SEKUTU AL-QA’IDAH DI SYAM
.... BAG 4
Lebih dari setahun
yang lalu di tahun 1435H, kebohongan Abu 'Abdillah asy-Syami dari Jabhah
Jawlānī disuarakan kepada dunia, "Aku melakukan mubahalah terhadap kalian
[Daulah Islam] atas pengujian kalian terhadap manusia atas aqidah mereka. ...
Justru kalian sedang menguji manusia yang terbaik. Maksudku adalah para
mujahidin dari faksi Mujahid seperti Jabhah Islamiyyah, Jaisy al-Mujahidin, dan
lain-lain" [Al-Mubahalah]. Dia juga mengatakan, "Menggambarkan
pertempuran yang terjadi sebagai pertempuran antara kelompok Daulah di satu
sisi dan mereka yang berdiri dengan Jarbā dan Idris [dua pemimpin Koalisi
Nasional Suriah] di sisi lain, adalah jauh dari kebenaran. Mereka yang memikul
beban terbesar perang melawan kelompok Daulah di utara adalah Jabhah Islamiyyah
dan Jaisy al-Mujahidin ... Adapun Jabhah Islamiyyah dan Jaisy al-Mujahidin –
dua pemain utama dalam perang melawan kelompok Daulah – maka belum tetap bagi
kami bukti bahwa mereka telah jatuh ke dalam kemurtadan, dan kita lebih
mengerti kondisi mereka daripada kelompok Daulah karena kedekatan kita kepada
mereka" [Wa Lau Annahum Fa'alū Maa Yū'azhuūna Bih].
Sangat cepat
setelah mubahalah ini, "Jaisy al-Mujahidin" secara terbuka memamerkan
hubungan mereka dengan kelompok sekuler Koalisi Nasional Suriah (SNC),
"pemerintah sementara," dan "kementerian pertahanan."(1)
Mereka baru saja menambahkan daftar perbuatan murtad mereka dengan merilis
sebuah pernyataan di mana mereka mengatakan, "Para pemimpin Jaisy
al-Mujahidin mengirimkan rasa belasungkawa kepada Turki, pemerintah dan
rakyatnya, atas pembunuhan satu tentara Turki dan warga di tangan teroris ‗Tanzhim Daulah‘
dan partai PKK. Kami dari Jaisy al-Mujahidin mengumumkan solidaritas dan
dukungan lengkap kepada pemerintah Turki terhadap teroris ‗Tanzhim Daulah‘
dan partai PKK ... Kami berdiri dengan saudara Turki dalam satu parit dan
menganggap pembunuhan ini sebagai serangan terhadap sikap Turki yang mendukung
rakyat Suriah." Mereka tidak lupa untuk menghias pernyataan mereka dengan
bendera jahiliyah negara Turki!
Turki adalah salah
satu anggota aliansi tentara salib NATO. Dia ikut ambil bagian dalam berbagai
kampanye perang tentara salib yang diluncurkan dan dipimpin oleh Amerika,
termasuk "Operasi Enduring Freedom - Afghanistan," "Operasi
Enduring Freedom - Tanduk Afrika" (di Somalia dan wilayah sekitarnya), dan
"Operasi Resolve Inherent" (di Irak dan Suriah terhadap Daulah
Islam). Pemerintah Turki adalah salah satu negara yang secara legislatif,
eksekutif, dan hukumnya diatur dengan hukum buatan manusia. Tentaranya
dirancang untuk membela taghut Turki dan sekutu salibis mereka. Pemerintahan
ini dan tentaranya adalah salah satu dari kemurtadan yang sangat jelas, namun
"Jaisy al-Mujahidin" berdiri dalam mendukung pemerintah Turki melawan
Islam dan kaum muslimin.
Imam Muhammad ibn
Abdul Wahhab rahimahullah mengatakan bahwa di antara pembatal keislaman adalah
"Mendukung dan membantu orang-orang musyrik memerangi kaum Muslimin.
Dalilnya adalah firman Allah subahanahu wa ta’ala {Wahai orang-orang yang
beriman! Janganlah kamu menjadikan orang Yahudi dan Nasrani sebagai teman
setia(mu); mereka satu sama lain saling melindungi. Barangsiapa di antara kamu
yang menjadikan mereka teman setia, maka sesungguhnya dia termasuk golongan mereka
. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang yang zalim} [Al-Ma'idah:
51] "[Nawāqid al-Islām].
Sebagaimana Jabhah “Islamiyyah”, “Ahrar Syam” mewakili blok
terbesar dari front yang terpecah-pecah ini. Para pemimpin Jabhah Jaulani telah
berusaha keras untuk menggambar-kan bahwa kelompok ini sebagai kelompok “Islam” bahkan “Jihadi”, tapi statemen
terbaru dari pemimpin resminya hanya bisa membuat malu para pengklaim jihad
dari Jabhah Jawlānī. Dalam kenyataannya, perang dingin media sedang berkobar
antara kedua belah pihak dalam cinta kepemimpinan dan kebanggaan pandangan, dan
seperti es yang mencair, kedua belah pihak akan mulai saling mengirimkan sel
keamanan mereka untuk menyerang secara diam-diam setiap pemimpin lawan dengan
IED dan senjata berperedam, ini jika memang belum dimulai. Bagaimana pun juga,
kelompok murtad "Ahrar asy-Syam" dulunya dianggap Sahwāt potensial
dan proyek menyimpang dalam pembentukannya oleh para pemimpin Jabhah
Jaulani.(2)
Ya, sejak
diluncurkannya Sahwah Suriah, Jabhah Jawlānī berupaya keras untuk menggambarkan
"Ahrar asy-Syam" sebagai "mujahidin," hingga Jabhah Jawlānī
dan para "ideolog" duduk di bawah naungan taghut Yordania yang
dipermalukan oleh artikel tak tahu malu yang dirilis oleh Labib al-Nahhas -
Direktur Urusan Luar Negeri "Ahrar Asy- Syam." Artikel terbarunya
baru-baru ini(3) dirilis pada "21 Juli 2015" melalui media salibis
Inggris "Telegraph" dan berjudul "Aku Orang Suriah dan Aku
Berperang Melawan Isil setiap hari. Diperlukan lebih dari sekedar bom dari Barat
untuk mengalahkan ancaman ini." Di dalamnya dia mengatakan:
“Di Raqqa … warga
menerima arahan [karena kelambanan Barat] dari apa yang disebut Islamic State
(ISIL), itu semua hanyalah bayangan pucat dari apa yang ada saat ini,
kapitalisasi di Barat telah gagal untuk memerintah Assad; narasi propaganda
mereka : Barat bersekongkol dengan Assad dan pendukung Syiah Iran dalam sebuah
konspirasi untuk mengalahkan dan mempermalukan Arab Sunni di wilayah
tersebut...”
“Kebanyakan warga
Suriah … memiliki tujuan tunggal dari revolusi yaitu kebebasan, kehormatan, dan
kualitas hidup yang lebih baik. Kami di Ahrar asy-Syam dan Grup Bersen-jata
Revolusi (ARGs) lainnya berjuang untuk rakyat Suriah. Kita mengangkat senjata
karena kita tidak memilik pilihan lain – yaitu antara apakah kami harus
menyerah tanpa syarat kepada rezim atau kita ber-juang demi kebebasan rakyat
kita…”
"Semakin lama
perang berlangsung, semakin sedikit bagian Suriah yang bisa diselamatkan. Ahrar
Asy-Syam ingin melihat berakhirnya pemerintahan Assad, dikalahkannya ISIL
secara komprehensif dan dibentuknya pemerintahan yang stabil dan representatif
di Damaskus yang akan menempatkan Suriah di jalan menuju perdamaian,
rekonsiliasi dan pemulihan ekonomi. Kita ingin melihat sistem politik yang
menghormati identitas dan legitimasi aspirasi politik mayoritas rakyat Suriah
sekaligus melindungi masyarakat minoritas dan memberikan kesempatan mereka
untuk bermain nyata dan peran positif dalam negara masa depan. Kami ingin
melihat persatuan Suriah dan integritas wilayah dikekalkan ... "
“Kami menyadari
bahwa harapan kami ini tidak akan bisa diraih hanya dengan cara militer saja.
Dia butuh proses politik dan kami tahu bahwa itu berarti membuat
kepu-tusan-keputusan yang sulit…”
"Dalam
beberapa hari terakhir Perdana Menteri David Cameron mengisyaratkan kemungkinan
adanya perubahan kebijakan pemerintah terhadap intervensi bersenjata di Suriah.
Dia mengatakan bahwa Inggris harus 'melangkah dan melakukan hal lebih' dalam
memerangi ISIL di Irak dan Suriah. Itu semua bagus dan baik. Di Ahrar Asy-Syam
kita telah kehilangan 700 pejuang kami dalam pertempuran melawan IS sejak
Januari 2014, dan kami serta sekutu kami mempertahankan garis depan front
sepanjang 45km terhadap ISIL di Aleppo. Kita tahu hal seperti apa untuk menghadapi
ancaman ISIL. ... Kami percaya bahwa ISIL bukan hanya ancaman keamanan atau
militer saja tetapi merupakan fenomena sosial dan ideologis yang perlu dihadapi
di setiap levelnya dan membutuhkan sebuah alternatif Sunni nasional untuk
menghadapi Assad dan Islamic State. "
"Ahrar
Al-Sham, sebagai kelompok Islam Sunni mainstream yang berakar kuat di atas
lanskap revolusioner, sedang menjalin alternatif itu. Tetapi mereka (Barat)
mengharapkan Sunni alternatif yang 'sempurna' sesuai dengan standar liberal Barat,
sehingga pasti akan kecewa. Seperti yang kita semua harus tahu sekarang, sistem
politik dan model pemerintahan tidak bisa diimpor ke Timur Tengah dan
diharapkan untuk berkembang karena pengalaman sejarah, budaya dan struktur
politik sosial begitu berbeda secara radikal. Dibutuhkan sebuah hal yang akan
menjadi peran utama untuk agama dan adat setempat dalam pengaturan politik yang
muncul dari puing -puing konflik, dan itu harus berasal dari salah satu hal
yang sesuai dengan keyakinan mayoritas Suriah yang berlaku. ... "
"Sebagaimana
RAF [" Royal Air Force"] yang bersiap untuk ikut bergabung dalam
koalisi militer melawan ISIL, akan lebih bijaksana bagi pemerintah Inggris
untuk mempertimbangkan pendekatan baru dalam memerangi kelompok ekstrimis lebih
dari sekedar menjatuhkan bom."
Selesai kata-kata
sesatnya. Sebagai ringkasan: Dia menggunakan nasionalis, dialek demokratis
untuk mendukung penentuan nasib sendiri, kekuatan bagi mayoritas, perlindungan
bagi minoritas (termasuk Rafidah, Nusairiyyah, Druze, dan Ismailiyah), dan
pengekalan perbatasan nasionalis. Dia mencalonkan "Ahrar asy-Syam" sebagai
"alternatif" moderat untuk Islamic State, "alternatif" yang
bersedia bekerja sama dengan Barat dalam perang salib melawan Islamic State.
Dia memuji perang dan serangan udara tentara salib Inggris terhadap Daulah
Islam, tetapi juga menyarankan kepada mereka dengan mengatakan itu tidaklah
cukup dan ada hal lebih yang harus dilakukan!
Setelah artikel
ini, "Kantor Politik" dari "Ahrar asy-Syam" merilis
"Pernyataan mengenai Zona Aman di Suriah utara" pada "11 Agustus
2015." Di dalamnya, mereka mengatakan:
"Dan tolong
menolonglah kalian dalam kebaikan dan ketakwaan, dan janganlah kalian tolong
menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan" [Al-Ma'idah: 2]
"Ini adalah
fakta yang tak terbantahkan bahwa sepanjang empat tahun terakhir pemerintah
Turki dan rakyat Turki telah mendukung rakyat Suriah dan revolusi mereka dengan
segala cara. Dukungan ini terus berjalan meskipun ancaman yang muncul terhadap
keamanan nasional Turki dan tekanan kuat internal dan eksternal terhadap
pemerintah Turki terus datang. Turki tetap teguh dalam sikap di atas etika dan
nilai kemanusiaan terhadap rakyat dan revolusi kami. Posisi bijaksana dan
bertanggung jawab ini telah membuat Turki sekutu paling penting dari revolusi
Suriah dan telah membuka jalan baru dari kepentingan bersama antara kedua
bangsa, baik di front internal maupun regional. Jalan terbaru dari kepentingan
bersama untuk berdiri melawan Da‘isy. Da‘isy telah terbukti menjadi bencana
terbesar yang menimpa revolusi serta menjadi ancaman nyata bagi keamanan dan
stabilitas Turki. Kebijakan sektarian dari Bashar Assad dan kebijakan bodoh
Da‘isy telah merubah Suriah menjadi arena konflik internasional dan perang
proksi. Ini semua menjadi ancaman nyata bagi keamanan sekutu rakyat Suriah.
Sementara mempertahankan posisi untuk berprinsip pada menolak perintah dan
kehendak asing, sekarang telah menjadi kenyataan yang harus ditangani sesuai
dengan prinsip-prinsip kepentingan bersama dan kepentingan jangka panjang
negara secara keseluruhan. "
"Berdasarkan
visi komprehensif Gerakan Islam Ahrar Asy-Syam terhadap bidang internal dan
regional Suriah, dan bertindak sesuai dengan kepentingan rakyat Suriah dan
sekutunya dalam hal politik atau militer, dan sangat percaya perlunya
solidaritas Sunni dalam menghadapi ancaman Iran, kami percaya bahwa pengumuman
niat Turki untuk mendirikan zona aman di utara Suriah adalah hal yang melayani
kepentingan rakyat Suriah. Zona aman akan memiliki dampak positif pada tingkat
kemanusiaan, politik dan militer, juga manfaat yang akan dirasakan oleh kedua
negara. Zona aman juga kebutuhan penting yang diperlukan untuk meningkatkan
keamanan nasional Turki dan menghentikan rencana teroris atau separatis Daesh
dan PKK. ... Zona aman di utara Suriah akan membantu para pengungsi kembali ke
rumah mereka dan makar musuh revolusi akan digagalkan. Karena itu Gerakan Islam
Ahrar asy-Syam mendukung sepenuhnya zona aman dengan bantuan Turki dan
kerjasama politik dan militer dari Grup Angkatan Bersenjata Revolusioner. Kami
mengambil kesempatan ini untuk menguatkan ikatan yang tak bisa dipecahkan dan
kebaikan bersama rakyat Suriah dan Turki dan menggarisbawahi kebutuhan untuk
hubungan strategis dengan Turki untuk menjadi landasan pendekatan umum untuk
mengatasi tantangan saat ini dan masa depan."[4].
Dengan demikian,
"Ahrar abu-Sham" telah mengulurkan tangan-nya secara terang-terangan
terhadap rezim murtad dan tentara Turki dan mencalonkan diri menjadi agen
mereka di Suriah. Maka akankah para pengklaim jihad Jabhah Jaulānī bertobat
dari kemurtadan dan mengucapkan bara'ah dari sekutu terdekat mereka di mana
pemimpin mereka pernah dianggap sebagai "Sahwāt masa depan"? Atau
akankah lereng licin "udur" yang didikte oleh hizbiyyah terus membuat
mereka jatuh hingga nanti mereka berjuang di bawah bendera fitnah terbesar – al
Masih ad-Dajjal – demi kepemimpinan, perpecahan, dan penyimpangan.[5]
Kita berharap
kepada Allah agar menolong para Muja-hidin Islamic State dalam melawan para
agen thaghut dan para tentara salib hingga bendera khilafah berkibar tinggi di
atas Istanbul dan Vatikan.
Source: DABIQ 11
Tidak ada komentar:
Posting Komentar