SEKUTU AL-QA’IDAH DI SYAM
.... BAG 3
Pada Jum’at, 2
Rabi'ul Awwal 1435 H (3 Januari 2014), koalisi Shohawat di Suriah menggelorakan
peperangan terhadap Daulah Islamiyyah setelah para pemimpin faksi-faksi
tersebut berkumpul untuk menyusun makar konspirasi mereka. “Jaysul Mujahidin”
dan “Jabhah Tsuwwar Suriya” (pimpinan Jamal Ma’ruf) melakukan langkah awal dan
diikuti secara sistematis oleh “Jabhah Islamiyyah” dan Jabhah Jawlani. Salah satu
sekutu terbesar bagi Jabhah Jawlani sejak kemunculan Shohawat ialah “Jabhah
Islamiyyah” dengan Zahran Alloush berperan sebagai komandan militer
tertingginya.
Pada bulan Sya’ban,
si salibis “McClatchy” mewawancarai Zahran
Alloush di Turki, yang notabene pemimpin kesayangan Shoawat. Berikut kutipan
wawancara dari artikel yang dirangkum oleh pewawancara :
“Para pemberontak Islamis mundur secara
retoris dalam wawancara pertama dengan media AS.”
“Dalam
wawancara pertama dengan media AS, Allous sangat pragmatis”.
“Berangkat dari tujuan awalnya untuk
mengeluarkan anggota sekte Alawite yang berkuasa di Damaskus. Dalam wawancara
ia menyebut mereka sebagai ‘bagian dari rakyat Suriah’ dan berkata hanya dengan
darah di tangan-tangan mereka hal ini akan terbayar.”
“Dia juga mengabaikan pembicaraan terkait
pembentukan Negara Islam. Saat ini, ia lebih suka mengikuti kemauan rakyat
Suriah untuk memutuskan negeri seperti apa yang mereka inginkan”.
“Kami ingin mendirikan sebuah Negara dimana
semua hak kami dipenuhi," ujarnya, menyebutkan sesuatu yang ia namakan
sebagai ‘diskriminasi sektarian’ melawan mayoritas Muslim Sunni. "Setelah
itu, rakyat harus menentukan Negara seperti apa yang mereka inginkan." Ia
menuturkan lebih menyukai sebuah pemerintah tekhnokrat, dan professional.’”
“Ditanya oleh McClatchy terkait perubahan
pendiriannya, Alloush mengatakan bahwa pernyataan asli dari dirinya sebagai
akibat dari tekanan yang ia alami ketika hidup di Ghluta, menyaksikan serangan
gas beracun dua tahun silam yang telah membunuh ratusan orang.”
“’Kami hidup dalam kondisi terkepung. Kami
semua mengalami tekanan psikologis. Dulu ketika saya berada dalam penjara dan
para sipir datang guna menyiksa para tahanan, kemudian pia pergi, para tahanan
saling bertengkar dan saling memukul satu sama lain, katanya.”
“Juru bicaranya yang bernama Islam Alloush,
mengatakan bahwa pidato Zahran Alloush di Ghouta hanya untuk konsumsi internal,
guna menyatukan semua barisan pejuang satu sama lain, menjauhkan mereka dari
kekuatan islam radikal seperti Daulah Islamiyyah. ‘Ada pidato tertentu yang
ditujukan untuk kalangan internal dan juga untuk kalangan eksternal,’ katanya.’
Pidato internal diperuntukkan dengan tujuan menyelamatkan anak-anak kami agar
tidak bergabung dengan Daulah Islamiyyah.’”
“Pernahkah [Zahran] merubah pandangannya? ‘Sebuah
pertanyaan yang bagus,’ kata Joshua Landis, seorang pakar pengamat Suriah di
Universitas Oklahoma yang menulis profile tentang Alloush. Alloush dan para
stafnya sudah mulai bisa dipahami,’ katanya, mengambil kesimpulan dari
percakapan yang dilakukan Zahran dengan komandan juru bicaranya di jejaring
sosial Twitter”.
“Setiap orang sangat memahami bahwa rezim
saat ini begitu lemah dan tengah bergerak menuju kehancurannya,’ kata Bassam
Barabandi, mantan diplomat Suriah yang tinggal di Washington. Dan setiap pemain
utama ingin diterima secara terbuka oleh Barat dan komunitas dunia
Internasional.’”
