SEKUTU AL-QA’IDAH DISYAM
.... BAG 5 [TAMAT]
Semenjak
de-”Islamisasi” oleh nasionalis sahawat “islam” dimulai, -faksi yang memiliki
loyalitas terhadap tawaghit Arab dan Turki- tidak ada bulan yang berlalu tanpa
deklarasi nasionalisme dan demokrasi yang dirilis oleh sekutu al-Qa’idah di
Syam ini.
Tawaghit telah
diperintahkan oleh tentara salib untuk menekan sahawat agar terus menerus
mengumumkan pengakuannya sehingga bantuan militer dan non-militer terus
mengalir untuk mereka baik untuk mendapatkan dukungan politik internasional ataupun
bantuan tentara salib dari udara.
Pengakuan itu tidak
akan berakhir, dengan demikian kemurtadan mereka akan semakin menjadi-jadi dan
lebih terang-terangan sehingga tidak ada lagi yang meragukannya, bahkan
Murji’ah yang paling menyimpang sekalipun’. hal itu telah mencapai titik dimana
setiap seorang dalam jabhah Jawlani telah menyadari bahwa sekutunya terlalu
memalukan untuk terus didukung secara terbuka. Dengan demikian aliansi yang
terdahulu dilengserkan, diremehkan, atau diabaikan, sampai pada titik dimana
jabhah Jawlani mempublikasikan penyerahan pos garis depan mereka ke jabhah
Shamiyyah, sekutu terbuka dari tentara salib Amerika dan tawaghit Turki. Itu
bukanlah sekedar penarikan biasa tanpa tekanan militer, tapi penyerahan itu
dikoordinasikan oleh kepemimpinan jabhah Jawlani dan didokumentasikan dalam
foto yang dirilis oleh sekutu dekat mereka. penarikan” Ini dimaksudkan untuk menyajikan
bukti kepada “Muhajirin” di jabhah Jawlani bahwa pemimpin mereka tidak bekerja
sama dengan agen Amerika.
Tapi apakah ada
kelompok “jihad” yang menyerahkan pos-nya kepada agen tentara salib yang
didukung oleh jet untuk melawan Muslim? Dan bagaimanapun juga, selama dua bulan
terakhir telah ada tiga kali deklarasi besar yang dirilis oleh sekutu
nasionalis al-Qa’idah di Syam. Dan ketiga deklarasi itu berbau nasionalisme dan
demokrasi.
Pada “15 September
2015,” sebuah deklarasi dirilis oleh “Faksi revolusioner Suriah” di mana mereka
mengatakan: “Perwakilan dari faksi revolusioner Suriah telah bertemu bersama dan
membahas Pernyataan presiden oleh Dewan Keamanan PBB yang dikeluarkan pada
tanggal 17 Agustus 2015, serta rencana yang diusulkan oleh utusan PBB untuk
Suriah, Staffan de Mistura. Faksi-faski yang ikut dalam Pertemuan telah
mengakui bahwa pernyataan dewan Keamanan PBB dapat menciptakan lingkungan yang
kondusif untuk memulai negosiasi politik obyektif dan membangun kepercayaan di
antara semua pihak. Dan faksi-faksi dalam pertemuan telah mencapai beberapa
persetujuan umum diantaranya:”
“1. Kami menyambut
panggilan untuk memulai proses politik yang mengarah kepada transisi politik
menurut kesepakatan Jenewa yang mengatur pembentukan pemerintahan transisi yang akan difungsikan segera setelah
solusi kesepakatan tercapai, termasuk semua otoritas eksekutif, dan
kepresidenan.”
“2. Kami menekankan
prasyarat dari pelengseran Bashar al-Assad dan semua pilar rezimnya, dan tidak
satupun dari mereka yang akan memiliki tempat atau peran dalam Suriah baru atau
selama fase transisi. “
”Kami memandang bahwa ini adalah prasyarat
dasar dalam pelaksanakan setiap proses politik.”
“3. Melaksanakan
resolusi No. 2139 yang menyerukan semua kelompok untuk menghentikan setiap
serangan terhadap warga sipil; dan untuk menahan diri dari menggunakan senjata
di daerah padat penduduk, hal ini mencakup pemboman membabi buta dan penjatuhan
barel peledak pada warga sipil, serta penghentian segera penahanan paksa,
penyiksaan dan penculikan, serta membebasan semua tahanan.”
“4. Kami menekankan
pelaksanaan Resolusi Dewan Keamanan PBB No. 2165 pada tahun 2014 yang
memungkinkan semua pihak dalam konflik Suriah untuk menyampaikan bantuan
kemanusiaan sesegera mungkin dan tanpa hambatan, seperti memberikan bantuan
langsung kepada penduduk.”
“5. Kami menolak
untuk mengabaikan dan diam terhadap kelompok teror dibawah rezim Assad yang
dipanggil ke Suriah, sementara mereka disini hanya berlatih genosida dan
memaksakan perpindahan penduduk serta
perubahan demografis di Suriah; Diantara kelompok tersebut termasuk milisi
sektarian, Pengawal Republik Iran dan Hizbullah Lebanon. Kami meminta agar
kelompok ini dimasukan dalam Daftar kelompok Teroris.”
“6. Menghormati
keinginan rakyat Suriah; karena orang suriah adalah satu-satunya pemegang kuasa
untuk mendirikan konstitusi masa depan Suriah. Ini berarti bahwa tidak boleh
ada prinsip-prinsip yang dikenakan pada orang-orang untuk memenjarakan
kebebasan mereka.”
“7. Kami minta
untuk mengeluarkan Iran dari setiap perundingan terkait Suriah, karena Iran
benar-benar basah dengan darah rakyat Suriah, menjadi pendukung milisi teroris,
serta bertindak untuk menyalakan perselisihan sektarian antara orang-orang Suriah,
di samping fakta bahwa Iran tidak mengakui kesepakatan Jenewa sebagai dasar
(meskipun kesepakatan ini telah didukung penuh oleh Resolusi Dewan Keamanan PBB
No. 2118).”
”8. Kami menekankan
kelangsungan penyediaan layanan Lembaga negara sebagai isu penting dan vital.
Namun, kami menolak kelangsungan penyediaan tentara dan keamanan lembaga. Kita ingin
membubarkan aparat keamanan dan restrukturisasi militer dan peradilan.”
“9. Dewan Keamanan
PBB menyatakan dan menyerukan untuk berpegang pada negosiasi politik dan
transisi politik atas dasar kesepakatan Jenewa. Pembangunan badan transisi
telah sangat jelas dan eksplisit dalam kesepakatan. Dan dengan demikian, kita menyeru
Utusan PBB untuk terlibat langsung dalam pelaksanaan kesepakatan Jenewa dengan
jaminan regional dan internasional; semua itu tanpa kembali ke belakang untuk
menata ulang atau membentuk komite baru yang akan memakan waktu dan menjadikan kesepakatan
Jenewa hanyalah pepesan kosong.”
“10. Kami
menekankan perlunya memiliki jaminan nyata yang mewajibkan semua pihak untuk
melaksanakan apapun yang disepakati; sebagaimana rezim Suriah telah terbiasa
melanggar komitmen atas semua resolusi selama lima tahun ini. “
“11. intervensi
Rusia yang jelas dan semakin parah di wilayah Suriah telah menggerogoti upaya
untuk mencapai kesepakatan politik.”
“12. Kami
menyerukan kepada PBB dan Dewan Keamanan PBB untuk bertanggung jawab atas
tragedi Suriah, dan untuk bertindak serius terhadap pelaksanaan resolusi yang
relevan dengan tujuan melayani kepentingan masyarakat Suriah.”
Deklarasi ini
ditandatangani oleh faksi utama yang bersekutu dengan al-Qa’idah di Syam, dan
juga dipuji oleh pembohong Abu ‘Abdillah ash-Syami (pemimpin jabhah Jawlani
yang kebohongannya menyebabkan mubahalah yang terkenal), serta faksi yang
menjadi anggota “Jaysh al-Fath” dan “Jund al-Malahim,” dan keduanya memiliki
koalisi dengan jabhah Jawlani. Faksi yang menandatangani deklarasi ini termasuk
“FSA”, “Harakat Nuruddin Zinkī,” “jabhah Shamiyyah,” “Faylaq ash-Syam3,” “Jaysh
al-Mujahidin,” “Al-Ittihad al-islami li Ajnād ash-Syam, “dan” Ahrar ash-Sham4.”
Deklarasi ini
dengan jelas menampilkan sisi nasionalis serta berlatar belakang taghut dari
faksi-faksi. Klausul nomer enam secara terbuka menyerukan implementasi dari
agama pagan demokrasi, dan bukannya Syari’ah.
Staffan de Mistura |
Kemudian pada “18
September 2015,” sebuah dokumen dirilis dengan judul “ Lima Prinsip Revolusi
Suriah” yang dihiasi dengan bendera jahiliyah dari Sykes-Picot. Di dalamnya,
mereka
mengatakan:
“Deklarasi Ini adalah untuk rakyat Suriah
dan warga kehormatan di belahan dunia manapun.
As-salamu ‘alaikum wa rahmatullah wa
barakatuh. Revolusi Suriah diluncurkan untuk melawan tirani, korupsi, dan
penindasan, dan untuk menggapai keadilan, transparansi, dan pemulihan
kehormatan dan kebebasan yang tercampakan. Revolusi menolak apa yang dilakukan
rezim termasuk berbagai macam represi dan pelanggaran. Orang-orang Suriah,
peluncur revolusi ini belum mampu mengkompromikan hak asasi manusia dan
nasional mereka yang di jamin oleh Islam, semua agama surgawi dan hukum serta
sistem internasional. Tapi mereka akan melanjutkan jalan mereka dan berpegang
pada semua tujuannya.
Di
antara cara ini adalah solusi politik berdasarkan prinsip-prinsip tetap sebagai
berikut:
1) melengserkan
Bashar al-Asad dan semua pilar rezim dan membawa mereka ke pengadilan.
2) Membongkar
tirani intelijen dan aparat militer serta membangun keamanan dan aparat militer
berdasarkan nilai kehormatan nasional sambil membangun lembaga negara lainnya.
3) Pengusiran semua
kekuatan teroris asing dan sektarian dari Suriah, Pengawal Revolusi Iran,
Hizbullah, milisi Abul-Fadl al-’Abbas, dan organisasi Negara Islam5.
4) Pembangunan
kesatuan Suriah sebagai negara serta menjaga independensinya, kedaulatan, dan
yang identitas rakyat.
5) Penolakan
distribusi kekuasaan berdasarkan agenda politik dan sektarianisme.”
“Setiap metode yang dipakai dalam negosiasi
untuk penyelesaian politik tidak boleh menyingkirkan mimpi orang Suriah atau
malah menjadi upaya untuk memotong tujuan mereka. Dan itu hanyalah
membuang-buang waktu.
Demikian
pula, setiap upaya untuk menyelesaikan isu-isu penting seperti rekonstruksi,
memerangi terorisme, tercapainya keamanan dalam negeri dan perdamaian, dan
penegakan sistem konstitusional, yang tidak berdasar dari prinsip-prinsip orang
suriah tidak akan diterima, karena hal itu hanya mengabaikan akar masalah serta
mengkerdilkan tujuan mereka dan meneliti gejalanya saja. Tapi kami menganggap
bahwa setiap usaha yang diberikan untuk menyelamatkan Suriah haruslah dihargai,
kami percaya bahwa penundaan keputusan pada masalah utama -melengserkan al-Asad
dan milisi-nya, pembentukan persatuan, independensi, kepentingan nasional,
negara Suriah- dengantanpa jaminan dari setiap kesepakatan, dengan segala
hormat, maka itu hanya akan meningkatkan kompleksitas masalah dan kedalaman
luka. Dewan Keamanan -yang bertanggung jawab secara hukum, politik, dan moral
untuk memelihara perdamaian dunia- telah gagal dalam membela rakyat Suriah atau
gagal berkontribusi dalam mencapai tujuan mulia mereka, serta gagal mencegah
terjadinya pembantaian yang dilakukan terhadap mereka. kita malah melihat upaya
untuk merehabilitasi rezim, bahkan upaya serius untuk membuatnya menjadi bagian
dari masa kini dan depan masa Suriah. Kami juga melihat Dewan Keamanan
mengabaikan pembantaian mengerikan yang terjadi
dan terus terjadi sebelum dan setelah pernyataan presiden.
Pasukan Nasional
yang menandatangani dokumen ini menegaskan kembali kepatuhan mereka akan
prinsip-prinsip rakyat Suriah yang mulia dalam revolusi mereka dan menganggap bahwa
setiap pelanggaran terhadap prinsip ini menjadi pengabaian akan hak hak orang
suriah, penghinaan darah dan pengorbanan mereka, dan usaha yang tidak akan
pernah berhasil, karena mengasumsikan dan memaksakan dasar yang tertolak secara
hukum, politik, dan moral. “
Dokumen ini
ditandatangani oleh faksi utama yang bersekutu dengan jabhah Jawlani. Faksi ini
termasuk faksi “FSA”, “Harakat Nuruddin Zinkī,” “jabhah Shamiyyah,” “Faylaq ash-Syam,”
“Jaysh al-Mujahidin,” dan “Al-Ittihad al-Islami li Ajnād ash-Syam.” Hal ini
juga ditandatangani oleh sekuleris Dewan Nasional Suriah / dewan provinsi
regional, Khalid Khawjah (kepala Koalisi Nasional Suriah), ‘Abdul-Jabbar al-’Akidi
(mantan kolonel rezim, sekarang sekutu ateis PKK), dan bahkan George Sabra dan
Michel Kilo (politisi oposisi Kristen). Hal aneh dalam deklarasi ini ada pada
poin pertama, Bashar al-Asad adalah seorang taghut murtad pemimpin sekte murtad
Nusayriyah dan partai murtad Baath; adalah kewajiban untuk membunuhnya bahkan
jika ia tidak pernah membunuh seorang Muslim sekalipun. Maka betapa wajib untuk
membunuhnya setelah semua pembantaian yang ia lakukan! kejahatannya begitu yang
jelas dan tidak memerlukan pengadilan untuk membuktikan kemurtadan dan
kejahatannya, kecuali agama tentara salib dimana para nasionalis bersusah payah
menyenangkan mereka.
Hal ini diikuti
oleh dokumen ketiga yang dirilis pada “3 Oktober 2015. “Dimana, mereka berkata:
“Kantor Politik
dibawah faksi pemberontak dan Komite politik Koalisi Suriah telah mengadakan
pertemuan dan mempelajari dengan seksama proposal yang diajukan oleh Utusan PBB
Staffan de Mistura, yang berjudul prakarsa ‘Kelompok kerja’.
Setelah meninjau
dari sisi realitas regional dan internasional yang melanda wilayah Suriah serta
Perkembangan baru-baru ini yang sensitif dalam arena dan pengaruh politik, maka
kami menyampaikan kepedulian kami terhadap respon dari peluncuran politik yang
baru saja gagal dan memakan ribuan nyawa lebih, serta kehancuran atas sisa-sisa
infrastruktur negara, maka kami menegaskan poin-poin berikut:”
“Pertama:
Peserta dalam pertemuan tersebut menekankan komitmen mereka untuk mencapai
solusi politik sebagai tangga menuju tujuan revolusi, menyelamatkan identitas
rakyat Suriah dan mengakhiri penderitaan mereka. Proses politik ini harus
memastikan bahwa rezim saat ini tidak direproduksi lagi baik kepalanya maupun
pilarnya, tangan mereka telah berlumuran darah rakyat Suriah, dan tidak akan
diberi peran dalam proses transisi politik demi masa depan Suriah.”
“Kedua:
Meskipun kekuatan revolusi dan oposisi selalu memandang positif utusan PBB
(walaupun tidak dipraktikan), mereka menekankan bahwa mereka akan terus
mendengarkan saran positif dari PBB dalam rangka mencapai kepentingan rakyat
Suriah.”
“Ketiga:
Kepercayaan rakyat Suriah telah benar-benar hilang atas kemampuan masyarakat
internasional untuk mendukung perjuangan mereka setelah lima tahun melawan
kejahatan rezim yang mereka lakukan dengan dukungan militer Iran, serta cakupan
politik Rusia dan legitimasinya bahwa komunikasi internasional bersikeras pada
penyediaan tempat untuk rezim pembunuh. kemarahan yang merata saat ini harus
diperhitungkan dalam setiap proses politik dan harus didahului dengan langkah-langkah
nyata untuk memenangkan kepercayaan dari rakyat Suriah. Hal yang paling penting
dari langkah ini adalah untuk secara eksplisit menyatakan bahwa kepala rezim dan
pilar-nya tidak akan diberikan peran untuk bermain dalam politik proses.”
“Keempat:
Bashar al-Assad tidak memiliki tempat dalam setiap proses politik berdasarkan
pada alasan hukum dan praktikalnya: Bashar al-Assad mewarisi kekuasaan dengan
cara yang sepenuhnya ilegal. Bashar al-Assad menjadi penjahat perang saat ia
memulai membunuh rakyat Suriah yang menuntut hak-hak mereka. Dia menggunakan
senjata kimia ilegal terhadap warga sipil yang tak berdosa. Dan kejahatan ini
telah didokumentasikan oleh organisasi internasional yang netral untuk mencegah
keraguan dalam hal ini. Bashar al-Assad dan rezimnya telah menunjukkan
penolakan mutlak untuk terlibat dalam proses politik, tidak mematuhi setiap
deklarasi gencatan senjata, dan tidak mau bekerjasama dengan masyarakat
internasional dalam masalah kemanusiaan. Semua ini telah menanggalkan kredibilitas
dan kepercayaan atasnya. Sementara Bashar al-Assad dan rezimnya telah gagal
dalam upaya mereka memerangi ISIS dan tidak mendapatkan kemenangan baik secara
intelektual maupun lapangan terhadap organisasi ekstremis ini, namun ada bukti
yang menarik terkait koordinasi penuh antara kedua belah pihak dan Rezim Assad
pun memainkan peran dalam munculnya ISIS. Bashar al-Assad telah membuka pintu Suriah
bagi milisi asing untuk melakukan pembantaian sektarian terburuk dan pada saat
yang sama memainkan retorika sektarian dan menyiramnya dengan bensin, dan hal
ini telah merampas haknya untuk berpartisipasi dalam setiap proses politik yang
bertujuan untuk menyatukan negara. Hingga akhirnya, Bashar al-Assad menyerahkan
Suriah kepada penjajah Iran dan Rusia, dan itu merupakan suatu tindakan
pengkhianatan tak termaafkan baik dalam sejarah Negara ini, masa depan dan
martabatnya.”
“Kelima:
Kami menganggap bahwa pembubaran badan keamanan dan restrukturisasi institusi
militer merupakan isu penting untuk setiap solusi politik. Institusi militer
telah terkepung dan runtuh dan berubah menjadi milisi sektarian yang dipimpin
oleh Iran. Dan mereka tidak bisa berada disana karena mereka akan membentuk tim
inti dari tentara nasional, serta tidak akan mendapat kepercayaan rakyat Suriah
dalam memulihkan keamanan dan stabilitas negara.”
“Keenam:
Pembentukan badan transisi merupakan Proses transfer kekuasaan secara penuh di
mana Bashar al-Assad dan pilar rezimnya tidak akan memiliki tempat. Kami
menekankan perlunya membangun lembaga negara dan mencegah perpecahan karena itu
adalah hak rakyat Suriah, dan untuk mencegah negara tergelincir kedalam
kekacauan yang semakin dalam.”
“Ketujuh:
Kami menganggap bahwa pengusulan prakarsa ‘Kelompok kerja’ telah mengabaikan
sebagian besar resolusi PBB yang relevan terhadap Suriah, terutama resolusi No.
2118, 2165 dan 2139. Prakarsa ini sebenarnya proses politik yang rumit dan
membutuhkan pembangunan kepercayaan antara rakyat Suriah di satu sisi dan PBB
sebagai fihak yang akan mensponsori proses politik. Pembangunan kepercayaan hanya
dapat dicapai melalui pelaksanaan atas apa yang disebutkan dalam resolusi PBB
bahwa rezim Suriah telah dinonaktifkan.”
“Kedelapan:
Kami menganggap bahwa prakarsa ‘Kelompok kerja’ dalam bentuk yang sekarang dan
mekanisme yang tidak jelas telah menyediakan lingkungan yang sempurna untuk mereproduksi
rezim baru. ‘kelompok kerja’ ini harus didasarkan pada prinsip-prinsip yang
berdasarkan pada standar yang jelas untuk memilih peserta dalam
kelompok-kelompok ini dan solusi dari visi akhir.”
“Kesembilan:
Kami mengutuk eskalasi langsung militer Rusia di Suriah dan menganggap bahwa
rezim Suriah yang harus bertanggung jawab penuh karena telah mengubah Suriah menjadi
sarang bagi intervensi asing. Diamnya masyarakat internasional juga menjadi
tanggung jawab atas eskalasi ini dan mencerminkan tidak adanya titik terang
dalam hubungan antara rakyat Suriah dan Rusia. Eskalasi ini jelas menunjukkan bahwa
Rusia tidak serius dalam komitmennya dalam proses politik, dan bahwa mereka
tidak pernah menjadi mediator yang jujur tapi malah menjadi bagian dari
konflik dan menjadi sekutu utama rezim kriminal.”
“Kesepuluh:
Sementara kekuatan revolusi dan lembaga-lembaganya menegaskan kembali komitmen
kepada orang-orang kami, kami bersumpah untuk mengerahkan sebagian besar upaya
untuk merapatkan barisan dan memperbaiki kesalahan sebelumnya. Kami juga
bersumpah bahwa revolusi akan tetap setia pada Princip-prinsip dan darah para
pahlawan yang gugur, dan bahwa kita akan menjaga keseimbangan antara pencapaian
tujuan dan prinsip dasar kami. Kami juga berjanji untuk meringankan penderitaan
dari orang-orang kami, mempercepat kemenangan dan untuk mendedikasikan
kemampuan politik dan militer kami untuk tujuan ini.”
”Dengan demikian,
prakarsa ‘Kelompok kerja’ dalam bentuknya yang sekarang tidak dapat diterima
baik secara praktis atau secara hukum kecuali poin poin yang disebutkan di atas
dipertimbangkan sehingga ambiguitas mekanisme prakarsa ini dapat diselesaikan.”
Deklarasi ini
berbau nasionalisme dan demokratisasi yang menyimpang dan ditandatangani lagi
oleh sekutu utama jabhah Jawlani di Syam termasuk “Ahrar ash-Syam.” Dan juga ditandatangani
oleh Koalisi Nasional Suriah (taghut “sementara” Pemerintah Suriah) dan
beberapa faksi yang bersekutu dengan ateis PKK. Sekali lagi, tidak ada wala’
dan bara’ dalam keyakinan faksi tersebut, dan ini merupakan realitas dari semua
faksi “Islam” nasionalis yang bersekutu dengan jabhah Jawlani. Mereka adalah
pihak murtad yang tidak memiliki agama kecuali kepentingan faksi. Dan jika ada
keberhasilan dari faksi atau keberlangsungan kepemimpinan mereka yang mengharuskan
adanya penyembahan kepada PBB, demokrasi, atau nasionalisme, maka mereka
sungguh telah menyembah berhala ini. Dikarenakan mereka ingin menarik pejuang
yang naif, maka mereka sesekali menyisipkan pesan “Islami” atau mengutip
beberapa ayat-ayat Qur’an sini atau di sana. Namun, misi akhir mereka adalah
pembentukan taghut nasionalis dan demokratis. Dan karena alasan ini, salah satu
sekutu “jihad” jabhah Jawlani - “Jund al-Aqsa” - tidak lagi bisa mentolerir kondisi
faksi dan merilis sebuah pernyataan yang mengumumkan penarikan dirinya dari
“Jaysh al-Fath.” Mereka menjelaskan alasan atas keputusan mereka ini sebagai
berikut:
“Penarikan diri
kami dari Jaysh al-Fath memiliki beberapa alasan, diantaranya.
A) Beberapa fraksi dalam Jaysh al-Fath
memiliki misi yang bertentangan dengan syari’at Islam. Hal ini telah jelas dalam
pernyataan terakhir De Mistura yang dirilis di mana pada klausul keenam
menyatakan: ‘Menghormati kehendak rakyat Suriah; sebagaimana orang suriah
merupakan satu-satunya pemegang kekuasaan untuk menetapkan Konstitusi masa depan
Suriah. Ini berarti bahwa tidak boleh ada prinsip yang dipaksakan kepada
orang-orang sebagai cara untuk menyita keinginan bebas mereka’! Ada klausul
lain dalam dokumen ini yang kita anggap menentang syariat diantaranya
penyambutan Intervensi Turki dan pernyataan orang kalah lainnya.”
Kemudian mereka
(jund al-aqsa) mengumumkan kesediaan mereka untuk kembali ke “Jaysh al-Fath” di
bawah beberapa kondisi, termasuk, “Semua faksi dalam Jaysh al-Fath harus mengklarifikasi
secara terbuka dan menjelaskan posisi mereka dalam semua misi yang bertentangan
dengan pelaksanaan Syari’ah.” Meskipun pernyataan mereka mendeklarasikan perang
melawan faksi jahiliyah ini, tapi klarifikasi itu hanyalah pernyataaan yang
memperjelas segalanya sehingga tidak lagi memerlukan klarifikasi lebih lanjut
dari Dabiq.
Adapun dengan
jabhah Jawlani, apakah mereka sekarang akan bertobat dari pengkhianatan dan
kemurtadan mereka serta menjauhkan diri dari sekutu nasionalis “Islam” mereka,
dimana mereka bersama-sama menyerang Negara Islam meskipun mereka sangat tahu
dengan baik kemurtadan faksi nasionalis ini? Apakah jabhah jaulani akan
memerangi mereka dan kembali ke barisan Negara Islam? Tapi tampaknya
keberpihakan dan cinta mereka akan kepemimpinan telah mengalahkan mereka, dan
mereka akan terus tetap di barisan dari Sahawat sampai sekutu mereka sendiri
yang memerangi mereka. Dan Allah maha mengetahui yang terbaik.
Akhirnya, inilah
koalisi Sahawat murtad - faksi nasionalis dan sekutu pengklaim jihad mereka -
dan orang-orang yang seperti mereka di dalam dan di luar Syam yang bersatu
melawan Negara Islam, Syekh Abu Muhammad al-’Adnani (hafidhahullah) telah
mentakfir mereka pada saat beliau mengatakan, “Dan kami juga mengulangi seruan
kami kepada para tentara kelompok-kelompok di Syam dan Libya, kami mengajak
mereka untuk berfikir berulang kali sebelum maju memerangi Daulah Islamiyyah,
yang telah berhukum dengan apa yang Allah turunkan, ingatlah wahai engkau yang
terkena fitnah sebelum engkau maju memeranginya, sesungguhnya tidak ada di muka
bumi ini satu jengkal tanah pun yang ditegakkan di atasnya syariat Allah
kecuali daerah-daerah yang berada di bawah kekuasaan Daulah Islam, ingatlah
jika engkau berhasil merebut satu jengkal tanah darinya atau satu kota atau
satu desa, maka hukum Allah di dalamnya akan diganti dengan hukum manusia, maka
tanyakanlah kepada dirimu, apa hukum bagi orang yang mengganti atau menyebabkan
hukum Allah berganti dengan hukum manusia? Ya, engkau menjadi kafir dengan hal
itu,
maka berhati-hatilah sesungguhnya engkau dengan memerangi Daulah Islamiyyah
engkau akan terjatuh ke dalam kekafiran baik engkau sadar atau tidak “[ Wahai
kaum kami, penuhilah seruan orang yang menyeru kepada Allah].
Dalam pidato
selanjutnya, beliau menegaskan bahwa Negara Islam tidak akan membedakan niat
masing-masing fihak yang memeranginya. Hal ini karena faksi ini telah masuk
dalam aliansi tunggal di mana pemimpinnya adalah nasionalis murtad, sebuah
kenyataannya yang sekarang tidak lagi tersembunyi dari tentara peringkat
terendah mereka. Oleh karena itu, tidak peduli berapa banyak dari mereka yang
menekankan ukuran atas sebuah “niat” demi menerapkan “syari’ah,” karena
supremasi aliansi mereka dalam memerangi Negara Islam bukanlah “niat” untuk
menegakkan syari’at, melainkan itu adalah penolakan Syari’ah secara tegas dan
sebagian besarnya termasuk manifestasi dari pemutusan wala’ dan bara’, pelaksanaan
hudud, dan kinerja hisbah (amar ma’ruf dan nahi mungkar). Dengan demikian,
aliansi mereka adalah salah satu dari kemurtadan, dan individu tidak
dikecualikan hanya karena “niat” mereka.
Oleh karena itu,
Syaikh Abu Muhammad al-’Adnānī mengatakan, “Adapun kalian para kelompok murtad
dan agen-agen musuh; hai kelompok-kelompok hina di setiap tempat, hai manusia-manusia
sampah, tidakkah kalian mengambil pelajaran dengan para pendahulu kalian dari
berbagai kelompok di Iraq sepanjang tahun? Atau kalian tidak mengambil
pelajaran dari apa yang kalian dapatkan di Syam? ... dengan izin Allah akan
mendatangi kalian, dan sesungguhnya kami kasihan kepada kalian. Maka ambillah
kata-kata kami dan renungkanlah... kami tahu bahwa niat kalian beragam, keadaan
dan tujuan kalian beragam: ada dari kalian yang memerangi kami karena agama
kami dan tidak menginginkan Daulah Islamiyyah,
karena benci dengan syariat Allah dan untuk menolong thaghut, dan ridho dengan undang-undang
buatan, dan golongan ini sedikit, alhamdulillah. Dan banyak dari kalian yang
memerangi kami walau dia ingin menerapkan syariat Allah, akan tetapi dia
tersesat dan tidak mendapatkan petunjuk. Ada juga dari kalian yang memerangi kami
karena mengira kami adalah musuh yang menyerang, ada juga karena ingin mendapat
sebagian keuntungan dunia dan gaji dari kelompoknya, ada juga dari kalian yang
berperang karena semangat kesukuan atau ingin dibilang berani atau niatan lainnya
dan perdagangan yang buruk, maka ketahuilah bahwa kami tidak membeda-bedakan
kelompok dan tujuan-tujuan ini; hukumnya bagi kami setelah dia tertangkap
adalah satu: tembakan di kepala atau pisau tajam di leher.”[Katakan kepada Orang-orang
kafir, “bahwa kalian pasti akan dikalahkan”].
Jika mereka
memiliki niat yang baik dan mereka jujur atas niatnya, maka mereka akan
meninggalkan aliansi Sahawat, bertobat dari kemurtadan mereka, mengucapkan
takfir kepada mantan sekutu mereka, dan menyalakan peperangan untuk melawan
mereka, dan bukannya dengan memerangi Negara Islam. Syaikh Abu Muhammad
al-’Adnani menasehati tentara Sahawat, “ dengan izin Allah. Sesungguhnya kami
akan datang dengan izin Allah wahai para prajurit kelompok-kelompok di mana
saja kalian berada walau dalam tempo lama. Bukan kalian yang kami inginkan, maka
janganlah berdiri menghadang mujahidin. Maka siapa yang menyerahkan senjata dan
bertaubat maka dia aman. Maka siapa yang duduk di masjid karena bertaubat maka
dia aman. Siapa yang masuk ke dalam rumahnya dan mengunci pintunya karena
taubat maka dia aman. Siapa yang memisah dirinya dari fashilah atau katibah
yang memerangi kami dan bertaubat maka dia aman. Dia aman terhadap jiwa dan
hartanya, bagaimanapun permusuhannya terdahulu kepada mujahidin dan
kejahatannya. Ya Allah, bukankah kami telah memberi udzur? Ya Allah
saksikanlah. “[Katakan kepada Orang-orang kafir, “bahwa kalian pasti akan
dikalahkan “].
Semoga Allah
subhanahu wa ta’ala memberikan kemenangan bagi mujahidin di Syam, bahkan jika
tentara salib, tawaghit, agen-agen mereka, dan sekutu mereka membencinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar