AMONGST
THE BELIEVERS ARE MEN:
ABU JA’FAR
AL – ALMANI
Abu Ja‘far adalah sosok yang sangat dicintai oleh
saudara-saudaranya. Dia orang yang ramah dan siap membantu kapan pun juga,
selalu ada senyum di wajahnya untuk saudara-saudaranya.
Dia tumbuh di dalam lingkungan yang penuh dengan kriminal
dan kerusakan, tetapi biar begitu, dia tidak pernah mengalami masa-masa
jahiliyyah. Dia dibesarkan sebagai seorang Muslim semenjak kecil. Melalui kaum
muslimin yang tinggal di sekitarnya, dia belajar dari Amir Khattab dan
mujahidin lainnya dari wilayah Qawqāz. Sejak saat itu, ia selalu memiliki
kerinduan batin untuk menjadi seorang mujahid. Sebagai seorang yang baru
beranjak dewasa ia sangat aktif dalam memberikan dakwah kepada anak-anak di
lingkungannya, dan juga melakukan haji pada usia yang relatif muda untuk
mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Ini menyebabkan dia dijuluki
"Haji" (sesuatu yang tidak pernah dia minta tapi merupakan bagian
dari budaya Turki dan sekitarnya). Semua orang mengenalnya dengan nama ini dan
semua orang mencintainya karena dia selalu memberikan rasa hormat kepada setiap
individu dengan layak. Ketika sedang menjalani studinya di bidang teknik, ia
menyaksikan ketidakadilan dan penindasan Nusayriyyah terhadap Ahlus-Sunnah di
Syam, yang menyebabkan dia meninggalkan studinya dan tanpa menunda lagi segera
berhijrah ke Syam.
Setelah tiba di Syam, sebelum dideklarasikannya Daulah
Islam, ia bergabung dengan kelompok "Majlis Syura al-Mujahidin," yang
pada saat itu dipimpin oleh Abul-Atsir (hafidzahullāh) dan saudaranya Abu
Muhammad al-'Absī rahimahullah dan yang kemudian memberi bay'ah secara
berjama‘ah kepada Amirul Mukminin Abu Bakr al-Baghdadi (hafidzahullāh). Sejak
itu, dia pun menghabiskan hidupnya di dalam ribat dan qital di garis depan. Dia
melakukan ribat terhadap tentara Asad di Khāntūmān serta Līrāmūn dan
bersama-sama dengan tentara Daulah Islam mereka bergerak maju menuju Kafr
Hamrah. Dia kemudian pergi ke as-Sikak (rel kereta api) untuk Ribat dan ketika
berada di sana, seorang ikhwan Jerman bernama Abu Zakariyya mengalami cedera
kepala. Abu Ja'far pun mempertaruhkan nyawanya untuk menariknya keluar dari
zona pertempuran dan membawanya kembali ke markas untuk diobati.
Di Khāntūmān, ia menunggu dengan sabar bersama tentara
Daulah Islam lainnya untuk mulai menyerang para Nusayriyyah sana, namun
beberapa hari sebelum terjadinya pengkhianatan Sahwah ia kembali ke Kafr Hamrah
untuk mengurus beberapa urusan pribadi. Kemudian, pada "3 Januari
2014," Sahwāt mulai memerangi Daulah Islam.
Abu Ja'far kemudian berperang melawan kelompok Khalid
Hayyānī di Huraytān, kemudian melawan Sahwah di Bāshkoy, dan merupakan salah
satu yang terakhir yang meninggalkan Huraytān menuju I'zaz bersama ikhwan
Jerman Daulah Islam di bawah kepemimpinan Abu Ka'b rahimahullah.
Dari I'zaz mereka terus bertempur sepanjang jalan menuju
kota al-Bab, di mana ia juga ikut melakukan Ribat. Setelah kedatangan mereka di
Al-Bab dia pun ditempatkan dengan saudara Jerman lainnya di Faruq Dam
(sebelumnya bernama "Tisyrin" Dam), di mana mereka berpartisipasi
dalam pembebasan Sirrīn serta silo yang sebelumnya berada di bawah kendali PKK
najis dan Liwa 'Thuwwār ar-Raqqah. Setelah itu, ia pergi dengan saudaranya
menuju al-Khayr untuk melawan faksi Sahwah dan suku Syu'aytāt.
Setelah membebaskan al-Khayr dari Sahwah, ia pergi menuju
'Ayn al-Islām, di mana ia menjadi terkenal karena keberaniannya. Dia pernah
berada di sebuah rumah yang kemudian dibom oleh pesawat koalisi hingga semua
orang berpikir bahwa dia telah terbunuh, namun seorang ikhwah menyeretnya
keluar dari reruntuhan dan Abu Ja'far langsung bangkit dan menyerbu ke arah PKK
untuk memerangi mereka.
Tapi beberapa hari kemudian, setelah ikhwah Jerman
lainnya yang bersamanya baik telah terluka atau terbunuh, dia pun akhirnya
menuai apa yang ia rindukan - syahadah di jalan Allah. Hal itu terjadi selama
serangan besar-besaran oleh tentara Daulah Islam terhadap faksi Kurdi ateis, di
mana pesawat-pesawat koalisi datang untuk membantu faksi ini. Maka terjadilah,
ikhwah kita ini terkubur untuk yang kedua kalinya di bawah reruntuhan. Setelah
menerima syahadah, ateis PKK menyeret tubuhnya keluar dari puing-puing dan
memperlihatkannya kepada dunia seolah-olah merekalah yang telah membunuhnya
serta yang lainnya. Tetapi Allah mengetahui realitas klaim palsu mereka, dan
tentara kami yang terbunuh berada di taman-taman surga sementara tentara mereka
yang terbunuh berada di ruang bawah tanah dari api neraka.
Apabila mendengar ikhwah lainnya mengatakan apa yang
menjadi keingi-nan mereka untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat di jalan
Allah, Abu Ja‘far berkata; “Jangan berkata tentang itu, lakukan saja”. Dia tidak pernah meninggalkan qiyamul-lail, selalu
membaca al-Quran serta dzikir pagi dan petang.
Semoga Allah menerima Abu Ja‘far dan seluruh ikhwah junud
Daulah Islamiyyah yang telah memberikan hartanya, darahnya, dan hidupnya demi
menegakkan, melindungi dan memperluas Khilafah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar