8/14/2019

Kisah ABU JA’FAR AL – ALMANI


AMONGST THE BELIEVERS ARE MEN:
ABU JA’FAR
AL – ALMANI

Abu Ja‘far adalah sosok yang sangat dicintai oleh saudara-saudaranya. Dia orang yang ramah dan siap membantu kapan pun juga, selalu ada senyum di wajahnya untuk saudara-saudaranya.

Dia tumbuh di dalam lingkungan yang penuh dengan kriminal dan kerusakan, tetapi biar begitu, dia tidak pernah mengalami masa-masa jahiliyyah. Dia dibesarkan sebagai seorang Muslim semenjak kecil. Melalui kaum muslimin yang tinggal di sekitarnya, dia belajar dari Amir Khattab dan mujahidin lainnya dari wilayah Qawqāz. Sejak saat itu, ia selalu memiliki kerinduan batin untuk menjadi seorang mujahid. Sebagai seorang yang baru beranjak dewasa ia sangat aktif dalam memberikan dakwah kepada anak-anak di lingkungannya, dan juga melakukan haji pada usia yang relatif muda untuk mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Ini menyebabkan dia dijuluki "Haji" (sesuatu yang tidak pernah dia minta tapi merupakan bagian dari budaya Turki dan sekitarnya). Semua orang mengenalnya dengan nama ini dan semua orang mencintainya karena dia selalu memberikan rasa hormat kepada setiap individu dengan layak. Ketika sedang menjalani studinya di bidang teknik, ia menyaksikan ketidakadilan dan penindasan Nusayriyyah terhadap Ahlus-Sunnah di Syam, yang menyebabkan dia meninggalkan studinya dan tanpa menunda lagi segera berhijrah ke Syam.

Setelah tiba di Syam, sebelum dideklarasikannya Daulah Islam, ia bergabung dengan kelompok "Majlis Syura al-Mujahidin," yang pada saat itu dipimpin oleh Abul-Atsir (hafidzahullāh) dan saudaranya Abu Muhammad al-'Absī rahimahullah dan yang kemudian memberi bay'ah secara berjama‘ah kepada Amirul Mukminin Abu Bakr al-Baghdadi (hafidzahullāh). Sejak itu, dia pun menghabiskan hidupnya di dalam ribat dan qital di garis depan. Dia melakukan ribat terhadap tentara Asad di Khāntūmān serta Līrāmūn dan bersama-sama dengan tentara Daulah Islam mereka bergerak maju menuju Kafr Hamrah. Dia kemudian pergi ke as-Sikak (rel kereta api) untuk Ribat dan ketika berada di sana, seorang ikhwan Jerman bernama Abu Zakariyya mengalami cedera kepala. Abu Ja'far pun mempertaruhkan nyawanya untuk menariknya keluar dari zona pertempuran dan membawanya kembali ke markas untuk diobati.

Di Khāntūmān, ia menunggu dengan sabar bersama tentara Daulah Islam lainnya untuk mulai menyerang para Nusayriyyah sana, namun beberapa hari sebelum terjadinya pengkhianatan Sahwah ia kembali ke Kafr Hamrah untuk mengurus beberapa urusan pribadi. Kemudian, pada "3 Januari 2014," Sahwāt mulai memerangi Daulah Islam.

Abu Ja'far kemudian berperang melawan kelompok Khalid Hayyānī di Huraytān, kemudian melawan Sahwah di Bāshkoy, dan merupakan salah satu yang terakhir yang meninggalkan Huraytān menuju I'zaz bersama ikhwan Jerman Daulah Islam di bawah kepemimpinan Abu Ka'b rahimahullah.

Dari I'zaz mereka terus bertempur sepanjang jalan menuju kota al-Bab, di mana ia juga ikut melakukan Ribat. Setelah kedatangan mereka di Al-Bab dia pun ditempatkan dengan saudara Jerman lainnya di Faruq Dam (sebelumnya bernama "Tisyrin" Dam), di mana mereka berpartisipasi dalam pembebasan Sirrīn serta silo yang sebelumnya berada di bawah kendali PKK najis dan Liwa 'Thuwwār ar-Raqqah. Setelah itu, ia pergi dengan saudaranya menuju al-Khayr untuk melawan faksi Sahwah dan suku Syu'aytāt.

Setelah membebaskan al-Khayr dari Sahwah, ia pergi menuju 'Ayn al-Islām, di mana ia menjadi terkenal karena keberaniannya. Dia pernah berada di sebuah rumah yang kemudian dibom oleh pesawat koalisi hingga semua orang berpikir bahwa dia telah terbunuh, namun seorang ikhwah menyeretnya keluar dari reruntuhan dan Abu Ja'far langsung bangkit dan menyerbu ke arah PKK untuk memerangi mereka.

Tapi beberapa hari kemudian, setelah ikhwah Jerman lainnya yang bersamanya baik telah terluka atau terbunuh, dia pun akhirnya menuai apa yang ia rindukan - syahadah di jalan Allah. Hal itu terjadi selama serangan besar-besaran oleh tentara Daulah Islam terhadap faksi Kurdi ateis, di mana pesawat-pesawat koalisi datang untuk membantu faksi ini. Maka terjadilah, ikhwah kita ini terkubur untuk yang kedua kalinya di bawah reruntuhan. Setelah menerima syahadah, ateis PKK menyeret tubuhnya keluar dari puing-puing dan memperlihatkannya kepada dunia seolah-olah merekalah yang telah membunuhnya serta yang lainnya. Tetapi Allah mengetahui realitas klaim palsu mereka, dan tentara kami yang terbunuh berada di taman-taman surga sementara tentara mereka yang terbunuh berada di ruang bawah tanah dari api neraka.

Apabila mendengar ikhwah lainnya mengatakan apa yang menjadi keingi-nan mereka untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat di jalan Allah, Abu Ja‘far berkata; “Jangan berkata tentang itu, lakukan saja. Dia tidak pernah meninggalkan qiyamul-lail, selalu membaca al-Quran serta dzikir pagi dan petang.

Semoga Allah menerima Abu Ja‘far dan seluruh ikhwah junud Daulah Islamiyyah yang telah memberikan hartanya, darahnya, dan hidupnya demi menegakkan, melindungi dan memperluas Khilafah.

Source: DABIQ 11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...