BAGAIMANA AKU
MEMELUK ISLAM
Oleh : Ummu Khalid
al-Finlandiyyah
Aku berasal dari Finlandia,
sebuah negara "Kristen" dimana orang-orang tidak berpegang kuat
kepada agama rusak mereka. Sebagian besar dari mereka mengatakan bahwa mereka
adalah pemeluk Kristen namun tidak benar-benar mempraktekkan keimanan semu
mereka. Mereka mungkin pergi ke gereja saat ada pernikahan atau pemakaman, tapi
kebanyakan dari mereka tidak tahu banyak mengenai agama menyimpang mereka,
meskipun mereka bangga dengannya; maka aku tidak melihat agama Kristen tampak
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Dalam kasusku, aku kurang lebih
sama dengan yang lain. Setiap orang harus mempelajari agama di sekolah,
disanalah pengetahuanku tumbuh. Namun, sebelum itu, ibuku mengirimku ke sekolah
Minggu, meskipun dia bukanlah seorang yang religius. Aku sendiri hanya pergi ke
sana untuk mendapat stiker, dan aku tidak merasa benar-benar belajar atau
mengerti sesuatu di sana. Aku belajar lebih banyak di sekolah, tapi Kristen
sekarang sangat membingungkan.
Apa yang mereka ajarkan secara
umum adalah bahwa cukup kalian percaya pada Yesus sebagai Juru selamat kalian,
yang dikatakan mati karena dosa-dosa kalian, maka kalian akan selamat. Dan hal
ini sulit untuk kuterima karena itu benar-benar tidak masuk akal bagiku.
Meskipun kebingungan ini, aku selalu percaya pada Sang Pencipta. Orang tuaku,
seperti kebanyakan orang, tidak pernah benar-benar berbicara tentang agama.
Kami merayakan Natal dan Paskah, tapi Kristen tidak banyak berdampak pada
hidupku.
Pada usia 16, aku dikirim ke
sejenis perkemahan dimana engkau harus memeluk agama lagi, tapi melakukannya dengan
pikiran yang independen. Sekali lagi, pengajarannya tidak masuk akal tapi
karena orangtuaku mengirimku, aku melakukannya untuk mereka, dan juga karena
akan ada pesta besar di akhir acara, dimana kami akan mendapat berbagai macam
hadiah.
Hal utama yang tidak masuk akal
bagiku mengenai agama Kristen adalah Trinitas. Aku begitu heran, bagaimana
mungkin "anak" Allah disalib? Bagaimana mungkin satu
"bagian" dari Allah – menurut Trinitas – disalib? Bagaimana mungkin
seorang manusia menjadi Tuhan, dan kemudian dihinakan dan mati dengan hina? Aku
selalu amat kebingungan, dan tidak pernah berdoa kepada Yesus. Ketika aku
berdoa, aku berdoa kepada Tuhan. Ketika aku masih muda, aku tidak benar-benar
memperhatikan pemikiran ini. Aku berpikir tentang semua itu di sana-sini, tapi
aku tidak tahu bagaimana menggali lebih dalam dan mengeksplorasi pikiran, dan
aku tidak memiliki keyakinan bahwa aku berada dalam agama yang benar. Lalu di sekolah,
mereka memperkenalkan hal-hal seperti evolusi dan teori big bang, dan ini hanya
membuatnya lebih membingungkan. Pada akhirnya, aku tetap tidak tahu apa yang
harus dipercaya, tapi aku selalu beriman kepada Pencipta dan bahwa hanya Dia
saja yang wajib disembah.
Aku pertama kali mendengar
tentang Islam saat kami melakukan studi agama di sekolah. Kami membahas sejumlah
agama yang berbeda, termasuk Islam. Dalam kelas pertama, sang guru – yang
bahkan bukan Muslim – membacakan syahadat dalam bahasa Arab dan kemudian
menjelaskan kepada kami bahwa itu adalah kesaksian keimanan dalam agama Islam.
Kami belajar tentang lima rukun Islam pada tingkat sangat dasar, tetapi
beberapa hal digambarkan dengan cara yang tampak tidak masuk akal bagiku.
Sebagai contoh, kami diberitahu bahwa selama bulan puasa Ramadhan, umat Muslim
tidak makan dan minum sepanjang hari tetapi mereka terjaga sepanjang malam, makan
dan berpesta. Pertemuan berikutnya dengan Islam ialah ketika aku menikah.
Suamiku dibesarkan di keluarga Muslim
tapi dia tidak mempraktekkannya sama sekali. Kami memiliki anak-anak bersama tapi
bercerai beberapa tahun kemudian.
Saat itu, aku benar-benar ingin mempelajari tentang Islam, dan karena
peristiwa 11 September yang diberkahi, aku selalu melihat Islam diolok-olok
oleh media, tapi aku masih
penasaran dan ingin mengetahui lebih lanjut tentang agama ini. Di saat yang
sama, aku memiliki tetangga yang mengenalkanku tentang Islam beberapa tahun
sebelumnya. Dia meminjamiku salinan Al-Qur'an yang diterjemahkan ke dalam
bahasaku. Terjemahannya tidak begitu baik, tapi dia pandai dalam menjelaskan,
jadi jika ada yang tidak kupahami, dia akan menjelaskannya untukku. Hal yang
paling menggugahku adalah ketika aku membaca ayat-ayat Al-Qur'an mengenai
Neraka dan pembalasan di Akhirat.
Tidak lama kemudian, aku
menyadari bahwa agama ini benar-benar di atas kebenaran. Aku mulai belajar sendiri
untuk shalat karena kupikir aku harus belajar segala sesuatu sebelum menjadi
Muslim. Harus kuakui, aku takut dan gugup karena banyak hal yang tidak aku
pahami. Dalam hati aku bertanya-tanya, "Bagaimana reaksi orang tuaku jika
aku menjadi seorang Muslim? Bagaimana reaksi rekan-rekanku?" Rasanya seperti
ujian yang berat meskipun aku menyadari dalam hatiku bahwa aku harus melakukannya. Maka suatu hari ketika aku
pulang kerja dan melihat tetanggaku di bis, aku bertanya, "Maukah kau
mengajariku tata cara shalat?
Ia menjawab dengan bertanya, "Apakah kamu ingin menjadi seorang
Muslim?" Saat itu, aku merasa diriku berpikir, "Ya, aku mau."
Jadi aku menjawab, "Ya," dan seketika itu dia dan suaminya mulai
menangis. Aku mengucapkan syahadat di rumah mereka dan mereka mulai mengajariku
tata cara shalat. Itu perasaan yang luar biasa. Setelah terus menerus mencari
kebenaran, menemukannya merupakan suatu kelegaan. Aku merasa begitu tentram.
Aku tak bisa mengatakan bahwa
segalanya menjadi mudah setelah menjadi seorang Muslim, tapi itu tetap memberikan
kebahagiaan di hatiku. Urusannya tidak mudah dengan orang tuaku. Pada awalnya,
mereka tidak banyak bereaksi, tapi setahun kemudian ketika aku menikah lagi,
mereka mulai memiliki masalah dengannya. Ketika aku mulai mengenakan jilbab,
mereka mempersulitnya. Mereka mendebat, "Bahkan seorang Muslim yang
dibesarkan di keluarga Muslim tidak memakainya, mengapa kamu harus
memakainya?" Mereka tidak menyukainya, dan lucunya adalah
bagaimana kekristenan mereka
muncul lebih dari sebelumnya pada saat itu. Sebelumnya, mereka tidak pernah
membicarakan tentang agama Kristen sama sekali, tapi tiba-tiba mereka mulai
membicarakannya lebih sering, seperti berkata, "Ini adalah agama nenek
moyang kita."
Semua itu adalah untuk mencoba
membawaku kembali ke agama mereka. Begitu pula yang kurasakan pada
rekan-rekanku, yang bertanya
padaku mengapa aku membuat keputusan ini. Itu terjadi karena akulah
satu-satunya Muslim yang mereka temui secara rutin. Aku tinggal di ibukota, dan
meskipun ada orang-orang Muslim di sana, namun tidaklah sama seperti di negara-negara
Eropa lainnya; komunitas Muslim di sana sangat kecil. Karena kecilnya komunitas,
dalam tahun pertama sebelum aku menikah ketika aku mencoba untuk mempelajari
lebih lanjut tentang Islam, aku tidak memiliki banyak akses ke orang-orang yang
berilmu.
Sulit menemukan seseorang untuk
mengajariku karena ia bisa saja siapa pun, mengajar apapun, dan, tentu saja,
ketika kamu orang baru, kamu tidak tahu banyak hal. Karena tidak ada Muslim
yang kuat di sekitarku, aku mencoba untuk melakukan penelitian sendiri, dan
sulit untuk menemukan informasi yang tepat, meski demikian, Allah selalu
membukakan jalan bagi kebenaran sehingga menjadi jelas bagiku. Urusan ini
menjadi sedikit lebih mudah setelah aku menikah karena aku mendapat dukungan di
rumah. Pada satu ketika, suamiku mulai memberitahuku tentang jihad dan tentang
memiliki aqidah yang lurus.
Aku kemudian terlibat dalam
dakwah. Aku ikut mengorganisir para akhwat dan anak-anak dalam acara-acara di
masjid lokal dan aku mengadakan acara bagi para saudara Muslimah yang baru
masuk Islam. Pada saat itu, aku tidak benar-benar berpikir tentang hijrah (berpindah
ke negara Islam), tapi hal itu segera berubah. Apa yang akhirnya membangunkanku
adalah ketika pihak berwenang kafir menangkap suamiku dengan tuduhan terorisme.
Mereka menangkapnya di jalan. Sedangkan aku di rumah dengan anak-anakku dan
mereka datang dan mulai menggeladah rumah.
Itu adalah guncangan hebat.
Mereka akhirnya menahan suamiku di penjara cukup lama sementara mereka terus
menyelidiki kasus tersebut. Walaupun sulit, itu mungkin hal terbaik yang
terjadi padaku, karena ia membuka mataku mengenai pentingnya hijrah, tapi segala
ujian ini menyulitkan.
Alhamdulillah, ada beberapa
ikhwan dan akhwat yang berada di atas aqidah yang lurus dan merupakan sumber
dukungan yang kuat. Jumlah mereka tidaklah banyak, tapi karena mereka berada di
manhaj yang lurus, itu tidaklah menjadi masalah. Ketika Khilafah
dideklarasikan, kami tahu kemana kami harus pergi dan apa yang kami inginkan.
Sebagai Muslim, kita harus berlepas diri dari orang-orang kafir dan hidup di
bawah Khilafah. Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda
"Aku berlepas diri dari setiap Muslim yang tinggal di tengah-tengah kaum musyrikin."
Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, mengapa demikian?" Beliau
menjawab, "Api (cahaya) di rumah mereka tidak boleh saling terlihat"
(Abu Dawud dan at-Tirmidzi).
Setelah suamiku keluar dari
penjara, kami berpikir akan sulit untuk melakukan hijrah karena setiap negara
kemungkinan akan diberi peringatan tentang niatnya untuk melakukan perjalanan.
Dia berusaha keras untuk menemukan cara untuk sampai ke bumi Khilafah dan,
alhamdulillah, ketika Allah menghendaki untuk membuka jalan bagi seseorang,
tidak ada yang dapat menutupnya. Dan akhirnya kami mampu untuk melakukan hijrah
tanpa masalah. Kami bermimpi tentang hal itu dan berdoa untuk itu begitu lama
sampai Allah membuatnya mudah bagi kami.
Aku bahkan tak mampu
menggambarkan perasaan ketika akhirnya engkau menyeberang perbatasan dan masuk
di negeri Khilafah. Ini sungguh sebuah karunia dari Allah untuk dapat hidup di
bawah naungan Khilafah. Begitu banyak orang yang melakukan berbagai upaya untuk
datang kesini tapi belum berhasil. Tentu saja, saat engkau datang ke Khilafah,
setelah mengorbankan segala sesuatu demi Allah, engkau akan terus diuji. Engkau
akan melihat kesulitan dan ujian, namun setiap hari engkau akan bersyukur
kepada Allah karena memberimu kesempatan untuk berhijrah dan hidup di bawah
Syari'at. Hidup di Daulah Islam sungguh merupakan sebuah rahmat. Engkau akan
berhadapan dengan ujian dan kesulitan, ketika engkau tidak terbiasa dengan
makanan dan perubahan hidup, engkau mungkin tidak mengerti bahasa lokal, engkau
mungkin akan mendengar bom dan anak-anak ketakutan karenanya, namun tidak ada
satupun dari kesulitan-kesulitan itu yang mampu menghilangkan rasa syukurmu pada
Allah yang telah memberimu kesempatan untuk berada di sini.
Begitu pula, hanya ketika engkau
merasakan hidup disini, engkau akan menyadari hidup seperti apa yang pernah kau
miliki sebelumnya. Kehidupan disini jauh lebih murni. Ketika engkau berada di Darul
kufur engkau mengekspos dirimu dan anak-anakmu pada begitu banyak kekejian dan
kerusakan. Engkau mempermudah setan untuk menyesatkanmu. Di sini kehidupanmu
begitu murni, dan anak-anakmu dibesarkan dengan begitu banyak pengaruh positif
di sekitar mereka. Mereka tidak perlu malu dengan agama mereka. Mereka bebas
untuk merasa bangga tentangnya dan mereka mendapatkan pemahaman aqidah yang
benar sejak awal. Setelah empat bulan kami berada disini, anakku syahid, dan ini
adalah bentuk keberkahan yang lain. Setiap kali aku berpikir tentang hal itu,
aku bertanya-tanya pada diriku, "Jika aku masih tinggal di Darul Kufur,
akhir yang bagaimana yang akan ia miliki? Apa yang akan terjadi padanya?"
Alhamdulillah, ia terselamatkan dari semua itu, dan apa yang lebih baik dari
terbunuh di jalan Allah? Jelas, itu tidaklah mudah, tapi aku berdoa pada Allah
untuk mengizinkan kami berkumpul bersamanya.
Saya menasehatkan umat Islam di
Darul kufur untuk tidak terintimidasi oleh media, dan memilih untuk
mendengarkan perkataan Allah dan Rasul-Nya shallallahu
‘alaihi wa sallam. Semuanya
sangat jelas dalam Kitabullah dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan aku nasehatkan dengan
tulus, agar setiap Muslim berhijrah. Tidak diperbolehkan bagi kalian, juga
tidak baik bagi kalian untuk berada di negeri orang-orang kafir. Kalian mungkin
berpikir bahwa kalian dapat mempraktekkan agama, tetapi jika kalian benar-benar
mengikuti ajaran Al Qur'an dan Sunnah, kalian tidak akan bisa mempraktekkan
agama kalian disana dengan sebenar-benarnya.
Aku juga ingin memperingatkan
kalian, bahwa ketika kalian mulai berpikir untuk berhijrah, kalian akan menemui
banyak hambatan. Kalian akan merasa takut, dan kalian akan khawatir tentang
bagaimana semuanya akan berjalan lancar. Perlu kalian pahami bahwa kebanyakan
dari hambatan-hambatan tersebut hanya ada di pikiran kita dan itu adalah
perbuatan setan. Ketika kalian mengambil langkah pertama, Allah akan mengurus
sisanya. Adapun orang-orang yang tidak dapat berhijrah, aku menyarankan kalian
untuk menyerang Salibis dan sekutu mereka dimanapun kalian berada, karena ia
adalah perkara yang mampu kalian lakukan. Janganlah tertipu oleh para
"ulama" murtad. Kebenaran telah tampak dan tidak sulit untuk menemukannya
selama engkau membukakan hatimu untuknya.
Akhirnya, aku ingin menasehatkan
pada orang-orang Kristen di Finlandia dan tempat lain: Banyak dari kalian tidak
mempraktekkan agama kalian karena kalian tahu itu bukan kebenaran. Kalian
mengatakan kalian hanya perlu percaya pada Yesus dan kalian akan masuk surga,
tapi bagaimana hal ini bisa masuk akal bahwa seseorang mati demi dirimu
kemudian kalian bebas melakukan apapun yang kalian inginkan, hal buruk apapun
yang muncul di benak kalian, hidup tanpa hukum dan aturan lalu kemudian
berharap untuk dibawa ke surga? Ini benar-benar tidak masuk akal. Aku menasehatkan
pada kalian untuk membuka hati dan mencari tahu tentang agama Islam.
Jangan begitu saja percaya pada
apa yang media katakan tentang hal ini. Cukuplah beralih pada terjemahan Al
Qu'ran dan ambil dari sana. Kesulitan apa pun yang mungkin akan kalian hadapi
di jalan itu akan mendapat balasan. Karena pada akhirnya, kau akan merasa
begitu bahagia telah menemukan kebenaran, karena yang akan kau peroleh setelah
memeluk islam adalah jauh lebih baik dari apa yang mungkin akan hilang darimu
atau yang kau korbankan.
Source: DABIQ 15
Tidak ada komentar:
Posting Komentar