8/27/2019

Jauhilah Para Dai Penyeru Neraka Jahannam

Telaah Kritis Terhadap Para Dai Yang Saat Ini Banyak Menyeru Umat Untuk Mengikuti Sistem Yang Bukan Bersumber Dari Al-Qur’an & Sunnah
Oleh: Furqon

(Mata-Media.Net) – Salah satu tanda akhir zaman yang dikabarkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah, akan munculnya dari umat Muhammad Rasulullah yaitu para dai, ustadz, ulama, kyai atau habaib yang menyeru umat Islam ke dalam neraka jahannam. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang berbunyi,

دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوْهُ فِيْهَا

”Akan muncul para dai yang menyeru (umat) ke neraka jahannam. Barangsiapa yang menerima seruan mereka, maka merekapun akan menjerumuskan (umat) ke dalam neraka”.
(HR. Bukhari dan Muslim)

Adapun ciri mereka sebagaimana yang diterangkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah sebagai berikut,

قَوْمٌ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَمُوْنَ بِأَلْسِنَتِنَا
“Mereka dari golongan kita dan berbicara dengan lisan-lisan kita”.

Ad-Dawudi berkata, “Mereka itu dari keturunan Adam”. Sedangkan Al-Qoobisy berkata, “Maknanya, secara dhohir mereka itu dari agama kita (Islam), tapi secara batin mereka menyelisihi (agama kita)”.

Para pembaca situs online Mata-Media.Net (MMC) yang dirahmati Allah semuanya, akhir-akhir ini bisa kita lihat bersama secara mata telanjang orang-orang yang berpenampilan Islami plus ditokohkan, banyak yang menyeru umat Islam untuk ikut serta dalam satu ritual yang hal itu jika dipelajari dan ditelaah termasuk dalam syirik sistem dan hukum, misalnya sistem Demokrasi.

Sistem tersebut masuk dalam kategori syirik karena siapapun yang akan terpilih dalam Pemilu yang merupakan satu rangkaian pesta Demokrasi bisa membuat hukum dan aturan semau mereka sendiri. Yang halal bisa mereka haramkan, dan yang haram bisa mereka halalkan. Padahal dalam Islam, hak membuat serta menetapkan hukum dan perundang-undangan itu adalah hak khusus Allah. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ ۚ أَمَرَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
“Sesungguhnya keputusan (menetapkan hukum) itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.
 (QS. Yusuf 12 : 40)

Mereka yang mengajak umat untuk tidak mengikuti sistem Demokrasi dan adalah orang-orang yang dulunya menyatakan bahwa sistem Demokrasi merupakan mantra syirik. Ada pula tokoh yang mengatakan bahwa tidak akan bisa dan selamanya tidak akan bisa, Islam diperjuangkan dari dalam melalui sistem yang tidak bersumber dari Islam, yakni Demokrasi.

Ironisnya, sekarang ini mereka berbalik arah dengan menyeru umat Islam untuk mengikuti sistem Demokrasi yang hakikatnya seperti kata Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka itu hakikatnya hanya menyeru umat untuk masuk ke dalam neraka jahannam.

Inilah fitnah akhir zaman, yang mana fitnah ini tidak hanya mengenai orang awam Muslimin, tapi juga orang yang berilmu dan ditokohkan, namun kemudian mereka terkena fitnah syubhat dan syahwat duniawi sehingga menjual aqidah dan dien (agama) mereka demi dunia yang sedikit, fana dan sementara.

Oleh karena itu, Rasululah mewanti-wanti umatnya agar menjauhi para dai, ustadz, ulama, kyai dan habaib yang modelnya seperti itu sebagaimana hadits dari Hudzaifah ibnu Yaman radhiyallahu ‘anhuma yang berkata,

كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ الْخَيْرِ وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنْ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الْخَيْرِ فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ قُلْتُ وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ قَالَ نَعَمْ وَفِيهِ دَخَنٌ قُلْتُ وَمَا دَخَنُهُ قَالَ قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ قُلْتُ فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الْخَيْرِ مِنْ شَرٍّ قَالَ نَعَمْ دُعَاةٌ عَلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ صِفْهُمْ لَنَا قَالَ هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا قُلْتُ فَمَا تَأْمُرُنِي إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ قَالَ تَلْزَمُ جَمَاعَةَ الْمُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ قُلْتُ فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلَا إِمَامٌ قَالَ فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الْفِرَقَ كُلَّهَا وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ حَتَّى يُدْرِكَكَ الْمَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ

“Dahulu manusia (para sahabat) bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang kebaikan, sementara aku biasa bertanya kepada beliau tentang keburukan (kejelekan) karena khawatir (takut) kejelekan tersebut menimpaku. Maka aku bertanya, “Wahai Rasulullah, dahulu kami dalam masa jahiliyah dan keburukan, lantas Allah datang dengan membawa kebaikan ini, maka apakah setelah kebaikan ini akan ada keburukan lagi?” Nabi menjawab, “Ya”. Aku bertanya, “Apakah sesudah keburukan itu akan ada kebaikan lagi?” Beliau menjawab, “Ya, tapi ketika itu sudah ada Asap”. Aku bertanya, “Apa yang Anda maksud dengan asap itu?” Beliau menjawab, “Adanya suatu kaum yang memberikan petunjuk dengan selain petunjuk yang aku bawa. Engkau kenal mereka namun pada saat yang sama engkau juga mengingkarinya”.

Aku bertanya, “Adakah setelah kebaikan itu akan ada keburukan lagi?” Nabi menjawab, “Ya, yaitu adanya DAI-DAI yang MENYERU menuju PINTU JAHANNAM. Siapa yang memenuhi seruan mereka, niscaya mereka akan menghempaskan orang itu ke dalam jahannam?” Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, tolong beritahukanlah kami tentang CIRI-CIRI mereka!” Nabi menjawab, “Mereka MEMILIKI KULIT seperti KULIT KITA, juga BERBICARA DENGAN BAHASA KITA”.

Aku bertanya, “Lantas apa yang Anda perintahkan kepada kami ketika kami menemui hari-hari seperti itu?” Nabi menjawab, “Hendaklah kamu selalu bersama jamaah kaum Muslimin dan imam (pemimpin) mereka!” Aku bertanya, “Kalau pada waktu itu tidak ada jamaah kaum Muslimin dan imam bagaimana?” Nabi menjawab, “Hendaklah kamu jauhi seluruh firqah (kelompok-kelompok) itu, sekalipun kamu menggigit akar-akar pohon hingga kematian merenggutmu dalam keadaan kamu tetap seperti itu”. (HR. Bukhari no. 7084 dan Muslim no. 1847)

Dalam hadits lainnya, Rasulullah juga telah memperingatkan umatnya agar berhati-hati dan menjauhi orang-orang yang pandai berbicara yang seolah-olah mengajak kepada Islam, padahal hakikatnya ajakannya itu adalah menyimpang dan tidaklah bersumber dari Islam, seperti mengajak untuk ikut serta dalam Demokrasi dan Pemilu. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَاف عَلَىُ أُمَّتِيْ كُلُّ مُنَافِقٍ عَلِيْمِ اللِّسَانِ
“Sesungguhnya yang paling aku khawatirkan atas umatku adalah setiap munafik yang pandai bersilat lidah”.
(HR. Ahmad, 1:22, no.143)

Para pembaca situs online Mata-Media.Net (MMC) yang dirahmati Allah semuanya, asap yang dimaksudkan oleh Rasulullah dalam hadits yang diriwayatkan dari Hudzaifah ibnu Yaman yaitu merupakan kiasan dari penyimpangan yang akan membuat kabur ajaran Islam, yakni Al-Qur’an dan sunnah Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam yang terang benderang malamnya bagaikan siang.

Bukankah asap dapat mengaburkan pandangan? Di mana yang jelas menjadi nampak samar. Ketika pandangan samar, maka yang baik bisa jadi dipandang buruk dan jelek, yang benar bisa jadi dipandang salah. Dan sebaliknya yang salah jadi dipandang benar, yang buruk dan membinasakan malah bisa jadi dipandang indah.

Persis seperti sekarang ini, ketika ada orang yang menjelaskan bahwa Demokrasi dan Pemilu bukanlah bersumber dari Islam dan termasuk syirik, justru orang-orang yang mengingatkan itu malah dianggap radikal, ekstrem, dicela habis-habisan dan diancam penjara. Sedangkan yang mengajak untuk ikut serta ke dalam sistem syirik tersebut malah dipuja-puja, dihormati, diberi panggung berbicara, dan diangap sebagai Mujahid. Astaghfirullah..

Padahal para dai yang Rasulullah sebutkan diatas, hakikatnya adalah menyeret umat ke dalam kebinasaan dan kehancuran. Menjadikan umat menyimpang dan bergelimang kesesatan, serta lebih ngeri lagi yakni menyeret umat kepada kesyirikan, bid’ah dan kebatilan lainnya. Bisa kita saksikan, ketika paslon 01 dan 02 dalam pertarungan Demokrasi ini berkampanye, segala yang haram bisa menjadi halal, seperti bercampur baurnya pria dan wanita yang bukan mahromnya (ikhtilat) saat kampanye, bercampur baurnya ketika sholat Subuh berjamaah seperti yang terlihat dalam kampanye 02 di GBK Jakarta pada hari Ahad (7 April 2019) kemarin, praktek suap (risywah) para Caleg dan berbagai macam kebatilan dan kemungkaran serta kesyirikan lainnya.

Para dai yang menyeru umat ke dalam neraka jahanam modelnya juga sebagaimana layaknya Ulama Rabbani yang nampak alim, santun, lembut, tutur katanya memikat, fasih dan pandai berdalil yang mampu menyihir orang awam. Dengan kemahirannya berbicara masalah agama dan ketokohannya, maka kemudian membuat orang awam kagum terpesona, dan menjadikan umat semakin jauh dari Allah Ta’ala, jauh sejauh-jauhnya.

Oleh karena itu, dalam hadits diatas Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memerintahkan umat Islam akhir zaman ini untuk menjauhi dan meninggalkan para dai penyeru neraka jahannam tersebut, serta menutup telinga dari apa yang mereka serukan. Karena hakikatnya, hal itu adalah mantra syirik yang mana setiap orang, baik yang jahil dan berilmu realitanya bisa bersihir dan mengikutinya jika tidak dilandasi aqidah dan tauhid yang kokoh dan kuat.

Para pembaca situs online Mata-Media.Net (MMC) yang dirahmati Allah semuanya, salah satu hal terpenting yang harus kita ketahui juga adalah siroh (sejarah) dan kisah Nabi Muhammad ketika hendak ditawari kekuasaan oleh para petinggi Kafir Qurasiy, namun dengan syarat Nabi Muhammad mau mengendorkan dakwah tauhidnya dan bergantian dalam beribadah. Namun, setelah Rasulullah ditegur oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala, akhirnya beliau tidak mau menerima ajakan para petinggi Kafir Qurasiy tersebut dan memilih Golput, yakni tidak ikut serta dalam sistem syirik pemerintahan Kafir Quraisy.

Bukankah Nabi Muhmmad hampir saja menyepakati sebuah kesempatan besar ketika Musyrikin Quraisy menawarkan jalan tengah kepada Rasulullah supaya mengusap kaki berhala dan dengan itu kaum Musyrikun Quraisy akan berbondong-bondong masuk Islam? Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma menceritakan,
خرج أمية ابن خلف وأبو جهل بن هشام ورجال من قريش فأتوا رسول الله صلى الله عليه وسلم فقالوا يا محمد تعال تمسح بآلهتنا وندخل معك في دينك وكان يحب إسلام قومه فرق لهم

Umayyah Ibnu Khalaf, Abu Jahal Ibnu Hisyam dan sejumlah tokoh dari Quraisy mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian mereka berkata “Hai Muhammad, mari usap Tuhan-Tuhan kami dan (nanti) kami masuk bersamamu di dalam agamamu”. Sedangkan Nabi sangat menginginkan keislaman kaumnya, (dan kemudian) beliau luluh terhadap mereka, maka Allah menurunkan wahyu (dalam QS. Al-Israa’ [17] : 73-75),

وَإِن كَادُوا۟ لَيَفْتِنُونَكَ عَنِ ٱلَّذِىٓ أَوْحَيْنَآ إِلَيْكَ لِتَفْتَرِىَ عَلَيْنَا غَيْرَهُۥۖ وَإِذًا لَّٱتَّخَذُوكَ خَلِيلًا – وَلَوْلَآ أَن ثَبَّتْنَٰكَ لَقَدْ كِدتَّ تَرْكَنُ إِلَيْهِمْ شَيْـًٔا قَلِيلًا – إِذًا لَّأَذَقْنَٰكَ ضِعْفَ ٱلْحَيَوٰةِ وَضِعْفَ ٱلْمَمَاتِ ثُمَّ لَا تَجِدُ لَكَ عَلَيْنَا نَصِيرًا
“Dan mereka hampir memalingkan engkau (Muhammad) dari apa yang telah Kami wahyukan kepadamu, agar engkau mengada-ada yang lain terhadap Kami; dan jika demikian tentu mereka menjadikan engkau sahabat yang setia. Dan sekiranya Kami tidak memperteguh (hati)mu, niscaya engkau hampir condong sedikit kepada mereka. Jika demikian, tentu akan Kami rasakan kepadamu (siksaan) berlipat ganda di dunia ini dan berlipat ganda setelah mati, dan engkau (Muhammad) tidak akan mendapat seorang penolong pun terhadap Kami”. (Sumber: Lubabun Nuqul, Imam As-Suyuthi)

MENGAPA NABI MEMILIH GOLPUT? Padahal kekuasaan sudah ada di depan mata Nabi Muhamamd. Kalau menggunakan akal dan logikanya orang-orang sekarang ini yang ikut serta dalam Demokrasi dan Pemilu, maka tentu saja akan diterima tawaran itu. Tapi apakah orang-orang sekarang ini merasa lebih pintar dan cerdas serta beriman daripada Nabi?? Sehingga mereka memilih cara sendiri dalam memperjuangkan Islam dan meninggalkan cara berdakwah dan berjuang yang sudah dicontohkan oleh Nabi dan para sahabat.

Terkadang, iman tidak bisa dilogika oleh seorang hamba, karena iman bukan terletak di otak dan “akal sehat” yang sering didengung-dengungkan oleh salah satu pendukung paslon (pasangan calon) tertentu, melainkan keyakinan yang tinggi seorang hamba kepada Rabbnya.

Jalan iman itu banyak rintangan dan kerikilnya selalu tajam serta menyakiti kaki kehidupan. Tetapi bukankah Rabb semesta Alam yang memberikan pertolongan kepada setiap hamba yang beriman secara benar? Karena sungguh pertolongan jauh lebih besar dari ujian yang diberikan kepada insan yang beriman.

Kadang konsekuensi iman begitu berat. Contohnya, Nabi yang menolak untuk duduk di Darun Nadwah bersama-sama kaum Kafir Quraisy ataupun menolak kesepakatan untuk saling bergantian dalam beribadah sehingga turun surat Al-Kafirun. Ia juga kadang harus melepas sebuah kesempatan besar ketika kesempatan itu tercampur antara kebenaran dan kebatilan.

Jika saja kesyirikan diperbolehkan atas nama maslahat dakwah seperti yang dilakukan orang-orang sekarang ini, tentu Nabi tidak mungkin menolaknya dan membiarkan para sahabat tercintanya mendapat bermacam siksaan sehingga mereka harus berhijrah meninggalkan harta yang dimilikinya di kampung halamannya. Yakinlah, ujian iman ini tidak selamanya dan kekal, karena sebentar lagi sistem Islam akan kembali memimpin dan berkuasa dengan manhaj kenabian atau istilahnya Khilafah ‘Ala Minhajin-Nubuwah, dan sistem Demokrasi akan berakhir di tong sampah sejarah. Demikianlah kutipan ceramah yang sering disampaikan oleh ustadz Ihsan Tandjung, salah satu dai pemerhati hadits-hadits akhir zaman. [Edt; Abd]

Source: MATA-MEDIA.Net

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...