Telaah Kritis Terhadap Para Dai Yang Saat Ini Banyak Menyeru
Umat Untuk Mengikuti Sistem Yang Bukan Bersumber Dari Al-Qur’an & Sunnah
Oleh: Furqon
(Mata-Media.Net)
– Salah satu tanda akhir zaman yang dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam adalah, akan munculnya dari umat Muhammad Rasulullah
yaitu para dai, ustadz, ulama, kyai atau habaib yang menyeru umat Islam ke
dalam neraka jahannam. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam yang berbunyi,
دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ
مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوْهُ فِيْهَا
”Akan
muncul para dai yang menyeru (umat) ke neraka jahannam. Barangsiapa yang
menerima seruan mereka, maka merekapun akan menjerumuskan (umat) ke dalam
neraka”.
(HR.
Bukhari dan Muslim)
Adapun ciri mereka sebagaimana yang
diterangkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebagai
berikut,
قَوْمٌ مِنْ جِلْدَتِنَا
وَيَتَكَلَمُوْنَ بِأَلْسِنَتِنَا
“Mereka
dari golongan kita dan berbicara dengan lisan-lisan kita”.
Ad-Dawudi
berkata, “Mereka itu dari keturunan Adam”. Sedangkan Al-Qoobisy berkata,
“Maknanya, secara dhohir mereka itu dari agama kita (Islam), tapi secara
batin mereka menyelisihi (agama kita)”.
Para pembaca situs online Mata-Media.Net (MMC) yang
dirahmati Allah semuanya, akhir-akhir ini bisa kita lihat bersama secara mata
telanjang orang-orang yang berpenampilan Islami plus ditokohkan, banyak yang
menyeru umat Islam untuk ikut serta dalam satu ritual yang hal itu jika
dipelajari dan ditelaah termasuk dalam syirik sistem dan hukum, misalnya sistem
Demokrasi.
Sistem tersebut masuk dalam kategori syirik karena siapapun
yang akan terpilih dalam Pemilu yang merupakan satu rangkaian pesta Demokrasi
bisa membuat hukum dan aturan semau mereka sendiri. Yang halal bisa mereka
haramkan, dan yang haram bisa mereka halalkan. Padahal dalam Islam, hak membuat
serta menetapkan hukum dan perundang-undangan itu adalah hak khusus Allah.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ ۚ أَمَرَ
أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ
أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya
keputusan (menetapkan hukum) itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah
memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus,
tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.
(QS. Yusuf 12 : 40)
Mereka
yang mengajak umat untuk tidak mengikuti sistem Demokrasi dan adalah
orang-orang yang dulunya menyatakan bahwa sistem Demokrasi merupakan mantra
syirik. Ada pula tokoh yang mengatakan bahwa tidak akan bisa dan selamanya
tidak akan bisa, Islam diperjuangkan dari dalam melalui sistem yang tidak
bersumber dari Islam, yakni Demokrasi.
Ironisnya,
sekarang ini mereka berbalik arah dengan menyeru umat Islam untuk mengikuti
sistem Demokrasi yang hakikatnya seperti kata Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam, mereka itu hakikatnya hanya menyeru umat untuk masuk ke
dalam neraka jahannam.
Inilah
fitnah akhir zaman, yang mana fitnah ini tidak hanya mengenai orang awam
Muslimin, tapi juga orang yang berilmu dan ditokohkan, namun kemudian mereka
terkena fitnah syubhat dan syahwat duniawi sehingga menjual aqidah dan dien
(agama) mereka demi dunia yang sedikit, fana dan sementara.
Oleh
karena itu, Rasululah mewanti-wanti umatnya agar menjauhi para dai, ustadz,
ulama, kyai dan habaib yang modelnya seperti itu sebagaimana hadits dari
Hudzaifah ibnu Yaman radhiyallahu ‘anhuma yang berkata,
كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنْ الشَّرِّ مَخَافَةَ
أَنْ يُدْرِكَنِي فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ
وَشَرٍّ فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ مِنْ
شَرٍّ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ قَالَ
نَعَمْ وَفِيهِ دَخَنٌ قُلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ
هَدْيِي تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ قُلْتُ فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ
شَرٍّ قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا
قَذَفُوهُ فِيهَا قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا قَالَ هُمْ مِنْ
جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا قُلْتُ فَمَا تَأْمُرُنِي إِنْ
أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ قُلْتُ
فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلَا إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلْ تِلْكَ
الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ
الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ
“Dahulu manusia (para sahabat) bertanya kepada Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam tentang kebaikan, sementara aku biasa bertanya kepada
beliau tentang keburukan (kejelekan) karena khawatir (takut) kejelekan tersebut
menimpaku. Maka aku bertanya, “Wahai Rasulullah, dahulu kami dalam masa
jahiliyah dan keburukan, lantas Allah datang dengan membawa kebaikan ini, maka
apakah setelah kebaikan ini akan ada keburukan lagi?” Nabi menjawab, “Ya”. Aku
bertanya, “Apakah sesudah keburukan itu akan ada kebaikan lagi?” Beliau
menjawab, “Ya, tapi ketika itu sudah ada Asap”. Aku bertanya, “Apa yang Anda
maksud dengan asap itu?” Beliau menjawab, “Adanya suatu kaum yang memberikan
petunjuk dengan selain petunjuk yang aku bawa. Engkau kenal mereka namun pada
saat yang sama engkau juga mengingkarinya”.
Aku bertanya, “Adakah setelah kebaikan itu akan ada
keburukan lagi?” Nabi menjawab, “Ya, yaitu adanya DAI-DAI yang MENYERU menuju
PINTU JAHANNAM. Siapa yang memenuhi seruan mereka, niscaya mereka akan
menghempaskan orang itu ke dalam jahannam?” Aku bertanya, “Wahai Rasulullah,
tolong beritahukanlah kami tentang CIRI-CIRI mereka!” Nabi menjawab, “Mereka
MEMILIKI KULIT seperti KULIT KITA, juga BERBICARA DENGAN BAHASA KITA”.
Aku bertanya, “Lantas apa yang Anda perintahkan kepada kami
ketika kami menemui hari-hari seperti itu?” Nabi menjawab, “Hendaklah kamu
selalu bersama jamaah kaum Muslimin dan imam (pemimpin) mereka!” Aku bertanya,
“Kalau pada waktu itu tidak ada jamaah kaum Muslimin dan imam bagaimana?” Nabi
menjawab, “Hendaklah kamu jauhi seluruh firqah (kelompok-kelompok) itu,
sekalipun kamu menggigit akar-akar pohon hingga kematian merenggutmu dalam
keadaan kamu tetap seperti itu”. (HR. Bukhari no. 7084 dan Muslim no. 1847)
Dalam hadits lainnya, Rasulullah juga telah memperingatkan
umatnya agar berhati-hati dan menjauhi orang-orang yang pandai berbicara yang
seolah-olah mengajak kepada Islam, padahal hakikatnya ajakannya itu adalah
menyimpang dan tidaklah bersumber dari Islam, seperti mengajak untuk ikut serta
dalam Demokrasi dan Pemilu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَاف عَلَىُ
أُمَّتِيْ كُلُّ مُنَافِقٍ عَلِيْمِ اللِّسَانِ
“Sesungguhnya
yang paling aku khawatirkan atas umatku adalah setiap munafik yang pandai
bersilat lidah”.
(HR.
Ahmad, 1:22, no.143)
Para pembaca situs online Mata-Media.Net (MMC) yang
dirahmati Allah semuanya, asap yang dimaksudkan oleh Rasulullah dalam hadits
yang diriwayatkan dari Hudzaifah ibnu Yaman yaitu merupakan kiasan dari
penyimpangan yang akan membuat kabur ajaran Islam, yakni Al-Qur’an dan sunnah
Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang terang benderang malamnya
bagaikan siang.
Bukankah asap dapat mengaburkan pandangan? Di mana yang
jelas menjadi nampak samar. Ketika pandangan samar, maka yang baik bisa jadi
dipandang buruk dan jelek, yang benar bisa jadi dipandang salah. Dan sebaliknya
yang salah jadi dipandang benar, yang buruk dan membinasakan malah bisa jadi
dipandang indah.
Persis seperti sekarang ini, ketika ada orang yang
menjelaskan bahwa Demokrasi dan Pemilu bukanlah bersumber dari Islam dan
termasuk syirik, justru orang-orang yang mengingatkan itu malah dianggap
radikal, ekstrem, dicela habis-habisan dan diancam penjara. Sedangkan yang
mengajak untuk ikut serta ke dalam sistem syirik tersebut malah dipuja-puja,
dihormati, diberi panggung berbicara, dan diangap sebagai Mujahid. Astaghfirullah..
Padahal para dai yang Rasulullah sebutkan diatas, hakikatnya
adalah menyeret umat ke dalam kebinasaan dan kehancuran. Menjadikan umat
menyimpang dan bergelimang kesesatan, serta lebih ngeri lagi yakni menyeret
umat kepada kesyirikan, bid’ah dan kebatilan lainnya. Bisa kita saksikan,
ketika paslon 01 dan 02 dalam pertarungan Demokrasi ini berkampanye, segala
yang haram bisa menjadi halal, seperti bercampur baurnya pria dan wanita yang
bukan mahromnya (ikhtilat) saat kampanye, bercampur baurnya ketika sholat Subuh
berjamaah seperti yang terlihat dalam kampanye 02 di GBK Jakarta pada hari Ahad
(7 April 2019) kemarin, praktek suap (risywah) para Caleg dan berbagai
macam kebatilan dan kemungkaran serta kesyirikan lainnya.
Para dai yang menyeru umat ke dalam neraka jahanam modelnya
juga sebagaimana layaknya Ulama Rabbani yang nampak alim, santun, lembut, tutur
katanya memikat, fasih dan pandai berdalil yang mampu menyihir orang awam. Dengan
kemahirannya berbicara masalah agama dan ketokohannya, maka kemudian membuat
orang awam kagum terpesona, dan menjadikan umat semakin jauh dari Allah Ta’ala,
jauh sejauh-jauhnya.
Oleh karena itu, dalam hadits diatas Nabi Muhammad shallallahu
‘alaihi wa sallam juga memerintahkan umat Islam akhir zaman ini untuk
menjauhi dan meninggalkan para dai penyeru neraka jahannam tersebut, serta
menutup telinga dari apa yang mereka serukan. Karena hakikatnya, hal itu adalah
mantra syirik yang mana setiap orang, baik yang jahil dan berilmu realitanya
bisa bersihir dan mengikutinya jika tidak dilandasi aqidah dan tauhid yang
kokoh dan kuat.
Para pembaca situs online Mata-Media.Net (MMC) yang
dirahmati Allah semuanya, salah satu hal terpenting yang harus kita ketahui juga
adalah siroh (sejarah) dan kisah Nabi Muhammad ketika hendak ditawari
kekuasaan oleh para petinggi Kafir Qurasiy, namun dengan syarat Nabi Muhammad
mau mengendorkan dakwah tauhidnya dan bergantian dalam beribadah. Namun,
setelah Rasulullah ditegur oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, akhirnya beliau
tidak mau menerima ajakan para petinggi Kafir Qurasiy tersebut dan memilih
Golput, yakni tidak ikut serta dalam sistem syirik pemerintahan Kafir Quraisy.
Bukankah Nabi Muhmmad hampir saja menyepakati sebuah kesempatan
besar ketika Musyrikin Quraisy menawarkan jalan tengah kepada Rasulullah supaya
mengusap kaki berhala dan dengan itu kaum Musyrikun Quraisy akan
berbondong-bondong masuk Islam? Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma
menceritakan,
خرج أمية ابن خلف وأبو جهل بن هشام ورجال من قريش فأتوا رسول
الله صلى الله عليه وسلم فقالوا يا محمد تعال تمسح بآلهتنا وندخل معك في دينك وكان
يحب إسلام قومه فرق لهم
Umayyah
Ibnu Khalaf, Abu Jahal Ibnu Hisyam dan sejumlah tokoh dari Quraisy mendatangi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian mereka berkata “Hai
Muhammad, mari usap Tuhan-Tuhan kami dan (nanti) kami masuk bersamamu di dalam
agamamu”. Sedangkan Nabi sangat menginginkan keislaman kaumnya, (dan kemudian)
beliau luluh terhadap mereka, maka Allah menurunkan wahyu (dalam QS. Al-Israa’
[17] : 73-75),
وَإِن كَادُوا۟ لَيَفْتِنُونَكَ عَنِ ٱلَّذِىٓ أَوْحَيْنَآ
إِلَيْكَ لِتَفْتَرِىَ عَلَيْنَا غَيْرَهُۥۖ وَإِذًا لَّٱتَّخَذُوكَ خَلِيلًا –
وَلَوْلَآ أَن ثَبَّتْنَٰكَ لَقَدْ كِدتَّ تَرْكَنُ إِلَيْهِمْ شَيْـًٔا قَلِيلًا
– إِذًا لَّأَذَقْنَٰكَ ضِعْفَ ٱلْحَيَوٰةِ وَضِعْفَ ٱلْمَمَاتِ ثُمَّ لَا تَجِدُ
لَكَ عَلَيْنَا نَصِيرًا
“Dan
mereka hampir memalingkan engkau (Muhammad) dari apa yang telah Kami wahyukan
kepadamu, agar engkau mengada-ada yang lain terhadap Kami; dan jika demikian
tentu mereka menjadikan engkau sahabat yang setia. Dan sekiranya Kami tidak
memperteguh (hati)mu, niscaya engkau hampir condong sedikit kepada mereka. Jika
demikian, tentu akan Kami rasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia
ini dan berlipat ganda setelah mati, dan engkau (Muhammad) tidak akan mendapat
seorang penolong pun terhadap Kami”.
(Sumber: Lubabun Nuqul, Imam As-Suyuthi)
MENGAPA NABI MEMILIH GOLPUT? Padahal kekuasaan sudah ada di
depan mata Nabi Muhamamd. Kalau menggunakan akal dan logikanya orang-orang
sekarang ini yang ikut serta dalam Demokrasi dan Pemilu, maka tentu saja akan
diterima tawaran itu. Tapi apakah orang-orang sekarang ini merasa lebih pintar
dan cerdas serta beriman daripada Nabi?? Sehingga mereka memilih cara sendiri
dalam memperjuangkan Islam dan meninggalkan cara berdakwah dan berjuang yang
sudah dicontohkan oleh Nabi dan para sahabat.
Terkadang, iman tidak bisa dilogika oleh seorang hamba,
karena iman bukan terletak di otak dan “akal sehat” yang sering
didengung-dengungkan oleh salah satu pendukung paslon (pasangan calon)
tertentu, melainkan keyakinan yang tinggi seorang hamba kepada Rabbnya.
Jalan iman itu banyak rintangan dan kerikilnya selalu tajam
serta menyakiti kaki kehidupan. Tetapi bukankah Rabb semesta Alam yang memberikan
pertolongan kepada setiap hamba yang beriman secara benar? Karena sungguh
pertolongan jauh lebih besar dari ujian yang diberikan kepada insan yang
beriman.
Kadang konsekuensi iman begitu berat. Contohnya, Nabi yang
menolak untuk duduk di Darun Nadwah bersama-sama kaum Kafir Quraisy ataupun
menolak kesepakatan untuk saling bergantian dalam beribadah sehingga turun
surat Al-Kafirun. Ia juga kadang harus melepas sebuah kesempatan besar ketika
kesempatan itu tercampur antara kebenaran dan kebatilan.
Jika saja kesyirikan diperbolehkan atas nama maslahat dakwah
seperti yang dilakukan orang-orang sekarang ini, tentu Nabi tidak mungkin
menolaknya dan membiarkan para sahabat tercintanya mendapat bermacam siksaan
sehingga mereka harus berhijrah meninggalkan harta yang dimilikinya di kampung
halamannya. Yakinlah, ujian iman ini tidak selamanya dan kekal, karena sebentar
lagi sistem Islam akan kembali memimpin dan berkuasa dengan manhaj kenabian
atau istilahnya Khilafah ‘Ala Minhajin-Nubuwah, dan sistem Demokrasi akan
berakhir di tong sampah sejarah. Demikianlah kutipan ceramah yang sering
disampaikan oleh ustadz Ihsan Tandjung, salah satu dai pemerhati hadits-hadits
akhir zaman. [Edt; Abd]
Source:
MATA-MEDIA.Net
Tidak ada komentar:
Posting Komentar