8/13/2019

KEBANGKITAN JIHAD DI BANGLADESH


KEBANGKITAN
JIHAD DI
BANGLADESH
DENGAN MENYEBARNYA
CAHAYA DARI KHILAFAH

Sejarah Jihad di Bengal
Sebagaimana jihad Afghanistan dalam melawan komunis yang berakhir pada “tahun 80an,” banyak veteran yang berasal dari berbagai belahan dunia - termasuk bengal[1]- kembali ke tanah air mereka dengan membawa ide pembukaan front jihad baru berdasarkan pengalaman mereka yang baru diperoleh. Namun banyak diantara mereka yang kembali ke Bengal dari Khurasan memiliki kesalahan dalam aqidah dan manhaj mereka, termasuk kesalahan yang terkait dengan Tauhid, wala’ dan bara’, berdirinya sebuah organisasi jihad yang baik di Bengal yang berdasarkan Qur’an dan Sunnah serta pemahaman salaf tertunda selama bertahun-tahun sampai akhir “tahun sembilan puluhan” ketika Allah memberkahi asy-syahid ulama Mujahid Syaikh ‘Abdur-Rahman rahimahullah yang sukses mengumpulkan beberapa muwahhidÄ«n dari berbagai wilayah di bengal untuk membentuk sebuah organisasi bernama “Jama’atul Mujahidin” yang tujuan utamanya untuk menegakkan kembali hukum Allah di atas bumi. Dengan demikian, lahirlah cahaya baru di tengah-tengah harapan kaum Muslimin di Bengal, tanah yang selama ratusan tahun tenggelam kedalam syirik dan bid’ah karena efek dari Kolonisasi Eropa ataupun invasi budaya Hindu.

[1] Catatan Editor: Bengal adalah nama wilayah sebelum adanya Negara “Bangladesh” oleh kaum nasionalis tahun “1971.”

Dengan bersandar kepada Allah saja, Syaikh ‘Abdur-Rahman rahimahullah dan beberapa ulama mujahid lainnya mengerahkan segala upaya terbaik mereka untuk mengumpulkan umat Islam Bengal dibawah satu payung tunggal berdasarkan Qur’an, Sunnah, dan pemahaman salaf. Kelompok yang baru terbentuk ini menyediakan pelatihan militer yang tepat bagi para mujahidin dan juga melakukan operasi melawan tentara murtad dan hakim dari pemerintahan taghut yang memerintah dengan hukum buatan manusia. Dengan operasi-operasi yang diberkahi tersebut, Jama’atul Mujahidin mencoba yang terbaik untuk membangkitkan kesadaran kaum Muslimin dari Bengal akan pentingnya penegakan syari’at berdasarkan wala’ dan Bara’. Dan atas karunia dari Allah, panggilan jihad ini telah mencapai berbagai Madaris (sekolah Islam) di Bengal dan orang-orangpun mulai bergabung dengan jama’ah dalam jumlah besar. Dan karena itu, Pasukan taghut dan para ulama istana yang menyimpang terguncang, sehingga pemerintah murtad memenjarakan dan meng-eksekusi Syaikh yang mulia ‘Abdur-Rahman bersama dengan beberapa ulama jujur serta komandan Mujahid pada tahun “2007.” Semoga Allah menerima mereka sebagai syuhada dan memberikan mereka tempat tertinggi di Jannah.

Pemerintah yang terdahulu, terutama yang terdiri dari sebuah koalisi Murtaddin baik dari “Bangladesh Nasionalist Party” (BNP) dan “Jamaat-e-Islami Bangladesh” (yang pada dasarnya “Persaudaraan Muslim” versi benua India), yang dengan bodohnya berpikir bahwa panggilan tauhid, jihad, dan Khilafah akan hancur oleh kesyahidan beberapa ulama sholeh. Tawaghit, para ulama istana, dan mereka yang hatinya berpenyakit lupa akan janji Allah subhanahu wa ta’ala, yang berfirman, {mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir membencinya} [As-Saff: 8]. Mereka telah lupa bahwa pohon umat ini tidaklah disiram kecuali dengan darah para syuhada.

Murtaddin ini juga mengabaikan peringatan Allah yang disebutkan dalam hadits Qudsi, “Barangsiapa memusuhi wali-Ku, sungguh Aku mengumumkan perang kepadanya” [Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Abu Hurairah]. Dan karenanya, mereka merasa aman dari azab Allah, mengabaikan deklarasi perang-Nya dalam melawan mereka. Dan hanya berselang beberapa tahun, banyak pejabat dan komandan tinggi pasukan taghut -Termasuk yang terlibat dalam eksekusi ulama Mujahid- tewas dalam pemberontakan barisan murtadin “Penjaga Perbatasan Bangladesh.” Dalam beberapa hari terakhir, baik Murtaddin nasionalis dari BNP dan parlemen Murtaddin dari “Jamaate-Islami”- yang bersukacita, dan secara aktif mengambil bagian dalam “hukum” dan eksekusi atas ulama mujahid-Murtaddin ini juga dipermalukan, diseret ke penjara, dan diberi hukuman mati oleh pengadilan taghut yang sama.

Beberapa dari mereka telah dieksekusi oleh pemerintah taghut dari “Liga Awami.” Itu adalah akhir yang mirip dengan apa yang menimpa sahawat Irak di tangan mantan sekutu Rafidhah mereka. Dan inilah contoh dari Allah bagi berbagai kelompok kufur yang telah bekerja sama dalam memerangi muwahhidin. Ini adalah pelajaran bagi yang lain untuk tidak menapaki jalan menuju siksaan baik di dunia maupun diakhirat.

Dengan kesyahidan pemimpin Mujahid, maka kafilah terpecah dan diuji dengan berat serta membersihkan barisannya dari sejumlah besar orang-orang yang berpotensi menjadi munafik yang bergabung dengan kafilah yang awalnya hanya bertujuan mencari keuntungan duniawi. Dengan demikian, yang tertinggal hanya Beberapa muwahhidin yang tetap sabar pada jalan yang sulit dari jihad dan pengorbanan, sambil selalu menjaga kepastian janji dari Allah dan selalu mengharapkan yang terbaik dari Allah. Mereka tidak meniggalkan jihad seperti orang yang lemah hatinya, dan mereka juga tidak menyimpang dari manhaj yang lurus dari Qur’an dan Sunnah demi mengejar “dukungan rakyat” sebagaimana banyak pengklaim jihad yang (sedihnya) telah terinfeksi dengan Irja’ dan cinta dunia. Mujahidin yang jujur tahu bahwa bukan drone dari tentara salib atau persenjataan modern mereka yang berteknologi tinggi yang akan membahayakan mereka, akan tetepi penurunan secara bertahap akan wala’ dan bara’ dalam hatilah yang dapat memberikan luka terbesar dalam jihad.

Dan seperti yang terjadi di “Arab Spring,” penurunan secara bertahap akan wala’ dan bara’ ini mencapai titik terendahnya selama protes massa di Dhaka terhadap blogger atheis tahun “2013,” sebagaimana pengklaim jihad mulai secara terbuka menyerukan aliansi dengan penyembah kubur palsu yang mengaku sebagai “pecinta Nabi” Salllallahu alaihi wassalam, “Jamaat-e-Islami” yang secara terbuka menyerukan dan mendukung agama demokrasi, dan Deobandis yang mengadopsi keyakinan Jahmiyyah. “Aliansi” ini dibentuk untuk menghadapi “musuh bersama” dari ateis dan kaum kiri yang mengutuk Islam dan Rasulullah Salllallahu alaihi wassalam. Pengklaim jihad menuduh bahwa yang menyebabkan perpecahan “Ummat” atas masalah “kecil” akan melemahkan “Muslim” di depan ateis.

Demikian juga, mereka mengklaim bahwa Mujahidin harus melakukan sholat menurut madzhab Hanafi dan bahkan jika hal itu harus meninggalkan sunan yang mutawatir. Mereka membenarkan ini berdasarkan prinsip yang telah diubah, yaitu bahwa mazhab dari Mujahidin harus melakukan shalat sesuai dengan kebiasaan masyarakat setempat, seolah-olah mazhab dari Mujahid harus berbeda dari Salaf [2]!

[2] Catatan Editor: Sayangnya, pendapat aneh ini disebarkan lewat buku panjang setebal 1600 halaman yang tidak penting dan berjudul “Da’wat al-Muqawamah al-Islamiyyah al-’Alamiyyah “(”Panggilan Global Perlawanan Islam”). Dalam buku ini, Abu Mus’ab as-Suri menyarankan kelompok jihad untuk tidak mengerahkan upaya atau memperingatkan Quburiyyah, Ash’ariyyah, bid’ah, dan taqlid, dan mengklaim bahwa dakwah ini akan dikerjakan oleh pihak lain! Menurut dia, sebuah kelompok jihad - demi “dukungan rakyat”- malah harus membiarkan orang lain memikul beban untuk dakwah seperti! Dia juga mengkritik mujahidin jujur yang mentakfir “Islamis” parlemen dan Rafidah, dan mengklaim bahwa ini bukan manhaj “mayoritas jihadis”! Dia juga menyarankan ”mujahidin” harus bersikap lunak terhadap nasionalis Arab demi perang bersama melawan musuh “asing”! Ia juga menyarankan agar mujahid mengikuti madzhab lokal dalam ibadah dzahir / yang Nampak, bahkan jika hal itu bertentangan dengan Sunnah yang jelas!
Perlu dicatat bahwa Tidak seperti klaim media Barat, buku ini tidak pernah mendefinisikan manhaj para mujahidin. Kepemimpinan Negara Islam -termasuk Syekh Abu Mus’ab az-Zarqawi rahimahullah- tidak merekomendasikan buku as-Suri ini. Adapun buku ringkasan yang baik dan menguntungkan setebal 100-halaman berjudul “Idarat at-Tawahhush” (”Pengelolaan kebiadaban”) yang ditulis oleh orang yang tidak dikenal kecuali dengan nama samaran”Abu Bakr Naji,” maka ketika Syekh az-Zarqawi membaca buku ini ia berkomentar, “ Seolah-olah penulis tahu atas apa yang saya rencanakan” Catatan: Meskipun buku Naji menjelaskan dengan sangat tepat strategi keseluruhan dari Mujahidin, tapi Naji terjatuh kedalam beberapa kesalahan dalam diskusi tentang isu-isu yang berkaitan dengan takfir dari pihak yang tegas menolak syari’at dan hukum-hukumnya. Manhaj salaf tentang masalah ini telah dijelaskan dalam Dabiq, edisi 10 halaman 56-57, edisi 8 halaman 43-46, dan edisi 6 halaman 19-20 (catatan kaki 3-4).



Pengklaim jihad ini menuntut berbagai kelompok jihad di Bengal memberikan preferensi untuk mempertahankan “dukungan umum” dan menyenangkan “ulama” sesat diatas Qur’an dan Sunnah, jika tidak maka “gerakan jihad” akan “hancur” oleh kesyahidan pemimpinannya yang tidak memiliki “Dukungan rakyat” seperti klaim mereka yang telah terjadi di masa lalu pada Jama’atul Mujahidin. Mereka memfokuskan pada cara materialistis daripada fokus mencari dukungan ilahi dari Allah, mereka bergegas berkompromi dengan Murtaddin dan ahlu bid’ah daripada menyandarkannya hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala saja serta tetap teguh pada manhaj Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah, atau setiap Muslim yang mentakfir mereka yang jatuh ke dalam pembatal Islam yang nyata seperti penyembah kuburan, bergabung keparlemen, dan bersekutu dengan Kuffar dalam melawan Muslim, maka mereka melabelinya sebagai “Khariji”. Dengan demikian, sebuah fitnah baru diluncurkan menyasar orang-orang bingung, yaitu Mujahidin muda yang masih labil pemikirannya. Tapi sayangnya, banyak dari mereka yang terpengaruh oleh panggilan busuk ini. Berbagai kelompok “Jihad” di Bengal kemudian terfragmentasi melalui perselisihan atas isu-isu iman, manhaj, kepemimpinan, strategi, dan taktik.

Deklarasi Khilafah
Dan atas karunia Allah, Khilafah dibangkitkan kembali di Syam di tanah yang diberkahi dari pada 1 Ramadhan 1436. Terbitnya Khilafah dan efektifitas kampanye medianya telah membawa cahaya harapan di hati Mujahidin muda di Bengal, seperti yang terjadi di berbagai belahan dunia lainnya. Sebagaimana kuatnya Kampanye militer dari tentara Khilafah dalam menghancurkan kekuatan kufur di medan perang fisik, kampanye media dalam perang idiologis yang di luncurkan oleh tentara media khilafah juga terus menghancurkan setiap argumen yang diciptakan munafik pengklaim jihad atau mereka yang terinfeksi penyakit Irja’ dan hizbiyyah. Dan kebenaran mulai memancarkan cahayanya dengan sangat cepat sehingga muwahhidin Bengal-pun bergegas untuk membaiat Khalifah.

Mujahidin Bengal menyadari bahwa tidak ada ruang untuk taqlid buta terhadap organisasi apapun setelah Khilafah diumumkan, dan bahwa tidak ada lagi legitimasi bagi setiap organisasi jihad independen apakah itu “Jama’atul mujahidin,” “Al-Qa’idah,” atau kelompok lainnya. Dengan demikian, orang-orang jujur dari berbagai kelompok jihad bergegas untuk mendukung Khilafah dan bergabung dengan barisan tentara di Bengal. Mereka menyatukan barisan mereka di belakang seorang imam Quraisy dan tidak takut celaan orang yang mencela yang memilih untuk tetap tertinggal di belakang, yaitu mereka yang membabi buta dalam mempertahankan organisasinya dengan mengklaim bahwa “Mullah Umar adalah Amirul-Mukminin” meskipun ia telah mati selama bertahun-tahun. Dan bahkan ia telah mati sebelum mereka mulai menggunakannya sebagai alasan untuk tidak menyatukan seluruh umat di belakang satu pemimpin tunggal. Mujahidin menyadari bahwa kesatuan umat hanya bisa tercapai melalui seorang pemimpin dengan otoritas yang kakiki, dan bukannya orang bodoh di tempat persembunyian yang tidak diketahui serta yang merilis pesan video usang yang berbaiat kepada orang mati dan memarahi mereka yang tidak melakukan hal yang sama! Dengan demikian, Allah subhanahu wa ta’ala menyatukan barisan Mujahidin di Bengal sekali lagi setelah mereka terpecah. Dia subhanahu wa ta’ala memberi mereka kehormatan menjadi tentara Khilafah dengan manhaj kenabian, insya Allah

Kebangkitan Jihad Melalui Cahaya Khilafah
Pada tanggal 14 Zulhijah 1436, dan hanya karena karunia Allah, sel keamanan milik tentara Khilafah di Bengal membunuh seorang tentara salib Italia bernama Cesare Tavella di jalan Gulshan di kota Dhaka. Amaliah mulia ini mengguncang tawaghit penguasa serta tentara salib yang hidup di sana, karena pembunuhan ini terjadi di dalam “Zona Diplomatik” di “ibukota” yang konon menjadi perumahan paling aman dari seluruh wilayah negara.

Hanya beberapa hari kemudian, pada 19 Zulhijah 1436, dan hanya karena karunia Allah, sel keamanan lain milik tentara Khilafah di Bengal menargetkan warga Jepang di utara wilayah Rangpur. Serangan yang diberkahi ini menyebabkan malapetaka di antara warga negara tentara salib dan sekutunya yang tinggal di Bengal serta memaksa diplomat mereka, wisatawan, dan ekspatriat untuk membatasi gerakan mereka dan hidup dalam ketakutan terus menerus. Selain itu, pesan yang kuat dari Ummat yang telah bersatu dan bekerja di bawah kepemimpinan Khilafah, telah disampaikan dengan indah melalui serangan-serangan yang diberkahi seperti ini dan hal ini sekali lagi telah membuktikan kepada tentara salib yang sombong dari negara Tunisia hingga ke Bengal, selama mereka terus memerangi Negara Islam maka warga mereka tidak akan pernah menikmati perdamaian atau keamanan di setiap bagian dari Tanah kaum Muslimin, biidznillah.

Syaikh Abu Muhammad al-’Adnani (hafidhahullah) -Juru bicara resmi Negara Islam - berkata, “Wahai muwahhidin di Eropa, Amerika, Australia, dan Kanada… Wahai muwahhidin di Maroko dan Aljazair… Wahai muwahhidin di Khorasan, Kaukasus, dan Iran… Wahai muwahhidin di manapun di atas muka bumi… Wahai ikhwah seaqidah… Wahai ahlu Al wala wal bara… Wahai Anshor Daulah Islamiyyah… Wahai orang yang telah berbai’at kepada Khalifah Ibrahim di manapun… Wahai orang yang mencintai Daulah Islamiyyah… Wahai orang yang mendukung Khilafah… Wahai orang yang menganggap dirinya sebagai junud dan anshornya (Daulah Islamiyyah)… Daulah kalian sedang menghadapi kampanye Perang Salib Baru. Maka wahai muwahhid di manapun kalian berada, apa yang akan kalian lakukan untuk menolong ikhwan kalian? Apa yang kalian tunggu sedangkan orang-orang telah terbelah menjadi dua perkemahan, dan suhu perang yang terus meningkat dari hari ke hari? Wahai muwahhid, kami memanggil kalian untuk membela Daulah Islam, puluhan negara telah berkumpul untuk menyerangnya, mereka memulai perang mereka melawan kita di segala bidang. Maka bangkitlah wahai muwahhid. Bangkit dan belalah Daulah kalian dari tempat kalian di manapun kalian berada. “[Sesungguhnya Rabb-mu Benar-Benar Mengintai].

Dia juga mengatakan, “Wahai muwahhid, jangan biarkan pertempuran ini berlalu begitu saja di manapun kalian berada. Kalian harus menyerang tentara, anshor, dan pasukan tawaghit tersebut. Serang polisi, keamanan, dan anggota intelijen mereka, serta agen berbahaya mereka. Hancurkan tempat tidur mereka. Persulitlah kehidupan mereka dan buat mereka sibuk dengan diri mereka sendiri. Jika kalian bisa membunuh kafir Amerika atau Eropa - terutama pendengki kotor Perancis- atau Australia, atau Kanada, atau kafir harbi lainnya, termasuk warga negara yang negaranya menandatangani koalisi penyerangan terhadap Daulah Islam, maka tawakkallah kepada Allah, dan bunuhlah dengan cara atau jalan apapun juga! “[Sesungguhnya Rabb-mu Benar-Benar Mengintai].

Selain itu, Negara Islam telah memperingatkan bangsa pagan Jepang bahwa ia akan lebih banyak menargetkan warga Jepang karena dukungan Jepang dalam perang salib Amerika. Dabiq mengomentari tentang kesombongan Keputusan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe yang akan terus mendukung koalisi tentara salib: “Sebelum Shinzo Abe berpikir untuk berjanji memberikan dukungan dalam perang salib ini, Jepang tidak masuk daftar dalam prioritas yang akan ditargetkan oleh Negara Islam, tapi karena kebodohan Shinzo Abe, semua warga negara Jepang dan kepentingannya -di mana pun mereka berada- maka sekarang menjadi target bagi para prajurit dan pendukung Khilafah di manapun” [edisi 7, “Muqadimah,” Halaman 4].

Dengan demikian, para prajurit Khilafah di Bengal yang telah berbaiat kepada Khalifah Ibrahim (hafidhahullah), lalu menyatukan barisan mereka, mengangkat pemimpin regional, berdiri di belakangnya, meleburkan fraksi mereka, menyelenggarakan persiapan militer yang cukup, dan bergegas menjawab perintah dari pimpinan Negara Islam, dengan menargetkan tentara salib dan sekutu mereka di mana pun mereka dapat ditemukan.

Pada hari ‘Asyura’ tanggal 10 Muharram 1437, tentara Khilafah meledakkan serangkaian bom dimana Rafidah berkumpul untuk pawai syirik yang besar di depan salah satu kuil terbesar mereka -yang dikenal dengan “Hosseini Dalan” - Di kota Dhaka. Operasi yang diberkahi ini adalah yang pertama kali menargetkan Rafidah Bengal selama hampir 400 tahun. Lebih dari seratus Murtaddin tewas dan terluka. Kemudian dengan mengambil Momentum dari serangan yang diberkahi ini, kurang dari dua minggu kemudian Mujahidin melakukan penggerebekan dengan gagah berani pada 21 Muharram 1437, dengan memilih untuk menyerang sekelompok polisi yang bersiap untuk mendirikan pos pemeriksaan di sebuah daerah di Dhaka. Mereka menikam salah satu dari mereka hingga mati dan melukai empat orang lainnya, Alhamdulillah.

Sementara tentara Khilafah di Bengal sibuk mempersiapkan serangan berikutnya kepada orang kafir, dengan izin Allah, Murtaddin sekuler dari pemerintah Liga Awami melanjutkan memelintir fakta lapangan dan memainkan isu dalam upaya untuk menempatkan tekanan politik dan menyalahkannya pada Murtaddin baik BNP nasionalis dan parlemen “Jamaat-e-Islami.” Sementara itu, para prajurit Khilafah di Bengal terus meningkat dan berkembang, dan berkat rahmat Allah, ia akan terus meneror tentara salib dan sekutunya sampai hukum Allah ditegakkan di muka bumi.

Setelah berbulan-bulan menangkapi muwahhidÄ«n serta mengklaim palsu lebih dari sekali bahwa mereka telah menangkap “koordinator tertinggi IS” wilayah Bengal, pemerintah murtad yang tak tahu malu keluar tepat setelah operasi yang diberkahi atas Tavella Cesare dimana mereka mengatakan “tidak ada IS di Bangladesh”! dan Mereka mengulangi kebohongan yang sama berulang kali seperti kaset rusak setelah setiap kali operasi yang diberkahi dilakukan oleh prajurit Khilafah, semuanya adalah upaya putus asa demi menyelamatkan muka didepan masyarakat kufur internasional dan menyembunyikan ketidakmampuan mereka serta impotensi lembaga penegak hukum dalam memberikan keamanan untuk tuan tentara salib mereka dan warga Rafidi.

Pemerintah murtadd Bengali akan segera menyadari, dengan Izin Allah, yang tanpa malu-malu menyangkal fakta di lapangan dan memainkan permainan anak-anak dengan menyalahkan oposisi murtadd, dan itu akan menjadi sia-sia bagi mereka, sebagaimana Negara Islam memang ada dan akan menetap di sini, insya Allah. Ia memang ada dan akan menetap di Syam dan Irak. Ia memang ada dan akan menetap di Khurasan dan al-Qawqaz. Ia memang ada dan akan menetap di Tunisia sampai ke Bengal bahkan jika Murtaddin menghina hal ini. Khilafah akan terus meluas hingga bayangannya menaungi seluruh bumi, disetiap tanah dimana masih terjangkau oleh siang dan malam, insya Allah.

Pada akhirnya, adalah menjadi tanggung jawab umat Islam di Bengal untuk mendukung Khilafah. Dan ini juga menjadi tugas semua Mujahidin di Bengal yang mendukung Negara Islam untuk merapatkan barisan mereka, bersatu di bawah tentara Khilafah di Bengal, dan membantu mereka dengan setiap cara apapun. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, { Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.} [As-Saff: 4].

Dia juga subhanahu wa ta’ala berfirman, { Hai orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah, bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa.} [At-Taubah: 123].

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “BERJIHADLAH / PERANGILAH KAUM MUSYRIKIN DENGAN HARTA, JIWA DAN LISAN KALIAN”[Shahih, Diriwayatkan oleh : Abu Dawud dan Nasa’i dari Anas-].

Semoga Allah memberkahi para mujahidin di Bengal, mendukung mereka, dan memberi mereka kesuksesan yang terus menerus sehingga mereka dapat menjadi sumber kekuatan dan dukungan atas Muslim yang tertindas di Bengal dan Burma.

Semoga Allah Menyatukan Barisan Umat Islam Di Setiap Wilayah Di Bawah Naungan Khilafah.


Source: DABIQ 12


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...