KEBANGKITAN
JIHAD DI
BANGLADESH
DENGAN MENYEBARNYA
CAHAYA
DARI KHILAFAH
Sejarah
Jihad di Bengal
Sebagaimana jihad Afghanistan dalam melawan
komunis yang berakhir pada “tahun 80an,” banyak veteran yang berasal dari
berbagai belahan dunia - termasuk bengal[1]- kembali ke tanah air
mereka dengan membawa ide pembukaan front jihad baru berdasarkan pengalaman
mereka yang baru diperoleh. Namun banyak diantara mereka yang kembali ke Bengal
dari Khurasan memiliki kesalahan dalam aqidah dan manhaj mereka, termasuk
kesalahan yang terkait dengan Tauhid, wala’ dan bara’, berdirinya sebuah
organisasi jihad yang baik di Bengal yang berdasarkan Qur’an dan Sunnah serta
pemahaman salaf tertunda selama bertahun-tahun sampai akhir “tahun sembilan
puluhan” ketika Allah memberkahi asy-syahid ulama Mujahid Syaikh ‘Abdur-Rahman rahimahullah
yang sukses mengumpulkan beberapa muwahhidīn dari berbagai wilayah di bengal
untuk membentuk sebuah organisasi bernama “Jama’atul Mujahidin” yang tujuan utamanya
untuk menegakkan kembali hukum Allah di atas bumi. Dengan demikian, lahirlah
cahaya baru di tengah-tengah harapan kaum Muslimin di Bengal, tanah yang selama
ratusan tahun tenggelam kedalam syirik dan bid’ah karena efek dari Kolonisasi
Eropa ataupun invasi budaya Hindu.
[1] Catatan Editor: Bengal adalah nama
wilayah sebelum adanya Negara “Bangladesh” oleh kaum nasionalis tahun “1971.”
Dengan bersandar kepada Allah saja, Syaikh
‘Abdur-Rahman rahimahullah dan beberapa ulama mujahid lainnya mengerahkan segala
upaya terbaik mereka untuk mengumpulkan umat Islam Bengal dibawah satu payung
tunggal berdasarkan Qur’an, Sunnah, dan pemahaman salaf. Kelompok yang baru terbentuk
ini menyediakan pelatihan militer yang tepat bagi para mujahidin dan juga
melakukan operasi melawan tentara murtad dan hakim dari pemerintahan taghut
yang memerintah dengan hukum buatan manusia. Dengan operasi-operasi yang
diberkahi tersebut, Jama’atul Mujahidin mencoba yang terbaik untuk
membangkitkan kesadaran kaum Muslimin dari Bengal akan pentingnya penegakan
syari’at berdasarkan wala’ dan Bara’. Dan atas karunia dari Allah, panggilan
jihad ini telah mencapai berbagai Madaris (sekolah Islam) di Bengal dan
orang-orangpun mulai bergabung dengan jama’ah dalam jumlah besar. Dan karena itu,
Pasukan taghut dan para ulama istana yang menyimpang terguncang, sehingga
pemerintah murtad memenjarakan dan meng-eksekusi Syaikh yang mulia
‘Abdur-Rahman bersama dengan beberapa ulama jujur serta komandan Mujahid pada
tahun “2007.” Semoga Allah menerima mereka sebagai syuhada dan memberikan
mereka tempat tertinggi di Jannah.
Pemerintah yang terdahulu, terutama yang
terdiri dari sebuah koalisi Murtaddin baik dari “Bangladesh Nasionalist Party”
(BNP) dan “Jamaat-e-Islami Bangladesh” (yang pada dasarnya “Persaudaraan
Muslim” versi benua India), yang dengan bodohnya berpikir bahwa panggilan
tauhid, jihad, dan Khilafah akan hancur oleh kesyahidan beberapa ulama sholeh.
Tawaghit, para ulama istana, dan mereka yang hatinya berpenyakit lupa akan
janji Allah subhanahu wa ta’ala, yang berfirman, {mereka hendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut
mereka, tetapi Allah tetap menyempurnakan cahaya-Nya meskipun orang-orang kafir
membencinya} [As-Saff: 8]. Mereka telah lupa bahwa pohon
umat ini tidaklah disiram kecuali dengan darah para syuhada.
Murtaddin ini juga mengabaikan peringatan
Allah yang disebutkan dalam hadits Qudsi, “Barangsiapa memusuhi wali-Ku, sungguh
Aku mengumumkan perang kepadanya” [Diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Abu
Hurairah]. Dan karenanya, mereka merasa aman dari azab Allah, mengabaikan
deklarasi perang-Nya dalam melawan mereka. Dan hanya berselang beberapa tahun,
banyak pejabat dan komandan tinggi pasukan taghut -Termasuk yang terlibat dalam
eksekusi ulama Mujahid- tewas dalam pemberontakan barisan murtadin “Penjaga
Perbatasan Bangladesh.” Dalam beberapa hari terakhir, baik Murtaddin nasionalis
dari BNP dan parlemen Murtaddin dari “Jamaate-Islami”- yang bersukacita, dan
secara aktif mengambil bagian dalam “hukum” dan eksekusi atas ulama
mujahid-Murtaddin ini juga dipermalukan, diseret ke penjara, dan diberi hukuman
mati oleh pengadilan taghut yang sama.
Beberapa dari mereka telah dieksekusi oleh
pemerintah taghut dari “Liga Awami.” Itu adalah akhir yang mirip
dengan apa yang menimpa sahawat Irak di tangan mantan
sekutu Rafidhah mereka. Dan inilah contoh dari Allah bagi berbagai kelompok
kufur yang telah bekerja sama dalam memerangi muwahhidin. Ini adalah pelajaran
bagi yang lain untuk tidak menapaki jalan menuju siksaan baik di dunia maupun
diakhirat.
Dengan kesyahidan pemimpin Mujahid, maka
kafilah terpecah dan diuji dengan berat serta membersihkan barisannya dari sejumlah
besar orang-orang yang berpotensi menjadi munafik yang bergabung dengan kafilah
yang awalnya hanya bertujuan mencari keuntungan duniawi. Dengan demikian, yang
tertinggal hanya Beberapa muwahhidin yang tetap sabar pada jalan yang sulit
dari jihad dan pengorbanan, sambil selalu menjaga kepastian janji dari Allah
dan selalu mengharapkan yang terbaik dari Allah. Mereka tidak meniggalkan jihad
seperti orang yang lemah hatinya, dan mereka juga tidak menyimpang dari manhaj
yang lurus dari Qur’an dan Sunnah demi mengejar “dukungan rakyat” sebagaimana
banyak pengklaim jihad yang (sedihnya) telah terinfeksi dengan Irja’ dan cinta
dunia. Mujahidin yang jujur tahu bahwa bukan drone dari tentara salib atau
persenjataan modern mereka yang berteknologi tinggi yang akan membahayakan
mereka, akan tetepi penurunan secara bertahap akan wala’ dan bara’ dalam
hatilah yang dapat memberikan luka terbesar dalam jihad.
Dan seperti yang terjadi di “Arab Spring,”
penurunan secara bertahap akan wala’ dan bara’ ini mencapai titik terendahnya selama
protes massa di Dhaka terhadap blogger atheis tahun “2013,” sebagaimana
pengklaim jihad mulai secara terbuka menyerukan aliansi dengan penyembah kubur
palsu yang mengaku sebagai “pecinta Nabi” Salllallahu alaihi wassalam, “Jamaat-e-Islami”
yang secara terbuka menyerukan dan mendukung agama demokrasi, dan Deobandis
yang mengadopsi keyakinan Jahmiyyah. “Aliansi” ini dibentuk untuk menghadapi “musuh
bersama” dari ateis dan kaum kiri yang mengutuk Islam dan Rasulullah
Salllallahu alaihi wassalam. Pengklaim jihad menuduh bahwa yang menyebabkan
perpecahan “Ummat” atas masalah “kecil” akan melemahkan “Muslim” di depan
ateis.
Demikian juga, mereka mengklaim bahwa
Mujahidin harus melakukan sholat menurut madzhab Hanafi dan bahkan jika hal itu
harus meninggalkan sunan yang mutawatir. Mereka membenarkan ini berdasarkan
prinsip yang telah diubah, yaitu bahwa mazhab dari Mujahidin harus melakukan
shalat sesuai dengan kebiasaan masyarakat setempat, seolah-olah mazhab dari
Mujahid harus berbeda dari Salaf [2]!
[2] Catatan Editor: Sayangnya, pendapat aneh ini disebarkan lewat
buku panjang setebal 1600 halaman yang tidak penting dan berjudul “Da’wat
al-Muqawamah al-Islamiyyah al-’Alamiyyah “(”Panggilan Global Perlawanan Islam”).
Dalam buku ini, Abu Mus’ab as-Suri menyarankan kelompok jihad untuk tidak
mengerahkan upaya atau memperingatkan Quburiyyah, Ash’ariyyah, bid’ah, dan
taqlid, dan mengklaim bahwa dakwah ini akan dikerjakan oleh pihak lain! Menurut
dia, sebuah kelompok jihad - demi “dukungan rakyat”- malah harus membiarkan
orang lain memikul beban untuk dakwah seperti! Dia juga mengkritik mujahidin
jujur yang mentakfir “Islamis” parlemen dan Rafidah, dan mengklaim bahwa ini
bukan manhaj “mayoritas jihadis”! Dia juga menyarankan ”mujahidin” harus
bersikap lunak terhadap nasionalis Arab demi perang bersama melawan musuh
“asing”! Ia juga menyarankan agar mujahid mengikuti madzhab lokal dalam ibadah
dzahir / yang Nampak, bahkan jika hal itu bertentangan dengan Sunnah yang
jelas!
Perlu dicatat bahwa Tidak seperti klaim media
Barat, buku ini tidak pernah mendefinisikan manhaj para mujahidin. Kepemimpinan
Negara Islam -termasuk Syekh Abu Mus’ab az-Zarqawi rahimahullah- tidak
merekomendasikan buku as-Suri ini. Adapun buku ringkasan yang baik dan
menguntungkan setebal 100-halaman berjudul “Idarat at-Tawahhush” (”Pengelolaan
kebiadaban”) yang ditulis oleh orang yang tidak dikenal kecuali dengan nama samaran”Abu
Bakr Naji,” maka ketika Syekh az-Zarqawi membaca buku ini ia berkomentar, “
Seolah-olah penulis tahu atas apa yang saya rencanakan” Catatan: Meskipun buku
Naji menjelaskan dengan sangat tepat strategi keseluruhan dari Mujahidin, tapi
Naji terjatuh kedalam beberapa kesalahan dalam diskusi tentang isu-isu yang
berkaitan dengan takfir dari pihak yang tegas menolak syari’at dan
hukum-hukumnya. Manhaj salaf tentang masalah ini telah dijelaskan dalam Dabiq,
edisi 10 halaman 56-57, edisi 8 halaman 43-46, dan edisi 6 halaman 19-20
(catatan kaki 3-4).
Pengklaim jihad ini menuntut berbagai
kelompok jihad di Bengal memberikan preferensi untuk mempertahankan “dukungan
umum” dan menyenangkan “ulama” sesat diatas Qur’an dan Sunnah, jika tidak maka
“gerakan jihad” akan “hancur” oleh kesyahidan pemimpinannya yang tidak memiliki
“Dukungan rakyat” seperti klaim mereka yang telah terjadi di masa lalu pada
Jama’atul Mujahidin. Mereka memfokuskan pada cara materialistis daripada fokus
mencari dukungan ilahi dari Allah, mereka bergegas berkompromi dengan Murtaddin
dan ahlu bid’ah daripada menyandarkannya hanya kepada Allah subhanahu wa ta’ala
saja serta tetap teguh pada manhaj Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah, atau setiap Muslim
yang mentakfir mereka yang jatuh ke dalam pembatal Islam yang nyata seperti
penyembah kuburan, bergabung keparlemen, dan bersekutu dengan Kuffar dalam
melawan Muslim, maka mereka melabelinya sebagai “Khariji”. Dengan demikian,
sebuah fitnah baru diluncurkan menyasar orang-orang bingung, yaitu Mujahidin
muda yang masih labil pemikirannya. Tapi sayangnya, banyak dari mereka yang
terpengaruh oleh panggilan busuk ini. Berbagai kelompok “Jihad” di Bengal
kemudian terfragmentasi melalui perselisihan atas isu-isu iman, manhaj,
kepemimpinan, strategi, dan taktik.
Deklarasi
Khilafah
Dan atas karunia Allah, Khilafah dibangkitkan
kembali di Syam di tanah yang diberkahi dari pada 1 Ramadhan 1436. Terbitnya Khilafah
dan efektifitas kampanye medianya telah membawa cahaya harapan di hati
Mujahidin muda di Bengal, seperti yang terjadi di berbagai belahan dunia
lainnya. Sebagaimana kuatnya Kampanye militer dari tentara Khilafah dalam
menghancurkan kekuatan kufur di medan perang fisik, kampanye media dalam perang
idiologis yang di luncurkan oleh tentara media khilafah juga terus
menghancurkan setiap argumen yang diciptakan munafik pengklaim jihad atau
mereka yang terinfeksi penyakit Irja’ dan hizbiyyah. Dan kebenaran mulai memancarkan
cahayanya dengan sangat cepat sehingga muwahhidin Bengal-pun bergegas untuk
membaiat Khalifah.
Mujahidin Bengal menyadari bahwa tidak ada
ruang untuk taqlid buta terhadap organisasi apapun setelah Khilafah diumumkan, dan
bahwa tidak ada lagi legitimasi bagi setiap organisasi jihad independen apakah
itu “Jama’atul mujahidin,” “Al-Qa’idah,” atau kelompok lainnya. Dengan
demikian, orang-orang jujur dari berbagai kelompok jihad bergegas untuk mendukung
Khilafah dan bergabung dengan barisan tentara di Bengal. Mereka menyatukan
barisan mereka di belakang seorang imam Quraisy dan tidak takut celaan orang
yang mencela yang memilih untuk tetap tertinggal di belakang, yaitu mereka yang
membabi buta dalam mempertahankan organisasinya dengan mengklaim bahwa “Mullah
Umar adalah Amirul-Mukminin” meskipun ia telah mati selama bertahun-tahun. Dan
bahkan ia telah mati sebelum mereka mulai menggunakannya sebagai alasan untuk
tidak menyatukan seluruh umat di belakang satu pemimpin tunggal. Mujahidin
menyadari bahwa kesatuan umat hanya bisa tercapai melalui seorang pemimpin
dengan otoritas yang kakiki, dan bukannya orang bodoh di tempat persembunyian yang
tidak diketahui serta yang merilis pesan video usang yang berbaiat kepada orang
mati dan memarahi mereka yang tidak melakukan hal yang sama! Dengan demikian,
Allah subhanahu wa ta’ala menyatukan barisan Mujahidin di Bengal sekali lagi
setelah mereka terpecah. Dia subhanahu wa ta’ala memberi mereka kehormatan
menjadi tentara Khilafah dengan manhaj kenabian, insya Allah
Kebangkitan
Jihad Melalui Cahaya Khilafah
Pada tanggal 14 Zulhijah 1436, dan hanya
karena karunia Allah, sel keamanan milik tentara Khilafah di Bengal membunuh
seorang tentara salib Italia bernama Cesare Tavella di jalan Gulshan di kota
Dhaka. Amaliah mulia ini mengguncang tawaghit penguasa serta tentara salib yang
hidup di sana, karena pembunuhan ini terjadi di dalam “Zona Diplomatik” di
“ibukota” yang konon menjadi perumahan paling aman dari seluruh wilayah negara.
Hanya beberapa hari kemudian, pada 19
Zulhijah 1436, dan hanya karena karunia Allah, sel keamanan lain milik tentara Khilafah
di Bengal menargetkan warga Jepang di utara wilayah Rangpur. Serangan yang
diberkahi ini menyebabkan malapetaka di antara warga negara tentara salib dan
sekutunya yang tinggal di Bengal serta memaksa diplomat mereka, wisatawan, dan
ekspatriat untuk membatasi gerakan mereka dan hidup dalam ketakutan terus
menerus. Selain itu, pesan yang kuat dari Ummat yang telah bersatu dan bekerja
di bawah kepemimpinan Khilafah, telah disampaikan dengan indah melalui
serangan-serangan yang diberkahi seperti ini dan hal ini sekali lagi telah
membuktikan kepada tentara salib yang sombong dari negara Tunisia hingga ke
Bengal, selama mereka terus memerangi Negara Islam maka warga mereka tidak akan
pernah menikmati perdamaian atau keamanan di setiap bagian dari Tanah kaum
Muslimin, biidznillah.
Syaikh Abu Muhammad al-’Adnani
(hafidhahullah) -Juru bicara resmi Negara Islam - berkata, “Wahai muwahhidin di
Eropa, Amerika, Australia, dan Kanada… Wahai muwahhidin di Maroko dan Aljazair…
Wahai muwahhidin di Khorasan, Kaukasus, dan Iran… Wahai muwahhidin di manapun
di atas muka bumi… Wahai ikhwah seaqidah… Wahai ahlu Al wala wal bara… Wahai Anshor
Daulah Islamiyyah… Wahai orang yang telah berbai’at kepada Khalifah Ibrahim di
manapun… Wahai orang yang mencintai Daulah Islamiyyah… Wahai orang yang
mendukung Khilafah… Wahai orang yang menganggap dirinya sebagai junud dan
anshornya (Daulah Islamiyyah)… Daulah kalian sedang menghadapi kampanye Perang
Salib Baru. Maka wahai muwahhid di manapun kalian berada, apa yang akan kalian
lakukan untuk menolong ikhwan kalian? Apa yang kalian tunggu sedangkan orang-orang
telah terbelah menjadi dua perkemahan, dan suhu perang yang terus meningkat
dari hari ke hari? Wahai muwahhid, kami memanggil kalian untuk membela Daulah
Islam, puluhan negara telah berkumpul untuk menyerangnya, mereka memulai perang
mereka melawan kita di segala bidang. Maka bangkitlah wahai muwahhid. Bangkit
dan belalah Daulah kalian dari tempat kalian di manapun kalian berada.
“[Sesungguhnya Rabb-mu Benar-Benar Mengintai].
Dia juga mengatakan, “Wahai muwahhid, jangan
biarkan pertempuran ini berlalu begitu saja di manapun kalian berada. Kalian harus
menyerang tentara, anshor, dan pasukan tawaghit tersebut. Serang polisi,
keamanan, dan anggota intelijen mereka, serta agen berbahaya mereka. Hancurkan
tempat tidur mereka. Persulitlah kehidupan mereka dan buat mereka sibuk dengan
diri mereka sendiri. Jika kalian bisa membunuh kafir Amerika atau Eropa - terutama
pendengki kotor Perancis- atau Australia, atau Kanada, atau kafir harbi lainnya,
termasuk warga negara yang negaranya menandatangani koalisi penyerangan
terhadap Daulah Islam, maka tawakkallah kepada Allah, dan bunuhlah dengan cara atau
jalan apapun juga! “[Sesungguhnya Rabb-mu Benar-Benar Mengintai].
Selain itu, Negara Islam telah memperingatkan bangsa
pagan Jepang bahwa ia akan lebih banyak menargetkan warga Jepang karena
dukungan Jepang dalam perang salib Amerika. Dabiq mengomentari tentang
kesombongan Keputusan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe yang akan terus
mendukung koalisi tentara salib: “Sebelum Shinzo Abe berpikir untuk berjanji
memberikan dukungan dalam perang salib ini, Jepang tidak masuk daftar dalam
prioritas yang akan ditargetkan oleh Negara Islam, tapi karena kebodohan Shinzo
Abe, semua warga negara Jepang dan kepentingannya -di mana pun mereka berada-
maka sekarang menjadi target bagi para prajurit dan pendukung Khilafah di manapun”
[edisi 7, “Muqadimah,” Halaman 4].
Dengan demikian, para prajurit Khilafah di Bengal yang
telah berbaiat kepada Khalifah Ibrahim (hafidhahullah), lalu menyatukan barisan
mereka, mengangkat pemimpin regional, berdiri di belakangnya, meleburkan fraksi
mereka, menyelenggarakan persiapan militer yang cukup, dan bergegas menjawab
perintah dari pimpinan Negara Islam, dengan menargetkan tentara salib dan
sekutu mereka di mana pun mereka dapat ditemukan.
Pada hari ‘Asyura’ tanggal 10 Muharram 1437, tentara
Khilafah meledakkan serangkaian bom dimana Rafidah berkumpul untuk pawai syirik
yang besar di depan salah satu kuil terbesar mereka -yang dikenal dengan
“Hosseini Dalan” - Di kota Dhaka. Operasi yang diberkahi ini adalah yang
pertama kali menargetkan Rafidah Bengal selama hampir 400 tahun. Lebih dari
seratus Murtaddin tewas dan terluka. Kemudian dengan mengambil Momentum dari
serangan yang diberkahi ini, kurang dari dua minggu kemudian Mujahidin
melakukan penggerebekan dengan gagah berani pada 21 Muharram 1437, dengan
memilih untuk menyerang sekelompok polisi yang bersiap untuk mendirikan pos
pemeriksaan di sebuah daerah di Dhaka. Mereka menikam salah satu dari mereka
hingga mati dan melukai empat orang lainnya, Alhamdulillah.
Sementara tentara Khilafah di Bengal sibuk mempersiapkan serangan
berikutnya kepada orang kafir, dengan izin Allah, Murtaddin sekuler dari
pemerintah Liga Awami melanjutkan memelintir fakta lapangan dan memainkan isu
dalam upaya untuk menempatkan tekanan politik dan menyalahkannya pada Murtaddin
baik BNP nasionalis dan parlemen “Jamaat-e-Islami.” Sementara itu, para
prajurit Khilafah di Bengal terus meningkat dan berkembang, dan berkat rahmat
Allah, ia akan terus meneror tentara salib dan sekutunya sampai hukum Allah ditegakkan
di muka bumi.
Setelah berbulan-bulan menangkapi muwahhidīn serta
mengklaim palsu lebih dari sekali bahwa mereka telah menangkap “koordinator tertinggi
IS” wilayah Bengal, pemerintah murtad yang tak tahu malu keluar tepat setelah
operasi yang diberkahi atas Tavella Cesare dimana mereka mengatakan “tidak ada
IS di Bangladesh”! dan Mereka mengulangi kebohongan yang sama berulang kali
seperti kaset rusak setelah setiap kali operasi yang diberkahi dilakukan oleh
prajurit Khilafah, semuanya adalah upaya putus asa demi menyelamatkan muka
didepan masyarakat kufur internasional dan menyembunyikan ketidakmampuan mereka
serta impotensi lembaga penegak hukum dalam memberikan keamanan untuk tuan
tentara salib mereka dan warga Rafidi.
Pemerintah murtadd Bengali akan segera menyadari, dengan Izin
Allah, yang tanpa malu-malu menyangkal fakta di lapangan dan memainkan
permainan anak-anak dengan menyalahkan oposisi murtadd, dan itu akan menjadi
sia-sia bagi mereka, sebagaimana Negara Islam memang ada dan akan menetap di
sini, insya Allah. Ia memang ada dan akan menetap di Syam dan Irak. Ia memang
ada dan akan menetap di Khurasan dan al-Qawqaz. Ia memang ada dan akan menetap
di Tunisia sampai ke Bengal bahkan jika Murtaddin menghina hal ini. Khilafah akan
terus meluas hingga bayangannya menaungi seluruh bumi, disetiap tanah dimana
masih terjangkau oleh siang dan malam, insya Allah.
Pada akhirnya, adalah menjadi tanggung jawab umat Islam
di Bengal untuk mendukung Khilafah. Dan ini juga menjadi tugas semua Mujahidin
di Bengal yang mendukung Negara Islam untuk merapatkan barisan mereka, bersatu
di bawah tentara Khilafah di Bengal, dan membantu mereka dengan setiap cara apapun.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman, { Sesungguhnya Allah menyukai orang
yang berperang dijalan-Nya dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka
seperti suatu bangunan yang tersusun kokoh.} [As-Saff: 4].
Dia juga subhanahu wa ta’ala berfirman, { Hai
orang-orang yang beriman, perangilah orang-orang kafir yang di sekitar kamu
itu, dan hendaklah mereka menemui kekerasan daripadamu, dan ketahuilah,
bahwasanya Allah bersama orang-orang yang bertaqwa.} [At-Taubah: 123].
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “BERJIHADLAH
/ PERANGILAH KAUM MUSYRIKIN DENGAN HARTA, JIWA DAN LISAN KALIAN”[Shahih,
Diriwayatkan oleh : Abu Dawud dan Nasa’i dari Anas-].
Semoga Allah memberkahi para mujahidin di Bengal,
mendukung mereka, dan memberi mereka kesuksesan yang terus menerus sehingga
mereka dapat menjadi sumber kekuatan dan dukungan atas Muslim yang tertindas di
Bengal dan Burma.
Semoga Allah Menyatukan Barisan Umat Islam Di
Setiap Wilayah Di Bawah Naungan Khilafah.
Source:
DABIQ 12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar