8/18/2019

SEKUTU AL-QA’IDAH DI SYAM BAG 4


SEKUTU AL-QA’IDAH DI SYAM
.... BAG 4

Lebih dari setahun yang lalu di tahun 1435H, kebohongan Abu 'Abdillah asy-Syami dari Jabhah Jawlānī disuarakan kepada dunia, "Aku melakukan mubahalah terhadap kalian [Daulah Islam] atas pengujian kalian terhadap manusia atas aqidah mereka. ... Justru kalian sedang menguji manusia yang terbaik. Maksudku adalah para mujahidin dari faksi Mujahid seperti Jabhah Islamiyyah, Jaisy al-Mujahidin, dan lain-lain" [Al-Mubahalah]. Dia juga mengatakan, "Menggambarkan pertempuran yang terjadi sebagai pertempuran antara kelompok Daulah di satu sisi dan mereka yang berdiri dengan Jarbā dan Idris [dua pemimpin Koalisi Nasional Suriah] di sisi lain, adalah jauh dari kebenaran. Mereka yang memikul beban terbesar perang melawan kelompok Daulah di utara adalah Jabhah Islamiyyah dan Jaisy al-Mujahidin ... Adapun Jabhah Islamiyyah dan Jaisy al-Mujahidin – dua pemain utama dalam perang melawan kelompok Daulah – maka belum tetap bagi kami bukti bahwa mereka telah jatuh ke dalam kemurtadan, dan kita lebih mengerti kondisi mereka daripada kelompok Daulah karena kedekatan kita kepada mereka" [Wa Lau Annahum Fa'alū Maa Yū'azhuūna Bih].
 
Jawlani
Sangat cepat setelah mubahalah ini, "Jaisy al-Mujahidin" secara terbuka memamerkan hubungan mereka dengan kelompok sekuler Koalisi Nasional Suriah (SNC), "pemerintah sementara," dan "kementerian pertahanan."(1) Mereka baru saja menambahkan daftar perbuatan murtad mereka dengan merilis sebuah pernyataan di mana mereka mengatakan, "Para pemimpin Jaisy al-Mujahidin mengirimkan rasa belasungkawa kepada Turki, pemerintah dan rakyatnya, atas pembunuhan satu tentara Turki dan warga di tangan teroris Tanzhim Daulah dan partai PKK. Kami dari Jaisy al-Mujahidin mengumumkan solidaritas dan dukungan lengkap kepada pemerintah Turki terhadap teroris Tanzhim Daulah dan partai PKK ... Kami berdiri dengan saudara Turki dalam satu parit dan menganggap pembunuhan ini sebagai serangan terhadap sikap Turki yang mendukung rakyat Suriah." Mereka tidak lupa untuk menghias pernyataan mereka dengan bendera jahiliyah negara Turki!

Turki adalah salah satu anggota aliansi tentara salib NATO. Dia ikut ambil bagian dalam berbagai kampanye perang tentara salib yang diluncurkan dan dipimpin oleh Amerika, termasuk "Operasi Enduring Freedom - Afghanistan," "Operasi Enduring Freedom - Tanduk Afrika" (di Somalia dan wilayah sekitarnya), dan "Operasi Resolve Inherent" (di Irak dan Suriah terhadap Daulah Islam). Pemerintah Turki adalah salah satu negara yang secara legislatif, eksekutif, dan hukumnya diatur dengan hukum buatan manusia. Tentaranya dirancang untuk membela taghut Turki dan sekutu salibis mereka. Pemerintahan ini dan tentaranya adalah salah satu dari kemurtadan yang sangat jelas, namun "Jaisy al-Mujahidin" berdiri dalam mendukung pemerintah Turki melawan Islam dan kaum muslimin.

Imam Muhammad ibn Abdul Wahhab rahimahullah mengatakan bahwa di antara pembatal keislaman adalah "Mendukung dan membantu orang-orang musyrik memerangi kaum Muslimin. Dalilnya adalah firman Allah subahanahu wa ta’ala {Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman setia(mu); mereka satu sama lain saling melindungi. Barangsiapa di antara kamu yang menjadikan mereka teman setia, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka . Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang yang zalim} [Al-Ma'idah: 51] "[Nawāqid al-Islām].

Sebagaimana Jabhah “Islamiyyah, “Ahrar Syam mewakili blok terbesar dari front yang terpecah-pecah ini. Para pemimpin Jabhah Jaulani telah berusaha keras untuk menggambar-kan bahwa kelompok ini sebagai kelompok “Islam bahkan “Jihadi, tapi statemen terbaru dari pemimpin resminya hanya bisa membuat malu para pengklaim jihad dari Jabhah Jawlānī. Dalam kenyataannya, perang dingin media sedang berkobar antara kedua belah pihak dalam cinta kepemimpinan dan kebanggaan pandangan, dan seperti es yang mencair, kedua belah pihak akan mulai saling mengirimkan sel keamanan mereka untuk menyerang secara diam-diam setiap pemimpin lawan dengan IED dan senjata berperedam, ini jika memang belum dimulai. Bagaimana pun juga, kelompok murtad "Ahrar asy-Syam" dulunya dianggap Sahwāt potensial dan proyek menyimpang dalam pembentukannya oleh para pemimpin Jabhah Jaulani.(2)

Ya, sejak diluncurkannya Sahwah Suriah, Jabhah Jawlānī berupaya keras untuk menggambarkan "Ahrar asy-Syam" sebagai "mujahidin," hingga Jabhah Jawlānī dan para "ideolog" duduk di bawah naungan taghut Yordania yang dipermalukan oleh artikel tak tahu malu yang dirilis oleh Labib al-Nahhas - Direktur Urusan Luar Negeri "Ahrar Asy- Syam." Artikel terbarunya baru-baru ini(3) dirilis pada "21 Juli 2015" melalui media salibis Inggris "Telegraph" dan berjudul "Aku Orang Suriah dan Aku Berperang Melawan Isil setiap hari. Diperlukan lebih dari sekedar bom dari Barat untuk mengalahkan ancaman ini." Di dalamnya dia mengatakan:

“Di Raqqa … warga menerima arahan [karena kelambanan Barat] dari apa yang disebut Islamic State (ISIL), itu semua hanyalah bayangan pucat dari apa yang ada saat ini, kapitalisasi di Barat telah gagal untuk memerintah Assad; narasi propaganda mereka : Barat bersekongkol dengan Assad dan pendukung Syiah Iran dalam sebuah konspirasi untuk mengalahkan dan mempermalukan Arab Sunni di wilayah tersebut...

“Kebanyakan warga Suriah … memiliki tujuan tunggal dari revolusi yaitu kebebasan, kehormatan, dan kualitas hidup yang lebih baik. Kami di Ahrar asy-Syam dan Grup Bersen-jata Revolusi (ARGs) lainnya berjuang untuk rakyat Suriah. Kita mengangkat senjata karena kita tidak memilik pilihan lain – yaitu antara apakah kami harus menyerah tanpa syarat kepada rezim atau kita ber-juang demi kebebasan rakyat kita…

"Semakin lama perang berlangsung, semakin sedikit bagian Suriah yang bisa diselamatkan. Ahrar Asy-Syam ingin melihat berakhirnya pemerintahan Assad, dikalahkannya ISIL secara komprehensif dan dibentuknya pemerintahan yang stabil dan representatif di Damaskus yang akan menempatkan Suriah di jalan menuju perdamaian, rekonsiliasi dan pemulihan ekonomi. Kita ingin melihat sistem politik yang menghormati identitas dan legitimasi aspirasi politik mayoritas rakyat Suriah sekaligus melindungi masyarakat minoritas dan memberikan kesempatan mereka untuk bermain nyata dan peran positif dalam negara masa depan. Kami ingin melihat persatuan Suriah dan integritas wilayah dikekalkan ... "

“Kami menyadari bahwa harapan kami ini tidak akan bisa diraih hanya dengan cara militer saja. Dia butuh proses politik dan kami tahu bahwa itu berarti membuat kepu-tusan-keputusan yang sulit…

"Dalam beberapa hari terakhir Perdana Menteri David Cameron mengisyaratkan kemungkinan adanya perubahan kebijakan pemerintah terhadap intervensi bersenjata di Suriah. Dia mengatakan bahwa Inggris harus 'melangkah dan melakukan hal lebih' dalam memerangi ISIL di Irak dan Suriah. Itu semua bagus dan baik. Di Ahrar Asy-Syam kita telah kehilangan 700 pejuang kami dalam pertempuran melawan IS sejak Januari 2014, dan kami serta sekutu kami mempertahankan garis depan front sepanjang 45km terhadap ISIL di Aleppo. Kita tahu hal seperti apa untuk menghadapi ancaman ISIL. ... Kami percaya bahwa ISIL bukan hanya ancaman keamanan atau militer saja tetapi merupakan fenomena sosial dan ideologis yang perlu dihadapi di setiap levelnya dan membutuhkan sebuah alternatif Sunni nasional untuk menghadapi Assad dan Islamic State. "

"Ahrar Al-Sham, sebagai kelompok Islam Sunni mainstream yang berakar kuat di atas lanskap revolusioner, sedang menjalin alternatif itu. Tetapi mereka (Barat) mengharapkan Sunni alternatif yang 'sempurna' sesuai dengan standar liberal Barat, sehingga pasti akan kecewa. Seperti yang kita semua harus tahu sekarang, sistem politik dan model pemerintahan tidak bisa diimpor ke Timur Tengah dan diharapkan untuk berkembang karena pengalaman sejarah, budaya dan struktur politik sosial begitu berbeda secara radikal. Dibutuhkan sebuah hal yang akan menjadi peran utama untuk agama dan adat setempat dalam pengaturan politik yang muncul dari puing -puing konflik, dan itu harus berasal dari salah satu hal yang sesuai dengan keyakinan mayoritas Suriah yang berlaku. ... "

"Sebagaimana RAF [" Royal Air Force"] yang bersiap untuk ikut bergabung dalam koalisi militer melawan ISIL, akan lebih bijaksana bagi pemerintah Inggris untuk mempertimbangkan pendekatan baru dalam memerangi kelompok ekstrimis lebih dari sekedar menjatuhkan bom."

Selesai kata-kata sesatnya. Sebagai ringkasan: Dia menggunakan nasionalis, dialek demokratis untuk mendukung penentuan nasib sendiri, kekuatan bagi mayoritas, perlindungan bagi minoritas (termasuk Rafidah, Nusairiyyah, Druze, dan Ismailiyah), dan pengekalan perbatasan nasionalis. Dia mencalonkan "Ahrar asy-Syam" sebagai "alternatif" moderat untuk Islamic State, "alternatif" yang bersedia bekerja sama dengan Barat dalam perang salib melawan Islamic State. Dia memuji perang dan serangan udara tentara salib Inggris terhadap Daulah Islam, tetapi juga menyarankan kepada mereka dengan mengatakan itu tidaklah cukup dan ada hal lebih yang harus dilakukan!

Setelah artikel ini, "Kantor Politik" dari "Ahrar asy-Syam" merilis "Pernyataan mengenai Zona Aman di Suriah utara" pada "11 Agustus 2015." Di dalamnya, mereka mengatakan: 

"Dan tolong menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketakwaan, dan janganlah kalian tolong menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan" [Al-Ma'idah: 2]

"Ini adalah fakta yang tak terbantahkan bahwa sepanjang empat tahun terakhir pemerintah Turki dan rakyat Turki telah mendukung rakyat Suriah dan revolusi mereka dengan segala cara. Dukungan ini terus berjalan meskipun ancaman yang muncul terhadap keamanan nasional Turki dan tekanan kuat internal dan eksternal terhadap pemerintah Turki terus datang. Turki tetap teguh dalam sikap di atas etika dan nilai kemanusiaan terhadap rakyat dan revolusi kami. Posisi bijaksana dan bertanggung jawab ini telah membuat Turki sekutu paling penting dari revolusi Suriah dan telah membuka jalan baru dari kepentingan bersama antara kedua bangsa, baik di front internal maupun regional. Jalan terbaru dari kepentingan bersama untuk berdiri melawan Da‘isy. Da‘isy telah terbukti menjadi bencana terbesar yang menimpa revolusi serta menjadi ancaman nyata bagi keamanan dan stabilitas Turki. Kebijakan sektarian dari Bashar Assad dan kebijakan bodoh Da‘isy telah merubah Suriah menjadi arena konflik internasional dan perang proksi. Ini semua menjadi ancaman nyata bagi keamanan sekutu rakyat Suriah. Sementara mempertahankan posisi untuk berprinsip pada menolak perintah dan kehendak asing, sekarang telah menjadi kenyataan yang harus ditangani sesuai dengan prinsip-prinsip kepentingan bersama dan kepentingan jangka panjang negara secara keseluruhan. "

"Berdasarkan visi komprehensif Gerakan Islam Ahrar Asy-Syam terhadap bidang internal dan regional Suriah, dan bertindak sesuai dengan kepentingan rakyat Suriah dan sekutunya dalam hal politik atau militer, dan sangat percaya perlunya solidaritas Sunni dalam menghadapi ancaman Iran, kami percaya bahwa pengumuman niat Turki untuk mendirikan zona aman di utara Suriah adalah hal yang melayani kepentingan rakyat Suriah. Zona aman akan memiliki dampak positif pada tingkat kemanusiaan, politik dan militer, juga manfaat yang akan dirasakan oleh kedua negara. Zona aman juga kebutuhan penting yang diperlukan untuk meningkatkan keamanan nasional Turki dan menghentikan rencana teroris atau separatis Daesh dan PKK. ... Zona aman di utara Suriah akan membantu para pengungsi kembali ke rumah mereka dan makar musuh revolusi akan digagalkan. Karena itu Gerakan Islam Ahrar asy-Syam mendukung sepenuhnya zona aman dengan bantuan Turki dan kerjasama politik dan militer dari Grup Angkatan Bersenjata Revolusioner. Kami mengambil kesempatan ini untuk menguatkan ikatan yang tak bisa dipecahkan dan kebaikan bersama rakyat Suriah dan Turki dan menggarisbawahi kebutuhan untuk hubungan strategis dengan Turki untuk menjadi landasan pendekatan umum untuk mengatasi tantangan saat ini dan masa depan."[4].

Dengan demikian, "Ahrar abu-Sham" telah mengulurkan tangan-nya secara terang-terangan terhadap rezim murtad dan tentara Turki dan mencalonkan diri menjadi agen mereka di Suriah. Maka akankah para pengklaim jihad Jabhah Jaulānī bertobat dari kemurtadan dan mengucapkan bara'ah dari sekutu terdekat mereka di mana pemimpin mereka pernah dianggap sebagai "Sahwāt masa depan"? Atau akankah lereng licin "udur" yang didikte oleh hizbiyyah terus membuat mereka jatuh hingga nanti mereka berjuang di bawah bendera fitnah terbesar – al Masih ad-Dajjal – demi kepemimpinan, perpecahan, dan penyimpangan.[5]

Kita berharap kepada Allah agar menolong para Muja-hidin Islamic State dalam melawan para agen thaghut dan para tentara salib hingga bendera khilafah berkibar tinggi di atas Istanbul dan Vatikan.


Source: DABIQ 11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ

TALBIS IBLIS Terhadap Golongan KHAWARIJ Oleh: Ibnul Jauzi Orang Khawarij yang pertama kali dan yang paling buruk keadaannya ada...