mengabaikan fakta bahwa semua upaya mereka dihabiskan untuk melayani demokrasi! Pendiriannya ini ditiru oleh adz-Dzawāhirī, yang mengatakan, "Syaikh Hasan al-Bannā, semoga Allah merahmatinya, tanpa diragukan lagi adalah seorang simbol perintis gerakan Islam. Allah memberkahinya dengan kesyahidan. Kami memohon agar Allah menerimanya dan menerima amal kebaikannya yang lain. Hanya Allah yang mengetahui sejauh mana cinta dan hormatku kepada beliau di dalam hatiku… Syaikh Hasan al-Bannā, semoga Allah merahmatnya, juga menanam benih jihād di gerakan Islam modern" [Al-Hisād al-Murr]. Dia juga berkata, "Saya mendedikasikan penghargaan dari pekerjaan ini untuk… sang imām, pembaharu dari kebangkitan Islam Hasan al-Bannā, yang mengantarkan para pemuda dari dunia rekreasi dan bermain menuju jihād di medan perang" [Shadhā al-Qaranfulāt].

Masalahnya tidak berhenti pada pengklaim jihād menganggap Ikhwān berada di balik kebangkitan jihād, tapi juga mencakup pemberian udzur atas kemurtadan Ikhwānī. As-Sūrī berkata, "Adapun para pelaku demokrasi, maka mereka terbagi atas berbagai macam. Karenanya, hukum atas mereka berbeda-beda. Namun secara umum, aku percaya pada pendapat yang mengatakan bahwa orang-orang yang percaya pada filosofi dan keabsahan demokrasi adalah orang kafir dan bertentangan dengan ‘aqīdah Islam dan agama tauhīd. Namun mempraktekkannya dengan alasan kelemahan dan ia merupakan satu-satunya cara yang ada untuk mencapai tujuan yang mereka yakini untuk melayani dakwah, Islam, dan umat Islam dan bahwa itu adalah cara yang mungkin untuk mencapai pe- nerapan Syarī'at dalam kondisi tersebut dan menghapuskan hal-hal yang menentang Syarī'at, atau bahwa ia adalah jalan yang potensial untuk menyatakan kebenaran, mengajak pada kebaikan, mencegah kemunkaran, dan menyampaikan kebenaran pada umat, dan sebagainya, maka orang-orang yang ikhlas di antara mereka diudzur dalam praktek demokrasi dan bergabungnya mereka dengan lembaga-lembaganya karena pemahaman mereka yang keliru" [Da'wah al-Muqāwamah]!

Demikianlah, pengklaim jihād menganggap murtaddīn dan tawāghīt sebagai Muslim, seperti sikap adz-Dzawāhirī terhadap Mursi dan pengikutnya. Para pengklaim jihād juga mengajak kepada kerjasama yang lebih besar bersama Ikhwān dan untuk menghormati Ikhwān.

As-Sūrī berkata, "‘Aqīdah Jihādī dan Pedoman Dasar Seruan Perlawanan Islam Global:… Pasal 19: Seruan Islam global menilai semua upaya ikhlas di dalam kebangkitan Islam -dakwah, reformasi, pendidikan, agama, dan upaya lain yang dibenarkan oleh Syarī'at – yang dilakukan oleh berbagai aliran dari kebangkitan Islam termasuk… Ikhwānul Muslimīn… layak untuk mendapatkan penghargaan atas pemeliharaan mereka terhadap agama umat Muslim dan peningkatan kondisi mereka. Ia menyeru mereka untuk bekerja sama dalam kebenaran dan ketakwaan dan untuk mendukung perlawanan ini. Ia menilai upaya mereka dalam berdakwah kepada agama Allah sebagai sebuah dukungan dan pemersatu akar-akar dari perlawanan dalam umat ini dan pemeliharaan atas para penyusunnya. Ia menyeru setiap orang untuk mengabaikan poin-poin perbedaan di tahap ini dimana keberadaan semua Muslim terancam di semua tingkat kebudayaan." [Da'wah al-Muqāwamah].

Sikap terhadap Ikhwān ini diulang dalam media resmi al-Qā'idah di bawah pimpinan adz-Dzawāhirī, yang paling terkenal adalah di "Pedoman Umum Amal Jihādī" dan "Perjanjian untuk Menolong Islam." Sikap ini menggiring para pengklaim jihād tidak hanya untuk menyeru pada kerjasama yang lebih besar antara mereka dan Ikhwān, bahkan mengkritik mereka yang menyatakan takfīr pada Ikhwān.

Sebagai contoh, as-Sūrī mengkritik 'Adnān 'Uqlah dan rekan-rekan 'Adnān yang sama-sama meninggalkan Ikhwān dan membentuk at-Talī'ah al-Muqātilah (Pejuang Garda Depan). As-Sūrī berkata, "Perkara berbahaya nampak dalam kerja-kerja at-Talī'ah. Yaitu kecenderungan dari mereka – terutama 'Adnān 'Uqlah dan sejumlah muridnya – kepada ekstremisme, terutama setelah Ikhwān mengambil jalur koalisi yang aneh dan kampanye media politik yang baru, setelah Ikhwān memperkokoh sikap 'Adnān dengan desakan mereka untuk memboikot at-Talī'ah dan memusuhinya. Maka 'Adnān 'Uqlah menyatakan takfīr kepada para pemimpin Ikhwānul Muslimīn… yang menyetujui Koalisi Nasional [tahun "delapan puluhan"] dan kekacauan yang diakibatkannya. Yang mendorongnya kepada hal ini adalah beberapa publikasi yang benar-benar rusak dari Koalisi Nasional, yang secara jelas termasuk Ikhwān!…

Dan meskipun sejumlah tokoh yang layak berdiri menghadang aliran ekstrim ini yang melakukan takfīr pada yang lain, 'Adnān tetap di atas keyakinannya dengan alasan masuk akal yang terus ia ulangi. Dia diikuti oleh banyak anggota at-Talī'ah dalam pendapatnya" [at-Tsaurah al-Islāmiyyah al-Jihādiyyah fī Sūriyā]. Dia juga menjelaskan salah satu "poin negatif" dalam "pengalaman at-Talī'ah" adalah, "Kecenderungan at-Talī'ah kepada ekstremisme pada hari-hari terakhirnya sebagai akibat boikot dari Ikhwānī dan orang-orang Iraq, konspirasi dari semua kelompok untuk melawannya, serta penindasan dan kekerasan yang jelas dihadapi. Ekstrimisme ini adalah sifat tetap yang dimiliki dari semua anggota dari at-Talī'ah. Media Ikhwānī memainkan peran utama dalam melebih-lebihkan ekstremisme ini untuk dipakai melawan at-Talī'ah, tapi tidak diragukan lagi bahwa at-Talī'ah memiliki sejumlah ekstremisme yang jelas. Mungkin yang paling ekstrim dari apa yang telah ia pelajari adalah keyakinan 'Adnān 'Uqlah dan beberapa temannya untuk menyatakan takfīr atas orang-orang Ikhwānul Muslimīn… yang memberi putusan untuk mendukung Koalisi Nasional dan menyetujuinya sebagai sebuah gagasan dan program. 

Dia menyatakan takfīr atas semua orang yang terbukti berkoalisi dan bersikeras atas kesetiaannya pada para pemimpin dan koalisinya. 'Adnān 'Uqlah memiliki beberapa klaim untuk keyakinannya yang ditemukan dalam publikasi-publikasi koalisi dan pernyataan dari sejumlah Ikhwān, terutama ‘Adnān Sa'ad ad-Din, yang mengatakan dalam salah satu wawancara bahwa ia menganggap anggota partai Baats Iraq - sayap kanan partai Aflaq - sebagai Muslim dan para pimpinannya adalah religius. Bahkan, Sa'ad ad-Din menyatakan lebih dari satu kali mengenai keyakinannya bahwa Saddam Hussein adalah Muslim dan rezimnya Islami! Bahkan, Sa'ad ad-Din mengkritik para pemuda yang menyatakan Saddam sebagai orang kafir dan meminta para pemuda ini untuk bertaubat dari keyakinan itu. Namun, meskipun pernyataan ini memberikan klaim atas keyakinan 'Adnān 'Uqlah, tidak diragukan lagi generalisasi yang ia anut adalah ekstrim!" [at-Tsaurah al-Islāmiyyah al-Jihādiyyah fī Sūriyā].

Di sini as-Sūrī mengkritik 'Adnān 'Uqlah karena menyatakan takfīr pada Ikhwān Suriah karena bergabung dengan koalisi nasionalis yang bekerja untuk mendirikan sebuah negara demokratis sekuler! Maka tidak mengherankan setelah pembahasan ini untuk melihat para pengklaim jihād di Syām dan di tempat lainnya berpihak kepada faksi-faksi murtad Ikhwānī dan Surūrī melawan mujāhidīn Daulah Islam dengan ‘alasan’ bahwa para muhājirīn dan anshār adalah khawarij! Atau dalam ucapan terdahulu dari si pendusta lagi sesat Abu Qatādah al-Filistīnī, yang berbicara jujur saat ia menyingkap kebodohan Ikhwanī tentang tauhīd dan lantas berkata, "Maka kebaikan apa yang bisa diharapkan dari kelompok Ikhwānī?!

Dapatkah kita mengharapkan dari mereka kebangkitan dari bangunan besar Islam yang telah runtuh?! Bahkan yang lebih aneh adalah mereka yang percaya bahwa ideologi Hasan al-Bannā adalah manhaj pembaharu untuk umat di zaman ini, sedangkan orangorang ini mengklaim diri sebagai pengikut Salaf dan Salafiyyah dan mengangkat slogan Ahlus Sunnah wal-Jamā'ah! Bahkan yang lebih aneh lagi adalah mereka yang mengklaim bermanhaj jihādī namun percaya bahwa perbedaan antara kelompok Ikhwānul Muslimīn dan kelompok jihād adalah bagaikan perbedaan antara Shahīh al-Bukhārī dan Shahīh Muslim! Dengan alasan ini, orang-orang ini tidak pernah absen untuk bersatu dengan Ikhwān, bukan untuk memerangi murtaddin, tapi untuk memerangi muwahhidīn… Bahkan, orang-orang ini digunakan sebagai tunggangan oleh Ikhwānī sesat untuk mengutuk [muwahhidīn] dan memanggil mereka takfīrī" [Al-Jihād wal-Ijtihād].

Bukankah ini adalah perkara yang mana shahawāt murtad dari adz-Dzawāhirī telah jatuh ke dalamnya di setiap negeri?

Bara’ah dari Ikhwan

Syaikh Abu Muhammad al-'Adnānī (hafidzahullāh) berkata, "Ikhwān hanyalah sebuah kelompok sekuler dengan jubah 'Islami'. Bahkan, mereka adalah sekuleris yang terjahat. Mereka adalah kelompok yang menyembah jabatan dan parlemen. Mereka merelakan diri mereka berjuang dan mati demi demokrasi, tapi tidak akan merelakan diri untuk berjihād dan terbunuh demi Allah. Sungguh, pembicara mereka membual di suatu perkumpulan ratusan atau ribuan orang, mengatakan, ‘Berhati-hatilah dari berbalik ke belakang. Matilah di jalan demokrasi.’

Mereka adalah kelompok yang akan sujud kepada Iblīs tanpa ragu-ragu jika itu yang disyaratkan untuk mendapat jabatan…
Kelompok Ikhwān… meninggalkan semua prinsip-prinsip īmān… ketika mereka setuju untuk menyandarkan hak membuat hukum kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala, ketika mereka mengatakan dengan bangga dan tanpa malu, 'Hak membuat hukum adalah milik rakyat." Setelah itu mereka menambahkan, 'Kami adalah perwakilan dari rakyat di parlemen.’ Terdapat kontradiksi yang jelas antara apa yang mereka katakan dan lakukan dengan ‘aqidah para Nabi dan tauhīd dari Rabb Langit dan Bumi… 

Kekufuran ini, yang dilakukan oleh kelompok Ikhwān dan mereka buat orang lain jatuh ke dalamnya, adalah akibat dari mentaati orang-orang kafir dari Amerika dan Barat" [As-Silmiyyah Din Man]. Beliau (hafidzahullāh) juga mengatakan, "Tidak ada perbedaan antara Mubarak, Qaddafi, dan Ben Ali, dengan Morsi, Mustafa Abdul Jalil, dan Rasyid al-Ghannushi, karena mereka semua tawāghīt yang sama-sama berhukum dengan hukum buatan manusia. Tapi kelompok yang kedua ini lebih berbahaya bagi umat Muslim" [As-Silmiyyah Din Man].

Hal ini seharusnya sudah jelas sekarang, bagi umat Muslim di Barat, Timur, dan mereka yang tinggal di negeri yang dirampas oleh orang-orang murtad, Yahudi, dan Nashrani, mengapa Ikhwān adalah kelompok dengan kemurtadan ekstrim dan mengapa wajib atas umat Muslim untuk menyatakan sikap takfīr, barā'ah, kebencian, dan permusuhan terhadap kelompok ini dan para anggotanya serta berbagai sektor, cabang, faksi, “Islamic” center, dan masājid dhirār (membahayakan) 7 mereka. Juga merupakan hal yang wajib pada setiap anggota partai untuk meninggalkannya dan meninggalkan prinsip-prinsipnya yang kufrī.

Begitu pula, wajib atas setiap Muslim untuk berhijrah ke Khilāfah, yang merupakan satu-satunya badan yang menentang Ikhwanul Murtaddin, para salibis tuan dari Ikhwān, dan Rāfidah yang bersekutu dengan Ikhwān, yang semuanya mencoba untuk menghancurkan agama Islam dan menggantinya dengan "Islam" yang terkait dengan Nabi shallallahu alaihi wa sallam hanya sebagaimana orang-orang Kristen modern dan Kekristenan terkait dengan tauhīd yang didakwahkan oleh Nabi 'Isā ‘alaihis salam.

Semoga Allah mengakhiri kelompok murtad musyrik ini melalui jihād dari Khilāfah. Āmīn.

[7] Allah subhanahu wa ta’ala telah mengharamkan shalat di masājid yang didirikan oleh munāfiqīn. Keharaman ini bahkan lebih berlaku untuk masjid yang didirikan oleh murtaddīn ekstrim yang mana orang-orangnya menjadi imām yang menyampaikan khutbah dan memimpin manusia dalam shalat! {Janganlah kamu berdiri [untuk shalat] di dalamnya selama-lamanya.  Sesungguhnya masjid yang didirikan atas dasar sejak hari pertama adalah lebih patut kamu berdiri di dalamnya. Di dalam masjid itu ada orang-orang yang suka mensucikan diri; dan Allah menyukai orang-orang yang suci” [At-Tawbah: 108].

Source: DABIQ 14

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...