“’Zahran ingin berada di pihak para
pemenang,’ katanya.”
“Landis berkata Alloush akan berada di sisi
itu. ‘Dia akan menjadi pemenang di hati Barat,’ katanya. Jaisyu Islam yang
dipimpin oleh Alloush dan kelompok Islam lainnya, tipe pejuang patriotik nan
gigih ...pada akhirnya akan menang, ‘katanya.”
“Salah satu alasan perjalanan Allous ke
Istanbul boleh jadi guna menampilkan wajah baru di hadapan sesi wawancaranya,
kemudian berpergian menuju Yordania, negara pendukung Internasional para
pemberontak Suriah guna berunding dengan para komandan pemberontak lainnya yang
beroperasi di Suriah Selatan. Para kelompok pejuang tersebut membutuhkan bantuan
persenjataan.”
“Dalam wawancaranya bersama McClathy, ia menyematkan
sebuah kalimat moderat: ‘Jika kita berhasil menggulingkan rezim, kita akan
menyerahkan negara pada rakyat Suriah untuk memilih bentuk Negara macam apa
yang mereka inginkan,’ katanya. ‘Supaya bisa hidup berdampingan dengan kaum minoritas,
merubah situasi yang telah berlangsung di Suriah ratusan tahun lamanya. Kami
tidak ingin memaksakan kekuatan pada kaum minoritas atau melakukan penindasan
pada mereka. Justru kami menentang hal tersebut, mengkritisi rezim dan melawannya
karena ia mempraktekkan diskriminasi sektarian melawan kaum mayoritas selama ia
berkuasa di Suriah.’”
“Orang kepercayaan Alloush juga mengatakan
bahwa ia siap untuk menanggalkan bendera hitam dan putih Islam, kemudian
mengibarkan bendera Suriah yang digunakan oleh kelompok pemberontak lainnya,
demi menaikkan citra dirinya.”
“[Zahran] berkata bahwa Jaisyul Islam telah
berhubungan langsung dengan Daniel Rubinstein, duta besar Obama khusus untuk
Suriah, dan dikonfirmasi dengan jelas oleh Departemen Luar Negeri AS.”
Itulah kata-kata terakhir dari koalisi
Alloush. Bila dirangkum sebagai berikut: Dia menganut kebebasan berkehendak,
yang berpijak dari ajaran Demokrasi. Dia menganut kebebasan beragama dan hidup berdampingan
antar agama, berpjak dari paham nasionalisme sekularis. Dan dia berkompromi
dalam hal pokok-pokok agama, bertemu dengan para pemimpin Yahudi yang menjadi
bagian dari pasukan salibis dalam memerangi Islam, dan mengangkat panji
sekularis Jahiliyyah demi mendapat bantuan. Dan lagi, Alloush merupakan sekutu
utama “al Qa'idah” di Suriah (Jabhah Jawlani) – dan secara terbuka mendapat
pujian dari Jawlani dan Harari (salah satu pemimpin utama Jabhah Jawlani) dalam
wawancara yang dikeluarkan secara resmi oleh “Jaisyul Islam”-nya. Ia sendiri
dipuji oleh Harari via jejaring sosial Twitter.
Dan lagi, Alloush yang sesat telah dikenal
oleh para pengklaim jihad ini lama sebelum ekspansi resmi Daulah Islam ke bumi
Syam, dan Jabhah Jawlani mendukung “Jabhah Islamiyyah” yang dipimpin oleh Alloush
untuk memerangi Daulah Islamiyyah.1
Wawancara ini diikuti dengan sebuah
deklarasi oleh sekutu-sekutu Jabhah Jawlani yang menyalahkan aksi pembunuhan
Jabhah Jawlani atas lebih dari 20 murtaddin Druze pada bulan Sya’ban di desa
Qalb Lawzah. Hal ini berlangsung tidak lama setelah Jawlani berjanji tidak akan
membahayakan mereka dalam wawancaranya dengan saluran taghut Qatar, “Al
Jazeera”, dan kebijakan ini sesuai dengan kebijakan Dzowahiri dalam “Pedoman
Umum bagi Aksi Jihad”. Dzowahiri mengatakan dalam bab “Pedoman yang
Dibutuhkan”, “Poin Keempat: sekte sesat seperti Rofidhoh, Ismailiyyah,
Qadiniyyah, dan Sufiyyah sesat, seharusnya tidak diperangi selama mereka tidak memerangi
Ahlus Sunnah, maka responnya harus dibatasi pada orang-orang yang ikut
berperang saja diantara mereka sembari dijelaskan bahwa kami hanya
mempertahankan diri saja. Sekte ini bukanlah jenis sekte yang suka berperang,
keluarga mereka senang di rumah, dan tempat peribadatan mereka, perayaan dan
acara-acara keagamaan mereka tidak boleh menjadi target penyerangan. Dan kita
lebih menyoroti tindakan untuk menghilangkan kekeliruan dan kesesatan pada
keyakinan dan tingkah laku mereka. Dikarenakan daerah-daerah mereka berada dibawah
kendali dan otoritas para mujahidin, maka sekte ini harus diperlakukan dengan
bijak setelah didakwahi, meningkatkan kewaspadaan, menyingkap keraguan mereka,
melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar dengan cara yang tidak menimbulkan
bahaya yang lebih besar seperti pengusiran mujahidin dari daerah tersebut, atau
pemberontakkan massa melawan mujahidin, atau hasutan fitnah yang yang
dimanfaatkan musuh untuk mengambil alih wilayah tersebut”. Inilah akhir kalimat
Dzowahiri.
Jawlani berkata dalam wawancaranya, “Saat
ini, kami tidak memerangi siapapun yang tidak memerangi kami. Seperti desa
Druze yang tidak mendukung Bashar al Assad pun tidak memeranginya. mereka berada
di wilayah yang telah dibebaskan Mujahidin pun tidak berbahaya”. Dan saat
ditanya, “Tapi Anda tidak mengepung desa mereka, Anda tidak menghancurkan
rumah-rumah mereka, Anda tidak menghancurkan kuil-kuil mereka, Anda tidak
melakukan apa-apa terhadap mereka sampai detik ini?” Ia menjawab, :”Tidak,
tidak sama sekali. Tidak sama sekali... Tidak pernah terjadi satu kalipun
penggunaan kekuatan terhadap mereka”.
Keduanya memerintahkan untuk meninggalkan
jihad merangi murtaddin Druze.
Shaikhul Islam ibn Taymiyyah pernah ditanya
mengenai hukum atas Nushayriyyah dan Druze, kemudian menjawab, “Druze dan
Nushayriyyah adalah kuffar menurut kesepakatan Muslimin. Tidak diperbolehkan makan
sembelihan mereka dan menikahi perempuan-perempuan mereka. Lebih lagi, jizyah
tidak berlaku atas mereka, karena kemurtaddan mereka dari agama Islam, mereka
bukan bagian dari kaum Muslimin, bukan juga Yahudi pun tidak juga Nashrani.
Mereka tidak mengenal kewajiban shalat lima waktu, tidak juga puasa Ramadhan,
tidak mjuga menunaikan kewajiban haji, tidak juga menegakkan larangan Allah dan
RasulNya terhadap bangkai, khamar, dan lainnya. Dan jika mereka mengucapkan dua
kalimat syahadat [tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad rasulNya] bersamaan
dengan keyakinan akan prinsip-prinsip itu, maka mereka kufur sesuai dengan
kesepakatan muslimin. Dan mengenai Druze, maka mereka adalah pengikut Hashtakin
ad Darzi, yang merupakan pengikut al-Hakim [penguasa murtad Ubaydi]. Al Hakim
mengirimkannya pada penduduk di lembah Taymullah Ibn Tha’labah dan memerintahkan
mereka untuk meyakini ketuhanan al-Hakim. Mereka menyebutnya dengan nama al
Bari al Allam [Maha Pencipta, Maha Mengetahui] dan bersumpah atasnya. Mereka
berasal dari sekte Ismailliyyah yang mengklaim bahwa Muhammad Ibn Ismail telah
menghapus syari'at Muhammad Ibn Abdillah sholallahu 'alaihi wasallam. Kekufuran
mereka lebih parah dibandingkan Syiah ekstrim. Mereka mengklaim bahwa dunia
akan terus kekal dan menolak setiap perintah dan larangan dalam Islam. Mereka
berasal dari Batini Qaramithah [merekka yang mengklaim bahwa agama memiliki
makna tersembunyi yang berlawanan dengan makna nyatanya] yang lebih parah
kekufurannya dibandingkan Yahudi dan Nashrani serta para penyembah berhala dari
kaum Arab. Mereka berusaha menjadi ahli filsafat atas doktrin Aristoteles dan
yang sejenisnya pun ajaran Majusi. Doktrin mereka adalah kombinasi doktrin ahli
filsafat dan Majusi. Mereka wujud nyata dari munafiq syi'ah.” [Majmu' al
Fatawa]
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah juga berkata
terkait sekte Druze, “status kekufuran orang-orang ini tidaklah diperselisihkan
lagi oleh kaum Muslimin. Dan barangsiapa yang ragu akan kekufuran mereka, maka
statusnya sama dengan mereka. Bukan pada tingakatan Ahlul Kitab dan bukan pula
musyrikin. Mereka adalah orang-orang kufur yang sesat, karenanya daging
sembelihan mereka tidaklah halal. wanita-wanita mereka dapat dijadikan sebagai
hamba sahaya dan harta mereka dapat dirampas. Mereka adalah kaum murtaddin hina
yang taubatnya tidak dapat diterima.2 Mereka boleh dibunuh dimana saja mereka
ditemukan dan dikutuk sebagaimana yang telah tergambarkan dengan jelas. Tidak
diperbolehkan menggunakan mereka sebagai pengawal, penjaga pintu, atau petugas.
Adalah sebuah kewajiban untuk membunuh ulama-ulama dan tokoh-tokoh keagamaan
mereka agar tidak menyesatkan orang lain. Dilarang untuk tidur di rumah-rumah mereka,
bergabung dengan mereka, berjalan berdampingan dengan mereka, ataupun ikut
dalam prosesi pemakaman mereka. Terlarang bagi penguasa Muslim meninggalkan
perintah Allah dengan tidak menegakkan hudud atas mereka.” [Majmu' al Fatawa].
Syaikhul Islam juga berkata terkait sekte
Batiniyah (termasuk dalam golongan Druze), “Jika orang-orang ini berkuasa,
mereka menyatakan taubat dengan pijakan doktrin taqiyyah dan menyembunyikan kondisi
mereka yang sebenarnya. Diantara mereka ada yang dapat diketahui dan ada pula
yang tidak bisa diketahui. Oleh karenanya, jalan terbaik menghadapi mereka
ialah denga berhati-heti. Mereka tidak diperbolehkan tinggal bersama, tidak
diperbolehkan membawa senjata, tidak diperbolehkan menjadi tentara. Mereka
harus dipaksa untuk tinggal bawah naungan hukum Islam, termasuk sholat lima waktu
dan membaca al Qur’an. Harus ada yang tinggal di dalam komunitas mereka dan
mengajarkan mereka agama Islam dan mereka harus ada guru yang tinggal diantara
mereka... Dan siapa saja pemimpin dari kesesatan mereka yang menyatakan taubat
harus dipindahkan ke wilayah mayoritas Muslimin dimana tiada dari pengikut
sekte tersebut tinggal di dalamnya, dan Allah menunjuki dia atau dia mati dalam
kemunafikan agar tidak membahayakan Muslimin.” [Majmu al Fatawa].3
Inilah fatawa dari Syaikhul Islam yang
menjelaskan bahwa Druze tidak bisa dianggap sebagau Ahlu Dzimmah, dan mereka
lebih buruk dari Yahudi serta Nasrani, juga apabila mereka bertaubat dan
menerima Islam maka penguasa Muslimin harus berhati-hati terhadap mereka karena
mereka mengamalkan paham taqiyyah dan oleh karenanya musti diambil tindakan
pencegahan ketika berhubungan dengan mereka. Apatah lagi jika mereka belum betul-betul
bertaubat! Dalam sebuah fatwa lain disebutkan kekafiran ekstrim Batiniyyah
(termasuk di dalamnya sekte Druze dan Nushayriyyah) dan pengkhianatan mereka
yang bersekutu dengan kuffar lain (salibis dan bangsa Tartar) melawan kaum Muslimin.
Syaikhul Islam berkata, “Bahaya mereka terhadap Ummat Muhammad shollallahu
'alaihi wasallam lebih besar daripada bahaya peperangan yang digelorakan kaum
kuffar seperti kuffar dari bangsa Tartar, Franks [Salibis Eropa], dan lainnya… Tidak
diragukan lagi bahwa jihad melawan orang-orang ini dan pelaksanaan hukum hudud
atas mereka adalah bentuk dari tindakan ketaatan dan kewajiban.
Jihad melawan mereka yang tidak memerangi
kaum muslimin itu tidak lebih baik daripada jihad memerangi kaum musyrikin dan
Ahlul Kitab, karena jihad melawan orang-orang ini ialah jihad melawan
murtaddin. Ash Shiddiq dan para sahabat memulai jihad dengan melawan kuffar
dari Ahlul-Kitab. Jihad melawan mereka untuk melindungi wilayah Muslimin yang
telah ditaklukkan sehingga tidak ada seorangpun yang berniat untuk memerangi
kaum Muslimin dapat masuk ke wilayah tersebut. Sedang jihad melawan mereka yang
tidak membela kami dari seranga musyrikin dan Ahlul Kitab, maka hal itu adalah
perwujudan agama yang lebih jauh lagi. Dan menjaga apa yang dimiliki adalah
lebih diprioritaskan dibanding memperluas wilayah Muslimin. Juga bahayanya lebih
besar bagi Muslimin daripada bahaya lainnya. Bahayanta seperti bahaya kaum
musyrikin dan Ahlu Kitab yang memerangi kaum muslimin. Terlebih lagi, bahaya mereka
bagi agama lebih besar daripada bahaya tentara musyrikin dan Ahlul Kitab.
Karena itu wajib bagi tiap muslim untuk berupaya sebisa mungkin melakukan
kewajiban dalam memerangi mereka. Tidak diperbolehkan bagi siapapun untuk
menyembunyikan rahasia apapun yang ia ketahui tentang mereka. Dia harus menyebarkannya
dan mengumumkannya sehingga muslimin mengetahui realita kondisi mereka. Tidak diperbolehkan
bagi siapapun untuk bekerjasama dengan mereka dengan membiarkan mereka tinggal
diantara tentara-tentara dan pegawai-pegawai Negara. Tidak diperbolehkan bagi
siapapun untuk diam dari menegakkan perintah Allah dan RasulNya dalam memerangi
mereka. Tidak diperbolehkan bagi siapapun untuk mencegah penegakkan perintah Allah
dan Rasul-Nya untuk melawan mereka. Ini adalah pintu utama amar ma’ruf nahi
munkar dan jihad fisabilillah.” [Majmu' al Fatawa].
Tindakan Jabhah Jawlani terhadap Druze
memicu respon dari faksi-faksi yang menjadi sekutu untuk mengeluarkan beragam
pernyataan. Berikut ini sejumlah statement negatif yang mereka sampaikan:
“Sebuah pernyataan mengenai kejadian
menyakitkan yang terjadi pada warga di Desa Qalb Lawzah.”
“Allah subhanahu wa ta'ala berkata dalam
sebuah hadits qudsi, ‘HambaKu, Aku telah melarang penindasan atas kalian dan
membuatnya haram diantara kalian, jadi janganlah kalian menindas’. Diriwayatkan
oleh Muslim.”
“Umat kami amat berduka mendengar berita
menyakitkan tentang kejadian menyedihkan yang terjadi di provinsi Idlib
terhadap warga desa Qalb Lawzah dari putra-putra sekte Druze dimana orang-orang
yang berada di Suriah Utara bersaksi akan peran positif pengikut Deruze dalam
mendukung revolusi Suriah dan mengakomodasi para pengungsi dari bangsa ini dari
seluruh kawasan di provinsi Idlib, yang harus pergi meninggalkan rumah-rumah
mereka karena tekanan dari serangan udara dan kejahatan rezim Assad.”
“Faksi-faksi yang kecewa karena kejadian
tersebut bersegera mengirim delegasi resmi yang diwakili oleh saudara-saudara
mereka di Harakah Ahrar asy Syam al Islamiyyah karena keberadaannya yang berdekatan
dengan lokasi kejadian. Delegasi tersebut akan menemui pemuka desa untuk
menginvestigasi insiden tersebut dan menyediakan prosedur keamanan
yang
dibutuhkan untuk memulihkan keamanan dan stabilitas.”
“Kami
faksi-faksi yang tergabung dalam revolusi militer prihatin dan terkejut atas
apa yang telah terjadi. Kami menegaskan kembali hal-hal berikut:"
“Kami mengutuk kejadian menyakitkan ini
yang menambah rasa sakit kami yang menjadi saksi atas peristiwa yang bersamaan
dimana bangsa kami dibombardir tiap hari dengan barel peledak oleh rezim jahat
di beragam tempat di Suriah.”
“Apa yang terjadi di desa Qalb Lawzah
berlawanan dengan ajaran suci agama kami yang melarang penindasan terhadap
manusia dan menumpahkan darah mereka tanpa hak dikarenakan sekte dan kesukuan
mereka. Kami akan melaksanakan prosedur yang diperlukan untuk bekerjasama dengan
anggota sekte yang tersisa untuk mencegah terulangnya kembali kejadian serupa
di tempat lainnya. Kami menegaskan kembali perlunya
menangani
kasus ini dan semua yang terlibat kepada sebuah pengadilan syar’i yang
netral."
“Kami serukan kepada seluruh putra bangsa
kami, kami akan berkorban untuk melindungi kalian dan membela kalian. Kami
melakukannya melebihi perintah agama kami. Kami katakan, senjata kami tidak diciptakan
untuk menghadapi siapapun kecuali yang menyerang dengan kekerasan dan kejahatan
rezim, Da’ish, dan sekutu-sekutu mereka melawan bangsa kami.”
“Kami serukan pada seluruh pihak untuk
bermusyawarah, mendahulukan kebajikan umum, dan mengambil prinsip Syar’iah dan
revolusi besar kami dalam setiap kata dan perbuatan, karena revolusi ini adalah
revolusi bagi bangsa ini dan akan terus berlanjut dengan izin Allah. Jadi
siapapun yang tidak bergabung dengan kafilah yang diberkahi ini, maka akan ada
konsekuensi baginya, dan rakyat Suriah akan menolaknya.”
“[Ditandatangani oleh:] [1] Al Ittihad al Islami li Ajnad asy
Syam – [2] Kata’ib Tsuwwar asy Syam [3] Harakah Ahrar asy Syam – [4] Al Jabhah
asy Syamiyyah – [5] Tajammu’ Fastaqim Kama Umirt”
“Jum'at, 25 Sya’ban 1436H; 12 Juni 2015 M”
Beberapa jam kemudian, Jabhah Jawlani mengeluarkan pernyataan
menggemakan sentiment terhadap sekutu mereka. Berikut rinciannya:
“Pernyataan Mengenai Apa yang Terjadi di Desa Qalb Lawzah di
Pinggiran Idlib”
“Segala puji bagi Allah yang telah melarang penganiayaan diri
sendiri dan mengharamkannya
diantara hamba-hambaNya. Sholawat dan salam atas Rosulullah yang
bersabda, ’Berhati-hatilah atas kedzoliman, karena ia adalah kegelapan pada hari
kebangkitan’. Dan semoga sholawat dan salam juga bagi para sahabatnya dan siapa
saja yang mengikutinya. Berikut pernyataan kami:”
“Jabhah an Nushrah telah menerima berita kejadian yang terjadi
di desa Qalb Lawzah di pinggiran Idlib pada tanggal 23 Sya’ban 1436/ 10 Juni
2015 ini dengan kedukaan yang amat mendalam, kejadian dimana sejumlah anggota
Jabhah an Nushrah ikut ambil bagian tanpa berkoordinasi dengan pemimpin mereka
dan secara jelas melawan instruksi para pemimpin di Jabhah an Nushrah. Segera
setelah kejadian tersebut berlangsung, sejumlah delegasi Jabhah an Nushrah
pergi untuk meminta keterangan terkait kejadian tersebut dan menenangkan
penduduk desa serta menegaskan bahwa apa yang terjadi adalah sebuah kesalahan
tanpa justifikasi dan apa yang terjadi tidak diketahui oleh para pimpinan.
Desa dan rakyatnya tetap aman di bawah perlindungan kami dan di
daerah yang berada di bawah kendali kami. Siapapun yang terlibat dalam kejadian
akan dibawa ke pengadilan syar’i dan diadakan untuk mengadili apa yang telah
diperbuatnya berupa penumpahan darah, dan hanya dihukum berdasarkan syari'ah
Rabb kami sebab an Nushrah sejak awal berdiri hanya untuk menegakkan panji Syari'ah
dan mengimplementasikan hukumnya.”
“Jabhah an Nushrah menegaskan bahwa sejak awal pecahnya konflik
di bumi Syam, kami tidak secara langsung mengarahkan senjatanya untuk memerangi
siapapun kecuali komplotan tentara jahat Nushayri, Khawarij yang sesat, dan
faksi-faksi korup, yang melanggar hukum dan menyerang kehidupan serta
kehormatan kaum muslimin. Musuh telah mengakui hal ini sebelum teman-teman di
sekitar kami, Alhamdulillah. Kami juga menyeru semua orang mengecek kebenaran lapangan
atas insiden ini dengan akurat sebelum mempublikasikannya dan melaporkannya.
Pintu Jabhah an Nushrah terbuka untuk semua pihak. Kesalahan seperti ini dapat
terjadi pada semua faksi kelompok, akan tetapi akan segera sirna dengan rahmat
Allah selama kita patuh pada hukumNya”.
“Alhamdulillahirabbil 'alamiin. {Dan Allah Memenangkan segala
urusanNya, tapi kebanyakan
manusia tidak mengerti}”
“Jabhah an Nushrah – Sayap Media Islam Al Manarah Al Bayda’”
“Tanggal dikeluarkan: Sabtu, 26 Sya’ban 1436H/ 12 Juni 2015”.
Jadi menurut Jabhah
Jawlani dan sekutu-sekutunya, menumpahkan darah murtaddin dan pengkhianat Druze
adalah kedzoliman! Dan jika terbukti seseorang melakukannya, maka ia harus
dihukum sesuai dengan “syari'ah” yang mereka ikut! Masalahnya adalah, apakah
hal tersebut ditangani dengan pengadilan “syar’i yang netral” dari
sekutu-sekutu mereka ialah bagian dari “syari'ah” dan jika mereka tidak tunduk
pada pengadilan ini, apakah mereka telah abstain dari ketundukkan pada
“syari'ah”?
Sebulan setelah insiden
ini, Labib an Nahlas -kepala hubungan politik luar negeri Ahrar asy Syam–
menulis sebuah artikel untuk Washington Post pada 10 Juli 2015 berjudul “Konsekuensi
Mematikan dari Salah Penamaan Revolusi Suriah”, di dalamnya ia mengatakan:
“Sudah sangat jelas bahwa
respon para petinggi Obama atas konflik Syria kegagalan yang menyedihkan…
Langkah-langkah menghentikan Daulah Islamiyyah dengan target jangka pendek yang
diinformasikan oleh pakar pengalaman Iraq dan Afghanistan, bersamaan dengan
keriuhan media massa pada Daulah Islamiyyah, telah berubah menjadi
prioritas dengan target jangka panjang... kegagalan ini dengan jelas tidak
memperoleh hasil apa-apa dibandingkan konsekuensi atas pelabelan yang salah
menjuluki revolusionaris Suriah sebagai kaum ‘moderat’ atau ‘ekstrimis’.
“Pada
bulan Desember lalu, Sekretaris Negara John F. Kerry mengatakan bahwa ‘Rakyat
Suriah seharusnya tidak memilih baik tiran ataupun teroris’. Yang Keryy
menyatakan, terdapat opsi ketiga: ‘Oposisi Suriah moderat yang memerangi
ekstrimis dan rezim Assad setiap harinya’. Sayangya, pandangan yang patut
dihargai ini telah dipatahkan karena AS telah mendefinisikan kata ‘moderat’
dalam model yang amat sempit dan berubah-ubah, menjadikannya keluar dari
bahasan utamanya”.
“Kelompok
dimana saya tergabung di dalamnya, yakni Ahrar asy Syam, adalah salah satu
contoh. Nama kami bermakna ‘Manusia Merdeka dari Syria’. Kami menganggap diri
kami sebagai kelompok Islam Sunni yang dipimpin oleh orang asli Suriah dan berjuang
untuk Suriah. Kami berjuang untuk keadilan rakyat Suriah. Kami sering dituduh
memiliki keterkaitan dengan organisasi al Qaeda dan mendukung ideologinya”.
“Tidak
ada yang jauh melampaui kebenaran. Kami meyakini bahwa Suriah membutuhkan
sebuah proyek kesatuan nasional yang
tidak dapat dikendalikan atau disampaikan oleh satu partai atau kelompok pun
tidak terikat pada ideologi tertentu. Kami meyakini upaya mewujudkan sebuah
keseimbangan yang menghormati aspirasi sah dari kelompok mayoritas dan
melindungi kelompok minoritas serta mengizinkan mereka untuk berperan positif
di Suriah masa depan. Kami yakin masa depan moderat bagi Suriah yang
menyediakan negara dan institusi baru yang bermanfaat bagi seluruh rakyat
Suriah…Orang-orang Suriah menganggap kami sebagai kesatuan utuh, elemen
bernilai dari sebuah pemandangan revolusioner, namun kami masih difitnah secara
tidak adil oleh para petinggi Obama dari sejak hari pertama”.
“Terperangkap
dalam gelembungnya sendiri, para pembiat kebijakan di Gedung Putih telah
mengalokasikan jutaan dolar pembayar pajak AS untuk mendukung upaya CIA yang
gagal untuk mendukung apa yang disebut sebagai kekuatan ‘moderat’ di Suriah. Tapi
kelompok ‘moderat’ ini telah memperlihatkan kekecewaan dengan segera hanya
dalam sekali waktu memerangi Daulah Islamiyyah. Lebih jauh lagi, kebijakan yang
hancur dengan sendirinya berkenaan dengan perang melawan Daulah Islamiyyah, dan
usaha untuk menyingkirkan Assad dari tahta kekuasaan telah membawa pertempuran
yang tiada akhir”.
“Kasus
moral melawan Assad harus berhenti menganggapnya bukan sebagai pilihan, tapi
saat ini fakta peperangan menunjukkan bahwa ia telah usai. Pertanyaan yang
tersisa ialah siapa yang akan mengadakan coup de grace: Daulah Islamiyyah atau
oposisi Suriah. Pertanyaan itu akan mendesak Washington untuk mengakui bahwa
ideologi ektrimis Daulah Islamiyyah dapat dikalahkan hanya dengan melalui Sunni
asli – dengan definisi ‘moderat’ bukan melalui CIA tapi oleh rakyat Suriah
sendiri”.
“Meskipun
kekurangan yang amat mengecewakan dari perjanjian komunitas Internasional, kami
tetap berkomitmen untuk berdialog. Masalah yang harus didiskusikan ialah
bagaimana mengakhiri kekuasaaan Assad, bagaimana mengalahkan Daulah Islamiyyah
dan menjamin pemerintahan yang stabil dan representatif di Damaskus dan
meletakkan Suriah pada jalur perdamaian, rekonsiliasi dan perbaikan ekonomi,
sembari menghindari disintegrasi Negara. Belum terlambat bagi AS untuk merubah
jalannya. ‘Pilihan ketiga’ Keryy ada –tapi hanya jika Washington mau untuk
membuka mata dan melihatnya”.
Jadi
ia mengingkari “al Qaeda” dan menyebutnya sebagai “ideologi” dan mengumumkan
bahwa mereka ingin bekerjasama secara terbuka dengan salibis melawan Daulah
Islamiyyah setelah hampir dua tahun secara tidak langsung bekerjasama melalui
sekutu taghut mereka. Dan faksi ini dianggap faksi paling “Islami” menurut
Jabhah Jawlani, yang membantu mereka melawan Daulah Islamiyyah meskipun
penyimpangan mereka sangat jelas!
Semoga
Allah memecah belah hati faksi-faksi dalam koalisi Shohawat sampai kekerasan
diantara mereka menjadi sangat dahsyat. Dan semoga Allah menampakkan kemunafikan,
sikap dua muka, dan kesesatan para pengklaim jihad.
Source: DABIQ 10
Druze Funeral |
Druze Wedding |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar