8/19/2019

SAUDARA KANDUNG PARA MUHAJIRIN


SAUDARA KANDUNG
PARA MUHAJIRIN
OLEH UMMU SUMAYYAH AL-MUHAJIRAH


Dengan nama Allah yang telah menurunkan ayat bagi para muhajirah, dan memeliharanya di dalam Al-Quran hingga hari Kiamat, Shalawat dan salam semoga tercurah atas imam para mujahidin, orang yang paling dicinta oleh kaum anshar dan muhajirin, dan atas para keluarga, shahabat dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik hingga hari pembalasan. Amma ba’du:

Maka sesungguhnya, di saat hijrah di jalan Allah adalah perkara yang sangat agung, maka Allah menurunkan sebuah ayat: (Dan orang-orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan muhajirin dan Anshar, dan orang-orang yang mengikutinya dengan baik, maka Allah meridhoi mereka dan mereka ridho kepada Allah, dan Allah mempersiapkan bagi mereka surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya, itulah kemenangan yang agung) [At-Taubah: 100]. Demikian juga, seandainya bukan karena hijrah tentulah Nabi tidak akan memberikan permisalan kepada kita dengan sabdanya ‘Setiap amal itu tergantung dari niatnya’, di mana beliau bersabda: Maka siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya”. Hijrah dari Makkah ke Madinah juga telah menjadi moment besar dan titik perubahan paling berpengaruh dalam misi kenabian, dia juga mengandung pelajaran yang sangat berharga, sehingga dia telah menjadi kejadian paling agung dalam sejarah Islam, dan dengan alasan ini dia menjadi dasar penanggalan dalam kalender Islam.

Hijrah di jalan Allah bertujuan untuk menyelamatkan diri dari fitnah, lantaran takut terjatuh ke dalamnya, dan menyelamatkan agama, karena terbiasa melihat kekufuran dan kesyirikan tanpa sedikitpun tergugah untuk merubahnya terkadang akan mematikan hati, sehingga tidak merasakan lagi perasaan Islam dan pemeluknya. Begitu juga di antara tujuan hijrah adalah untuk memperkuat barisan kaum muslimin dan membantu mereka untuk berjihad melawan musuh-musuh Allah dan juga musuh mereka.

Dan hijrah, menurut definisi yang disebutkan oleh Imam Ibnu Qudamah adalah “MENINGGALKAN DARUL KUFR MENUJU DARUL ISLAM” [Al-Mughni]. Syaikh Sa’d bin Atiq (rahimahullah) berkata, “Berpindah dari tempat syirik dan maksiat menuju negeri Islam dan ta’at” [Ad-Durar As-Saniyyah]. Dan Darul Islam Adalah negeri yang diatur oleh kaum Muslimin dan berlaku di dalamnya hukum-hukum Islam, sehingga yang menjadi penentu adalah kaum muslimin, walau terkadang mayoritas masyarakatnya adalah kafir, sedangkan Darul Kufr adalah negeri yang diatur oleh orang-orang kafir, berlaku di dalamnya hukum-hukum kafir dan yang menjadi penentu adalah orang-orang kafir, walaupun mungkin mayoritas masyarakatnya adalah muslim.

Adapun hukum hijrah, yaitu dari darul kufr menuju darul Islam, adalah Wajib. Allah berfirman {Sesungguhnya orang-orang yang dicabut nyawanya oleh malaikat dalam keadaan menzalimi diri sendiri, (kepada mereka) malaikat bertanya, "Dalam keadaan bagaimana kamu ini?" Mereka menjawab, "Kami orang-orang yang tertindas di negeri (Mekah)". Mereka (para malaikat) bertanya, "Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu?" Maka orang-orang itu tempatnya di neraka Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali} [An-Nisa-97].

Imam Ibnu Katsir – rahimahullah – berkata: “Ayat ini menunjukkan kewajiban hijrah secara umum, maka setiap yang tinggal di antara masyarakat musyrik, dan dia sanggup untuk hijrah, dan tidak bisa leluasa menjalankan agamanya, maka dia berarti telah dzalim terhadap dirinya sendiri dan telah melakukan perbuatan haram secara ijma’, telah diriwayatkan oleh Abu Dawud dengan sanadnya dari Samurah bin Jundab (radhiyallahu anhuma) bahwa Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wa sallam) bersabda; “Barangsiapa yang bercampur baur bersama orang-orang musyrik atau tinggal bersama mereka maka sesungguhnya dia seperti mereka”.

Dan seandainya tidak ada dalil-dalil lain atas wajibnya hijrah kecuali hadits-hadits Rasulullah (shallallahu alaihi wa sallam): “Tidak akan terputus HIJRAH hingga terputusnya taubat, dan tidak akan terputus taubat hingga matahari terbit dari barat” [diriwayatkan oleh Abu Dawud dari Mu’awiyah radhiyallahu anhu] dan “Tidak akan terputus hijrah selama masih ada jihad” [Diriwayatkan oleh Ahmad], dan “Aku berlepas diri dari seorang muslim yang tinggal di antara orang-orang musyrik” [Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Abu Dawud], dan TIDAK AKAN TERPUTUS HIJRAH SELAMA MUSUH MASIH DIPERANGI [DIriwayatkan oleh Ahmad dan Nasa`i], jika kita tidak memiliki dalil-dalil kecuali hadits-hadits ini, maka ini semua telah cukup dan memadahi untuk menolak syubhat orang-orang yang membuat ragu dan kedustaan orang-orang yang membuat khawatir.

Dan hukum ini wajib atas wanita sebagaimana dia wajib atas laki-laki, di mana Allah Ta’ala ketika mengecualikan orang-orang yang tidak sanggup berhijrah, Dia mengecualikan orang-orang yang tidak sanggup dari kalangan wanita sebagaimana mengecualikan orang-orang yang tidak sanggup dari kalangan laki-laki. Allah berfirman; {Kecuali orang-orang lemah dari laki-laki, wanita dan anak-anak yang tidak berdaya dan tidak mengetahui jalan, maka mereka itu mudah-mudahan Allah memaafkannya. Allah Maha Pemaaf, Maha Pengampun} [An-Nisa: 98-99]. Nabi shallallahu alaihi wa sallam juga bersabda; “Wanita adalah saudara kandung laki-laki” [diriwayatkan oleh Abu Dawud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah].

Dan hari ini, setelah kaum muslimin menegakkan sebuah daulah yang berhukum dengan Al-Quran dan Sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, dengan wilayah kekuasaan yang terbentang lebih luas dari beberapa Negara bentukan Sykes Pycot, dan para tentaranya telah mengembalikan tentang khilafah yang dijanjikan dengan tajamnya pedang bukan dengan sikap pasif, maka menguatlah alur hijrah sehingga setiap hari tidak hanya muhajirin yang berhijrah ke negeri Islam, namun juga muhajirah, mereka telah bosan hidup di tengah kekufuran dan orang-orangnya, maka ketika mentari Daulah yang mereka tunggu telah bersinar, mereka pun segera melesat ke sana, baik secara berkelompok maupun secara sendiri-sendiri, dari berbagai penjuru bumi, timur dan baratnya, berbagai warna kulit dan bermacam bahasa namun hati mereka bersatu di atas Laa ilaaha illallah, dan aku teringat di saat aku berhijrah dan aku adalah satu-satunya wanita Arab di tengah-tengah para akhowat muhajirah.

Jika pembicaraan tentang muhajirin adalah hal yang menakjubkan, maka membicarakan saudara mereka dari kalangan muhajirat adalah hal yang lebih menakjubkan! Berapa banyak kisah yang jika bukan karena aku mendengarnya langsung dari lisan pelakunya atau melihat langsung dengan mata kepalaku sendiri, maka aku mengira itu hanya dongeng yang tidak masuk akal dan sesuatu yang mustahil!

Orang-orang yang tidak suka sering mengatakan bahwa mereka yang berhijrah ke Daulah Islam adalah kelompok masyarakat pinggiran di negerinya, hidup terlunta-lunta dengan susah payah antara menganggur, kemiskinan, problem rumah tangga dan gangguan jiwa, akan tetapi yang aku lihat berbeda dari itu semua! Aku melihat mereka adalah wanita yang telah mentalak dunia dan datang kepada Rabbnya, aku melihat para wanita yang zuhud dari kehidupan yang nyaman dan harta yang berlimpah, aku melihat wanita yang meninggalkan rumah megah dan mobil mewah untuk berlari di jalan Rabbnya dengan mengatakan di dalam hatinya {Wahai Rabbku bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu di surga} [At-Tahrim: 11], aku mengira mereka demikian, dan hanya Allah yang bisa memastikan.

Mereka adalah gelas-gelas kaca tetapi jiwa mereka adalah jiwa para ksatria, bahkan semangat mereka hampir merengkuh angkasa. Ya, mereka adalah para akhawat muwahhidat yang berhijrah ke pangkuan Daulah Islamiah, mereka telah mewarisi semangat ini dari ibunda mereka, istri Rasul mereka – shallallahu alaihi wa sallam – ibunda kaum mukminin; Saudah binti Zam’ah radhiyallahu’anha, wanita yang telah hijrah ke Habasyah dan ke Madinah dan keluar dari Makkah dengan berbagai kemuliaannya, bersama sebelas wanita Quraisy lainnya dan tujuh wanita dari suku lain, dan juga saat hijrah kedua.


Sesungguhnya kisah hijrah para muwahhidat yang telah dikisahkan kepadaku tidaklah terlepas dari kesulitan dan ujian, semua dimulai ketika ukhti mengajukan idenya untuk keluar di jalan Allah, dan tantangan pertama bagi para muhajirah ini tidak lain adalah keluarga, dan kalian pasti tahu siapa itu keluarga! Kebanyakan keadaan keluarga mereka adalah orang-orang Islam yang awam, yang ketika mereka melayangkan ide hijrah maka seakan dia melayangkan sebuah batu karang ke atas mereka! Ya, seorang wanita adalah kehormatan mereka dan hak mereka untuk khawatir kepada mereka, akan tetapi mereka tidak khawatir atau takut apabila ukhti ini akan melakukan perjalanan mereka ke Paris atau London untuk mencari ilmu yang tidak bermanfaat, bahkan engkau dapati mereka mengharap hal itu, berusaha membantu dan membanggakannya, tetapi jika tujuannya adalah Daulah Islamiah, maka semua akan menjadi fuqaha, yang memutuskan ini boleh dan itu tidak boleh! Dan demi Allah, aku mengenal seseorang yang keluar menemani suaminya menuju bandara dan tiba-tiba dihentikan oleh tentara thaghut setelah keluarganya memberikan informasi tentang mereka! Ini kisah wanita yang bersama mahram, lalu bagaimana yang tidak?

Maka di sini aku ingin mengatakannya dengan suara paling lantang, kepada orang-orang yang hatinya sakit berkepanjangan atas kehormatan para wanita yang menjaga diri, hijrah wanita dari Darul Kufr adalah kewajiban atasnya, baik bersama mahram atau tanpa mahram, jika dia mengetahui jalan yang relativ aman dan takut kepada Allah terhadap dirinya, pergi keluar tanpa menunggu siapa pun, pergi bersama agamanya dan sampai di negeri yang Islam menjadi jaya dan juga pemeluknya, dan siapa yang ragu akan hal ini maka telitilah kembali kitab-kitab fiqh dan pendapat para ulama, dan beritahukanlah kami, kepada siapa ayat mulia ini ditu-runkan?

Hai orang-orang yang beriman, apabila perempuan-perampuan mukmin datang berhijrah kepadamu, maka hendaklah kamu uji keimanan mereka, Allah lebih tahu tentang keimanan mereka, dan jika engkau telah mengetahui tentang keimanan mereka maka janganlah engkau kembalikan mereka kepada orang-orang kafir
[Al-Mumtahanah: 10].

Akan tetapi, orang-orang yang berisik ini tidak sepakat dengan kita dalam hal pokok, yakni tegaknya Daulah Islamiyyah walau telah terpenuhi syarat dan legitimasinya, lalu bagaimana mereka mau mendebat kami dalam masalah yang hanya cabangnya saja, yaitu hijrahnya para wanita tanpa mahram dari Darul Kufr menuju Darul Islam?! Maka tidak ada yang bisa kami ucapkan kecuali cukuplah Allah bagi kami, dan Dia adalah sebaik-baik penolong kami dari setiap orang yang menghalangi para muhajirah walau dengan satu huruf, dan di sisi Allah kelak akan diputuskan segala peraduan!

Lalu ukhti kita ini pun berhasil melewati tantangan keluarga, dengan jalan dan pengawasan dari Allah dan kemudahan dari-Nya, dia harus menempuh perjalanan panjang dan berat, walau sebenarnya menyenangkan dan penuh kenangan indah, dan sungguh terkadang kami bertukar kisah dan pengalaman hijrah kami, bertukar perasaan yang dialami dalam perjalanan hijrah kami, dan seakan-akan kami baru keluar dari kegelapan menuju cahaya, dari gua yang sempit dan sesak menuju lembah hijau yang luas, bahkan demi Allah, seakan kami baru saja dibangkitkan dari kematian! Ya benar, memang ada rasa takut, di sana ada rasa khawatir dan gelisah, karena mereka yang membenci muwahhid senantiasa terus mengintai, akan tetapi siapakah yang memberi keteguhan? Siapakah yang memberi rasa aman, siapakah yang memberikan rasa tenang di hati hamba-hamba yang lemah? Dia adalah Allah… Raja Diraja!

Aku pernah bertemu dengan seorang ukhti yang sedang hamil di usia keenam bulan, dia bersama suaminya berasal dari Inggris, aku sangat heran dengan petualangan mereka, aku bertanya, “Mengapa engkau tidak menunggu melahirkan bayimu lalu membawanya dan pergi berhijrah?” dia menjawab; “Tidak, kami tidak bisa lagi menunggu lebih lama, kami telah meleleh karena rindu dengan Daulah Islam!”

Ada juga wanita lain yang hijrah bersama suaminya, dia dalam keadaan hamil, melakukan perjalanan menggunakan mobil dan menyeberangi tiga Negara hingga sampai di pangkuan Daulah Islamiah, dan Allah menakdirkannya melahirkan janinnya dalam keadaan meninggal, mungkin karena perjalanan yang cukup berat yang dia hadapi hingga berpengaruh kepada janinnya. Ya, dia meninggal dan dimakamkan di Daulah Islamiyyah dan ibunya dalam keadaan senang dan bersyukur – aku menganggapnya demikan dan hanya Allah yang bisa menghisabnya – ya, dia meninggal di Daulah Islamiyah dalam keadaan fithrah, dan itu lebih baik dari pada dia dimatikan dalam keadaan teracuni kurikulum pendidikan thaghut. Betapa mahalnya hijrah dan alangkah murahnya pengorbanan di jalannya.

Dan ada juga seorang wanita tua, nenek yang menemaniku dalam perjalanan yang menyenangkan, dia datang menemani seorang anak lelakinya, seorang anak perempuannya dan seorang cucunya, dan setelah bercerita panjang lebar apa yang dia hadapi dari kesulitan dan ujian hingga dia berhasil meninggalkan negerinya, dia mengatakan; “Putraku telah terbunuh, sehingga aku datang ke sini dengan anak laki-lakiku yang lain, anak perempuanku dan cucuku!” Allahu Akbar, Engkau telah membuat lelah orang yang ingin menyaingimu wahai nenek!

Maka tidaklah jalan kebenaran itu berhamparkan kecuali dengan duri, dan tidaklah surga itu dikelilingi kecuali dengan sesuatu yang dibenci jiwa, dan di jalan menuju surga maka tidak ada tempat bagi para penakut dan pengecut!

Jika aku lupa akan sesuatu, maka aku tidak akan lupa saat-saat aku pertama kali menginjakkan kaki ini ke tanah Islam yang indah, saat-saat melihat panji al-‘uqab berkibar gagah! Berapa lama hati ini melihat berhala yang berkibar di negeri-negeri kufur! Dan checkpoint pertama yang kami lihat, gambaran pertama tentang tentara Daulah Islam, yang sangat jauh berbeda dengan apa yang ada di internet dan televisi, kumuh dan berdebu dengan percikan darah dan kotor, tapi sekarang aku melihatnya dengan mata kepala sendiri, air mataku menetes deras dan lisanku bertakbir dengan perlahan! Duhai, alangkah banyak kebaikan yang terhalang untukmu wahai orang yang tetap duduk-duduk dan enggan berangkat jihad?

Allah berfirman: {Sesungguhnya orang-orang yang dicabut nyawanya oleh malaikat dalam keadaan menzalimi sendiri, mereka (para malaikat) bertanya, “Bagaimana kamu ini?” Mereka menjawab, “Kami orang-orang yang tertindas di bumi (Mekah).” Mereka (para malaikat) bertanya, “Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah (berpindah-pindah) di bumi itu?” Maka orang-orang itu tempatnya di neraka Jahanam, dan (Jahanam) itu seburuk-buruk tempat kembali} [An-Nisa: 97]. Ibnu Qudamah (rahimahullah) mengatakan; “Dan ancaman keras ini menunjukkan bahwa itu adalah wajib” [Al-Mughni].

Namun ayat ini kemudian didengar oleh telinga para wanita hamba Allah dan merenungkannya, sehingga tumbuhlah semangat dan dia pun segera berhijrah meninggalkan negerinya, keluarganya, teman-teman dan cita-citanya demi hidup di bawah naungan syari’at Islam! Dan setiap kali aku bertanya kepada salah seorang dari mereka, “Apa yang membuatmu datang ke mari?” selalu aku dengar sebuah jawaban yang berulang-ulang; “Syari’at Allah” sebuah jawaban singkat namun jelas dan telah mencakup semua! Sedangkan telinga kaum laki-laki dari putra-putra kaumku, maka seolah telinga mereka tersumpal sesuatu – kecuali mereka yang dilindungi Allah – yang ini tertahan oleh dunia, yang itu tertahan oleh istrinya, dan yang lain mencari fatwa dari para ‘syaikh’ yang menakutkan, dan berkata; “Hai anakku, tetaplah engkau duduk di sini dan jauhilah olehmu fitnah”, dan sebagian lagi akalnya terkena tiupan setan sehingga menjadi samar beberapa hal, sehingga tidak bisa mengetahui kebenaran dari kebathilan, dan kepadanya aku katakan; “Dua raka’at di tengah malam, beberapa sujud dengan tulus, doa yang berlinang air mata, dan ‘Ya Allah, perlihatkanlah aku kebenaran itu sebagai kebenaran dan karuniailah aku kekuatan untuk mengikutinya, dan tunjukilah aku kebathilan itu sebagai kebathilan dan karuniailah aku kekuatan untuk menjauhinya”, jika engkau jujur dalam melakukannya maka tidak perlu waktu lama engkau menunggu. 

Sesungguhnya aku, berapa pun yang aku katakan dan apa yang aku tuliskan, maka aku tidak bisa memenuhi hak para muhajirat Daulah Islam, andaikan bukan suatu halangan tentu akan aku tuliskan dengan air mata kisah-kisah mereka, aku pernah melihat dua wanita yang mengeluarkan anak-anak mereka yang berusia sekitar lima belas tahunan, di suatu malam ketika perang sedang berkecamuk, dua wanita ini mendorong anak mereka keluar rumah sambil terus mengucapkan; “Allahu Akbar! Pergilah ke surga yang luasnya seluas langit dan bumi!” Rabbi! Sesungguhnya mereka adalah anak-anak mereka, belahan jiwa mereka, akan tetapi tidak ada yang lebih mahal dari dien ini dan dari umat ini! Ya, mereka adalah para muhajirat Daulah Islamiyyah dan tidak lebih mulia dari ini, mereka telah mengenal dan faham dengan Haritsah yang berada di Firdaus lewat persaksian pemimpin para manusia, (shallallahu alaihi wa sallam), - demi ayah dan ibuku sebagai tebusannya – “Sungguh Haritsah telah meninggal pada saat perang Badar, dan ketika itu usianya masih muda, ibunya datang menemui Nabi (shallallahu alaihi wa sallam) dan berkata; “Wahai Rasulullah, engkau tahu kedudukan Haritsah di hatiku, jika dia sekarang berada di surga maka aku akan bersabar dan mengharap pahala Allah, jika sebaliknya maka Engkau akan melihat apa yang akan aku perbuat”. Maka Rasulullah (shallallahu alaihi wa sallam) bersabda; “Kasihan engkau… apakah engkau telah kehilangan fikiran, apakah engkau kira hanya satu surga? Sungguh itu adalah surga-surga, dan sesungguhnya dia ada di surga Firdaus”. [Shahih Al-Bukhari].

Di sini, aku ingin berbisik di telinga setiap ukhti muhajirah, yang diuji dengan kehilangan suami di medan juang di Daulah ini; “Teguhlah wahai saudari ku, bersabarlah dan berharaplah akan pahala Allah, dan janganlah, sekali lagi janganlah engkau berfikir untuk kembali ke bumi para thaghut, dan ketahuilah bahwa engkau juga memiliki akhawat yang juga telah diuji dengan ujian seperti ujianmu, dari terbunuhnya suami, ada yang diamputasi, ada yang lumpuh, ada juga yang tertawan musuh, akan tetapi mereka tetap teguh laksana gunung yang menjulang, tidaklah ujian itu semua kecuali membuat mereka semakin sabar dan kuat, dan janganlah engkau lupa bahwa balasan itu sesuai dengan kadar ujian, dan “Sungguh mengherankan urusan seorang mukmin, sesungguhnya seluruh urusannya adalah kebaikan, dan itu tidak terjadi pada seorang pun kecuali pada seorang mukmin, jika dia mendapat kesenangan dia bersyukur, dan itu baik untuknya, dan jika dia ditimpa kesusahan dia bersabar, dan itu juga baik untuknya” [Shahih Muslim].

Ini adalah jalan para mukminat yang bersabar, tidak seperti para lelaki gadungan yang masih saja kita lihat digembosi oleh apa yang disebut ‘Minbar Tauhid wa al-Jihad’ yang menyeru untuk mengeluarkan para wanita dari wilayat Ninawa yang diberkahi.

Dan kepada mereka yang masih mengenakan pakaian nasihat dari minbar mukhadzil itu, aku katakan: “Engkau berkata dengan kedustaan atas kekhawatiran kalian kepada para wanita muwahhidat, padahal mereka sendiri tidak takut kecuali hanya kepada Allah semata, jika engkau masih memiliki kebaikan tentu engkau telah mengenakan pakaian perang untuk membela umat dan datang untuk beribath di perbatasan Mosul untuk melindungi ‘akhawatmu’, akan tetapi jauh dan jauh sekali…semoga Allah memburukkan turban para wanita PKK, mereka justru lebih jantan dari mereka!

Dan akhir dari doa kami adalah segala puji hanya milik Allah, Shalawat dan salam semoga tercurah atas sayyidina Muhammad, dan atas keluarga dan seluruh shahabatnya.



Source: DABIQ 8

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...