WAWANCARA BERSAMA AMIR
WILAYAH KAMP
YARMUK
Dābiq: Kapan awal terjadinya pengepungan atas Kamp Al-Yarmuk
dan apa pengaruhnya bagi penduduk kamp?
Yarmūk: Segala puji bagi Allah Yang Maha Kuat lagi Maha Agung.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada ksatria yang murah senyum, kepada para
sahabat dan keluarganya.
Ammā ba’du: Ya Allah, tiada yang mudah selain apa yang Engkau jadikan
mudah dan Engkau membuat kesedihan menjadi mudah jika Engkau kehendaki.
Ya Allah, anugerahi kami
syahadah di atas jalan-Mu sepenuhnya dengan mengharap wajah-Mu.
Pada kenyataanya, pengepungan
total atas Dimasyq Selatan dimulai sejak empat tahun lalu. Pengecualian atas
pengepungan tersebut ialah Kamp Al-Yarmuk. Pihak Rezim berkonspirasi dengan para
pemimpin Free Syrian Army di kawasan itu untuk menjaga agar kawasan tetap terbuka
dalam rangka mengosongkan gudang-gudang besar yang ditemukan di Distrik ‘Aqraba
dan Bait Sahm. Di kedua wilayah itu terdapat gudang milik Rezim yang menyimpan
suplai bahan makanan pokok, seperti gula, beras, bulgur, dan lain-lain, mereka menggunakan
Kamp Yarmuk sebagai jalan lintas untuk memindahkan suplai makanan ini keluar
dari gudan.
Menurut rencana jahat ini Pihak
Rezim akan bekerja selama kira-kira satu tahun, hingga dipastikan bahwa gudang
dan pabrik-pabrik besar benar-benar kosong dan tidak ada yang tersisa di daerah
tersebut kecuali sedikit yang mencukupi kaum Muslimin selama satu atau dua
bulan. Pekerjaan diselesaikan di bawah pengawasan Aknaf Bait Al-Maqdis dan
merekalah yang mengawasi satu-satunya jalan menuju kamp tersebut. Jalan itu
ditutup pada 15 Ramadhan 1433. Pada saat itulah kelaparan menyerang kaum
Muslimin dan kematian mulai merenggut nyawa mereka hingga mencapai 170 orang
karena kurangnya persediaan makanan dan kelaparan.
Dābiq: Apa hubungan antara Aknaf Bait Al-Maqdis dan Hamas? Apakah
Hamas mengambil bagian secara militer, operasional, politik, atau lewat
propaganda, dalam perang melawan Daulah Islam?
Yarmūk: Aknaf Bait Al-Maqdis adalah cabang Hamas di Dimasyq
Selatan.
Fraksi ini didirikan di masa-masa
awal peristiwa di Syam untuk tujuan fundamental, membentuk suatu kekuatan
internal yang dianggap “revolusioner” di mana pada saat bersamaan berperan
sebagai penjaga yang melindungi Dimasyq yang dikendalikan Rezim; dan Aknaf
berhasil melakukan peran ini. Adapun apa yang terkait dengan hubungan antara
Hamas dan Aknaf, nama-nama ketiga pemimpin yang mendirikan faksi ini adalah
sebagai berikut. Abu Ja’far, komandan umum Aknaf Bait Al-Maqdis, seorang tokoh
terkenal di Hamas. Abu Ahmad Az-Zaghmut, dikenal sebagai “Sang Kanselir”,
adalah komandan militer. Posisi sebelumnya di Hamas ialah pengawal pribadi
Khalid Misy’al. Nidal Abu Al-A’la, anggota pendiri Aknaf, dulu bekerja sebagai seorang
pengawal pribadi bagi pemimpin Hamas terkemuka, Abu Marzuq.
Kami memiliki rekaman
percakapan seseorang yang disebut “Abu Shuhaib” Yahya Haurani. Dia adalah
komandan kamp Asy-Syathat dan merupakan link yang menghubungkan antara Hamas dan
komandan umum Aknaf; Abu Ja’far. Percakapan ini mengungkap dukungan yang
diberikan kepada Aknaf oleh Hamas.
Adapun peperangan Aknaf
terhadap Daulah Islam, pada saat diumumkannya Daulah Islam, Aknaf tidak berani
mengobarkan perang melawan Daulah Islam secara mliter. Mereka merasa cukup
dengan perang melawan Daulah Islam secara ideologi, politik, dan melalui
propaganda. Akan tetapi, setelah diumumkannya Khilafah Islamiyyah pada 1 Ramadhan
1435 H dan disebabkan oleh keserakahan faksi-faksi dan Shahwah yang didirikan
di kawasan tersebut, untuk pertama kalinya Aknaf berpartisipasi secara militer
dalam perang melawan Daulah Islam. Perang berlangsung selama 8 bulan. Pada saat
itu, kami berjumlah sedikit sementara Shahwah berjumlah lebih banyak daripada
kami.
Akan tetapi, hanya dengan
karunia Allah, kami mampu mengusir mereka dari Al-Hajar Al-Aswad, benteng
pertahanan Daulah Islam di Dimasyq. Kami membuat mereka mengalami kerugian jiwa
yang besar dengan meninggalkan lebih dari 300 tentara mereka yang cedera dan
terbunuh. Sebagian besar yang cedera dibawa ke rumah-rumah sakit milik Rezim
untuk dirawat.
Dābiq: Apa kesepakatan antara Aknaf Bait Al-Maqdis dan Rezim
Nushairiyyah? Sebutkan secara terperinci bentuk “rekonsiliasi” yang dilakukan
kedua belah pihak yang hampir terlaksana?
Yarmūk: Persetujuan itu bertujuan untuk menjadikan Kamp
Yarmuk netral dalam konflik yang sedang berlangsung di kawasan tersebut dan menyerahkannya
kepada faksi-faksi Palestina yang bersekutu dengan Rezim Nushairiyyah yang diwakili
oleh milisi “Perintah Jenderal” milik Ahmad Jibril, Organisasi Pembebasan
Palestina (PLO), dan sejumlah faksi lainnya. Sang “Kanselir” Abu Ahmad
ditugaskan untuk mengadakan negosiasi dan pengambilalihan. Dia ditunjuk oleh
Abu Ja’far dan mulai mengadakan kerjasama tersebut di sebuah acara fashion
terbuka di akhir rencana. Sumber-sumber keamanan kami yakin adanya
pengkhianatan ini.
Persoalan meningkat menjadi
penyelundupan amunisi dan perlengkapan militer lewat kotak-kotak bantuan. Dan
hal inilah yang memaksa kami secepatnya melakukan intervensi dan menghancurkan
misi tersebut.
Dābiq: Setelah Daulah Islam mengambil alih kamp, terdapat
laporan yang saling bertentangan mengenai tentara faksi Aknaf. Beberapa laporan
mengklaim bahwa mereka menyerahkan diri mereka kepada Rezim Nushairiyyah,
lainnya mengklaim bahwa mereka bertaubat dan berbai’at kepada Daulah Islam, dan
yang lainnya lagi mengklaim bahwa mereka kabur ke wilayah Rezim Nushairiyyah dan
bertempur bersama-sama dengan Rezim melawan Daulah Islam. Sebenarnya apa yang terjadi
dengan faksi ini? Apakah masih eksis?
Yarmūk: Dengan masuknya Daulah Islam ke kamp serta serangan
kuat yang menghancurkan Aknaf dan seluruh faksi di kawasan tersebut, maka Aknaf
terpecah menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama menyerahkan diri kepada Daulah
Islam sehingga darah mereka terselamatkan. Jumlah mereka hampir mendekati 70
orang. Hal ini terjadi setelah situasi di depan mereka menjadi jelas dan setelah
mereka menyaksikan pengkhianatan Aknaf dengan mata kepala mereka sendiri,
termasuk para pemimpin Aknaf yang pergi ke pihak Rezim setelah dikepung di
pinggiran kamp dan kembalinya mereka ke kawasan tersebut dari arah jalan lintas
Sidi Miqdad setelah diberikan rencana-rencana baru, personel, dan amunisi untuk
berperang melawan Daulah Islam.
Terdapat kesaksian dari
beberapa anggota yang menyatakan bahwa Rezim menyediakan amunisi dan makanan bagi
mereka serta masuknya unsur-unsur Rezim untuk berperang melawan Daulah Islam
bersama-sama dengan Aknaf.
Kelompok kedua Aknaf bergabung
dengan milisi “Perintah Jenderal” milik Ahmad Jibril. Mereka dan juga Rezim
saat ini tengah berperang di pinggiran kamp.
Kelompok ketiga kembali
bergabung dengan kepemimpinan Aknaf, yaitu di kawasan “rekonsiliasi”: Yalda,
Babila, dan Bait Sahm. Setelah mereka meninggalkan kamp, pihak Rezim mengembalikan
mereka ke wilayah tersebut lewat jalan Sidi Miqdad dan kini mereka berperang
bersama milisi Zahran ‘Allusy dan faksi-faksi lain melawan Daulah Islam.
Dābiq: Terdapat laporan bahwa beberapa faksi menimbun
makanan yang dikirim ke kamp, 1 kilogram beras sekarang harganya lebih dari 13.000
Pound Suriah, dan ratusan orang mati karena kelaparan. Apakah benar bahwa beberapa
faksi mendapatkan keuntungan dari pengepungan dengan mengorbankan Muslimin di dalam kamp? Siapa saja pemimpinpemimpin dan
faksi-faksi tersebut?
Yarmūk: Setelah menyerang kamp, Daulah Islam menemukan
gudang penyimpanan milik Aknaf, berisi makanan yang ditimbun setelah Aknaf memandangnya
sebagai bentuk pendistribusian bantuan makanan ke kamp.
Bukan rahasia lagi bagi siapa
pun di dalam kawasan tersebut bahwasanya faksi-faksi pejuang semacam Liwa’
Al-Islam, Ababil Hauran, dan Syam Ar-Rasul tidak pernah mengalami dampak dari
pengepungan. Mereka biasanya menyimpan makanan untuk mereka sendiri dan para
pejuangnya. Harganya pun terkadang bisa mencapai titik tertinggi. Harga 1 kilogram
beras dan bulgur mencapai 15.000 Pound Suriah. Banyak bukti atas faksi-faksi
ini dan kami memiliki foto gudang Liwa’ Al-Islam setelah menyerang mereka di
kawasan Yalda. Gudang mereka penuh dengan persediaan makanan. Isinya tidak
hanya dipenuhi oleh makanan pokok, tetapi juga makanan mewah semacam halva,
kacang, biji-bijian, dan kurma. Faksi-faksi ini tidak berhenti memperjualbelikan
kelaparan kaum Muslimin di kawasan-kawasan “rekonsiliasi” sampai sekarang dan
mereka menimbun sebagian besar suplai makanan yang memasuki kawasan. Bagian
terbesar dari pencurian ini jatuh ke tangan “para syaikh” “rekonsiliasi”.
Mereka juga merencanakan untuk mengosongkan kamp yang berisi penduduk Muslim dengan
menetapkan bahwa bantuan makanan hanya akan didistribusikan kepada para
keluarga Yarmuk yang tinggal di kawasan “rekonsiliasi.”
Dābiq: Bagaimana orang-orang yang ada di dalam kamp ketika
menerima tentara Daulah Islam?
Yarmūk: Dikarenakan perang propaganda yang besar dan tuduhan
yang licik dari media, maka terjadi ketakutan besar dari kaum Muslimin di dalam
kamp, karena gambaran mengenai Daulah Islam ialah bahwasanya mereka senang
membunuh dan menyembelih serta mereka membunuh orang-orang berdasarkan
kecurigaan. Mereka juga menuduh bahwa Daulah Islam akan memotong jari-jemari para
perokok. Banyak tuduhan dusta juga disebarkan oleh musuh-musuh Daulah Islam.
Kami menyaksikan lebih dari
satu kejadian mengharukan pada hari-hari pertama pembebasan kamp. Suatu ketika,
seorang Muslimah keluar bersama anak-anaknya dan meminta kepada kami untuk membunuhnya
dan tidak menjadikannya sebagai budak! Ḥasbiyallāhu wani’ma al-wakīl!
Setelah itu kami memberinya
roti dan bantuan serta menjelaskan semuanya kepadanya. Setelah beberapa hari,
dia kembali dan membela Daulah Islam seraya berkata, “Demi Allah, aku tidak pernah
melihat sesuatu apa pun dari mereka selain kebaikan. Apa yang mereka berikan
kepada para penghuni kamp dalam beberapa hari tidak pernah kami dapatkan dari
faksi-faksi itu selama bertahun-tahun!”
Dābiq: Bagaimana
kondisi kamp saat ini?
Yarmūk: Situasi di dalam kamp sekarang baik, alhamdulillah.
Sekarang kamp berada di bawah naungan Khilafah.
Dengan adanya bantuan makanan
membuktikan; pertama, sebagai karunia dari Allah (‘Azza wa Jalla), dan kedua,
karena masuknya tentara Khilafah ke dalam kamp. Tetapi situasi ini tidak
disukai pihak Rezim Nushairiyyah dan para anteknya di kawasan tersebut, maka
pihak Rezim mulai menjatuhkan ratusan barel bom dan roket serta menghasut
sejumlah orang untuk mendukung para syaikh jahat untuk mengusir Daulah Islam
dari kamp tersebut. Mereka menggunakan berbagai bentuk tekanan dari luar dan
dalam. Satu bentuk tekanan berupa penyebaran pos perbatasan antara kawasan
“rekonsiliasi” dan kamp sebagaimana juga pemblokiran terhadap suplai bahan
makanan apa pun bagi penduduk kamp dan Al-Hajar Al-Aswad supaya tidak masuk.
Mereka mulai menahan para
pemuda dari Al-Hajar Al-Aswad atau kamp tersebut. Sebagaimana telah saya
sebutkan sebelumnya, mereka juga secara khusus mendistribusikan bantuan makanan
ke kawasan “rekonsiliasi.” Hal ini terlaksana melalui milisi “Perintah Jenderal”,
karena milisi ini setia kepada Rezim.
Dābiq: Banyak kaum Muslimin yang berharap bahwa pembebasan
kamp adalah satu langkah menuju pembebasan Dimasyq. Bagaimana anda melihat masa
depan perang melawan Rezim Nushairiyyah setelah pembebasan kamp?
Yarmūk: Tujuan pertama dan asasi kami ialah membebaskan
Dimasyq, sedangkan membebaskan Kamp Yarmuk merupakan langkah awal bagi terealisasinya
tujuan ini.
Bagaimanapun, hal ini tidaklah
mudah. Kami mohon kepada Allah agar menguatkan kami, sehingga kami bisa membebaskan
Dimasyq, Al-Quds, dan Roma. Namun ada perkara yang perlu disebutkan, yaitu banyak
faksi di kawasan tersebut didirikan dan diciptakan demi melindungi wilayah
Dimasyq yang dikuasai Rezim dan berusaha menghalang-halangi upaya kami memasuki
Dimasyq.
Daulah Islam mengobarkan perang
melawan faksi-faksi ini dan mengungkap makar mereka, termasuk mereka yang berada
di “Pengawal Dimasyq” di Divisi 4. Daulah Islam terus maju guna menghancurkan
divisi ini dan membinasakan para pemimpinnya, tetapi Allah menentukan bahwa
sang komandan divisi, seseorang yang dipanggil “Bayan Maz’al”, lolos. Kini dia
bekerja di dalam salah satu departemen intelijen Rezim.
Faksi kedua yang didirikan
sebagai alternarif bagi Divisi 4 adalah Aknaf dan mereka telah dihancurkan, dengan
karunia Allah. Alternatif baru yang telah muncul sekarang ini ialah Liwa’ Syam
Ar-Rasul dan milisi Zahran ‘Allusy. Dengan izin Allah, pembersihan mereka dari
kawasan tengah berlangsung saat ini, sebagaimana persiapan untuk perang
Dimasyq.
Dābiq: Bagaimana kondisi wilayah dekat kamp seperti Al-Hajar Al-Aswad dan Yalda?
Yarmūk: Kawasan selatan Dimasyq terbagi menjadi dua bagian.
Bagian pertama telah bergabung ke dalam “rekonsiliasi” dengan pihak Rezim dan
secara berangsur kembali berada di bawah kontrol Rezim. Ini terdiri dari Yalda,
Babila, dan Bait Sahm yang didominasi oleh Shahwah dan diperintah oleh tiga
tokoh yang setia kepada Rezim Nushairiyyah. Delegasi dari Rezim terdiri dari pegawai
dan pejabat yang memasuki kawasan setiap harinya. Semua ini terjadi di bawah pengawasan
orang-orang yang disebut “mujahidin” “Liwa’ Al-Islam” dan faksi-faksi lainnya.
Bagian kedua ialah Al-Hajar
Al-Aswad, Al-Yarmuk, dan At-Tadamun, yaitu wilayah-wilayah yang ditempati
tentara Khilafah. Pertempuran di sana sangat keras, garis depannya terus
berkobar, dan pemboman atas tempat-tempat ini terjadi setiap hari. Dengan
karunia Allah, daerah-daerah ini sekarang berada di bawah hukum Allah.
Dābiq: Apa peran “Jaisy Al-Islam,” Front “Islam”-nya, dan
Zahran ‘Allusy dalam perang melawan Daulah Islam? Apakah ada kerjasama antara
mereka dan faksi Syabbihah serta rekonsiliasi?
Yarmūk: Tugas Jaisy Al-Islam dan faksi-faksi lain di kawasan
itu hanya sekedar mengarahkan senjata mereka kepada Daulah Islam dan para pendukungnya,
sementara keadaan front-front Shahwah dengan pihak Rezim tenang. Kami belum melihat
adanya konflik di antara mereka (pihak Rezim dan Shahwah) selama kurang lebih
setahun.
Selain itu, sebagaimana telah
kami sebutkan sebelumnya, mereka mengamankan “rekonsiliasi” di tiga kawasan dan
menggunakan militer, senjata, dan amunisi mereka untuk memerangi Daulah Islam.
Delegasi media, termasuk saluran media Rafidhah, masuk di bawah perlindungan
faksi-faksi ini, sementara Angkatan Bersenjata Nasional dibentuk oleh anggota-anggota
dari faksi-faksi ini dan kantor-kantor mereka ada di dalam kawasan “rekonsiliasi”
ini.
Konvoi militer Rezim masuk dan keluar
dari pos perbatasan Front “Islam” milik ‘Allusy. Semua upaya yang dilakukan
Shahwah untuk menyerang posisi-posisi Daulah Islam diawali oleh serangan udara
Rezim terhadap posisi-posisi tersebut. Dalam beberapa hari terakhir, kami mampu
melihat sejumlah besar amunisi memasuki wilayah-wilayah tersebut yang secara
khusus didistribusikan di antara faksi-faksi yang memerangi Daulah Islam. Hal
penting untuk dicatat bahwa kapan pun Shahwah memulai peperangan melawan Daulah
Islam, bantuan mengalir ke daerah-daerah “rekonsiliasi” dan para pendukungnya
menyalurkan sejumlah besar uang kepada faksi-faksi ini (Jaisy Al-Islam, Syam
Ar-Rasul, Ababil Hauran) yang menyebut diri mereka moderat.
Dābiq: Sekarang apa rencana Shahwah terhadap Wilayah Dimasyq
umumnya dan Kamp Yarmuk khususnya?
Yarmūk: Formasi koalisi untuk memerangi Daulah Islam,
khususnya di Dimasyq Selatan terjadi selama beberapa minggu dan bulan terakhir.
Musuh-musuh agama ini sebagian
besar bergantung kepada Zahran ‘Allusy yang melaksanakan makar Barat dan
boneka-bonekanya di Teluk. Akhir-akhir ini, Zahran mengirim sebuah pesan yang
meyakinkan kembali Barat dan para pendukungnya di antara thawaghit Teluk lewat sejumlah
pernyataan yang dipublikasikan di jaringan-jaringan sosial, di mana dia
menyebarkan semua pasukannya untuk memerangi Daulah Islam, sehingga
meninggalkan semua garis depannya terhadap Rezim dalam keadaan tenang dan tidak
memobilisasi pasukan bersenjata ini untuk menghentikan pengepungan atas Ghuthah
bagian timur.
Mobilisasi ini tampak di
Al-Qunaithirah dan Al-Qalamun. Dalam beberapa hari terakhir, pihak Rezim
memberi jalan bagi konvoi Jaisy Al-Islam untuk keluar dan pergi ke arah Qalamun
Timur guna memerangi Daulah Islam atas nama mereka. Koalisi ini juga tercermin
di tempat lain dalam jumlah besar, yaitu di Dimasyq Selatan secara umum dan di
Kamp Yarmuk secara khusus. Terdapat rencana besar yang diadakan faksi-faksi ini
(Jaisy Al-Islam, Syam Ar-Rasul, dan Ababil Hauran) untuk mengepung Daulah Islam
di Dimasyq Selatan. Faksi-faksi ini mengadakan rencana dan mulai memerangi
Daulah Islam untuk mengusirnya dari kawasan “rekonsiliasi” yang terencana
karena Khilafah menolak total sebuah “rekonsiliasi” dan memerangi serta menahan
setiap orang yang berupaya ke arah tersebut. Dengan cepat, Daulah Islam membongkar
makar jahat ini dan mulai menggagalkannya.
Dengan pertolongan Allah,
rencana untuk mengalihkan kawasan ke Rezim Nushairiyyah akhirnya dikalahkan.
Dābiq: Apakah di antara faksi ini ada yang memperlihatkan
ketertarikan untuk bergabung dengan Daulah Islam? Apakah ada sebagian tentara
dan pasukan dari faksi-faksi itu datang dan berbai’at kepada Daulah Islam?
Yarmūk: Setelah menghancurkan Shahwah di kawasan Al-Hajar
Al-Aswad dan setelah kemenangan besar yang Allah karuniakan kepada Daulah
Islam, tentara yang berasal dari faksi-faksi yang memerangi Daulah Islam
menemukan diri mereka berada dalam persimpangan jalan. Setelah perang ini,
Daulah Islam tumbuh semakin kuat daripada sebelumnya, sehingga dengan demikian,
hakikatnya mulai terlihat bagi orang-orang yang mencari kebenaran. Maka banyak
prajurit dari faksi-faksi ini segera ikut dalam seminar-seminar syari’ah yang
diadakan oleh Daulah Islam. Ada ratusan orang yang menghadirinya, dan segala
puji hanya bagi Allah. Kami menyaksikan banyak bai’at dari batalyon terkenal di
kawasan tersebut yang secara penuh bergabung ke dalam Daulah Islam.
Dābiq: Mengapa pihak Rezim berusaha untuk menggunakan
bom-bom barel terhadap kamp?
Yarmūk: Apa yang terjadi pada tempat mana pun yang dikuasai
Daulah Islam ialah pihak Rezim mengadakan berbagai macam serangan udara terhadapnya.
Serangan udara Rezim ini mengandung sejumlah tujuan, di antaranya ialah memaksa
penduduk lokal meninggalkan wilayah-wilayah yang dikuasai Daulah Islam dan
memasuki wilayah-wilayah “rekonsiliasi” sehingga dengan demikian, mereka
menguatkan peperangan Shahwah melawan Daulah Islam. Selain itu, mereka memberi
pesan kepada masyarakat bahwa kawasan mana pun yang dikuasai oleh Daulah Islam
akan dihancurkan secara total. Sebagai hasilnya, setiap upaya yang dilakukan
Daulah Islam untuk merebut kawasan-kawasan lainnya akan membuat takut penduduk
di kawasan-kawasan tersebut. Mereka juga menjalankan usaha pihak Rezim yang
sia-sia untuk menghambat Daulah Islam agar tidak lagi bergerak maju. Ini membuktikan
hancurnya militer Rezim.
Setiap kali Daulah Islam maju
dan menghasilkan kerugian besar di pihak tentara dan milisi Nushairiyyah, sebagai
pembalasan, Rezim kemudian mengadakan serangan udara secara membabi buta
terhadap tempat-tempat yang dihuni Muslimin.
Dābiq: Apa yang anda lihat dari kunjungan Zahran ‘Allusy
akhir-akhir ini ke Turki? Apakah menurutmu orang-orang murtad itu akan membawa
“Badai Keputusan” ke Syam dalam rangka membela Shahwah?
Yarmūk: Kunjungan Zahran ‘Allusy ke Turki serta pertemuannya
dengan sejumlah pemimpin utama faksi yang berperang di Syam memiliki berbagai dimensi
dan konsekwensi tersendiri. Bahkan, demonstrasi militer yang ditunjukkan
tentara Zahran di Al-Ghuthah dalam rangka acara kelulusan untuk seminar latihan
dasarnya adalah pesan bagi bangsa-bangsa di Barat dan boneka-boneka mereka di
Teluk, mengindikasikan bahwa mereka siap untuk mengamankan ibukota Dimasyq.
Dengan keberangkatan Zahran ke
Turki, sejumlah faksi di sebelah timur Ghuthah membubarkan diri dan bergabung
dengan tentara Zahran. Kami percaya bahwa akan ada dukungan besar untuk Zahran
‘Allusy dari Teluk dan Barat agar dia memasuki ibukota, bahkan seandainya
perkara tersebut membutuhkan sebuah “badai keputusan,” seperti yang terjadi di
Yaman.
Dābiq: Anda tahu betapa pentingnya Dimasyq bagi masa depan
Islam, Al-Malahim, dan Al- Malhamah Al-Kubra. Bagaimana caranya agar kaum
Muslimin bisa membantu mujahidin di Wilayah Dimasyq saat ini?
Yarmūk: Betapa qudwah ḥasanah kita dan Rasul yang mulia (shallāllāhu ‘alaihi wasallam) memuji Dimasyq,
dan hal ini disebutkan dalam sejumlah riwayat. Dimasyq merupakan kamp Muslimin selama
perang besar (Al-Malhamah Al-Kubra).
Akan tetapi, setiap Muslim yang
tidak bisa hadir dan berjihad serta mendukung Daulah Islam bisa melakukannya di
mana pun dia berada, sebagaimana yang diperintahkan oleh Khalifah (ḥafizhahullāh) dalam pesan terakhirnya. Do’a yang sederhana dari
ikhwah Muslim kita yang sedang melakukan ribath saja merupakan dukungan –
sebuah dukungan besar bagi kami. Setiap kemajuan yang dilakukan Khilafah terhadap
Nushairiyyah dan Rafidhah, setiap perwujudan dari persatuan melalui bai’at
kepada Khilafah, dan setiap serangan melawan para pendukung Shahwah – pihak
salibis dan Alu Salul – akan mengokohkan mujahidin di Dimasyq.
Semoga Allah memudahkan
prajurit-prajurit Khilafah untuk membebaskan Dimasyq.
Jazākumullāhu khairan.
Source: DABIQ 9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar