8/17/2019

WAWANCARA BERSAMA AMIR WILAYAH KAMP YARMUK


WAWANCARA BERSAMA AMIR
WILAYAH KAMP
YARMUK

Dābiq: Kapan awal terjadinya pengepungan atas Kamp Al-Yarmuk dan apa pengaruhnya bagi penduduk kamp?
Yarmūk: Segala puji bagi Allah Yang Maha Kuat lagi Maha Agung. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada ksatria yang murah senyum, kepada para sahabat dan keluarganya.
             Ammā ba’du: Ya Allah, tiada yang mudah selain apa yang Engkau jadikan mudah dan Engkau membuat kesedihan menjadi mudah jika Engkau kehendaki.
Ya Allah, anugerahi kami syahadah di atas jalan-Mu sepenuhnya dengan mengharap wajah-Mu.
Pada kenyataanya, pengepungan total atas Dimasyq Selatan dimulai sejak empat tahun lalu. Pengecualian atas pengepungan tersebut ialah Kamp Al-Yarmuk. Pihak Rezim berkonspirasi dengan para pemimpin Free Syrian Army di kawasan itu untuk menjaga agar kawasan tetap terbuka dalam rangka mengosongkan gudang-gudang besar yang ditemukan di Distrik ‘Aqraba dan Bait Sahm. Di kedua wilayah itu terdapat gudang milik Rezim yang menyimpan suplai bahan makanan pokok, seperti gula, beras, bulgur, dan lain-lain, mereka menggunakan Kamp Yarmuk sebagai jalan lintas untuk memindahkan suplai makanan ini keluar dari gudan.
Menurut rencana jahat ini Pihak Rezim akan bekerja selama kira-kira satu tahun, hingga dipastikan bahwa gudang dan pabrik-pabrik besar benar-benar kosong dan tidak ada yang tersisa di daerah tersebut kecuali sedikit yang mencukupi kaum Muslimin selama satu atau dua bulan. Pekerjaan diselesaikan di bawah pengawasan Aknaf Bait Al-Maqdis dan merekalah yang mengawasi satu-satunya jalan menuju kamp tersebut. Jalan itu ditutup pada 15 Ramadhan 1433. Pada saat itulah kelaparan menyerang kaum Muslimin dan kematian mulai merenggut nyawa mereka hingga mencapai 170 orang karena kurangnya persediaan makanan dan kelaparan.

Dābiq: Apa hubungan antara Aknaf Bait Al-Maqdis dan Hamas? Apakah Hamas mengambil bagian secara militer, operasional, politik, atau lewat propaganda, dalam perang melawan Daulah Islam?
Yarmūk: Aknaf Bait Al-Maqdis adalah cabang Hamas di Dimasyq Selatan.
Fraksi ini didirikan di masa-masa awal peristiwa di Syam untuk tujuan fundamental, membentuk suatu kekuatan internal yang dianggap “revolusioner” di mana pada saat bersamaan berperan sebagai penjaga yang melindungi Dimasyq yang dikendalikan Rezim; dan Aknaf berhasil melakukan peran ini. Adapun apa yang terkait dengan hubungan antara Hamas dan Aknaf, nama-nama ketiga pemimpin yang mendirikan faksi ini adalah sebagai berikut. Abu Ja’far, komandan umum Aknaf Bait Al-Maqdis, seorang tokoh terkenal di Hamas. Abu Ahmad Az-Zaghmut, dikenal sebagai “Sang Kanselir”, adalah komandan militer. Posisi sebelumnya di Hamas ialah pengawal pribadi Khalid Misy’al. Nidal Abu Al-A’la, anggota pendiri Aknaf, dulu bekerja sebagai seorang pengawal pribadi bagi pemimpin Hamas terkemuka, Abu Marzuq.

Kami memiliki rekaman percakapan seseorang yang disebut “Abu Shuhaib” Yahya Haurani. Dia adalah komandan kamp Asy-Syathat dan merupakan link yang menghubungkan antara Hamas dan komandan umum Aknaf; Abu Ja’far. Percakapan ini mengungkap dukungan yang diberikan kepada Aknaf oleh Hamas.

Adapun peperangan Aknaf terhadap Daulah Islam, pada saat diumumkannya Daulah Islam, Aknaf tidak berani mengobarkan perang melawan Daulah Islam secara mliter. Mereka merasa cukup dengan perang melawan Daulah Islam secara ideologi, politik, dan melalui propaganda. Akan tetapi, setelah diumumkannya Khilafah Islamiyyah pada 1 Ramadhan 1435 H dan disebabkan oleh keserakahan faksi-faksi dan Shahwah yang didirikan di kawasan tersebut, untuk pertama kalinya Aknaf berpartisipasi secara militer dalam perang melawan Daulah Islam. Perang berlangsung selama 8 bulan. Pada saat itu, kami berjumlah sedikit sementara Shahwah berjumlah lebih banyak daripada kami.
Akan tetapi, hanya dengan karunia Allah, kami mampu mengusir mereka dari Al-Hajar Al-Aswad, benteng pertahanan Daulah Islam di Dimasyq. Kami membuat mereka mengalami kerugian jiwa yang besar dengan meninggalkan lebih dari 300 tentara mereka yang cedera dan terbunuh. Sebagian besar yang cedera dibawa ke rumah-rumah sakit milik Rezim untuk dirawat.

Dābiq: Apa kesepakatan antara Aknaf Bait Al-Maqdis dan Rezim Nushairiyyah? Sebutkan secara terperinci bentuk “rekonsiliasi” yang dilakukan kedua belah pihak yang hampir terlaksana?
Yarmūk: Persetujuan itu bertujuan untuk menjadikan Kamp Yarmuk netral dalam konflik yang sedang berlangsung di kawasan tersebut dan menyerahkannya kepada faksi-faksi Palestina yang bersekutu dengan Rezim Nushairiyyah yang diwakili oleh milisi “Perintah Jenderal” milik Ahmad Jibril, Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), dan sejumlah faksi lainnya. Sang “Kanselir” Abu Ahmad ditugaskan untuk mengadakan negosiasi dan pengambilalihan. Dia ditunjuk oleh Abu Ja’far dan mulai mengadakan kerjasama tersebut di sebuah acara fashion terbuka di akhir rencana. Sumber-sumber keamanan kami yakin adanya pengkhianatan ini.

Persoalan meningkat menjadi penyelundupan amunisi dan perlengkapan militer lewat kotak-kotak bantuan. Dan hal inilah yang memaksa kami secepatnya melakukan intervensi dan menghancurkan misi tersebut.

Dābiq: Setelah Daulah Islam mengambil alih kamp, terdapat laporan yang saling bertentangan mengenai tentara faksi Aknaf. Beberapa laporan mengklaim bahwa mereka menyerahkan diri mereka kepada Rezim Nushairiyyah, lainnya mengklaim bahwa mereka bertaubat dan berbai’at kepada Daulah Islam, dan yang lainnya lagi mengklaim bahwa mereka kabur ke wilayah Rezim Nushairiyyah dan bertempur bersama-sama dengan Rezim melawan Daulah Islam. Sebenarnya apa yang terjadi dengan faksi ini? Apakah masih eksis?
Yarmūk: Dengan masuknya Daulah Islam ke kamp serta serangan kuat yang menghancurkan Aknaf dan seluruh faksi di kawasan tersebut, maka Aknaf terpecah menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama menyerahkan diri kepada Daulah Islam sehingga darah mereka terselamatkan. Jumlah mereka hampir mendekati 70 orang. Hal ini terjadi setelah situasi di depan mereka menjadi jelas dan setelah mereka menyaksikan pengkhianatan Aknaf dengan mata kepala mereka sendiri, termasuk para pemimpin Aknaf yang pergi ke pihak Rezim setelah dikepung di pinggiran kamp dan kembalinya mereka ke kawasan tersebut dari arah jalan lintas Sidi Miqdad setelah diberikan rencana-rencana baru, personel, dan amunisi untuk berperang melawan Daulah Islam.
            
Terdapat kesaksian dari beberapa anggota yang menyatakan bahwa Rezim menyediakan amunisi dan makanan bagi mereka serta masuknya unsur-unsur Rezim untuk berperang melawan Daulah Islam bersama-sama dengan Aknaf.

Kelompok kedua Aknaf bergabung dengan milisi “Perintah Jenderal” milik Ahmad Jibril. Mereka dan juga Rezim saat ini tengah berperang di pinggiran kamp.

Kelompok ketiga kembali bergabung dengan kepemimpinan Aknaf, yaitu di kawasan “rekonsiliasi”: Yalda, Babila, dan Bait Sahm. Setelah mereka meninggalkan kamp, pihak Rezim mengembalikan mereka ke wilayah tersebut lewat jalan Sidi Miqdad dan kini mereka berperang bersama milisi Zahran ‘Allusy dan faksi-faksi lain melawan Daulah Islam.

Dābiq: Terdapat laporan bahwa beberapa faksi menimbun makanan yang dikirim ke kamp, 1 kilogram beras sekarang harganya lebih dari 13.000 Pound Suriah, dan ratusan orang mati karena kelaparan. Apakah benar bahwa beberapa faksi mendapatkan keuntungan dari pengepungan dengan mengorbankan Muslimin  di dalam kamp? Siapa saja pemimpinpemimpin dan faksi-faksi tersebut?
Yarmūk: Setelah menyerang kamp, Daulah Islam menemukan gudang penyimpanan milik Aknaf, berisi makanan yang ditimbun setelah Aknaf memandangnya sebagai bentuk pendistribusian bantuan makanan ke kamp.

Bukan rahasia lagi bagi siapa pun di dalam kawasan tersebut bahwasanya faksi-faksi pejuang semacam Liwa’ Al-Islam, Ababil Hauran, dan Syam Ar-Rasul tidak pernah mengalami dampak dari pengepungan. Mereka biasanya menyimpan makanan untuk mereka sendiri dan para pejuangnya. Harganya pun terkadang bisa mencapai titik tertinggi. Harga 1 kilogram beras dan bulgur mencapai 15.000 Pound Suriah. Banyak bukti atas faksi-faksi ini dan kami memiliki foto gudang Liwa’ Al-Islam setelah menyerang mereka di kawasan Yalda. Gudang mereka penuh dengan persediaan makanan. Isinya tidak hanya dipenuhi oleh makanan pokok, tetapi juga makanan mewah semacam halva, kacang, biji-bijian, dan kurma. Faksi-faksi ini tidak berhenti memperjualbelikan kelaparan kaum Muslimin di kawasan-kawasan “rekonsiliasi” sampai sekarang dan mereka menimbun sebagian besar suplai makanan yang memasuki kawasan. Bagian terbesar dari pencurian ini jatuh ke tangan “para syaikh” “rekonsiliasi”. Mereka juga merencanakan untuk mengosongkan kamp yang berisi penduduk Muslim dengan menetapkan bahwa bantuan makanan hanya akan didistribusikan kepada para keluarga Yarmuk yang tinggal di kawasan “rekonsiliasi.”

Dābiq: Bagaimana orang-orang yang ada di dalam kamp ketika menerima tentara Daulah Islam?
Yarmūk: Dikarenakan perang propaganda yang besar dan tuduhan yang licik dari media, maka terjadi ketakutan besar dari kaum Muslimin di dalam kamp, karena gambaran mengenai Daulah Islam ialah bahwasanya mereka senang membunuh dan menyembelih serta mereka membunuh orang-orang berdasarkan kecurigaan. Mereka juga menuduh bahwa Daulah Islam akan memotong jari-jemari para perokok. Banyak tuduhan dusta juga disebarkan oleh musuh-musuh Daulah Islam.

Kami menyaksikan lebih dari satu kejadian mengharukan pada hari-hari pertama pembebasan kamp. Suatu ketika, seorang Muslimah keluar bersama anak-anaknya dan meminta kepada kami untuk membunuhnya dan tidak menjadikannya sebagai budak! asbiyallāhu wani’ma al-wakīl!

Setelah itu kami memberinya roti dan bantuan serta menjelaskan semuanya kepadanya. Setelah beberapa hari, dia kembali dan membela Daulah Islam seraya berkata, “Demi Allah, aku tidak pernah melihat sesuatu apa pun dari mereka selain kebaikan. Apa yang mereka berikan kepada para penghuni kamp dalam beberapa hari tidak pernah kami dapatkan dari faksi-faksi itu selama bertahun-tahun!”

Dābiq: Bagaimana kondisi kamp saat ini?
Yarmūk: Situasi di dalam kamp sekarang baik, alhamdulillah. Sekarang kamp berada di bawah naungan Khilafah.

Dengan adanya bantuan makanan membuktikan; pertama, sebagai karunia dari Allah (‘Azza wa Jalla), dan kedua, karena masuknya tentara Khilafah ke dalam kamp. Tetapi situasi ini tidak disukai pihak Rezim Nushairiyyah dan para anteknya di kawasan tersebut, maka pihak Rezim mulai menjatuhkan ratusan barel bom dan roket serta menghasut sejumlah orang untuk mendukung para syaikh jahat untuk mengusir Daulah Islam dari kamp tersebut. Mereka menggunakan berbagai bentuk tekanan dari luar dan dalam. Satu bentuk tekanan berupa penyebaran pos perbatasan antara kawasan “rekonsiliasi” dan kamp sebagaimana juga pemblokiran terhadap suplai bahan makanan apa pun bagi penduduk kamp dan Al-Hajar Al-Aswad supaya tidak masuk.

Mereka mulai menahan para pemuda dari Al-Hajar Al-Aswad atau kamp tersebut. Sebagaimana telah saya sebutkan sebelumnya, mereka juga secara khusus mendistribusikan bantuan makanan ke kawasan “rekonsiliasi.” Hal ini terlaksana melalui milisi “Perintah Jenderal”, karena milisi ini setia kepada Rezim.

Dābiq: Banyak kaum Muslimin yang berharap bahwa pembebasan kamp adalah satu langkah menuju pembebasan Dimasyq. Bagaimana anda melihat masa depan perang melawan Rezim Nushairiyyah setelah pembebasan kamp?
Yarmūk: Tujuan pertama dan asasi kami ialah membebaskan Dimasyq, sedangkan membebaskan Kamp Yarmuk merupakan langkah awal bagi terealisasinya tujuan ini.

Bagaimanapun, hal ini tidaklah mudah. Kami mohon kepada Allah agar menguatkan kami, sehingga kami bisa membebaskan Dimasyq, Al-Quds, dan Roma. Namun ada perkara yang perlu disebutkan, yaitu banyak faksi di kawasan tersebut didirikan dan diciptakan demi melindungi wilayah Dimasyq yang dikuasai Rezim dan berusaha menghalang-halangi upaya kami memasuki Dimasyq.

Daulah Islam mengobarkan perang melawan faksi-faksi ini dan mengungkap makar mereka, termasuk mereka yang berada di “Pengawal Dimasyq” di Divisi 4. Daulah Islam terus maju guna menghancurkan divisi ini dan membinasakan para pemimpinnya, tetapi Allah menentukan bahwa sang komandan divisi, seseorang yang dipanggil “Bayan Maz’al”, lolos. Kini dia bekerja di dalam salah satu departemen intelijen Rezim.

Faksi kedua yang didirikan sebagai alternarif bagi Divisi 4 adalah Aknaf dan mereka telah dihancurkan, dengan karunia Allah. Alternatif baru yang telah muncul sekarang ini ialah Liwa’ Syam Ar-Rasul dan milisi Zahran ‘Allusy. Dengan izin Allah, pembersihan mereka dari kawasan tengah berlangsung saat ini, sebagaimana persiapan untuk perang Dimasyq.

Dābiq: Bagaimana kondisi wilayah dekat kamp  seperti Al-Hajar Al-Aswad dan Yalda?
Yarmūk: Kawasan selatan Dimasyq terbagi menjadi dua bagian. Bagian pertama telah bergabung ke dalam “rekonsiliasi” dengan pihak Rezim dan secara berangsur kembali berada di bawah kontrol Rezim. Ini terdiri dari Yalda, Babila, dan Bait Sahm yang didominasi oleh Shahwah dan diperintah oleh tiga tokoh yang setia kepada Rezim Nushairiyyah. Delegasi dari Rezim terdiri dari pegawai dan pejabat yang memasuki kawasan setiap harinya. Semua ini terjadi di bawah pengawasan orang-orang yang disebut “mujahidin” “Liwa’ Al-Islam” dan faksi-faksi lainnya.

Bagian kedua ialah Al-Hajar Al-Aswad, Al-Yarmuk, dan At-Tadamun, yaitu wilayah-wilayah yang ditempati tentara Khilafah. Pertempuran di sana sangat keras, garis depannya terus berkobar, dan pemboman atas tempat-tempat ini terjadi setiap hari. Dengan karunia Allah, daerah-daerah ini sekarang berada di bawah hukum Allah.

Dābiq: Apa peran “Jaisy Al-Islam,” Front “Islam”-nya, dan Zahran ‘Allusy dalam perang melawan Daulah Islam? Apakah ada kerjasama antara mereka dan faksi Syabbihah serta rekonsiliasi?
Yarmūk: Tugas Jaisy Al-Islam dan faksi-faksi lain di kawasan itu hanya sekedar mengarahkan senjata mereka kepada Daulah Islam dan para pendukungnya, sementara keadaan front-front Shahwah dengan pihak Rezim tenang. Kami belum melihat adanya konflik di antara mereka (pihak Rezim dan Shahwah) selama kurang lebih setahun.

Selain itu, sebagaimana telah kami sebutkan sebelumnya, mereka mengamankan “rekonsiliasi” di tiga kawasan dan menggunakan militer, senjata, dan amunisi mereka untuk memerangi Daulah Islam. Delegasi media, termasuk saluran media Rafidhah, masuk di bawah perlindungan faksi-faksi ini, sementara Angkatan Bersenjata Nasional dibentuk oleh anggota-anggota dari faksi-faksi ini dan kantor-kantor mereka ada di dalam kawasan “rekonsiliasi” ini.

Konvoi militer Rezim masuk dan keluar dari pos perbatasan Front “Islam” milik ‘Allusy. Semua upaya yang dilakukan Shahwah untuk menyerang posisi-posisi Daulah Islam diawali oleh serangan udara Rezim terhadap posisi-posisi tersebut. Dalam beberapa hari terakhir, kami mampu melihat sejumlah besar amunisi memasuki wilayah-wilayah tersebut yang secara khusus didistribusikan di antara faksi-faksi yang memerangi Daulah Islam. Hal penting untuk dicatat bahwa kapan pun Shahwah memulai peperangan melawan Daulah Islam, bantuan mengalir ke daerah-daerah “rekonsiliasi” dan para pendukungnya menyalurkan sejumlah besar uang kepada faksi-faksi ini (Jaisy Al-Islam, Syam Ar-Rasul, Ababil Hauran) yang menyebut diri mereka moderat.

Dābiq: Sekarang apa rencana Shahwah terhadap Wilayah Dimasyq umumnya dan Kamp Yarmuk khususnya?
Yarmūk: Formasi koalisi untuk memerangi Daulah Islam, khususnya di Dimasyq Selatan terjadi selama beberapa minggu dan bulan terakhir.

Musuh-musuh agama ini sebagian besar bergantung kepada Zahran ‘Allusy yang melaksanakan makar Barat dan boneka-bonekanya di Teluk. Akhir-akhir ini, Zahran mengirim sebuah pesan yang meyakinkan kembali Barat dan para pendukungnya di antara thawaghit Teluk lewat sejumlah pernyataan yang dipublikasikan di jaringan-jaringan sosial, di mana dia menyebarkan semua pasukannya untuk memerangi Daulah Islam, sehingga meninggalkan semua garis depannya terhadap Rezim dalam keadaan tenang dan tidak memobilisasi pasukan bersenjata ini untuk menghentikan pengepungan atas Ghuthah bagian timur.

Mobilisasi ini tampak di Al-Qunaithirah dan Al-Qalamun. Dalam beberapa hari terakhir, pihak Rezim memberi jalan bagi konvoi Jaisy Al-Islam untuk keluar dan pergi ke arah Qalamun Timur guna memerangi Daulah Islam atas nama mereka. Koalisi ini juga tercermin di tempat lain dalam jumlah besar, yaitu di Dimasyq Selatan secara umum dan di Kamp Yarmuk secara khusus. Terdapat rencana besar yang diadakan faksi-faksi ini (Jaisy Al-Islam, Syam Ar-Rasul, dan Ababil Hauran) untuk mengepung Daulah Islam di Dimasyq Selatan. Faksi-faksi ini mengadakan rencana dan mulai memerangi Daulah Islam untuk mengusirnya dari kawasan “rekonsiliasi” yang terencana karena Khilafah menolak total sebuah “rekonsiliasi” dan memerangi serta menahan setiap orang yang berupaya ke arah tersebut. Dengan cepat, Daulah Islam membongkar makar jahat ini dan mulai menggagalkannya.

Dengan pertolongan Allah, rencana untuk mengalihkan kawasan ke Rezim Nushairiyyah akhirnya dikalahkan.

Dābiq: Apakah di antara faksi ini ada yang memperlihatkan ketertarikan untuk bergabung dengan Daulah Islam? Apakah ada sebagian tentara dan pasukan dari faksi-faksi itu datang dan berbai’at kepada Daulah Islam?
Yarmūk: Setelah menghancurkan Shahwah di kawasan Al-Hajar Al-Aswad dan setelah kemenangan besar yang Allah karuniakan kepada Daulah Islam, tentara yang berasal dari faksi-faksi yang memerangi Daulah Islam menemukan diri mereka berada dalam persimpangan jalan. Setelah perang ini, Daulah Islam tumbuh semakin kuat daripada sebelumnya, sehingga dengan demikian, hakikatnya mulai terlihat bagi orang-orang yang mencari kebenaran. Maka banyak prajurit dari faksi-faksi ini segera ikut dalam seminar-seminar syari’ah yang diadakan oleh Daulah Islam. Ada ratusan orang yang menghadirinya, dan segala puji hanya bagi Allah. Kami menyaksikan banyak bai’at dari batalyon terkenal di kawasan tersebut yang secara penuh bergabung ke dalam Daulah Islam.

Dābiq: Mengapa pihak Rezim berusaha untuk menggunakan bom-bom barel terhadap kamp?
Yarmūk: Apa yang terjadi pada tempat mana pun yang dikuasai Daulah Islam ialah pihak Rezim mengadakan berbagai macam serangan udara terhadapnya. Serangan udara Rezim ini mengandung sejumlah tujuan, di antaranya ialah memaksa penduduk lokal meninggalkan wilayah-wilayah yang dikuasai Daulah Islam dan memasuki wilayah-wilayah “rekonsiliasi” sehingga dengan demikian, mereka menguatkan peperangan Shahwah melawan Daulah Islam. Selain itu, mereka memberi pesan kepada masyarakat bahwa kawasan mana pun yang dikuasai oleh Daulah Islam akan dihancurkan secara total. Sebagai hasilnya, setiap upaya yang dilakukan Daulah Islam untuk merebut kawasan-kawasan lainnya akan membuat takut penduduk di kawasan-kawasan tersebut. Mereka juga menjalankan usaha pihak Rezim yang sia-sia untuk menghambat Daulah Islam agar tidak lagi bergerak maju. Ini membuktikan hancurnya militer Rezim.
            
Setiap kali Daulah Islam maju dan menghasilkan kerugian besar di pihak tentara dan milisi Nushairiyyah, sebagai pembalasan, Rezim kemudian mengadakan serangan udara secara membabi buta terhadap tempat-tempat yang dihuni Muslimin.

Dābiq: Apa yang anda lihat dari kunjungan Zahran ‘Allusy akhir-akhir ini ke Turki? Apakah menurutmu orang-orang murtad itu akan membawa “Badai Keputusan” ke Syam dalam rangka membela Shahwah?
Yarmūk: Kunjungan Zahran ‘Allusy ke Turki serta pertemuannya dengan sejumlah pemimpin utama faksi yang berperang di Syam memiliki berbagai dimensi dan konsekwensi tersendiri. Bahkan, demonstrasi militer yang ditunjukkan tentara Zahran di Al-Ghuthah dalam rangka acara kelulusan untuk seminar latihan dasarnya adalah pesan bagi bangsa-bangsa di Barat dan boneka-boneka mereka di Teluk, mengindikasikan bahwa mereka siap untuk mengamankan ibukota Dimasyq.

Dengan keberangkatan Zahran ke Turki, sejumlah faksi di sebelah timur Ghuthah membubarkan diri dan bergabung dengan tentara Zahran. Kami percaya bahwa akan ada dukungan besar untuk Zahran ‘Allusy dari Teluk dan Barat agar dia memasuki ibukota, bahkan seandainya perkara tersebut membutuhkan sebuah “badai keputusan,” seperti yang terjadi di Yaman.

Dābiq: Anda tahu betapa pentingnya Dimasyq bagi masa depan Islam, Al-Malahim, dan Al- Malhamah Al-Kubra. Bagaimana caranya agar kaum Muslimin bisa membantu mujahidin di Wilayah Dimasyq saat ini?
Yarmūk: Betapa qudwah asanah kita dan Rasul yang mulia (shallāllāhu ‘alaihi wasallam) memuji Dimasyq, dan hal ini disebutkan dalam sejumlah riwayat. Dimasyq merupakan kamp Muslimin selama perang besar (Al-Malhamah Al-Kubra).

Akan tetapi, setiap Muslim yang tidak bisa hadir dan berjihad serta mendukung Daulah Islam bisa melakukannya di mana pun dia berada, sebagaimana yang diperintahkan oleh Khalifah (afizhahullāh) dalam pesan terakhirnya. Do’a yang sederhana dari ikhwah Muslim kita yang sedang melakukan ribath saja merupakan dukungan – sebuah dukungan besar bagi kami. Setiap kemajuan yang dilakukan Khilafah terhadap Nushairiyyah dan Rafidhah, setiap perwujudan dari persatuan melalui bai’at kepada Khilafah, dan setiap serangan melawan para pendukung Shahwah – pihak salibis dan Alu Salul – akan mengokohkan mujahidin di Dimasyq.

Semoga Allah memudahkan prajurit-prajurit Khilafah untuk membebaskan Dimasyq.

Jazākumullāhu khairan.


Source: DABIQ 9

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...