8/09/2019

BAGAIMANA AKU MEMELUK ISLAM


BAGAIMANA AKU
MEMELUK ISLAM
Oleh : Ummu Khalid al-Finlandiyyah

Aku berasal dari Finlandia, sebuah negara "Kristen" dimana orang-orang tidak berpegang kuat kepada agama rusak mereka. Sebagian besar dari mereka mengatakan bahwa mereka adalah pemeluk Kristen namun tidak benar-benar mempraktekkan keimanan semu mereka. Mereka mungkin pergi ke gereja saat ada pernikahan atau pemakaman, tapi kebanyakan dari mereka tidak tahu banyak mengenai agama menyimpang mereka, meskipun mereka bangga dengannya; maka aku tidak melihat agama Kristen tampak diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari mereka.

Dalam kasusku, aku kurang lebih sama dengan yang lain. Setiap orang harus mempelajari agama di sekolah, disanalah pengetahuanku tumbuh. Namun, sebelum itu, ibuku mengirimku ke sekolah Minggu, meskipun dia bukanlah seorang yang religius. Aku sendiri hanya pergi ke sana untuk mendapat stiker, dan aku tidak merasa benar-benar belajar atau mengerti sesuatu di sana. Aku belajar lebih banyak di sekolah, tapi Kristen sekarang sangat membingungkan. 

Apa yang mereka ajarkan secara umum adalah bahwa cukup kalian percaya pada Yesus sebagai Juru selamat kalian, yang dikatakan mati karena dosa-dosa kalian, maka kalian akan selamat. Dan hal ini sulit untuk kuterima karena itu benar-benar tidak masuk akal bagiku. Meskipun kebingungan ini, aku selalu percaya pada Sang Pencipta. Orang tuaku, seperti kebanyakan orang, tidak pernah benar-benar berbicara tentang agama. Kami merayakan Natal dan Paskah, tapi Kristen tidak banyak berdampak pada hidupku.

Pada usia 16, aku dikirim ke sejenis perkemahan dimana engkau harus memeluk agama lagi, tapi melakukannya dengan pikiran yang independen. Sekali lagi, pengajarannya tidak masuk akal tapi karena orangtuaku mengirimku, aku melakukannya untuk mereka, dan juga karena akan ada pesta besar di akhir acara, dimana kami akan mendapat berbagai macam hadiah.

Hal utama yang tidak masuk akal bagiku mengenai agama Kristen adalah Trinitas. Aku begitu heran, bagaimana mungkin "anak" Allah disalib? Bagaimana mungkin satu "bagian" dari Allah – menurut Trinitas – disalib? Bagaimana mungkin seorang manusia menjadi Tuhan, dan kemudian dihinakan dan mati dengan hina? Aku selalu amat kebingungan, dan tidak pernah berdoa kepada Yesus. Ketika aku berdoa, aku berdoa kepada Tuhan. Ketika aku masih muda, aku tidak benar-benar memperhatikan pemikiran ini. Aku berpikir tentang semua itu di sana-sini, tapi aku tidak tahu bagaimana menggali lebih dalam dan mengeksplorasi pikiran, dan aku tidak memiliki keyakinan bahwa aku berada dalam agama yang benar. Lalu di sekolah, mereka memperkenalkan hal-hal seperti evolusi dan teori big bang, dan ini hanya membuatnya lebih membingungkan. Pada akhirnya, aku tetap tidak tahu apa yang harus dipercaya, tapi aku selalu beriman kepada Pencipta dan bahwa hanya Dia saja yang wajib disembah.

Aku pertama kali mendengar tentang Islam saat kami melakukan studi agama di sekolah. Kami membahas sejumlah agama yang berbeda, termasuk Islam. Dalam kelas pertama, sang guru – yang bahkan bukan Muslim – membacakan syahadat dalam bahasa Arab dan kemudian menjelaskan kepada kami bahwa itu adalah kesaksian keimanan dalam agama Islam. Kami belajar tentang lima rukun Islam pada tingkat sangat dasar, tetapi beberapa hal digambarkan dengan cara yang tampak tidak masuk akal bagiku. Sebagai contoh, kami diberitahu bahwa selama bulan puasa Ramadhan, umat Muslim tidak makan dan minum sepanjang hari tetapi mereka terjaga sepanjang malam, makan dan berpesta. Pertemuan berikutnya dengan Islam ialah ketika aku menikah. Suamiku dibesarkan di keluarga Muslim tapi dia tidak mempraktekkannya sama sekali. Kami memiliki anak-anak bersama tapi bercerai beberapa tahun kemudian. Saat itu, aku benar-benar ingin mempelajari tentang Islam, dan karena peristiwa 11 September yang diberkahi, aku selalu melihat Islam diolok-olok oleh media, tapi aku masih penasaran dan ingin mengetahui lebih lanjut tentang agama ini. Di saat yang sama, aku memiliki tetangga yang mengenalkanku tentang Islam beberapa tahun sebelumnya. Dia meminjamiku salinan Al-Qur'an yang diterjemahkan ke dalam bahasaku. Terjemahannya tidak begitu baik, tapi dia pandai dalam menjelaskan, jadi jika ada yang tidak kupahami, dia akan menjelaskannya untukku. Hal yang paling menggugahku adalah ketika aku membaca ayat-ayat Al-Qur'an mengenai Neraka dan pembalasan di Akhirat.

Tidak lama kemudian, aku menyadari bahwa agama ini benar-benar di atas kebenaran. Aku mulai belajar sendiri untuk shalat karena kupikir aku harus belajar segala sesuatu sebelum menjadi Muslim. Harus kuakui, aku takut dan gugup karena banyak hal yang tidak aku pahami. Dalam hati aku bertanya-tanya, "Bagaimana reaksi orang tuaku jika aku menjadi seorang Muslim? Bagaimana reaksi rekan-rekanku?" Rasanya seperti ujian yang berat meskipun aku menyadari dalam hatiku bahwa aku harus melakukannya. Maka suatu hari ketika aku pulang kerja dan melihat tetanggaku di bis, aku bertanya, "Maukah kau mengajariku tata cara shalat? Ia menjawab dengan bertanya, "Apakah kamu ingin menjadi seorang Muslim?" Saat itu, aku merasa diriku berpikir, "Ya, aku mau." Jadi aku menjawab, "Ya," dan seketika itu dia dan suaminya mulai menangis. Aku mengucapkan syahadat di rumah mereka dan mereka mulai mengajariku tata cara shalat. Itu perasaan yang luar biasa. Setelah terus menerus mencari kebenaran, menemukannya merupakan suatu kelegaan. Aku merasa begitu tentram.

Aku tak bisa mengatakan bahwa segalanya menjadi mudah setelah menjadi seorang Muslim, tapi itu tetap memberikan kebahagiaan di hatiku. Urusannya tidak mudah dengan orang tuaku. Pada awalnya, mereka tidak banyak bereaksi, tapi setahun kemudian ketika aku menikah lagi, mereka mulai memiliki masalah dengannya. Ketika aku mulai mengenakan jilbab, mereka mempersulitnya. Mereka mendebat, "Bahkan seorang Muslim yang dibesarkan di keluarga Muslim tidak memakainya, mengapa kamu harus memakainya?" Mereka tidak menyukainya, dan lucunya adalah bagaimana kekristenan mereka muncul lebih dari sebelumnya pada saat itu. Sebelumnya, mereka tidak pernah membicarakan tentang agama Kristen sama sekali, tapi tiba-tiba mereka mulai membicarakannya lebih sering, seperti berkata, "Ini adalah agama nenek moyang kita."

Semua itu adalah untuk mencoba membawaku kembali ke agama mereka. Begitu pula yang kurasakan pada rekan-rekanku, yang bertanya padaku mengapa aku membuat keputusan ini. Itu terjadi karena akulah satu-satunya Muslim yang mereka temui secara rutin. Aku tinggal di ibukota, dan meskipun ada orang-orang Muslim di sana, namun tidaklah sama seperti di negara-negara Eropa lainnya; komunitas Muslim di sana sangat kecil. Karena kecilnya komunitas, dalam tahun pertama sebelum aku menikah ketika aku mencoba untuk mempelajari lebih lanjut tentang Islam, aku tidak memiliki banyak akses ke orang-orang yang berilmu.

Sulit menemukan seseorang untuk mengajariku karena ia bisa saja siapa pun, mengajar apapun, dan, tentu saja, ketika kamu orang baru, kamu tidak tahu banyak hal. Karena tidak ada Muslim yang kuat di sekitarku, aku mencoba untuk melakukan penelitian sendiri, dan sulit untuk menemukan informasi yang tepat, meski demikian, Allah selalu membukakan jalan bagi kebenaran sehingga menjadi jelas bagiku. Urusan ini menjadi sedikit lebih mudah setelah aku menikah karena aku mendapat dukungan di rumah. Pada satu ketika, suamiku mulai memberitahuku tentang jihad dan tentang memiliki aqidah yang lurus.

Aku kemudian terlibat dalam dakwah. Aku ikut mengorganisir para akhwat dan anak-anak dalam acara-acara di masjid lokal dan aku mengadakan acara bagi para saudara Muslimah yang baru masuk Islam. Pada saat itu, aku tidak benar-benar berpikir tentang hijrah (berpindah ke negara Islam), tapi hal itu segera berubah. Apa yang akhirnya membangunkanku adalah ketika pihak berwenang kafir menangkap suamiku dengan tuduhan terorisme. Mereka menangkapnya di jalan. Sedangkan aku di rumah dengan anak-anakku dan mereka datang dan mulai menggeladah rumah.

Itu adalah guncangan hebat. Mereka akhirnya menahan suamiku di penjara cukup lama sementara mereka terus menyelidiki kasus tersebut. Walaupun sulit, itu mungkin hal terbaik yang terjadi padaku, karena ia membuka mataku mengenai pentingnya hijrah, tapi segala ujian ini menyulitkan.

Alhamdulillah, ada beberapa ikhwan dan akhwat yang berada di atas aqidah yang lurus dan merupakan sumber dukungan yang kuat. Jumlah mereka tidaklah banyak, tapi karena mereka berada di manhaj yang lurus, itu tidaklah menjadi masalah. Ketika Khilafah dideklarasikan, kami tahu kemana kami harus pergi dan apa yang kami inginkan. Sebagai Muslim, kita harus berlepas diri dari orang-orang kafir dan hidup di bawah Khilafah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda "Aku berlepas diri dari setiap Muslim yang tinggal di tengah-tengah kaum musyrikin." Para sahabat bertanya, "Wahai Rasulullah, mengapa demikian?" Beliau menjawab, "Api (cahaya) di rumah mereka tidak boleh saling terlihat" (Abu Dawud dan at-Tirmidzi).

Setelah suamiku keluar dari penjara, kami berpikir akan sulit untuk melakukan hijrah karena setiap negara kemungkinan akan diberi peringatan tentang niatnya untuk melakukan perjalanan. Dia berusaha keras untuk menemukan cara untuk sampai ke bumi Khilafah dan, alhamdulillah, ketika Allah menghendaki untuk membuka jalan bagi seseorang, tidak ada yang dapat menutupnya. Dan akhirnya kami mampu untuk melakukan hijrah tanpa masalah. Kami bermimpi tentang hal itu dan berdoa untuk itu begitu lama sampai Allah membuatnya mudah bagi kami.

Aku bahkan tak mampu menggambarkan perasaan ketika akhirnya engkau menyeberang perbatasan dan masuk di negeri Khilafah. Ini sungguh sebuah karunia dari Allah untuk dapat hidup di bawah naungan Khilafah. Begitu banyak orang yang melakukan berbagai upaya untuk datang kesini tapi belum berhasil. Tentu saja, saat engkau datang ke Khilafah, setelah mengorbankan segala sesuatu demi Allah, engkau akan terus diuji. Engkau akan melihat kesulitan dan ujian, namun setiap hari engkau akan bersyukur kepada Allah karena memberimu kesempatan untuk berhijrah dan hidup di bawah Syari'at. Hidup di Daulah Islam sungguh merupakan sebuah rahmat. Engkau akan berhadapan dengan ujian dan kesulitan, ketika engkau tidak terbiasa dengan makanan dan perubahan hidup, engkau mungkin tidak mengerti bahasa lokal, engkau mungkin akan mendengar bom dan anak-anak ketakutan karenanya, namun tidak ada satupun dari kesulitan-kesulitan itu yang mampu menghilangkan rasa syukurmu pada Allah yang telah memberimu kesempatan untuk berada di sini.

Begitu pula, hanya ketika engkau merasakan hidup disini, engkau akan menyadari hidup seperti apa yang pernah kau miliki sebelumnya. Kehidupan disini jauh lebih murni. Ketika engkau berada di Darul kufur engkau mengekspos dirimu dan anak-anakmu pada begitu banyak kekejian dan kerusakan. Engkau mempermudah setan untuk menyesatkanmu. Di sini kehidupanmu begitu murni, dan anak-anakmu dibesarkan dengan begitu banyak pengaruh positif di sekitar mereka. Mereka tidak perlu malu dengan agama mereka. Mereka bebas untuk merasa bangga tentangnya dan mereka mendapatkan pemahaman aqidah yang benar sejak awal. Setelah empat bulan kami berada disini, anakku syahid, dan ini adalah bentuk keberkahan yang lain. Setiap kali aku berpikir tentang hal itu, aku bertanya-tanya pada diriku, "Jika aku masih tinggal di Darul Kufur, akhir yang bagaimana yang akan ia miliki? Apa yang akan terjadi padanya?" Alhamdulillah, ia terselamatkan dari semua itu, dan apa yang lebih baik dari terbunuh di jalan Allah? Jelas, itu tidaklah mudah, tapi aku berdoa pada Allah untuk mengizinkan kami berkumpul bersamanya.

Saya menasehatkan umat Islam di Darul kufur untuk tidak terintimidasi oleh media, dan memilih untuk mendengarkan perkataan Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semuanya sangat jelas dalam Kitabullah dan Sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan aku nasehatkan dengan tulus, agar setiap Muslim berhijrah. Tidak diperbolehkan bagi kalian, juga tidak baik bagi kalian untuk berada di negeri orang-orang kafir. Kalian mungkin berpikir bahwa kalian dapat mempraktekkan agama, tetapi jika kalian benar-benar mengikuti ajaran Al Qur'an dan Sunnah, kalian tidak akan bisa mempraktekkan agama kalian disana dengan sebenar-benarnya.

Aku juga ingin memperingatkan kalian, bahwa ketika kalian mulai berpikir untuk berhijrah, kalian akan menemui banyak hambatan. Kalian akan merasa takut, dan kalian akan khawatir tentang bagaimana semuanya akan berjalan lancar. Perlu kalian pahami bahwa kebanyakan dari hambatan-hambatan tersebut hanya ada di pikiran kita dan itu adalah perbuatan setan. Ketika kalian mengambil langkah pertama, Allah akan mengurus sisanya. Adapun orang-orang yang tidak dapat berhijrah, aku menyarankan kalian untuk menyerang Salibis dan sekutu mereka dimanapun kalian berada, karena ia adalah perkara yang mampu kalian lakukan. Janganlah tertipu oleh para "ulama" murtad. Kebenaran telah tampak dan tidak sulit untuk menemukannya selama engkau membukakan hatimu untuknya.

Akhirnya, aku ingin menasehatkan pada orang-orang Kristen di Finlandia dan tempat lain: Banyak dari kalian tidak mempraktekkan agama kalian karena kalian tahu itu bukan kebenaran. Kalian mengatakan kalian hanya perlu percaya pada Yesus dan kalian akan masuk surga, tapi bagaimana hal ini bisa masuk akal bahwa seseorang mati demi dirimu kemudian kalian bebas melakukan apapun yang kalian inginkan, hal buruk apapun yang muncul di benak kalian, hidup tanpa hukum dan aturan lalu kemudian berharap untuk dibawa ke surga? Ini benar-benar tidak masuk akal. Aku menasehatkan pada kalian untuk membuka hati dan mencari tahu tentang agama Islam.

Jangan begitu saja percaya pada apa yang media katakan tentang hal ini. Cukuplah beralih pada terjemahan Al Qu'ran dan ambil dari sana. Kesulitan apa pun yang mungkin akan kalian hadapi di jalan itu akan mendapat balasan. Karena pada akhirnya, kau akan merasa begitu bahagia telah menemukan kebenaran, karena yang akan kau peroleh setelah memeluk islam adalah jauh lebih baik dari apa yang mungkin akan hilang darimu atau yang kau korbankan.


Source: DABIQ 15

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...