Keutamaan Jihad
Oleh
: Syaikh Ibnu Qudamah An-Najdi
Jihad di Jalan Alloh ‘Azza Wa Jalla Adalah Amalan Terbaik
Setelah Iman Kepada Alloh ta‘ala
Di
dalam Ash-Shohihain disebutkan dari Abu Huroiroh Radhiyallahu ‘anhu berkata:
سُئِلَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أَيُّ الْعَمَلِ أَفْضَلُ؟ قَالَ
: إِيمَانٌ بِاللهِ وَرَسُولِهِ, قِيلَ: ثُمَّ مَاذَا؟ قَالَ: الْجِهَادُ فِي
سَبِيلِ اللهِ, قِيْلَ: ثُمَّ مَاذَا؟ حَجٌّ مَبْرُورٌ
“Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam ditanya, “Amal apakah
yang paling utama?” beliau bersabda, “Beriman kepada Alloh dan rosul-Nya.”
Dikatakan, “Kemudian apa?” beliau bersabda, “Berjihad di jalan Alloh.”
Dikatakan, “Kemudian apa?” beliau bersabda, “Hajji mabrur.”
Hadits ini berlaku bagi orang yang tidak
memiliki kedua orang tua yang harus dilayani dengan baik, atau orang yang kedua
orangtuanya telah memberi izin, atau dalam kondisi jihad hukumnya fardhu ain;
karena dalam kondisi-kondisi ini, jihad lebih didahulukan daripada berbakti
kepada kedua orang tua. Wallôhu A‘lam.
Dan dari Ma‘iz RA dari Nabi Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam bahwasanya beliau ditanya tentang amalan terbaik, beliau bersabda,
“Beriman kepada Alloh saja, kemudian jihad, dan hajji mabrur itu melebihi semua
amalan seperti antara tempat terbitnya matahari dan tempat tenggelamnya.” (HR.
Ahmad, rijalnya adalah rijal shohih). Ma‘iz sendiri adalah shahabat yang
masyhur, ia tidak memakai nasab.
Makna sabda beliau: “..melebihi semua
amalan.” Artinya semua amalan setelah iman dan jihad; sebelumnya telah disebutkan
bahwa amalan terbaik adalah iman dan jihad.
Masih dalam Ash-Shohihain dari Abu Dzar
RA ia berkata: Aku bertanya kepada Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam tentang
amal apakah yang paling utama?” Beliau bersabda, “Iman kepada Alloh dan
berjihad di jalan-Nya.” Ia berkata, “Budak apakah yang paling mahal?” beliau
bersabda, “Yang paling mahal bagi pemiliknya dan paling mahal harganya.”
(Al-Hadits).
Jihad Lebih Baik Daripada Memberi Minum Orang Haji Dan Memakmurkan Masjidil
Haram
Dari An-Nu‘man bin Basyir RA ia berkata:
“Aku berada di sisi mimbar Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, tiba-tiba ada
seseorang berkata, “Aku tidak peduli, untuk tidak mengerjakan amalan setelah
Islam selain memakmurkan Masjidil Harom.”
Ada orang lain berkata, “Tidak, jihad fi
sabilillah itu lebih baik daripada apa yang kau katakan.” Maka Umar bin Khothob
membentak mereka seraya mengatakan, “Jangan mengangkat suara di sisi mimbar
Rosululloh di hari Jum‘at. Nanti setelah sholat Jumat, aku akan masuk menemui Rosululloh
SAW dan menanyakan apa yang kalian perselisihkan.” akhirnya Alloh ‘azza wa
jalla menurunkan firman-Nya:
أَجَعَلْتُمْ
سِقَايَةَ الْحَآجِّ وَعِمَارَةَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ كَمَنْ ءَامَنَ بِاللَّهِ
وَالْيَومِ الْآخِرِ وَجَاهَدَ فِي سَبِيلِ اللهِ لَا يَسْتَوُنَ عِنْدَ اللهِ
وَاللهُ لَأ يَهْدِ الْقَومَ الظَّالِمِيْنَ
“Apakah kalian menganggap
orang-orang yang memberi minum kepara orang-orang yang mengerjakan hajji dan mengurus
Masjidil Haram sama seperti orang yang beriman kepada Alloh dan hari akhir
serta berjihad di jalan Alloh? Mereka itu tidak sama di sisi Alloh. Dan Alloh
tidak memberi petunjuk orang-orang dzalim.” [At-Taubah:
19]
(HR.
Muslim)
Jihad Lebih Baik Daripada Ber‘Uzlah Dan Sibuk Beribadah
Ibnu
‘Asakir meriwayatkan dengan isnadnya dari Abu Huroiroh ra, bahwasanya
Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“Maukah
kuberitahu kalian tentang orang yang paling baik kedudukannya? (Yaitu) lelaki
yang memegang tali kekang kudanya di jalan Alloh. Maukah kalian kuberitahu
tentang orang paling baik kedudukannya setelah itu? Lelaki yang beruzlah dengan
menggembalakan kambingnya, ia menegakkan sholat dan menunaikan zakat, beribadah
kepada Alloh dan tidak menyekutukan-Nya sedikitpun.”
(Muslim dan
lain-lain juga meriwayatkan hadits seperti ini, lafadznya ada Insya Alloh)
Dan
dari Abu Huroiroh RA ia berkata:
مَرَّ
رَجُلٌ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِشِعْبٍ
فِيْهِ عُيَيْنَةٌ مِنْ مَاءٍ عَذْبَةٍ, فَأَعْجَبَتْهُ, فَقَالَ: لَوِ
اعْتَزَلْتُ النَّاسَ فَأَقَمْتُ فِيْ هَذَا الشَّعْبِ وَلَنْ أَفْعَلَ حَتَّى أَسْتَأْذِنَ
رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَ ذَلِكَ لِرَسُولِ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, فَقَالَ: لَا تَفْعَلْ فَإِنَّ مَقَامَ
أَحَدِكُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ اَفْضَلُ مِنْ صَلَاتِهِ فِيْ بَيْتِ÷ِ سَبْعِيْنَ
عَامًا, أَلَا تُحِبُّونَ أَنْ يَغْفِرَ اللهُ لَكُمْ, وَيُدْخِلَكُمُ الْجَنّةَ,
أُغْزُوا فِي سَبِيْلِ اللهِ, قَاتَلَ فِيْ سَبِيْلِ اللهِ فَوَاقَعَ نَاقَةٍ وَ
جَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ
“Seorang
lelaki dari shahabat Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam melewati sebuah
lembah yang di sana terdapat sebuah mata air tawar kemudian ia berkata,
“Seandainya saja aku menjauhi manusia dan tinggal di lembah ini, aku tidak akan
melakukannya sampai aku minta izin kepada Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa
Sallam.” Maka ia menceritakan hal itu kepada Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa
Sallam, beliau bersabda, “Jangan lakukan itu, sebab posisi salah seorang dari
kalian di jalan Alloh lebih baik daripada sholat dia di rumahnya selama tujuh
puluh tahun.
Apakah
kalian tidak suka kalau Alloh mengampuni dosa kalian dan memasukkan kalian ke
dalam jannah? Berperanglah di jalan Alloh, barangsiapa yang berperang di jalan
Alloh sebentar saja (fawaqo naqoh), ia pasti masuk surga.”
(HR. Tirmizi dan dia berkata:
hadits hasan; Al-Baihaqi di dalam As-Sunan, dan Al-Hâkim; ia berkata: shohih
menurut syarat Muslim).
Kata
Fawaqo naqoh: Al-Jauhari dan yang lainnya mengatakan: “Artinya adalah
waktu memerah antara dua puting susu; biasanya ia diperah lalu dibiarkan sesaat
yang ditetek oleh anak unta agar susunya mengumpul banyak lalu diperah.”
Ada
juga yang mengatakan, maksudnya adalah waktu antara kau tempelkan tanganmu dan
kau angkat dari puting susu ketika engkau sedang memerahnya.
Puncak Islam Adalah Jihad Di Jalan Alloh Ta’ala
Dari Mu‘adz bin Jabal ra ia
berkata: Kami bersama Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam di perang Tabuk,
beliau bersabda, “Jika engkau mau, aku beritahukan tentang pokok urusan, tiang
dan puncaknya.” Aku mengatakan, “Mau Wahai Rosululloh.” Beliau bersabda, “Adapun
pokok urusan adalah Islam, tiangnya adalah sholat dan puncaknya adalah jihad.”
(HR. Hakim dengan lafadz ini secara ringkas, ia mengatakan: shohih menurut syarat
Bukhori Muslim; Ahmad juga meriwayatkannya dengan redaksi panjang. demikian
juga Tirmizin dan ia menshohihkannya, An-Nasa’I, Ibnu Majah dan lain-lain).
Thobroni juga meriwayatkannya
dalam Al-Kabîr melalui jalur Muhammad bin Salamah, dari Abu Abdir Rohim dari Abdul
Malik dari Al-Qosim dari Fadholah bin Ubaidillah RA berkata: “Aku mendengar
Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“Islam itu ada tiga bait: bawah,
atas dan tengah. Adapun yang bawah adalah Islam; semua kaum muslimin memasukinya,
tidak ada seorang pun dari mereka yang kau tanya melainkan mengatakan: Saya
seorang muslim.
Adapun yang atas maka amalan
mereka bertingkat-tingkat, sebagian lebih baik daripada sebagian yang lain.
Adapun pertengahan yang paling atas adalah jihad di jalan Alloh, tidak ada yang
bisa mendapatkanya selain yang terbaik di antara mereka.”
Tidak Ada Seorangpun Bisa Melakukan Amalan Yang Menyamai Jihad Fi
Sabilillah
Dari Abu Huroiroh RA berkata:
“Dikatakan, “Wahai Rosululloh, apakah yang bisa menyamai jihad di jalan Alloh?”
beliau bersabda, “Engkau tidak akan bisa melakukannya.” Maka para shahabat
terus mengulang pertanyaannya hingga dua atau tiga kali semuanya beliau jawab,
“Kalian tidak akan bisa melakukannya.” Kemudian beliau bersabda, “Perumpaan
mujahid di jalan Alloh itu seperti orang yang berpuasa dan sholat serta taat (qônit)
terhadap ayat-ayat Alloh. Ia tidak pernah berhenti dari sholat dan puasanya
sampai si mujahid fi sabilillah tersebut pulang.” [HR. Bukhori dan Muslim]
An-Nawawi berkata, “Makna Qônit
di sini adalah orang yang taat.”
Keutamaan Mengobarkan Semangat Kaum Mukminin Untuk Berjihad Di Jalan
Alloh (Tahridh)
Alloh ta‘ala berfirman:
وَ حَرِّضِالْمُؤْمِنِيْنَ
عَسَى اللهُ أَنْ يَكُفَّ بَأْسَ الَّذِينَ كَفَرُوْا وَاللهُ أَشَدُّ بَأْسًا
وَأَشَدُّ تَنْكِيْلًا
“…dan kobarkanlah semangat
orang-orang beriman (untuk berperang). Semoga Alloh menolak keganasan
orang-orang kafir, dan Alloh itu lebih besar kekuatan dan siksa (Nya).” [An-Nisa’:
84]
Alloh ta‘ala berfirman:
يَا أَيُّهَا
النَّبِيُّ حَرِّض الْمُؤْمِنِيْنَ عَلَى الْقِتَالِ إِنْ يَكُنْ مِّنْكُمْ
عِشْرُونَ صَابِرُونَ يَغْلِبُوا مِائَتَيْنِ وَ إِنْ يَّكُنْ مِّنْكُمْ مِائَةٌ
يَغْلِبُوا أَلْفًا مِّنَ الَّذِيْنَ كَفَرُوا بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَفْقَهُونَ
“Hai Nabi, kobarkanlah
semangat orang-orang beriman untuk berperang. Jika ada dari kalian berjumlah
dua puluh orang yang sabar, akan mengalahkan dua ratus orang. Dan jika ada dari kalian seratus, akan mengalahkan seribu
dari orang-orang kafir dikarenakan
mereka adalah kaum yang tidak faham.”
[Al-Anfal:
65]
Alloh
ta‘ala juga berfirman:
يَاأَيُّهَا
الَّذِيْنَ ءَامَنُوا هَلْ أَدُلُّكُمْ عَلَى تِجَارَةٍ تُنْجِيْكُمْ مِّنْ
عَذَابٍ أَلِيْمٍ تُؤْمِنُونَ بِاللهِ وَرَسُولِهِ وَتُجَاهِدُونَ فِي سَبِيْلِ
اللهِ بِأَمْوَالِكُمْ وَأَنْفُسِكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ إِنْ كُنْتُمْ
تَعْلَمُونَ
“Hai orang-orang beriman, maukah
Ku-tunjukkan kepada kalian perdagangan yang
menyelamatkan kalian dari adzab yang pedih? Kalian
beriman kepada Alloh dan rosul-Nya dan kalian berjihad di jalan Alloh dengan
harta dan jiwa kalian. Yang demikian
itu lebih baik bagi kalian jika kalian mengetahui.”
Hingga akhir surat. [Ash-Shoff:
10-14]
Ayat-ayat mengenai tahridh
dari Alloh ta‘ala kepada hamba-hamba-Nya untuk
berjihad di jalan-Nya, dan memotivasi mereka untuk
menggapai pahala di sisi-Nya dengan jihad sangatlah
banyak.
1. Ibnu Majah
meriwayatkan, Ibnu Abi Syaibah di dalam kitab
Shifatul Jannah, Al-Bazzar dan Ibnu Hibban di dalam Shohih-nya, dari Kuraib,
bahwasanya ia mendengar Usamah bin Zaid RA mengatakan:
“Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi
wa Sallam bersabda, “Siapakah yang mau bersegera menuju surga? Sesungguhnya
surga itu tidak pernah terbayangkan. Sungguh, demi Robb Ka‘bah, surga itu adalah
cahaya yang berkilauan, tumbuh-tumbuhan wangi yang bergoyang, istana yang
tinggi, sungai yang mengalir berturutan, buah-buahan yang
matang, isteri-isteri jelita dan cantik, perhiasan-perhiasan yang banyak,
tempat dalam keabadian di negeri keselamatan, buah-buahan dan hijau-hijauan,
kegembiraan dan kenikmatan di tempat yang tinggi dan indah.”
Para shahabat mengatakan, “Iya, wahai Rosululloh,
kami bersegara ke sana.”
Maka beliau mengatakan,
“Katakanlah: Insya Alloh.” Para shahabat mengatakan, “Insya Alloh.” Kemudian
beliau menyampaikan tentang jihad dan memberi semangat kepadanya.
2. Ibnu Majah menyebutkan
lagi dari Ali secara mauquf, ia berkata, “Barangsiapa mengobarkan semangat
saudaranya untuk berjihad, maka ia mendapatkan pahala seperti pahalanya; dan
setiap langkah yang ia tempuh dalam rangka itu sama dengan ibadah satu tahun.”
Source:
Judul Asli
Kasyful Litsam ‘An Dzirwati Sanamil
Islam
Penulis
Asy-Syaikh Ibnu Qudamah An-Najdi
Judul Terjemahan
Jawaban seputar Masalah-Masalah Fikih Jihad
Alih Bahasa
Abu Jandl Al-Muhajir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar