8/18/2019

SEKUTU AL-QA’IDAH DI SYAM BAG 3


SEKUTU AL-QA’IDAH DI SYAM
.... BAG 3

Pada Jum’at, 2 Rabi'ul Awwal 1435 H (3 Januari 2014), koalisi Shohawat di Suriah menggelorakan peperangan terhadap Daulah Islamiyyah setelah para pemimpin faksi-faksi tersebut berkumpul untuk menyusun makar konspirasi mereka. “Jaysul Mujahidin” dan “Jabhah Tsuwwar Suriya” (pimpinan Jamal Ma’ruf) melakukan langkah awal dan diikuti secara sistematis oleh “Jabhah Islamiyyah” dan Jabhah Jawlani. Salah satu sekutu terbesar bagi Jabhah Jawlani sejak kemunculan Shohawat ialah “Jabhah Islamiyyah” dengan Zahran Alloush berperan sebagai komandan militer tertingginya.
 
Zahran Alloush
Pada bulan Sya’ban, si salibis “McClatchy” mewawancarai  Zahran Alloush di Turki, yang notabene pemimpin kesayangan Shoawat. Berikut kutipan wawancara dari artikel yang dirangkum oleh pewawancara :

“Para pemberontak Islamis mundur secara retoris dalam wawancara pertama dengan media AS.”

“Dalam wawancara pertama dengan media AS, Allous sangat pragmatis”.

“Berangkat dari tujuan awalnya untuk mengeluarkan anggota sekte Alawite yang berkuasa di Damaskus. Dalam wawancara ia menyebut mereka sebagai ‘bagian dari rakyat Suriah’ dan berkata hanya dengan darah di tangan-tangan mereka hal ini akan terbayar.”

“Dia juga mengabaikan pembicaraan terkait pembentukan Negara Islam. Saat ini, ia lebih suka mengikuti kemauan rakyat Suriah untuk memutuskan negeri seperti apa yang mereka inginkan”.

“Kami ingin mendirikan sebuah Negara dimana semua hak kami dipenuhi," ujarnya, menyebutkan sesuatu yang ia namakan sebagai ‘diskriminasi sektarian’ melawan mayoritas Muslim Sunni. "Setelah itu, rakyat harus menentukan Negara seperti apa yang mereka inginkan." Ia menuturkan lebih menyukai sebuah pemerintah tekhnokrat, dan professional.’”

“Ditanya oleh McClatchy terkait perubahan pendiriannya, Alloush mengatakan bahwa pernyataan asli dari dirinya sebagai akibat dari tekanan yang ia alami ketika hidup di Ghluta, menyaksikan serangan gas beracun dua tahun silam yang telah membunuh ratusan orang.”

“’Kami hidup dalam kondisi terkepung. Kami semua mengalami tekanan psikologis. Dulu ketika saya berada dalam penjara dan para sipir datang guna menyiksa para tahanan, kemudian pia pergi, para tahanan saling bertengkar dan saling memukul satu sama lain, katanya.”

“Juru bicaranya yang bernama Islam Alloush, mengatakan bahwa pidato Zahran Alloush di Ghouta hanya untuk konsumsi internal, guna menyatukan semua barisan pejuang satu sama lain, menjauhkan mereka dari kekuatan islam radikal seperti Daulah Islamiyyah. ‘Ada pidato tertentu yang ditujukan untuk kalangan internal dan juga untuk kalangan eksternal,’ katanya.’ Pidato internal diperuntukkan dengan tujuan menyelamatkan anak-anak kami agar tidak bergabung dengan Daulah Islamiyyah.’”

“Pernahkah [Zahran] merubah pandangannya? ‘Sebuah pertanyaan yang bagus,’ kata Joshua Landis, seorang pakar pengamat Suriah di Universitas Oklahoma yang menulis profile tentang Alloush. Alloush dan para stafnya sudah mulai bisa dipahami,’ katanya, mengambil kesimpulan dari percakapan yang dilakukan Zahran dengan komandan juru bicaranya di jejaring sosial Twitter”.

“Setiap orang sangat memahami bahwa rezim saat ini begitu lemah dan tengah bergerak menuju kehancurannya,’ kata Bassam Barabandi, mantan diplomat Suriah yang tinggal di Washington. Dan setiap pemain utama ingin diterima secara terbuka oleh Barat dan komunitas dunia Internasional.’”

“’Zahran ingin berada di pihak para pemenang,’ katanya.”

“Landis berkata Alloush akan berada di sisi itu. ‘Dia akan menjadi pemenang di hati Barat,’ katanya. Jaisyu Islam yang dipimpin oleh Alloush dan kelompok Islam lainnya, tipe pejuang patriotik nan gigih ...pada akhirnya akan menang, ‘katanya.”

“Salah satu alasan perjalanan Allous ke Istanbul boleh jadi guna menampilkan wajah baru di hadapan sesi wawancaranya, kemudian berpergian menuju Yordania, negara pendukung Internasional para pemberontak Suriah guna berunding dengan para komandan pemberontak lainnya yang beroperasi di Suriah Selatan. Para kelompok pejuang tersebut membutuhkan bantuan persenjataan.”

“Dalam wawancaranya bersama McClathy, ia menyematkan sebuah kalimat moderat: ‘Jika kita berhasil menggulingkan rezim, kita akan menyerahkan negara pada rakyat Suriah untuk memilih bentuk Negara macam apa yang mereka inginkan,’ katanya. ‘Supaya bisa hidup berdampingan dengan kaum minoritas, merubah situasi yang telah berlangsung di Suriah ratusan tahun lamanya. Kami tidak ingin memaksakan kekuatan pada kaum minoritas atau melakukan penindasan pada mereka. Justru kami menentang hal tersebut, mengkritisi rezim dan melawannya karena ia mempraktekkan diskriminasi sektarian melawan kaum mayoritas selama ia berkuasa di Suriah.’”

“Orang kepercayaan Alloush juga mengatakan bahwa ia siap untuk menanggalkan bendera hitam dan putih Islam, kemudian mengibarkan bendera Suriah yang digunakan oleh kelompok pemberontak lainnya, demi menaikkan citra dirinya.”

“[Zahran] berkata bahwa Jaisyul Islam telah berhubungan langsung dengan Daniel Rubinstein, duta besar Obama khusus untuk Suriah, dan dikonfirmasi dengan jelas oleh Departemen Luar Negeri AS.”

Itulah kata-kata terakhir dari koalisi Alloush. Bila dirangkum sebagai berikut: Dia menganut kebebasan berkehendak, yang berpijak dari ajaran Demokrasi. Dia menganut kebebasan beragama dan hidup berdampingan antar agama, berpjak dari paham nasionalisme sekularis. Dan dia berkompromi dalam hal pokok-pokok agama, bertemu dengan para pemimpin Yahudi yang menjadi bagian dari pasukan salibis dalam memerangi Islam, dan mengangkat panji sekularis Jahiliyyah demi mendapat bantuan. Dan lagi, Alloush merupakan sekutu utama “al Qa'idah” di Suriah (Jabhah Jawlani) – dan secara terbuka mendapat pujian dari Jawlani dan Harari (salah satu pemimpin utama Jabhah Jawlani) dalam wawancara yang dikeluarkan secara resmi oleh “Jaisyul Islam”-nya. Ia sendiri dipuji oleh Harari via jejaring sosial Twitter.

Dan lagi, Alloush yang sesat telah dikenal oleh para pengklaim jihad ini lama sebelum ekspansi resmi Daulah Islam ke bumi Syam, dan Jabhah Jawlani mendukung “Jabhah Islamiyyah” yang dipimpin oleh Alloush untuk memerangi Daulah Islamiyyah.1

Wawancara ini diikuti dengan sebuah deklarasi oleh sekutu-sekutu Jabhah Jawlani yang menyalahkan aksi pembunuhan Jabhah Jawlani atas lebih dari 20 murtaddin Druze pada bulan Sya’ban di desa Qalb Lawzah. Hal ini berlangsung tidak lama setelah Jawlani berjanji tidak akan membahayakan mereka dalam wawancaranya dengan saluran taghut Qatar, “Al Jazeera”, dan kebijakan ini sesuai dengan kebijakan Dzowahiri dalam “Pedoman Umum bagi Aksi Jihad”. Dzowahiri mengatakan dalam bab “Pedoman yang Dibutuhkan”, “Poin Keempat: sekte sesat seperti Rofidhoh, Ismailiyyah, Qadiniyyah, dan Sufiyyah sesat, seharusnya tidak diperangi selama mereka tidak memerangi Ahlus Sunnah, maka responnya harus dibatasi pada orang-orang yang ikut berperang saja diantara mereka sembari dijelaskan bahwa kami hanya mempertahankan diri saja. Sekte ini bukanlah jenis sekte yang suka berperang, keluarga mereka senang di rumah, dan tempat peribadatan mereka, perayaan dan acara-acara keagamaan mereka tidak boleh menjadi target penyerangan. Dan kita lebih menyoroti tindakan untuk menghilangkan kekeliruan dan kesesatan pada keyakinan dan tingkah laku mereka. Dikarenakan daerah-daerah mereka berada dibawah kendali dan otoritas para mujahidin, maka sekte ini harus diperlakukan dengan bijak setelah didakwahi, meningkatkan kewaspadaan, menyingkap keraguan mereka, melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar dengan cara yang tidak menimbulkan bahaya yang lebih besar seperti pengusiran mujahidin dari daerah tersebut, atau pemberontakkan massa melawan mujahidin, atau hasutan fitnah yang yang dimanfaatkan musuh untuk mengambil alih wilayah tersebut”. Inilah akhir kalimat Dzowahiri.

Jawlani berkata dalam wawancaranya, “Saat ini, kami tidak memerangi siapapun yang tidak memerangi kami. Seperti desa Druze yang tidak mendukung Bashar al Assad pun tidak memeranginya. mereka berada di wilayah yang telah dibebaskan Mujahidin pun tidak berbahaya”. Dan saat ditanya, “Tapi Anda tidak mengepung desa mereka, Anda tidak menghancurkan rumah-rumah mereka, Anda tidak menghancurkan kuil-kuil mereka, Anda tidak melakukan apa-apa terhadap mereka sampai detik ini?” Ia menjawab, :”Tidak, tidak sama sekali. Tidak sama sekali... Tidak pernah terjadi satu kalipun penggunaan kekuatan terhadap mereka”.

Keduanya memerintahkan untuk meninggalkan jihad merangi murtaddin Druze.

Shaikhul Islam ibn Taymiyyah pernah ditanya mengenai hukum atas Nushayriyyah dan Druze, kemudian menjawab, “Druze dan Nushayriyyah adalah kuffar menurut kesepakatan Muslimin. Tidak diperbolehkan makan sembelihan mereka dan menikahi perempuan-perempuan mereka. Lebih lagi, jizyah tidak berlaku atas mereka, karena kemurtaddan mereka dari agama Islam, mereka bukan bagian dari kaum Muslimin, bukan juga Yahudi pun tidak juga Nashrani. Mereka tidak mengenal kewajiban shalat lima waktu, tidak juga puasa Ramadhan, tidak mjuga menunaikan kewajiban haji, tidak juga menegakkan larangan Allah dan RasulNya terhadap bangkai, khamar, dan lainnya. Dan jika mereka mengucapkan dua kalimat syahadat [tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad rasulNya] bersamaan dengan keyakinan akan prinsip-prinsip itu, maka mereka kufur sesuai dengan kesepakatan muslimin. Dan mengenai Druze, maka mereka adalah pengikut Hashtakin ad Darzi, yang merupakan pengikut al-Hakim [penguasa murtad Ubaydi]. Al Hakim mengirimkannya pada penduduk di lembah Taymullah Ibn Tha’labah dan memerintahkan mereka untuk meyakini ketuhanan al-Hakim. Mereka menyebutnya dengan nama al Bari al Allam [Maha Pencipta, Maha Mengetahui] dan bersumpah atasnya. Mereka berasal dari sekte Ismailliyyah yang mengklaim bahwa Muhammad Ibn Ismail telah menghapus syari'at Muhammad Ibn Abdillah sholallahu 'alaihi wasallam. Kekufuran mereka lebih parah dibandingkan Syiah ekstrim. Mereka mengklaim bahwa dunia akan terus kekal dan menolak setiap perintah dan larangan dalam Islam. Mereka berasal dari Batini Qaramithah [merekka yang mengklaim bahwa agama memiliki makna tersembunyi yang berlawanan dengan makna nyatanya] yang lebih parah kekufurannya dibandingkan Yahudi dan Nashrani serta para penyembah berhala dari kaum Arab. Mereka berusaha menjadi ahli filsafat atas doktrin Aristoteles dan yang sejenisnya pun ajaran Majusi. Doktrin mereka adalah kombinasi doktrin ahli filsafat dan Majusi. Mereka wujud nyata dari munafiq syi'ah.” [Majmu' al Fatawa]

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah juga berkata terkait sekte Druze, “status kekufuran orang-orang ini tidaklah diperselisihkan lagi oleh kaum Muslimin. Dan barangsiapa yang ragu akan kekufuran mereka, maka statusnya sama dengan mereka. Bukan pada tingakatan Ahlul Kitab dan bukan pula musyrikin. Mereka adalah orang-orang kufur yang sesat, karenanya daging sembelihan mereka tidaklah halal. wanita-wanita mereka dapat dijadikan sebagai hamba sahaya dan harta mereka dapat dirampas. Mereka adalah kaum murtaddin hina yang taubatnya tidak dapat diterima.2 Mereka boleh dibunuh dimana saja mereka ditemukan dan dikutuk sebagaimana yang telah tergambarkan dengan jelas. Tidak diperbolehkan menggunakan mereka sebagai pengawal, penjaga pintu, atau petugas. Adalah sebuah kewajiban untuk membunuh ulama-ulama dan tokoh-tokoh keagamaan mereka agar tidak menyesatkan orang lain. Dilarang untuk tidur di rumah-rumah mereka, bergabung dengan mereka, berjalan berdampingan dengan mereka, ataupun ikut dalam prosesi pemakaman mereka. Terlarang bagi penguasa Muslim meninggalkan perintah Allah dengan tidak menegakkan hudud atas mereka.” [Majmu' al Fatawa].
 
Druze in Syiria
Syaikhul Islam juga berkata terkait sekte Batiniyah (termasuk dalam golongan Druze), “Jika orang-orang ini berkuasa, mereka menyatakan taubat dengan pijakan doktrin taqiyyah dan menyembunyikan kondisi mereka yang sebenarnya. Diantara mereka ada yang dapat diketahui dan ada pula yang tidak bisa diketahui. Oleh karenanya, jalan terbaik menghadapi mereka ialah denga berhati-heti. Mereka tidak diperbolehkan tinggal bersama, tidak diperbolehkan membawa senjata, tidak diperbolehkan menjadi tentara. Mereka harus dipaksa untuk tinggal bawah naungan hukum Islam, termasuk sholat lima waktu dan membaca al Qur’an. Harus ada yang tinggal di dalam komunitas mereka dan mengajarkan mereka agama Islam dan mereka harus ada guru yang tinggal diantara mereka... Dan siapa saja pemimpin dari kesesatan mereka yang menyatakan taubat harus dipindahkan ke wilayah mayoritas Muslimin dimana tiada dari pengikut sekte tersebut tinggal di dalamnya, dan Allah menunjuki dia atau dia mati dalam kemunafikan agar tidak membahayakan Muslimin.” [Majmu al Fatawa].3

Inilah fatawa dari Syaikhul Islam yang menjelaskan bahwa Druze tidak bisa dianggap sebagau Ahlu Dzimmah, dan mereka lebih buruk dari Yahudi serta Nasrani, juga apabila mereka bertaubat dan menerima Islam maka penguasa Muslimin harus berhati-hati terhadap mereka karena mereka mengamalkan paham taqiyyah dan oleh karenanya musti diambil tindakan pencegahan ketika berhubungan dengan mereka. Apatah lagi jika mereka belum betul-betul bertaubat! Dalam sebuah fatwa lain disebutkan kekafiran ekstrim Batiniyyah (termasuk di dalamnya sekte Druze dan Nushayriyyah) dan pengkhianatan mereka yang bersekutu dengan kuffar lain (salibis dan bangsa Tartar) melawan kaum Muslimin. Syaikhul Islam berkata, “Bahaya mereka terhadap Ummat Muhammad shollallahu 'alaihi wasallam lebih besar daripada bahaya peperangan yang digelorakan kaum kuffar seperti kuffar dari bangsa Tartar, Franks [Salibis Eropa], dan lainnya… Tidak diragukan lagi bahwa jihad melawan orang-orang ini dan pelaksanaan hukum hudud atas mereka adalah bentuk dari tindakan ketaatan dan kewajiban.

Jihad melawan mereka yang tidak memerangi kaum muslimin itu tidak lebih baik daripada jihad memerangi kaum musyrikin dan Ahlul Kitab, karena jihad melawan orang-orang ini ialah jihad melawan murtaddin. Ash Shiddiq dan para sahabat memulai jihad dengan melawan kuffar dari Ahlul-Kitab. Jihad melawan mereka untuk melindungi wilayah Muslimin yang telah ditaklukkan sehingga tidak ada seorangpun yang berniat untuk memerangi kaum Muslimin dapat masuk ke wilayah tersebut. Sedang jihad melawan mereka yang tidak membela kami dari seranga musyrikin dan Ahlul Kitab, maka hal itu adalah perwujudan agama yang lebih jauh lagi. Dan menjaga apa yang dimiliki adalah lebih diprioritaskan dibanding memperluas wilayah Muslimin. Juga bahayanya lebih besar bagi Muslimin daripada bahaya lainnya. Bahayanta seperti bahaya kaum musyrikin dan Ahlu Kitab yang memerangi kaum muslimin. Terlebih lagi, bahaya mereka bagi agama lebih besar daripada bahaya tentara musyrikin dan Ahlul Kitab. Karena itu wajib bagi tiap muslim untuk berupaya sebisa mungkin melakukan kewajiban dalam memerangi mereka. Tidak diperbolehkan bagi siapapun untuk menyembunyikan rahasia apapun yang ia ketahui tentang mereka. Dia harus menyebarkannya dan mengumumkannya sehingga muslimin mengetahui realita kondisi mereka. Tidak diperbolehkan bagi siapapun untuk bekerjasama dengan mereka dengan membiarkan mereka tinggal diantara tentara-tentara dan pegawai-pegawai Negara. Tidak diperbolehkan bagi siapapun untuk diam dari menegakkan perintah Allah dan RasulNya dalam memerangi mereka. Tidak diperbolehkan bagi siapapun untuk mencegah penegakkan perintah Allah dan Rasul-Nya untuk melawan mereka. Ini adalah pintu utama amar ma’ruf nahi munkar dan jihad fisabilillah.” [Majmu' al Fatawa].

Tindakan Jabhah Jawlani terhadap Druze memicu respon dari faksi-faksi yang menjadi sekutu untuk mengeluarkan beragam pernyataan. Berikut ini sejumlah statement negatif yang mereka sampaikan:

“Sebuah pernyataan mengenai kejadian menyakitkan yang terjadi pada warga di Desa Qalb Lawzah.”

“Allah subhanahu wa ta'ala berkata dalam sebuah hadits qudsi, ‘HambaKu, Aku telah melarang penindasan atas kalian dan membuatnya haram diantara kalian, jadi janganlah kalian menindas’. Diriwayatkan oleh Muslim.”

“Umat kami amat berduka mendengar berita menyakitkan tentang kejadian menyedihkan yang terjadi di provinsi Idlib terhadap warga desa Qalb Lawzah dari putra-putra sekte Druze dimana orang-orang yang berada di Suriah Utara bersaksi akan peran positif pengikut Deruze dalam mendukung revolusi Suriah dan mengakomodasi para pengungsi dari bangsa ini dari seluruh kawasan di provinsi Idlib, yang harus pergi meninggalkan rumah-rumah mereka karena tekanan dari serangan udara dan kejahatan rezim Assad.”

“Faksi-faksi yang kecewa karena kejadian tersebut bersegera mengirim delegasi resmi yang diwakili oleh saudara-saudara mereka di Harakah Ahrar asy Syam al Islamiyyah karena keberadaannya yang berdekatan dengan lokasi kejadian. Delegasi tersebut akan menemui pemuka desa untuk menginvestigasi insiden tersebut dan menyediakan prosedur keamanan
yang dibutuhkan untuk memulihkan keamanan dan stabilitas.”

“Kami faksi-faksi yang tergabung dalam revolusi militer prihatin dan terkejut atas apa yang telah terjadi. Kami menegaskan kembali hal-hal berikut:"

“Kami mengutuk kejadian menyakitkan ini yang menambah rasa sakit kami yang menjadi saksi atas peristiwa yang bersamaan dimana bangsa kami dibombardir tiap hari dengan barel peledak oleh rezim jahat di beragam tempat di Suriah.”

“Apa yang terjadi di desa Qalb Lawzah berlawanan dengan ajaran suci agama kami yang melarang penindasan terhadap manusia dan menumpahkan darah mereka tanpa hak dikarenakan sekte dan kesukuan mereka. Kami akan melaksanakan prosedur yang diperlukan untuk bekerjasama dengan anggota sekte yang tersisa untuk mencegah terulangnya kembali kejadian serupa di tempat lainnya. Kami menegaskan kembali perlunya
menangani kasus ini dan semua yang terlibat kepada sebuah pengadilan syar’i yang netral."

“Kami serukan kepada seluruh putra bangsa kami, kami akan berkorban untuk melindungi kalian dan membela kalian. Kami melakukannya melebihi perintah agama kami. Kami katakan, senjata kami tidak diciptakan untuk menghadapi siapapun kecuali yang menyerang dengan kekerasan dan kejahatan rezim, Da’ish, dan sekutu-sekutu mereka melawan bangsa kami.”

“Kami serukan pada seluruh pihak untuk bermusyawarah, mendahulukan kebajikan umum, dan mengambil prinsip Syar’iah dan revolusi besar kami dalam setiap kata dan perbuatan, karena revolusi ini adalah revolusi bagi bangsa ini dan akan terus berlanjut dengan izin Allah. Jadi siapapun yang tidak bergabung dengan kafilah yang diberkahi ini, maka akan ada konsekuensi baginya, dan rakyat Suriah akan menolaknya.”

“[Ditandatangani oleh:] [1] Al Ittihad al Islami li Ajnad asy Syam – [2] Kata’ib Tsuwwar asy Syam [3] Harakah Ahrar asy Syam – [4] Al Jabhah asy Syamiyyah – [5] Tajammu’ Fastaqim Kama Umirt”
“Jum'at, 25 Sya’ban 1436H; 12 Juni 2015 M”

Beberapa jam kemudian, Jabhah Jawlani mengeluarkan pernyataan menggemakan sentiment terhadap sekutu mereka. Berikut rinciannya:

“Pernyataan Mengenai Apa yang Terjadi di Desa Qalb Lawzah di Pinggiran Idlib”

“Segala puji bagi Allah yang telah melarang penganiayaan diri sendiri dan mengharamkannya
diantara hamba-hambaNya. Sholawat dan salam atas Rosulullah yang bersabda, ’Berhati-hatilah atas kedzoliman, karena ia adalah kegelapan pada hari kebangkitan’. Dan semoga sholawat dan salam juga bagi para sahabatnya dan siapa saja yang mengikutinya. Berikut pernyataan kami:”

“Jabhah an Nushrah telah menerima berita kejadian yang terjadi di desa Qalb Lawzah di pinggiran Idlib pada tanggal 23 Sya’ban 1436/ 10 Juni 2015 ini dengan kedukaan yang amat mendalam, kejadian dimana sejumlah anggota Jabhah an Nushrah ikut ambil bagian tanpa berkoordinasi dengan pemimpin mereka dan secara jelas melawan instruksi para pemimpin di Jabhah an Nushrah. Segera setelah kejadian tersebut berlangsung, sejumlah delegasi Jabhah an Nushrah pergi untuk meminta keterangan terkait kejadian tersebut dan menenangkan penduduk desa serta menegaskan bahwa apa yang terjadi adalah sebuah kesalahan tanpa justifikasi dan apa yang terjadi tidak diketahui oleh para pimpinan.
Desa dan rakyatnya tetap aman di bawah perlindungan kami dan di daerah yang berada di bawah kendali kami. Siapapun yang terlibat dalam kejadian akan dibawa ke pengadilan syar’i dan diadakan untuk mengadili apa yang telah diperbuatnya berupa penumpahan darah, dan hanya dihukum berdasarkan syari'ah Rabb kami sebab an Nushrah sejak awal berdiri hanya untuk menegakkan panji Syari'ah dan mengimplementasikan hukumnya.”

“Jabhah an Nushrah menegaskan bahwa sejak awal pecahnya konflik di bumi Syam, kami tidak secara langsung mengarahkan senjatanya untuk memerangi siapapun kecuali komplotan tentara jahat Nushayri, Khawarij yang sesat, dan faksi-faksi korup, yang melanggar hukum dan menyerang kehidupan serta kehormatan kaum muslimin. Musuh telah mengakui hal ini sebelum teman-teman di sekitar kami, Alhamdulillah. Kami juga menyeru semua orang mengecek kebenaran lapangan atas insiden ini dengan akurat sebelum mempublikasikannya dan melaporkannya. Pintu Jabhah an Nushrah terbuka untuk semua pihak. Kesalahan seperti ini dapat terjadi pada semua faksi kelompok, akan tetapi akan segera sirna dengan rahmat Allah selama kita patuh pada hukumNya”.

“Alhamdulillahirabbil 'alamiin. {Dan Allah Memenangkan segala urusanNya, tapi kebanyakan
manusia tidak mengerti}”

“Jabhah an Nushrah – Sayap Media Islam Al Manarah Al Bayda’”

“Tanggal dikeluarkan: Sabtu, 26 Sya’ban 1436H/ 12 Juni 2015”.

Jadi menurut Jabhah Jawlani dan sekutu-sekutunya, menumpahkan darah murtaddin dan pengkhianat Druze adalah kedzoliman! Dan jika terbukti seseorang melakukannya, maka ia harus dihukum sesuai dengan “syari'ah” yang mereka ikut! Masalahnya adalah, apakah hal tersebut ditangani dengan pengadilan “syar’i yang netral” dari sekutu-sekutu mereka ialah bagian dari “syari'ah” dan jika mereka tidak tunduk pada pengadilan ini, apakah mereka telah abstain dari ketundukkan pada “syari'ah”?

Sebulan setelah insiden ini, Labib an Nahlas -kepala hubungan politik luar negeri Ahrar asy Syam– menulis sebuah artikel untuk Washington Post pada 10 Juli 2015 berjudul “Konsekuensi Mematikan dari Salah Penamaan Revolusi Suriah”, di dalamnya ia mengatakan:

“Sudah sangat jelas bahwa respon para petinggi Obama atas konflik Syria kegagalan yang menyedihkan… Langkah-langkah menghentikan Daulah Islamiyyah dengan target jangka pendek yang diinformasikan oleh pakar pengalaman Iraq dan Afghanistan, bersamaan dengan keriuhan media massa pada Daulah Islamiyyah, telah berubah menjadi prioritas dengan target jangka panjang... kegagalan ini dengan jelas tidak memperoleh hasil apa-apa dibandingkan konsekuensi atas pelabelan yang salah menjuluki revolusionaris Suriah sebagai kaum ‘moderat’ atau ‘ekstrimis’.

“Pada bulan Desember lalu, Sekretaris Negara John F. Kerry mengatakan bahwa ‘Rakyat Suriah seharusnya tidak memilih baik tiran ataupun teroris’. Yang Keryy menyatakan, terdapat opsi ketiga: ‘Oposisi Suriah moderat yang memerangi ekstrimis dan rezim Assad setiap harinya’. Sayangya, pandangan yang patut dihargai ini telah dipatahkan karena AS telah mendefinisikan kata ‘moderat’ dalam model yang amat sempit dan berubah-ubah, menjadikannya keluar dari bahasan utamanya”.

“Kelompok dimana saya tergabung di dalamnya, yakni Ahrar asy Syam, adalah salah satu contoh. Nama kami bermakna ‘Manusia Merdeka dari Syria’. Kami menganggap diri kami sebagai kelompok Islam Sunni yang dipimpin oleh orang asli Suriah dan berjuang untuk Suriah. Kami berjuang untuk keadilan rakyat Suriah. Kami sering dituduh memiliki keterkaitan dengan organisasi al Qaeda dan mendukung ideologinya”.

“Tidak ada yang jauh melampaui kebenaran. Kami meyakini bahwa Suriah membutuhkan sebuah  proyek kesatuan nasional yang tidak dapat dikendalikan atau disampaikan oleh satu partai atau kelompok pun tidak terikat pada ideologi tertentu. Kami meyakini upaya mewujudkan sebuah keseimbangan yang menghormati aspirasi sah dari kelompok mayoritas dan melindungi kelompok minoritas serta mengizinkan mereka untuk berperan positif di Suriah masa depan. Kami yakin masa depan moderat bagi Suriah yang menyediakan negara dan institusi baru yang bermanfaat bagi seluruh rakyat Suriah…Orang-orang Suriah menganggap kami sebagai kesatuan utuh, elemen bernilai dari sebuah pemandangan revolusioner, namun kami masih difitnah secara tidak adil oleh para petinggi Obama dari sejak hari pertama”.

“Terperangkap dalam gelembungnya sendiri, para pembiat kebijakan di Gedung Putih telah mengalokasikan jutaan dolar pembayar pajak AS untuk mendukung upaya CIA yang gagal untuk mendukung apa yang disebut sebagai kekuatan ‘moderat’ di Suriah. Tapi kelompok ‘moderat’ ini telah memperlihatkan kekecewaan dengan segera hanya dalam sekali waktu memerangi Daulah Islamiyyah. Lebih jauh lagi, kebijakan yang hancur dengan sendirinya berkenaan dengan perang melawan Daulah Islamiyyah, dan usaha untuk menyingkirkan Assad dari tahta kekuasaan telah membawa pertempuran yang tiada akhir”.

“Kasus moral melawan Assad harus berhenti menganggapnya bukan sebagai pilihan, tapi saat ini fakta peperangan menunjukkan bahwa ia telah usai. Pertanyaan yang tersisa ialah siapa yang akan mengadakan coup de grace: Daulah Islamiyyah atau oposisi Suriah. Pertanyaan itu akan mendesak Washington untuk mengakui bahwa ideologi ektrimis Daulah Islamiyyah dapat dikalahkan hanya dengan melalui Sunni asli – dengan definisi ‘moderat’ bukan melalui CIA tapi oleh rakyat Suriah sendiri”.

“Meskipun kekurangan yang amat mengecewakan dari perjanjian komunitas Internasional, kami tetap berkomitmen untuk berdialog. Masalah yang harus didiskusikan ialah bagaimana mengakhiri kekuasaaan Assad, bagaimana mengalahkan Daulah Islamiyyah dan menjamin pemerintahan yang stabil dan representatif di Damaskus dan meletakkan Suriah pada jalur perdamaian, rekonsiliasi dan perbaikan ekonomi, sembari menghindari disintegrasi Negara. Belum terlambat bagi AS untuk merubah jalannya. ‘Pilihan ketiga’ Keryy ada –tapi hanya jika Washington mau untuk membuka mata dan melihatnya”.

Jadi ia mengingkari “al Qaeda” dan menyebutnya sebagai “ideologi” dan mengumumkan bahwa mereka ingin bekerjasama secara terbuka dengan salibis melawan Daulah Islamiyyah setelah hampir dua tahun secara tidak langsung bekerjasama melalui sekutu taghut mereka. Dan faksi ini dianggap faksi paling “Islami” menurut Jabhah Jawlani, yang membantu mereka melawan Daulah Islamiyyah meskipun penyimpangan mereka sangat jelas!

Semoga Allah memecah belah hati faksi-faksi dalam koalisi Shohawat sampai kekerasan diantara mereka menjadi sangat dahsyat. Dan semoga Allah menampakkan kemunafikan, sikap dua muka, dan kesesatan para pengklaim jihad.


Source: DABIQ 10
Druze Funeral
Druze Wedding

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...